• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA SEMI PADAT CAIR

N/A
N/A
RIZQY MULIA KUSUMA

Academic year: 2023

Membagikan "MEDIA SEMI PADAT CAIR"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Rizqy Mulia Kusuma NIM : 03031281924026 MEDIA SEMI PADAT CAIR

Media pertumbuhan untuk mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi (nutrient) yang akan menjadi makanan oleh suatu mikroorganisme agar dapat bertumbuh dan berkembang biak pada media tersebut.

Mikroorganisme membutuhkan nutrisi yang terdapat pada media dengan rupa rakitan molekul-molekul kecil sebagai penyusun komponen sel-selnya (Pelczar dan Chan, 1988). Media pertumbuhan dibuat sebagai pengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan pembuat kultur murni. Komposisi media pertumbuhan dan perkembang biakkan dapat dimanipulasi dengan tujuan isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan dari masing-masing pembuatan pada suatu media. Media merupakan suatu bahan yang terdiri dari beberapa campuran nutrient atau zat hara dengan daya guna membiakkan mikroorganisme. Penggunaan macam-macam jenis dari media dapat dilakukan dengan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis bahkan berbasis pada perhitungan jumlah mikroba.

Bentuk media diklasifikasikan menjadi tiga jenis yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Medium padat adalah medium yang memiliki banyak zat padat kurang lebih 15 % yang umum digunakan pada pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.

Medium tersebut dapat diklasifikasikan kembali menjadi tiga jenis berdasarkan arahnya, yaitu medium tegak, medium miring dan medium lempeng. Medium tegak akan menggunakan tabung reaksi sebagai wadahnya. Wadah untuk medium miring juga menggunakan tabung reaksi dengan arah miring. Wadah untuk medium lempeng menggunakan plate. Umumnya medium tersebut digunakan untuk pertumbuhan mikroba dengan keperluan air yang banyak, anaerobik dan dapat dengan mudah untuk mengamati pergerakan mikroba (Waluyo, 2008). Medium cair adalah medium yang tidak perlu ditambah oleh zat pemadat, contohnya mikroalga.

Terkadang partikel padat bisa ditambahkan pada medium cair dikarenakan medium ini lebih konstituen dan akan memberikan kesempatan untuk bakteri menyebar.

Media setengah padat cair (semi solid) merupakan suatu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi tidak padat dan juga tidak begitu cair serta lebuh mengarah menjadi sedikit kenyal. Media semi padat cair dibuat dengan tujuan agar tumbuh mikroorganisme dapat merata ke seluruh media tetapi tidak

(2)

mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anaerobik serta untuk melihat pergerakan mikroba. Penambahan zat pemadat hanya 50% atau jurang dari seharusnya biasanya diperlukan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan kandungangan air dan hidup anaerobik atau fakultatif.

Bakteri yang bertumbuh dalam media NfB (Nitrogen Free Bromthymol Blue) semi padat cair akan membuat bentuk cincin hijau kebiruan di permukaan bawah media, bila media tersebut cair maka akan membuat cincin mudah hancur.

Media ini juga memiliki tujuab untuk memberikan pencegahan dan menekan difusi oksigen, contohnya dengan media Nitrate Broth (Hartanto dan Ariningsih, 2018).

Kondisi anaerob akan meningkatkan metabolisme nitrat, tetapi bakteri tersebut juga diharuskan untuk tumbuh secara merata di seluruh bagian pada medium. Fungsi media semi padat cair yang lainnya adalah sebagai penguji motilitas mikroba.

Konsentrasi agar yang tidak begitu padat memungkinkan bakteri motil dapat bergerak ataupun berpindah dengan baik, sedangkan pada bakteri non-motil akan cenderung diam pada tempatnya daripada berpindah ataupun bergerak baik.

Motilitas merupakan kemampuan dari organisme untuk bergerak secara independen dengan penggunaan energi yang metabolik sebagai bahan bakar untuk organisme tersebut. Berbeda dengan mobilitas yang merepresentasikan kemampuan suatu objek agar dapat dipindahkan. Motilitas mungkin dipengaruhi berbagai faktor lingkungan seperti massa otot yang memberikan hewan motilitas tetapi konsumsi akan hidrogen sianida (faktor lingkungan dalam kasus ini) akan berpengaruh.

