Dari pengertian di atas jelas bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan atau kelalaian yang mempunyai unsur perbuatan salah sebagai suatu perbuatan yang dilarang dan diancam pidana, dimana penjatuhan pidana tersebut kepada pelakunya merupakan suatu tindak pidana. itu untuk menjaga ketertiban hukum dan menjamin kepentingan umum. Menurut Moeljatn, jenis-jenis tindak pidana tersebut berbeda-beda karena beberapa hal, antara lain sebagai berikut: 28.. a) Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), terdapat perbedaan antara tindak pidana dari II. buku dan tindak pidana dari III. Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur dalam KUHP adalah: Pasal 310 KUHP (penghinaan), yaitu penyerangan yang disengaja terhadap kehormatan atau nama baik, Pasal 322 KUHP (pengungkapan rahasia), yaitu pengkhianatan yang disengaja. sebuah rahasia yang wajib dia jaga berdasarkan posisi atau posisi pencariannya.
Dalam tindak pidana kelalaian (culpa), orang juga dapat dihukum jika ada kesalahannya, misalnya Pasal 360 Ayat 2 KUHP yang mengakibatkan orang lain dirugikan. d) Berdasarkan jenis perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan aktif disebut juga perbuatan materil, adalah perbuatan untuk mencapainya, yang ditunjukkan dengan gerak-gerik badan orang yang melakukan perbuatan itu, misalnya pencurian (Pasal 362 UU KUHP) dan penipuan (Pasal 378 KUHP). Penggolongan tindak pidana menurut sistem KUHP terbagi menjadi dua bagian, yaitu tindak pidana (pelanggaran ringan) yang diatur dalam Buku II KUHP dan pelanggaran (pelanggaran) yang diatur dalam Buku III KUHP. kejahatan dan pelanggaran didasarkan pada perbedaan asas, yaitu: 29. a) kejahatan itu sah, artinya perbuatan yang bertentangan dengan keadilan. Menurut Lamintang, setiap tindak pidana yang terdapat dalam KUHP dapat diuraikan menjadi dua macam, yaitu unsur subyektif dan unsur obyektif.Yang dimaksud dengan unsur “subjektif” adalah unsur yang melekat pada diri pelaku, atau yang berkaitan dengan diri pelaku. . dan mencakup segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya, sedangkan yang dimaksud dengan unsur obyektif adalah unsur-unsur yang berkaitan dengan keadaan, yaitu keadaan di mana perbuatan pelaku itu harus dilakukan.30.
Dasar-dasar hukum pidana Indonesia... unsur subyektif tindak pidana adalah: a) Disengaja atau tidak disengaja (culpa/dolus); Dari adanya unsur perbuatan yang dilarang menunjukkan bahwa pencurian merupakan tindak pidana formil. Maksud dari perbuatan merampas barang milik orang lain haruslah bertujuan untuk menguasainya.Gabungan kedua unsur tersebut menunjukkan bahwa dalam tindak pidana pencurian, yang dimaksud dengan penguasaan bukan berarti peralihan hak milik atas barang yang dicuri. dari penulis, dengan alasan yang masuk akal.
Menurut Mulyatno, unsur ilegalitas dalam tindak pidana pencurian adalah “Niat memilikinya melawan hukum atau niat memilikinya terbukti melawan hukum, artinya sebelum ia melakukan tindakan keberatan, ia sudah mengetahui dan mengetahui bahwa penguasaan benda milik orang lain itu melawan hukum. Oleh karena itu, unsur melawan hukum disebut dengan unsur melawan hukum.
Tindak Pidana Ringan
Denda
Tugas dan Kewenangan Hakim
Hakim sebagai pejabat negara dan aparat penegak hukum wajib meneliti, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat, dan hakim wajib mempertimbangkan berat ringannya tindak pidana serta berat ringannya tindak pidana. sifat baik dan buruk terdakwa (Pasal 28 UU No. 4 Tahun 2004 juncto UU No. 48 Tahun 2009). Peradilan merupakan suatu kekuasaan yang merdeka, sebagaimana yang ditegaskan dalam penafsiran Pasal 24 dan 25 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu: “Peradilan adalah suatu kekuasaan yang merdeka untuk mengadili, menjunjung hukum dan keadilan, syarat-syarat untuk penciptaan dan pemberhentian perkara ditentukan dengan undang-undang”. Dalam arti menemukan hukum untuk memutus suatu perkara, dimana hakim wajib mengadili, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan keadilan yang ada dalam masyarakat.
Lebih lanjut dapat dipahami bahwa “Ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat.” Ketentuan di atas menunjukkan baik secara hukum maupun filosofis bahwa hakim Indonesia mempunyai tugas atau hak untuk melakukan penemuan hukum dan membuat undang-undang agar putusan yang diambilnya dapat sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat. Ketentuan ini berlaku bagi seluruh hakim di semua lingkungan peradilan dan dalam lingkup hakim tingkat pertama, tingkat banding, dan tingkat kasasi atau hakim pada Mahkamah Agung.
