• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi 9 Materi Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung

N/A
N/A
Riana Anggraeny Ridwan

Academic year: 2023

Membagikan "Materi 9 Materi Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung ! Pengetahuan tentang biaya bahan baku adalah penting bagi pebisnis bidang kuliner. Dalam menjalankan usaha kuliner, bahan baku perlu diperhatikan. Tanpa adanya bahan baku, Anda tentu akan kesulitan membuat makanan untuk dijual. Agar bisa membeli bahan baku, tentu dibutuhkan biaya tersendiri.

Biaya bahan baku perlu diketahui agar Anda bisa menentukan harga jualan makanan secara tepat untuk menghasilkan keuntungan maksimal. Secara garis besar, biaya bahan baku adalah bahan keseluruhan yang dipakai untuk proses produksi maupun pembuatan sebuah produk. Cakupannya sendiri meliputi keseluruhan bahan baku pada produk jadi.

Dalam hal ini, dapat kita contohkan pada usaha pembuatan kue.

Maka, biaya bahan baku yang termasuk di sini adalah biaya pembelian tepung, minyak, tapioka, dan lain sebagainya. Termasuk pula biaya pendukung lainnya seperti biaya pengangkutan maupun penyimpanan dari bahan baku tersebut. Mengetahui biaya bahan baku memudahkan Anda untuk menetapkan harga jual produk kuliner Anda.

Perbedaan Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja

Meski begitu, terkadang sebagian orang menilai bahan baku dihitung sama dengan biaya tenaga kerja maupun biaya overhead. Namun, dalam praktiknya, kedua jenis biaya tersebut berbeda dari biaya bahan baku. Berikut ini beberapa perbedaannya:

 Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan pengusaha untuk mengolah bahan baku utama menjadi produk atau barang jadi.

(2)

 Biaya tenaga kerja merupakan biaya pengeluaran untuk upah tenaga kerja atau karyawan.

 Sedangkan biaya overhead merupakan biaya yang harus dikeluarkan pengusaha guna mendukung jalannya produksi. Perlu diingat, biaya overhead ini tidak memiliki kaitan secara langsung terhadap proses produksi, akan tetapi bisa membantu kelancaran proses produksi.

Metode pencatatan Biaya Bahan Baku

Untuk mencatat biaya bahan baku, ada beberapa metode yang biasa digunakan oleh para pengusaha. Beberapa cara dan metode perhitungan bahan baku adalah sebagai berikut:

o Metode Identifikasi Khusus

Pertama ada metode identifikasi khusus, yakni semua bahan baku di gudang diberi tanda khusus. Tanda ini berisi harga pokok per satuan ketika Anda membeli bahan baku tersebut. Pembelian bahan baku dengan cara satuan tentu beda dari harga bahan baku gudang.

Hal itu harus dipisahkan. Dengan begitu, setiap pemakaian bahan baku pun dapat diketahui harga pokok per satuannya.

o Metode Biaya Standar

Metode kedua pencatatan biaya bahan baku adalah metode standar. Pada metode ini, harga pokok dicatat pada kartu persediaan dengan besaran harga standar. Harga itu merupakan perkiraan dari harga yang akan dikeluarkan nanti. Umumnya, harga standar ini digunakan untuk perkiraan anggaran khusus. Dengan metode ini, bahan baku dibebankan dari harga produk standar saat pemakaian.

(3)

o Metode Masuk Pertama Keluar Pertama

Anda juga dapat menggunakan metode masuk pertama keluar pertama. Metode ini biasa juga disebut dengan first in first out (FIFO).

Metode ini menjadikan harga pokok satuan dari bahan baku yang masuk gudang dapat dipakai untuk menentukan harga dari bahan baku pada saat pertama kali dipakai.

o Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama

Metode selanjutnya adalah kebalikan dari metode ketiga, yakni masuk terakhir keluar pertama atau biasa disebut dengan last in first out (LIFO). Metode ini digunakan untuk menentukan besaran harga pokok dari bahan baku untuk dipakai dalam produksi. Anggapannya, harga pokok satuan dari bahan baku yang terakhir masuk gudang, akan dipakai untuk menentukan besaran harga pokok dari bahan baku yang pertama kali digunakan produksi.

o Metode Rata-rata Bergerak

Terakhir adalah metode rata-rata bergerak. Caranya adalah menghitung harga pokok dari rata-rata barang persediaan di gudang mengenai bahan baku. Cara menghitungnya ialah membagi besaran total dari harga pokok dalam satuan jumlah yang sama. Bahan baku terpakai akan dihitung harga pokoknya. Caranya adalah mengalikannya jumlah bahan baku yang dipakai dengan harga pokok dari rata-rata per satuan bahan baku dalam gudang.

