• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME PEMBAYARAN ROYALTI UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MEKANISME PEMBAYARAN ROYALTI UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 898

MEKANISME PEMBAYARAN ROYALTI UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Egi Reksa Saputra1), Fahmi2) dan HM Yusuf Daeng3) Pascasarjana Universitas Lancang Kuning E-mail: penulis [email protected]

Abstrack: Copyright is an intangible property right that is born automatically based on declarative principles after a work is manifested in a tangible form.

Especially in the fields of song and music, with the development of digital technology, access to both is so easy. The use of songs either to be listened to alone or to be commercialized is very massive. Protection of the creator's economic rights as regulated in Article 8 to 11 of the 2014 UUHC. In Article 1 paragraph 21 of the Copyright Law, Royalty is a balance for the use of the economic rights of a work or related product received by the creator or the owner of the related rights. In Article 40 number 1 letter d of the Copyright Law, a song or music is the result of a human intellectual work that is protected by law. Song and music creators have economic rights over the use of their creations for commercial activities, so that people or parties who use other people's song and music copyrighted works for commercial purposes must first receive permission from the creator or copyright holder of the songs and music. Then the user is required to pay royalties to the creator as a form of economic rights obtained by the creator for the use of his work for commercial purposes. The purpose of this paper is to analyze the default of the debtor's bank credit agreement. The method that the author uses in this article is to use a normative case study. The results of this study are actions taken by the debtor that harm all parties involved and the debtor must carry out the actions that have been carried out in accordance with applicable law.

Keywords: Copyright, Royalti, Law

Abstrak: hak cipta merupakan hak milik tidak berwujud yang lahir secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata. Khususnya di bidang lagu dan musik, dengan berkembangnya teknologi digital membuat akses terhadap keduanya begitu mudah. Penggunaan lagu baik untuk didengarkan sendiri atau pun untuk dikomersialkan sangat masif terjadi. Perlindungan terhadap hak ekonomi pencipta sebagaimana di atur dalam Pasal 8 sampai Pasal 11 UUHC 2014. Pada pasal 1 ayat 21 UU Hak Cipta, Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk terkait yang diterima oleh pencipta atau pemiilik hak terkait. Dalam pasal 40 angka 1 huruf d UU Hak Cipta lagu atau music merupakan hasil karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan hokum. Pencipta lagu dan music memiliki hak ekonomi atas pengguanaan karya ciptaannya untuk kegiatan komersial, sehingga orang atau pihak yang menggunkan karya cipta lagu dan music orang lain untuk kepentingan komersial berkewajiban terlebih dahulu untuk

(2)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 899 menerima izin dari pencipta atau pemegang hak cipta lagu dan

music tersebut. Kemudian pengguna (user) diwajibkan untuk membayar royalty kepada pencipta sebagai bentuk hak ekonomi yang didapatkan oleh pencipta atas pengguanaan karya ciptaannya untuk kepentingan komersial. Adapun tujuan dari penulisan ini untuk menganalisis wanprestasi debitur terhadap perjanjian kredit pada perbankan. Metode yang penulis gunkana di dalam artikel ini ialah menggunakan studi kasus normative. Hasil penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan oleh debitu macet merugikan semua pihak yang terlibat didalamnya dan debitur tersebut harus menanggung perbuatan yang telah ia lakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.

Kata Kunci: Hak cipta, Royalty, Hukum

PENDAHULUAN

Bisnis dalam era modern memang sangat berpengaruh terhadap kehidupan terkait dengan perkembangan ekonomi, Abad ke-21 sering disebut sebagai era ekonomi kreatif, hal ini terlihat dari keberadaan ilmu pengetahuan dan ide sebagai motor dalam perkembangan ekonominya. Perkembangan dari ekonomi industri ke ekonomi kreatif ini disikapi oleh pemerintah diberbagai negara berkembang untuk mengembangkan masyarakatnya yang berbasis kreativitas dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable dibandingkan ekonomi industri yang sudah sangat bergantung pada resource.

bisnis cafe dalam era modern ini memang menjadi suatu perbincangan hangat di kalangan para milenial, tak tertanggung juga bagi kalangan tua juga sangat mengapresiasi ke hadiran dari bisnis cafe tersebut, sebab dengan ada nya cafe tersebut membuat orang orang dengan mudah untuk berkumpul baik bersama sahabat mau pun bersama keluarga. Bisnis cafe (kuliner) merupakan salah satu bisnis yang dewasa ini berkembang pesat dan memiliki potensi berkembang yang cukup besar. Sudah banyak pelaku usaha yang meraup untung dari usaha kuliner ini.

