• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masyarakat adat Perlindungan adalah upaya untuk menjamin dan melindungi Masyarakat Adat beserta haknya agar dapat hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya.

N/A
N/A
Riko Bangun

Academic year: 2024

Membagikan " Masyarakat adat Perlindungan adalah upaya untuk menjamin dan melindungi Masyarakat Adat beserta haknya agar dapat hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiannya."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan. Menyetujui : UNDANG-UNDANG MASYARAKAT ADAT. Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Masyarakat Hukum Adat yang selanjutnya disebut Masyarakat Adat adalah sekelompok masyarakat yang secara turun-temurun hidup dalam suatu wilayah geografis tertentu, mempunyai asal-usul nenek moyang dan/atau kesamaan tempat tinggal, identitas budaya, hukum adat, hubungan yang kuat dengan tanah. dan lingkungan hidup, serta sistem nilai yang mendefinisikan institusi ekonomi, politik, sosial, budaya dan hukum. Pengakuan merupakan bentuk penerimaan dan penghormatan terhadap keberadaan masyarakat adat beserta segala hak dan identitas yang melekat padanya. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin dan melindungi masyarakat adat beserta hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Pemberdayaan adalah upaya terencana untuk memajukan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran melalui penciptaan kebijakan, program, kegiatan dan bantuan bagi masyarakat adat. Wilayah adat adalah suatu kesatuan wilayah yang berupa tanah, hutan, perairan, beserta kekayaan alam yang dikandungnya, yang diwariskan secara turun-temurun dan mempunyai batas-batas tertentu, yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat hukum adat. . Hak ulayat merupakan hak bersama masyarakat adat untuk menguasai, memanfaatkan, dan memelihara wilayahnya. Ketiga adat istiadat dan sumber daya alam di atas sesuai dengan nilai adat dan hukum yang berlaku. Hukum adat adalah seperangkat norma atau peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang hidup dan berlaku untuk mengatur kehidupan bersama masyarakat hukum adat, yang diwariskan secara turun-temurun, yang selalu dipatuhi dan dihormati serta mempunyai sanksi. Lembaga adat adalah lembaga yang mempunyai kewenangan mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan berdasarkan adat istiadat dan hukum adat, yang tumbuh dan berkembang seiring dengan sejarah masyarakat adat. Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik badan hukum maupun bukan. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan para menteri, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintahan daerah pemerintah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang merupakan kewenangan daerah otonom. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan pemerintahan di bidang dalam negeri. Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Adat didasarkan pada: pelestarian dan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Adat bertujuan untuk:. memberikan kepastian hukum mengenai kedudukan dan keberadaan masyarakat hukum adat agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabatnya; memberikan jaminan bagi masyarakat hukum adat dalam melaksanakan hak-haknya sesuai dengan tradisi dan adat istiadatnya; memberikan ruang partisipasi dalam aspek politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya; pelestarian tradisi dan adat istiadat sebagai kearifan lokal dan bagian dari kebudayaan nasional; Dan. meningkatkan keberlanjutan sosial budaya sebagai bagian dari keberlanjutan nasional. 1) Negara mengakui masyarakat hukum adat yang masih hidup dan berkembang dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2) Pengakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada masyarakat adat yang memenuhi syarat dan melalui tahapan yang ditentukan dalam undang-undang ini. 5 (1) Dalam pemberian pengakuan, pemerintah pusat melakukan pendataan masyarakat hukum adat yang masih tumbuh dan berkembang di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2) Pendataan masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan:. mempunyai suatu komunitas tertentu yang hidup berkelompok dalam bentuk komunitas, mempunyai ikatan karena kesamaan keturunan dan/atau wilayah; bertempat tinggal di wilayah adat yang batas-batasnya ditetapkan secara turun-temurun; mempunyai identitas budaya dan kearifan lokal yang sama; mempunyai lembaga atau perangkat hukum dan dihormati oleh kelompoknya sebagai pedoman hidup masyarakat adat; dan/atau e. mempunyai Lembaga Adat yang diakui dan berfungsi; 3) Dalam melaksanakan pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah. 4) Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar pembuatan Pengakuan. Pengakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: Identifikasi, verifikasi, validasi, dan penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan oleh panitia ad hoc. 1) Gubernur membentuk panitia pengakuan masyarakat hukum adat yang berada pada paling sedikit 2 (dua) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi. 2) Bupati/walikota membentuk panitia pengakuan masyarakat hukum adat yang mendiami 1 (satu) daerah/kabupaten/kota. 4) Pembentukan komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota suatu kota. 1) Menteri membentuk panitia pengakuan masyarakat adat paling sedikit di 2 (dua) provinsi. 2) Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur-unsur: 3) Pembentukan komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. 1) Identifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf a merupakan kegiatan untuk mengetahui keberadaan masyarakat hukum adat. 2) Hasil identifikasi memuat data dan informasi terkait pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2). 3) Identifikasi yang dilakukan komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan verifikasi. 4) Dalam hal identifikasi dilakukan oleh Masyarakat Adat, panitia tidak melakukan identifikasi Masyarakat Adat yang bersangkutan. 5) Hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) digunakan untuk melakukan verifikasi. (1) Masyarakat hukum adat yang telah melakukan identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4) yang berkedudukan dalam 1 (satu) kabupaten/kota, menyampaikan hasil identifikasi kepada panitia kabupaten/kota.