Tahapan Untuk menghitung Biaya Bahan Baku

(4)

Untuk menghitung biaya bahan baku, ada empat tahapan yang harus dilakukan oleh pengusaha. Ambil contoh biaya bahan baku perusahaan garmen. Sebelum mulai menghitung, mari kita jabarkan biaya bahan bakunya:

 Persediaan dari bahan baku barang: Rp30 juta

 Besaran biaya dari bahan baku yang setengah jadi: Rp40 juta

 Biaya dari barang yang sudah jadi dan siap dijual: Rp80 juta

 Pembelian untuk persediaan dari bahan baku: Rp50 juta

 Biaya untuk pengiriman: Rp5 juta

 Biaya pemeliharaan mesin perusahaan: Rp5 juta

 Biaya untuk gaji tenaga kerja secara langsung: Rp30 juta

 Biaya dari sisa penggunaan bahan baku: Rp30 juta

 Sisa dari bahan produk setengah jadi: Rp5 juta

 Besaran pakaian yang siap dijual: Rp30 juta

Dari hal di atas, dapat kita hitung dalam empat tahapan, yakni:

Tahapan I

(5)

Bahan baku yang dipakai = saldo awal dari bahan baku + pembelian untuk bahan baku – saldo dari akhir bahan = Rp30 juta + (Rp50 juta+Rp5 juta) – Rp30 juta= Rp55 juta

Tahapan II

Biaya Produksi = bahan baku + tenaga kerja secara langsung + besaran biaya overhead perusahaan = Rp55 juta + Rp30 juta + Rp5 juta = Rp90 juta

Biaya produksi per unit = biaya untuk produksi : jumlah total unit = Rp90 juta : 5.000 = Rp18 ribu

Tahapan III

Harga Pokok Produksi = total dari biaya produksi + saldo pada awal

persediaan – saldo yang ada di akhir = Rp90 juta + Rp40 juta – Rp5 juta = Rp125 juta

Tahapan IV

Harga Pokok Penjualan = Harga pokok untuk produksi + persediaan

barang pada saat awal – persediaan akhir barang = Rp125 juta + Rp80 juta – Rp50 juta = Rp155

Perhitungan untuk biaya bahan sisa !

PT ABC adalah perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk mebel.

Pada akhir bulan Juni, perusahaan tersebut memiliki 1.000 meter kain sebagai bahan baku di gudang. Selama bulan Juni, mereka menghabiskan 800 meter kain untuk produksi dan menghasilkan 500 unit mebel. Berapa sisa bahan kain yang ada di gudang pada akhir bulan Juni?

Jawaban :

(6)

Langkah 1: Hitung penggunaan bahan baku selama bulan Juni.

Penggunaan bahan baku = Awal persediaan bahan baku + Pembelian bahan baku - Sisa bahan baku Penggunaan bahan baku = 1.000 meter + 800 meter - Sisa bahan baku

Langkah 2: Hitung sisa bahan baku pada akhir bulan Juni. Sisa bahan baku = Awal persediaan bahan baku + Pembelian bahan baku - Penggunaan bahan baku Sisa bahan baku = 1.000 meter + 800 meter - (1.000 meter + 800 meter - Sisa bahan baku) Sisa bahan baku = 1.000 meter + 800 meter - 1.000 meter - 800 meter + Sisa bahan baku

Sisa bahan baku = 0 + Sisa bahan baku Sisa bahan baku = Sisa bahan baku

Dari perhitungan di atas, kita tahu bahwa sisa bahan baku pada akhir bulan Juni adalah jumlah yang kita cari, yang dapat disederhanakan menjadi:

Sisa bahan baku = Sisa bahan baku

Jadi, sisa bahan baku pada akhir bulan Juni adalah 0 meter, yang berarti mereka telah menggunakan semua bahan baku yang tersedia dalam produksi mebel selama bulan Juni.