Faktor lingkungan tersebut akan mempengaruhi fisiologi otot sehungga membuat otot tersebut menjadi kaku dan pada akhirnya menuju arah rigor mortis selain lokomosi hewan, kebanyakan hewan adalah motil. Hewan laut yang motil biasanya dikenal sebagai hewan yang berenang bebas. Mikroorganisme non-parasit yang motil dikenal sebagai hewan yang hidup dengan kebebasan yang sangat tinggi.

Motilitas juga mengacu terhadap kemampuan suatu organisme agar dapat membuat makanan berpindah-pindah melalui saluran pencernaannya (Sandle, 2016). Terdapat dua jenis motilitas yaitu pada usus peristalsis dan pada proses segmentasi. Motilitas tersebut dikarenakan sebagai penyebab oleh adanya kontraksi otot-otot polos di dalam saluran pencernaan. Saluran pencernaan tersebut

(3)

akan membuat isi luminal tercampur dengan bermacam-macam proses sekresi ataupun segmentasi dan memindahkan isi melalui saluran pencernaan dari mulut ke anus (peristaltik). Kedua proses tersebut menjelaskan lebih terperinci mengenai gerak motilitas. Beberapa teknik digunakan untuk dapat melihat dan mendeteksi motilitas bakteri, yaitu metode drop gantung untuk melihat gerakan bakteri tersebut.

Di Indonesia nematoda patogen serangga (NPS) lokal telah banyak diisolasi dan diketahui efektif terhadap berbagai serangga hama penting di rumah kaca antara lain terhadap kompleks penggerek batang padi (Fallon, 1998).

Pengamatan mingguan menunjukkan bahwa populasi (Juvenil Infektif) JI H.

indicus isolat dan S. carpocapsae pada ketiga media semakin meningkat dengan meningkatnya masa inkubasi. Populasi JI H. indicus PLR2 terus meningkat pada media Han, sedangkan pada kedua media lainnya berfluktuasi.

Gambar 1. Biakan H. indicus (A) dan Steinernema sp. (B) pada media in vitro Bedding (Sumber: Chaerani, 2011)

Produksi JI H. indicus isolat PLR2 dan 5, S. carpocapsae dan Steinernema T96 tidak dipengaruhi oleh perlakuan media in vitro. Hasil JI secara umum tidak konsisten dan masih rendah, dengan hasil tertinggi untuk H. indicus PLR2 dan S.

carpocapsae diperoleh pada media formula Han. Tubuh JI nematoda secara nyata lebih pendek dibandingkan dengan yang dihasilkan pada larva T. molitor.

Peningkatan hasil JI diharapkan dapat dilakukan melalui penggunaan inokulum juvenil aksenik. Peningkatan hasil JI yang lainnya adalah dengan modifikasi formula media dengan penambahan komponen-komponen yang serupa dengan yang terkandung pada hemolimfa serangga. Komponen tersebut juga dapat menjadi penunjang sintesis metabolit esensial yang diperlukan sebagai tempat pertumbuhan san perkembang biakkan untuk bakteri simbion dan NPS.

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Chaerani. 2011. Pembiakkan Nematoda Patogen Serangga (Rhabtida:

Heterorhabditis dan Steinernema) pada Media Semi Padat. J. HPT Tropika. 11(1): 69-77.

Fallon DF. 1998. The use of indigenous entomopathogenic nematodes Heterorhabditis indica and Steinernema spp. to control rice stem borer in West Java, Indonesia. Ph.D. thesis National University of Ireland.

Hartanto, E. S., dan Ariningsih, S. 2018. Pembuatan Media Uji Mikrobiologi Siap Pakai dari Bahan Baku Lokal Indonesia untuk Pengujian Parameter Angka Lempeng Total. Warta IHP. 35(2): 68-73.

Pelczar, M. J dan Chan, E. C. S., 1988. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Sandle, T. 2016. Pharmaceutical Microbiology : Chapter 5 Microbiological culture media. Elsevier.

Waluyo. 2008. Dasar Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press.

Referensi

Dokumen terkait

lingkungan eksternal. Bagaimana organisasi mengelola keadaan eksternal yaitu keadaan yang meliputi perekonomian, perindustrian, serta kondisi kompetisi yang mana