8 (2) Terhadap keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), panitia. 3) Panitia melakukan validasi hasil verifikasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c merupakan kegiatan pemeriksaan administratif terhadap keabsahan hasil verifikasi. (1) Hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) dan Pasal 16 dituangkan dalam berita acara pemeriksaan untuk ditetapkan. 2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan keputusan Kepala Daerah. 1) Masyarakat adat bertekad mempunyai hak atas perlindungan. 2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib melindungi masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1). 3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan jaminan terlaksananya hak-hak masyarakat hukum adat. Perlindungan terhadap masyarakat adat sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 meliputi :. pengembalian wilayah adat untuk dikelola, dimanfaatkan, dan dilestarikan sesuai peruntukannya; pemberian ganti rugi atas hilangnya hak masyarakat hukum adat untuk mengelola wilayah adat dengan persetujuan pemerintah pusat atau pemerintah daerah sesuai kewenangannya; pengembangan dan pemeliharaan budaya dan kearifan lokal. kerangka pelestarian fungsi lingkungan hidup; peningkatan taraf hidup masyarakat adat;. pelestarian kearifan lokal dan pengetahuan tradisional; dan H. pelestarian aset dan/atau benda tradisional. 1) Masyarakat hukum adat yang bertekad mempunyai hak atas Wilayah Adat yang dimilikinya, didiami dan dikelolanya secara turun-temurun, berdasarkan ketentuan Undang-undang ini. 2) Kawasan Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat komunal dan tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain. Masyarakat adat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam menentukan perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan wilayah adatnya secara berkelanjutan sesuai dengan kearifan lokal. Hak atas Sumber Daya Alam. Masyarakat adat berhak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam di wilayah adatnya sesuai dengan kearifan lokal. 1) Di wilayah adat, terdapat sumber daya alam yang berperan penting dalam memenuhi kebutuhan subsistensi masyarakat. 10 bidang tanah, negara dapat mengelolanya dengan persetujuan masyarakat adat. 2) Atas pengelolaan yang dilakukan oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masyarakat adat berhak mendapatkan kompensasi. 3) Selain kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), masyarakat adat berhak menerima manfaat utama dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. 4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pemberian kompensasi kepada masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah. Masyarakat adat mempunyai hak untuk memperoleh manfaat dari pelaksanaan pembangunan nasional. 1) Masyarakat adat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam program pembangunan pemerintah daerah di wilayah adatnya mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan. 2) Masyarakat adat berhak memperoleh informasi mengenai rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan/atau pihak lain di wilayah adatnya, yang akan berdampak pada keutuhan wilayah, konservasi sumber daya alam, kebudayaan, dan sistem pemerintahan adat. . 3) Masyarakat hukum adat berhak menolak atau mengajukan usulan perubahan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan di Wilayah Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan kesepakatan. 4) Masyarakat hukum adat mempunyai hak untuk mengusulkan pembangunan lain yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhannya di wilayah adat yang bersangkutan, berdasarkan kesepakatan bersama. Hak atas spiritualitas dan budaya. Masyarakat adat mempunyai hak untuk memelihara dan melaksanakan sistem kepercayaan, upacara spiritual dan ritual yang diwarisi dari nenek moyang mereka. 