Pencatatan Barang yang rusak !

Pada tanggal 15 Agustus, perusahaan ABC memiliki produk bernilai Rp

5.000.000 dalam persediaan yang mengalami kerusakan selama pengiriman.

Biaya kerusakan produk tersebut diperkirakan sebesar Rp 500.000. Buatlah jurnal untuk mencatat kerugian produk rusak.

Jawaban:

Jurnal yang dibuat untuk mencatat kerugian produk rusak adalah sebagai berikut:

(7)

Pada tanggal 15 Agustus: Debit: Kerugian Produk Rusak (Rp 500.000) Kredit:

Persediaan (Rp 500.000) Penjelasan:

 Debit pada akun "Kerugian Produk Rusak" digunakan untuk mencatat biaya kerugian yang diakibatkan oleh produk rusak. Jumlahnya adalah Rp 500.000 sesuai dengan estimasi kerugian.

 Kredit pada akun "Persediaan" digunakan untuk mengurangkan nilai persediaan sebesar biaya produk rusak yang mencapai Rp 500.000.

Dengan mencatat jurnal ini, perusahaan mencatat kerugian yang diakibatkan oleh produk rusak dan mengurangkan nilai persediaan mereka.

Langkah – Langkah pengendalian Bahan Baku

Pengendalian bahan baku merupakan bagian penting dalam manajemen persediaan dan akuntansi biaya untuk memastikan bahwa bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi tersedia dengan cukup, efisien, dan terhindar dari pemborosan serta penyalahgunaan. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam pengendalian bahan baku:

1. Perencanaan Persediaan Bahan Baku:

 Tentukan berapa banyak bahan baku yang diperlukan untuk memenuhi permintaan produksi.

 Pertimbangkan faktor-faktor seperti musim, lead time (waktu pemesanan hingga penerimaan), dan fluktuasi permintaan.

2. Pemilihan Pemasok yang Terpercaya:

(8)

 Pilih pemasok yang dapat diandalkan dan memberikan kualitas bahan baku yang konsisten.

 Evaluasi pemasok secara berkala untuk memastikan kualitas dan keandalan mereka.

3. Pemesanan Bahan Baku:

 Gunakan sistem pemesanan yang terkomputerisasi atau manual yang tercatat secara rinci.

 Berikan pengawasan yang ketat terhadap pengadaan bahan baku sesuai dengan kebutuhan.

4. Penerimaan dan Pemeriksaan Bahan Baku:

 Periksa bahan baku yang tiba untuk memastikan bahwa mereka sesuai dengan pesanan dan berkualitas baik.

 Laporkan dan segera tangani bahan baku yang rusak atau tidak sesuai.

5. Penyimpanan yang Tertib:

 Susun bahan baku di gudang dengan rapi dan beri label dengan jelas.

 Gunakan prinsip "first in, first out" (FIFO) untuk meminimalkan penyusutan dan pemborosan.

6. Pelaporan Persediaan:

 Catat secara teratur dan akurat jumlah dan nilai persediaan bahan baku.

 Buat laporan persediaan yang berkala untuk manajemen.

7. Pengendalian Akses:

 Batasi akses ke gudang bahan baku hanya kepada personel yang berwenang.

(9)

 Pertimbangkan penggunaan kunci atau sistem keamanan elektronik.

8. Audit dan Pemeriksaan Rutin:

 Lakukan audit dan pemeriksaan rutin terhadap persediaan bahan baku untuk mendeteksi penyimpangan atau ketidakcocokan.

9. Pelatihan Karyawan:

 Pastikan karyawan yang terlibat dalam pengendalian bahan baku memahami prosedur dan pentingnya peran mereka dalam menjaga persediaan yang baik.

10. Perbaikan Berkelanjutan:

 Terus evaluasi dan perbaiki proses pengendalian bahan baku berdasarkan hasil audit dan perubahan dalam lingkungan bisnis.

Pengendalian bahan baku yang baik dapat membantu perusahaan mengoptimalkan persediaan, mengurangi pemborosan, dan memastikan ketersediaan bahan baku yang sesuai untuk proses produksi.