Di sisi lain di samping pelaku usaha yang meraup keuntungan dari apa yang dia jual atas caffe tersebut, tentunya pelaku usaha mempunyai strategi strategi terkait untuk memperbagus caffe tersebut. Salah satu nya adalah dengan cara mempertunjukkan suatu nyanyian/ musik di sela-sela pelanggan menikmati hidangan yang telah di sediakan oleh caffe .ada beberapa permasalahan yang sering hadapi dalam mengembangkan industri kreatif khususnya musik, yaitu pembayaran royalti terhadap pertunjukkan musik dimuka umum tersebut, permasalahan ini membuat perlindungan terhadap hak cipta khususnya ciptaan seperti musik atau lagu harus lebih dimaksimalkan lagi karena sangat merugikan bagi hak ekonomi terhadap pemegang hak ekonomi dari lagu yang di pertunjukkan tersebut.

Hak cipta sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 huruf (a) UUHC 2014, merupakan hak milik tidak berwujud yang lahir secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata. Khususnya di bidang lagu dan musik, dengan berkembangnya teknologi digital membuat akses terhadap keduanya begitu mudah. Penggunaan lagu baik untuk didengarkan sendiri atau pun untuk dikomersialkan sangat masif terjadi. Perlindungan terhadap hak

(3)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 899 ekonomi pencipta sebagaimana di atur dalam Pasal 8 sampai Pasal 11 UUHC 2014 belum terselenggara dengan maksimal.

Hak untuk mempertunjukkan atau memutar lagu di depan umum merupakan salah satu hak eksklusif dari Pencipta/Pemegang Hak Cipta. Anda perlu mendapatkan izin atau lisensi jika memainkan musik/lagu di depan umum kecuali musik/lagu tersebut sudah masuk ke dalam domain publik atau penggunaannya memenuhi syarat pemakaian yang wajar (Fair Use). Musik atau lagu sebagai ciptaan yang dilindungi menimbulkan hak ekonomi bagi Penciptanya. Undang undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta pasal .

Namun pada kenyataan nya undang undang nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta ini belum teralisasi dengan baik, masih banyak caffe bahkan pelaku pelaku usaha sejenis, yang mana menggunakan music/lagu sebagai pelayanan prima atas usahanya yang tidak mengetahui keberadaan undang undang/ peraturan ini sehingga apa yang telah di atur didalam undang undang/ peraturan tersebut belum teralisasi dengan baik, masih banyak pengusaha pengusaha caffe/restaurant atau yang sejenisnya yang tidak membayar royalti atas apa yang di pertunjukkannya.

Oleh sebab itu dari pembahasan latar belakang diatas penulis mengambil sebuah pembahasan mengenai “Bagaimanakah mekanisme pembayaran royalty untuk kepentingan komersial berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2014 tentang Hak cipta?”

METODE

Jenis penelitian dalam penulisan artikel ini menggunakan studi kasus normative berupa produk perilaku hukum, misalnya mengkaji Undang-Undang Pokok Kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku di dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang. Sehingga hukum normative berfokus pada inventarisasi hukum positif, asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum sistematik hukum, taraf sinkronisasi, perbandingan hukum dan sejarah hukum.

Adapun sumber data yang digunakan di dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Sumber data hukum primer b. Data hukum sekunder c. Data hukum tersier

Adapun teknik pengumpulan data diambil dari kalangan ahli hukum, pendapat para ahli hukum dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. Sedangkan analisis data yang diambil oleh peneliti ialah analisis secara kualitatif, kegiatan yang dilakukan di dalam analisis data penelitian hukum normative dengan cara data yang diperoleh di analisis secara deskriptif kualitatif taitu analisa terhadap data yang tidak bisa dihitung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME PEMBAYARAN ROYALTI UNTUK KEPENTINGAN KOMERSIAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 Tantang Hak Cipta

Yang dimaksud dengan royalti sesuai dengan Pasal 1 ankga 20 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta) adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.