1) Masyarakat adat mempunyai hak untuk memelihara, mengembangkan dan mengajarkan adat istiadat, budaya, tradisi dan keseniannya kepada ahli warisnya. 2) Masyarakat adat mempunyai hak untuk melindungi dan mengembangkan pengetahuan tradisional dan kekayaan intelektual mereka. 1) Masyarakat adat mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. 2) Hak atas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk: pengajuan usulan dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup; pengaduan yang timbul akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup; Dan. penerima manfaat dari pemanfaatan pengetahuan tradisional terkait pengelolaan lingkungan hidup yang bernilai ekonomi. menjaga keutuhan wilayah adat dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia;. mengembangkan dan melestarikan kebudayaannya sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia; toleransi antar masyarakat adat dan dengan masyarakat lain;. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup di Daerah Pabean; mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam di wilayah adat secara berkelanjutan; menjaga keberlanjutan program dan hasil pembangunan nasional :. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. 1) Pemberdayaan masyarakat adat dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat hukum adat. 3) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kearifan lokal dan adat istiadat masyarakat adat. 1) Pemberdayaan masyarakat adat sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 dilakukan oleh:. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia;. memfasilitasi akses untuk kepentingan masyarakat adat; 2) Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa: 3) Pelestarian budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berupa: internalisasi adat dan tradisi kepada masyarakat adat;. penyelenggaraan festival budaya tradisional tingkat nasional dan. 4) Memudahkan akses untuk kepentingan masyarakat adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berupa: akses terhadap pemasaran produk di luar wilayah adat;. akses terhadap informasi mengenai kebijakan Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah; Dan. mendapatkan akses terhadap layanan publik. 5) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berupa: pembentukan dan pengembangan usaha agroindustri berbasis potensi sumber daya alam hayati; membentuk koperasi atau unit usaha sesuai bidang usaha Masyarakat Adat; Dan. bantuan keuangan dan fasilitas pada koperasi atau unit usaha masyarakat adat. 6) Kerjasama dan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berupa:. untuk memfasilitasi kerjasama antara masyarakat adat dan pihak lain;. pengembangan pola kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan; Dan. menempatkan masyarakat adat sebagai mitra setara. 7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberdayaan masyarakat hukum adat diatur dengan peraturan pemerintah. 1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membangun dan mengembangkan sistem informasi terpadu mengenai masyarakat hukum adat. 2) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk: memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat;. dasar pengambilan dan pelaksanaan kebijakan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; Dan. mendukung pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adat. 3) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: data dan informasi mengenai masyarakat adat;. hasil pemantauan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat adat; Dan. evaluasi hasil pemberdayaan masyarakat adat. 4) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola secara bertanggung jawab dan sistematis serta mudah diakses. 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi diatur dalam Peraturan Menteri.