Dalam akuntansi biaya, kegiatan tenaga kerja dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan berbagai aspek seperti tingkat keterampilan, jenis pekerjaan, fungsi, atau lokasi. Penggolongan ini membantu perusahaan dalam analisis biaya, pengendalian, dan perencanaan sumber daya manusia.

Berikut adalah beberapa penggolongan kegiatan tenaga kerja dalam akuntansi biaya:

1. Berdasarkan Tingkat Keterampilan:

 Tenaga Kerja Langsung: Karyawan yang terlibat langsung dalam proses produksi barang atau jasa. Mereka melakukan tugas-tugas fisik yang diperlukan untuk menghasilkan produk.

(10)

 Tenaga Kerja Tidak Langsung: Karyawan yang tidak terlibat langsung dalam produksi tetapi mendukung proses produksi, seperti staf administrasi, manajemen, dan inspeksi.

2. Berdasarkan Jenis Pekerjaan:

 Operator Mesin: Karyawan yang bertanggung jawab mengoperasikan mesin dan peralatan produksi.

 Pekerja Montir: Karyawan yang melakukan perakitan, perbaikan, atau penyesuaian produk.

 Teknisi: Karyawan yang memiliki keahlian khusus dalam perbaikan dan pemeliharaan peralatan.

 Staf Administratif: Karyawan yang melaksanakan tugas-tugas administratif seperti akuntansi, sumber daya manusia, dan administrasi umum.

3. Berdasarkan Fungsi:

 Produksi: Karyawan yang langsung terlibat dalam pembuatan barang atau jasa.

 Penjualan dan Pemasaran: Karyawan yang bertanggung jawab untuk memasarkan produk dan menjualnya kepada pelanggan.

 Manajemen: Pimpinan perusahaan dan manajer yang mengambil keputusan strategis.

4. Berdasarkan Lokasi:

 Tenaga Kerja Pusat: Karyawan yang bekerja di lokasi utama perusahaan.

 Tenaga Kerja Cabang: Karyawan yang bekerja di cabang atau lokasi tambahan perusahaan.

5. Berdasarkan Proyek atau Departemen:

 Tenaga Kerja Departemen A: Karyawan yang bekerja di departemen A.

 Tenaga Kerja Proyek X: Karyawan yang bekerja pada proyek X.

6. Berdasarkan Status Karyawan:

 Karyawan Tetap: Karyawan yang dipekerjakan secara tetap oleh perusahaan.

 Karyawan Kontrak: Karyawan yang dipekerjakan untuk periode tertentu atau proyek tertentu.

Penggolongan kegiatan tenaga kerja ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi dan mengelola biaya yang terkait dengan tenaga kerja, mengukur produktivitas, dan membuat keputusan yang lebih baik dalam perencanaan sumber daya manusia serta analisis biaya.

(11)

Akuntansi Biaya Tenaga Kerja

kuntansi biaya tenaga kerja adalah bagian penting dalam sistem akuntansi biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk mencatat, mengukur, dan

mengendalikan biaya yang terkait dengan tenaga kerja dalam proses produksi atau penyediaan jasa. Tujuan utama akuntansi biaya tenaga kerja adalah untuk memahami dan mengelola biaya tenaga kerja agar perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja. Berikut adalah beberapa konsep dan elemen utama dalam akuntansi biaya tenaga kerja:

1. Catatan Waktu dan Upah:

 Perusahaan harus mencatat waktu yang dihabiskan oleh karyawan pada berbagai pekerjaan atau proyek.

 Biaya upah termasuk dalam catatan ini, yang mencakup gaji, tunjangan, insentif, dan manfaat lainnya.

2. Taruhan dan Insentif:

 Taruhan adalah jumlah tetap yang dibayarkan kepada karyawan dalam periode tertentu, biasanya mingguan atau bulanan.

 Insentif adalah pembayaran tambahan kepada karyawan berdasarkan produktivitas atau pencapaian target tertentu.

3. Overhead Tenaga Kerja:

 Selain gaji dan upah, perusahaan juga dapat mengalokasikan biaya overhead langsung yang terkait dengan tenaga kerja, seperti biaya pelatihan dan pengembangan karyawan.