(4)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 900 Pada pasal 1 ayat 21 UU Hak Cipta, Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk terkait yang diterima oleh pencipta atau pemiilik hak terkait. Dalam pasal 40 angka 1 huruf d UU Hak Cipta lagu atau music merupakan hasil karya intelektual manusia yang mendapat perlindungan hokum. Pencipta lagu dan music memiliki hak ekonomi atas pengguanaan karya ciptaannya untuk kegiatan komersial, sehingga orang atau pihak yang menggunkan karya cipta lagu dan music orang lain untuk kepentingan komersial berkewajiban terlebih dahulu untuk menerima izin dari pencipta atau pemegang hak cipta lagu dan music tersebut. Kemudian pengguna (user) diwajibkan untuk membayar royalty kepada pencipta sebagai bentuk hak ekonomi yang didapatkan oleh pencipta atas pengguanaan karya ciptaannya untuk kepentingan komersial.

Pencipta/pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait berhak memberikan lisensi melalui perjanjian tertulis untuk melaksanakan pemanfaatan suatu ciptaan secara komersial selama jangka waktu tertentu dan tidak melebihi masa berlaku hak cipta dan hak terkait (Pasal 1 angka 20 UU Hak Cipta).

Lisensi adalah suatu bentuk pemberian izin untuk memanfaatkan suatu hak atas kekayaan intelektektual yang dapat diberikan oleh pemberi lisensi kepada penerima lisensi agar penerima lisensi dapat melakukan suatu bentuk kegiatan usaha, baik dalam bentuk teknologi atau pengetahuan (knowhow) yang dapat dipergunakan untuk memproduksi menghasilkan, menjual, atau memasarkan barang tertentu, maupun yang akan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan jasa tertentu, dengan mempergunakan hak kekayaan intelektual yang dilisensikan tersebut Untuk keperluan tersebut penerima lisensi diwajibkan untuk memberikan kontraprestasi dalam bentuk pembayaran royalti yang dikenal juga dengan license fee.

Lisensi tersebut terwujud dalam bentuk kontrak, oleh karna itu, perlu adanya pemerhatian atas syarat syarat sah nya perjanjian menurut KUHPerdata pasal 1320 yang berbunyi “ supaya terjadi perjanjian yang sah harus memenuhi empat syarat, yang pertama kesepakatan kedua belah pihak, yang kedua kecakapan untuk membuat suatu perikatan/perjanjian, yang ketiga adanya suatu pokok perjanjian/persoalan, yang keempat, suatu sebab yang tidak dilarang” nah pasal inilah yang menjadikan dasar awal daripada terbentuknya perjanjian lisensi.

Sesuai dengan Pasal 80 ayat (1) UU Hak Cipta, kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perjanjian lisensi juga disertai kewajiban penerima lisensi untuk memberikan royalti kepada pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait selama jangka waktu lisensi. Penentuan besaran royalti dan tata cara pemberian royalti dilakukan berdasarkan perjanjian lisensi antara pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait dan penerima lisensi.

Lisensi ini diberikan kepada Penggunaan hak cipta kepada Lembaga yang berwenang dalam melaksanakan pemungutan pembayaran royalty, dalam hal ini adalah LMK yaitu Lembaga Managemen Kolektif, didalam undang undang nomor 28 tahun 2014 pasal 1 angka 22 UUHC menyebutkan bahwa “Lembaga Manajemen Kolektif adalah institusi yang berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait guna mengelola hak ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalty”.

(5)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 901 Penggunaan lagu secara komersial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta asalkan pengguna memenuhi kewajiban mereka berdasarkan perjanjian dengan Lembaga Manajemen Kolektif(LMK) untuk membayar lagu royalty berdasarkan pasal 87 (4) UU Hak Cipta Indonesia. Mengenai ketentuan royalty dalam UU Hak Cipta tidak disebutkan hanya dijelaskan tentang pengertiannya saja serta dengan perjanjian lisensi maka si penerima lisensi tersebut harus membayar royalty kepada pemegang hak cipta terkait. Mengenai ketentuan royalty hanya dilakukan antara pengguna(User) dan pemegang hak cipta melalui Lembaga Menejemen Kolektif.

Kemudian lebih dalam lagi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Lagu, dimana dalam PP tersebut diatur lebih dalam lagi mengenai hak royalty dari pencipta.

Seperti dalam Pasal 3 menyatakan: Setiap Orang dapat melakukan Penggunaan Secara Komersial lagu dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial dengan membayar royalti kepada pencipta, pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait melalui Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).