LEMBAGA ADAT

Lembaga adat bekerja secara sinergis dengan pemerintah desa dan/atau pemerintah daerah untuk mendukung upaya konservasi, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat adat. Sengketa yang timbul akibat pelanggaran hukum adat di wilayah adat diselesaikan melalui peradilan adat yang diselenggarakan oleh lembaga adat. Setiap orang yang bukan anggota masyarakat adat yang melanggar hukum adat di suatu wilayah adat tertentu wajib menaati keputusan lembaga adat tersebut.

PENDANAAN

18 (2) Pendanaan untuk pengakuan, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari:. anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan C. sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. 3) Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

LARANGAN

UMUM

Komunitas adat juga sering disebut dengan nama lain, seperti komunitas hukum adat, komunitas adat, komunitas adat atau masyarakat adat. Penyebutan masyarakat hukum adat sebagai masyarakat hukum adat lebih disebabkan karena adanya penekanan pada kekuasaan untuk mengatur dan mengurus para anggota Masyarakat Hukum Adat. Selain faktor penamaan, subjek masyarakat adat dan masyarakat hukum adat pada hakikatnya sama.

Struktur dasar masyarakat hukum adat atau masyarakat adat didasarkan pada ikatan genealogis dan ikatan teritorial. 22 Namun, dalam banyak kasus, pengakuan terhadap keberadaan masyarakat adat masih belum sepenuhnya terlembaga. Pertama, keberadaan masyarakat adat sebagai kelompok minoritas selama ini rentan dan mempunyai posisi lemah dalam berbagai aspek kehidupan (ekonomi, hukum, sosial budaya dan hak asasi manusia).

Undang-undang ini mengatur bahwa masyarakat adat harus terlebih dahulu melalui proses pengakuan yang merupakan bentuk legalitas formal sebelum memperoleh perlindungan, pemberdayaan dan hak-haknya. Setelah ditetapkan sebagai masyarakat adat, masyarakat adat mempunyai hak untuk dilindungi hak dan pemberdayaannya. Untuk memudahkan kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan terhadap masyarakat adat, pemerintah pusat dan daerah telah menyiapkan sistem informasi terpadu terkait masyarakat adat yang mendapat penunjukan.

PASAL DEMI PASAL

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran yang memadai bagi pengakuan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat hukum adat yang diperoleh dari anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. Kemudian diatur juga larangan dan sanksi pidana terhadap tindakan yang menghalangi masyarakat adat dalam mengelola dan memanfaatkan hutan dan sumber daya alam. Yang dimaksud dengan asas “transparansi” adalah keterbukaan informasi mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program yang berdampak pada pemenuhan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Oleh karena itu, dalam konteks masyarakat adat perlu ditempatkan prinsip-prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab sebagaimana tercantum dalam sila kelima Pancasila. Yang dimaksud dengan asas “harmoni” adalah upaya pengakuan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat adat harus menyelaraskan masyarakat adat dengan kelembagaan dan kelembagaan yang dimilikinya untuk ikut serta dalam pembangunan nasional. Publikasi hasil verifikasi bertujuan untuk mengetahui subjek masyarakat adat beserta objeknya, yang merupakan ciri-ciri masyarakat adat yang akan ditentukan, dan memberikan peluang bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masyarakat adat tersebut.

Peraturan daerah memuat tata cara penetapan masyarakat hukum adat yang bersangkutan sebagai masyarakat hukum adat. Masyarakat adat dapat, berdasarkan kesepakatan bersama, mengusulkan bentuk-bentuk pembangunan yang sesuai dengan ambisi dan kebutuhan mereka di wilayah mereka. Peningkatan taraf hidup masyarakat adat antara lain dilakukan melalui: penyediaan pendidikan dan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat adat, pembangunan infrastruktur dan bantuan akses perbankan dan jaminan sosial.

Pelestarian fungsi lingkungan hidup dan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan antara lain dengan menjaga kelestarian hutan dan tidak merusak lingkungan dan ekosistem sekitar, serta menjaga kelestarian kawasan adat. Data dan informasi yang berkaitan dengan masyarakat adat meliputi, namun tidak terbatas pada, sejarah, identitas, wilayah adat, tradisi, budaya dan kearifan lokal.

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggara Pemilu tidak boleh melanggar pengakuan dan perlindungan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya yang dijamin dalam Pasal 18B UUD