4. Pencatatan Biaya Overhead:

 Biaya overhead umumnya dicatat dalam akun "Biaya Overhead Pabrik" atau "Biaya Overhead Produksi."

 Biaya overhead harus dialokasikan secara wajar ke produk atau jasa berdasarkan metode alokasi yang relevan, seperti jam kerja atau biaya langsung.

5. Biaya Karyawan Tetap vs. Kontrak:

 Karyawan tetap adalah karyawan yang dipekerjakan secara penuh waktu dan tetap oleh perusahaan.

 Karyawan kontrak adalah karyawan yang dipekerjakan untuk periode tertentu atau proyek khusus.

6. Analisis Biaya Tenaga Kerja:

(12)

 Perusahaan menggunakan analisis biaya tenaga kerja untuk mengidentifikasi biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung yang terkait dengan setiap produk atau proyek.

 Ini membantu dalam menentukan biaya produksi yang akurat dan harga jual yang sesuai.

7. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja:

 Perusahaan mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan biaya tenaga kerja, termasuk manajemen produktivitas,

pengelolaan absensi, dan pemantauan penggunaan tenaga kerja.

8. Laporan Biaya Tenaga Kerja:

 Perusahaan menghasilkan laporan biaya tenaga kerja yang mencakup rincian biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung.

 Laporan ini digunakan untuk pengambilan keputusan dan analisis kinerja.

Akuntansi biaya tenaga kerja adalah alat penting dalam manajemen biaya dan pengambilan keputusan yang efektif dalam suatu perusahaan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memahami bagaimana biaya tenaga kerja memengaruhi keuntungan dan efisiensi operasi mereka.

Perhitungan Premi Lembur

Perhitungan premi lembur biasanya dilakukan ketika seorang karyawan

bekerja melebihi jam kerja normalnya (biasanya 8 jam sehari atau jumlah jam kerja yang telah ditentukan oleh peraturan perusahaan atau undang-undang).

Premi lembur adalah tambahan bayaran yang diberikan kepada karyawan sebagai insentif atau kompensasi atas bekerja lebih dari waktu kerja normal.

Berikut adalah contoh perhitungan premi lembur:

Data awal:

 Gaji pokok per jam: Rp 10.000

 Jam kerja normal per hari: 8 jam

 Jam kerja lembur per hari: 4 jam

 Jam kerja total dalam satu hari: 12 jam Langkah-langkah perhitungan:

(13)

1. Hitung gaji harian karyawan: Gaji harian = Gaji pokok per jam x Jam kerja normal per hari Gaji harian = Rp 10.000 x 8 jam = Rp 80.000 2. Hitung gaji lembur per jam: Gaji lembur per jam = Gaji pokok per jam x

Faktor premi lembur Faktor premi lembur adalah besaran tambahan yang diberikan kepada karyawan sebagai premi lembur. Biasanya, faktor ini adalah perkalian dari gaji pokok per jam. Misalnya, jika faktor premi lembur adalah 1,5, maka: Gaji lembur per jam = Rp 10.000 x 1,5

= Rp 15.000 per jam

3. Hitung total gaji lembur per hari: Gaji lembur per hari = Gaji lembur per jam x Jam kerja lembur per hari Gaji lembur per hari = Rp 15.000 x 4 jam = Rp 60.000

4. Hitung total penghasilan karyawan dalam satu hari (termasuk gaji pokok dan premi lembur): Total penghasilan harian = Gaji harian + Gaji lembur per hari Total penghasilan harian = Rp 80.000 + Rp 60.000 = Rp

140.000

Jadi, dalam contoh di atas, karyawan yang bekerja selama 4 jam lembur akan menerima gaji harian sebesar Rp 140.000, termasuk premi lembur sebesar Rp 60.000. Perlu diingat bahwa faktor premi lembur dan peraturan

perusahaan mengenai lembur dapat bervariasi, jadi pastikan untuk mengikuti aturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku.

Referensi

Dokumen terkait

Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang terdiri dari biaya yang semuanya tidak dapat ditelusuri

Untuk menentukan biaya per unit dari produk yang di hasilkan dapat dihitung dari tiga jenis biaya, yaitu : 1 Biaya bahan baku 2 Biaya tenaga kerja langsung 3 biaya overhead pabrik