LMKN adalah lembaga bantu pemerintah non APBN yang dibentuk oleh Menteri berdasarkan Undang-Undang mengenai Hak Cipta yang memiliki kewenangan untuk menarik, menghimpun, dan mendistribusikan Royalti serta mengelola kepentinganhak ekonomi Pencipta dan pemilik Hak Terkait di bidang lagu dan/atau musik. Contoh dari bentuk layanan publik yang dimaksud yaitu seperti: seminar dan konferensi komersial, restoran, kafe, pub, bar, bistro, kelab malam, diskotek, konser music, pesawat udara, bus, kereta api, kapal laut, pameran dan bazar, bioskop, nada tunggu telepon, bank dan kantor, pertokoan, pusat rekreasi, lembaga penyiaran televisi dan radio, hotel dan fasilitas hotel serta usaha karaoke.

Serta kemudian, mengenai tata cara pengelolaan royalti lebih lanjut diatur dalam Pasal 9 PP 56/2021 yaitu: setiap orang dapat melakukan penggunaan secara komersial lagu dan/atau musik dalam bentuk layanan publik yang bersifat komersial dengan mengajukan permohonan lisensi kepada pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait melalui LMKN. Kemudian, dalam hal ini jika ingin menggunakan lagu dan/atau musik tersebut tanpa perjanjian lisensi, maka hal tersebut tetap dapat digunakan. Seperti yang diatur dalam Pasal 10 PP 56/2021 yaitu: pembayaran royalti harus segera dilakukan setelah penggunaan secara komersial lagu dan/atau music yang digunakan.

SIMPULAN

Pada dasarnya undang undang hak cipta telah mengatur seluas luasnya tentang pemahaman hak dan ciptaan, Lagu yang di perdengarkan dikhalayakan umum juga mendapatkan keuntungan komersial didalamnya, wajib memberikan yang Namanya pembayaran royalty, dan pembayaran royalty tersebut menggunakan perjanjian lisensi, dimana didalam perjanjian tersebut terdapat point point penting tentang keberlangsungan nya hak cipta yang di pergunakan untuk kepentingan komersial tersebut, LMKN menjadi suatu wadah untuk menjalankan perjanjian lisensi tersebut.

(6)

National Conference on Social Science and Religion (NCSSR 2022) 902 DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Lisensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001)

I Putu Adi Gunawan, I Made Dedy Priyanto, 2019, Perlindungan Hukum Karya Lagu Dan Musik Yang Dibawakan Oleh Wedding Singer Untuk Kepentingan Komersial, Vol.06 NO.03, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Kertha Semaya, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Bali.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Made Angga Adi Suryawan, Made Gde Subha Karma Resen, 2018, Pelaksanaan Penarikan Royalti Oleh Yayasan Karya Cipta Indonesia Wilayah Bali Pada Restoran Di Kabupaten Gianyar Atas Pengguanan Karya Cipta Lagu Dan Musik, Vol.04 NO 03, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum Kertha Semaya, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Bali.

Peraturan pemererintah nomor 56 tahun 2021 tentang pengelolaan royalty hak cipta lagu

Sudargo Gautama, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, Eresco, (Bandung, 1990)

Undang-undang hak cipta nomor 28 tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

52 4.2 Sanksi Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Yang Tidak Berlisensi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta58 4.3 Penyelesaian Hukum

TANGGUNG JAWAB PENGELOLA MAL TERHADAP PELANGGARAN HAK CIPTA YANG DILAKUKAN OLEH PENYEWA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK

Undang-undang ini berlaku sampai tahun 2014, yang kemudian digantikan oleh undang-undang hak cipta terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, yaituHubungan hukum antara

Dalam pembahasan dikatakan bahwa materi baru yang tertuang di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dinilai merupakan suatu pembaharuan hukum khususnya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 membatasi Pencipta untuk menghasilkan suatu Ciptaan yang bertolak dari fungsi sosial,

Pengaturan hukum mengenai hak ekonomi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menunjukkan hak ekonomi merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak

Persaingan curang di bidang hak cipta, berpangkal dari adanya sejumlah ancaman pidana penjara maupun denda dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

28 Tahun 2014 tersebut diharapkan bisa melindungi pencipta dan pemilik hak terkait serta pemegang hak cipta dari tindakan- tindakan pemanfaatan atas hak-hak mereka