Namun hukum, sebagai produk politik, tidak mudah berubah dengan cepat mengikuti perubahan yang terjadi di masyarakat. Untuk mencegah subjektivitas hakim, Pasal 5 UU No. 48 Tahun 2009 menyatakan bahwa “hakim dan hakim konstitusi wajib meneliti, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat”, harus berjalan dengan apa yang benar.” 43. Putusan tentang undang-undang, apakah perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, kejahatannya dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dikenakan hukuman.
Putusan pengadilan merupakan tanggung jawab hakim dalam melaksanakan tugasnya, untuk menerima perkara yang diajukan kepadanya, menyelidiki dan memutus dimana tanggung jawab tersebut tidak hanya dibebankan pada hukum, dirinya sendiri atau masyarakat luas, tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hakim akan menjatuhkan hukuman apabila unsur-unsur tersebut terpenuhi dengan melihat pasal undang-undang yang dilanggar oleh pelaku. Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana yang lebih rendah dari batas minimum dan hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman yang lebih tinggi dari hukuman maksimum yang ditentukan undang-undang. 45 Dalam memutus pidana ada beberapa teori yang digunakan hakim.
Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat digunakan hakim dalam menilai suatu putusan suatu perkara, yaitu sebagai berikut: 46. Keseimbangan yang dimaksud di sini adalah keseimbangan antara keadaan yang ditentukan undang-undang dengan kepentingan pihak-pihak yang terlibat atau terkait. untuk kasus ini. Dalam memutus suatu perkara pidana, seorang hakim harus memutus dengan seadil-adilnya dan berpegang pada peraturan yang berlaku.
Keputusan mengenai hukum yaitu apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dipidana. Fungsi utama hakim adalah memberikan putusan terhadap perkara yang diajukan kepadanya, dimana dalam perkara pidana hal ini tidak lepas dari sistem pembuktian negatif (negative wetterlijke), yang pada prinsipnya menentukan dianggap suatu benar atau peristiwa atau kesalahan. yang telah dibuktikan selain adanya sarana-sarana yang diperlukan.Menurut undang-undang, pembuktian juga ditentukan oleh keyakinan hakim berdasarkan integritas moral yang baik.
TNI yang Melakukan Tindak Pidana
Prajurit TNI merupakan bagian dari masyarakat hukum yang berperan mendukung terciptanya budaya hukum di lingkungannya. Makna dari surat kabar diatas adalah peradilan militer lebih menekankan pada prosedur yang cepat, hukuman yang cepat, dengan tujuan menjaga ketaatan, keringanan hukuman dan berjuang dalam fase pertempuran. Polisi Militer tentu berarti “polisi militer” yang bertanggung jawab dalam penegakan hukum di lingkungan TNI, termasuk melakukan penyidikan terhadap prajurit TNI yang melakukan tindak pidana.
Kelembagaan Kejaksaan Militer sebagai lembaga penuntut dalam peradilan militer tidak bersifat independen karena berada dalam struktur komando Panglima TNI. Lembaga Administrasi Militer dibatasi oleh kewenangan yang dimiliki oleh pejabat administrasi militer yang bertindak sebagai Pejabat Pengajuan Perkara (Papera). Anggota suatu kelompok atau jabatan atau badan atau disamakan atau dianggap tentara menurut undang-undang dengan pangkat mayor ke atas.
Yang berdasarkan Pasal 9 angka 1 huruf f harus diadili oleh Pengadilan Militer, yaitu orang sipil yang pada kenyataannya bekerja pada Militer (Angkatan Bersenjata) yang diberi kewajiban menjaga rahasia militer, yang melakukan tindak pidana yang berkaitan dengan hal tersebut. terhadap kewajiban dengan ketentuan orang tersebut tidak mencantumkan ketentuan huruf a, b, dan c. Melaksanakan putusan hakim atau putusan pengadilan di lingkungan Pengadilan Militer atau Pengadilan di lingkungan Pengadilan Umum. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh Indonesia. . pendarahan akibat ancaman dan kekhawatiran terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Hukum pidana militer disebut juga disiplin militer yang merupakan inti dari hukum militer, dikatakan sebagai inti hukum pidana militer, karena fungsi hukum militer adalah melindungi disiplin militer dalam arti yang seluas-luasnya. Hukum disiplin militer merupakan seperangkat peraturan dan norma untuk mengatur, menegakkan, dan memajukan disiplin atau tata kehidupan prajurit agar setiap tugas dan kewajibannya dapat berfungsi dengan sempurna. Setiap perbuatan yang bukan merupakan tindak pidana, tetapi melanggar perintah resmi atau peraturan resmi, atau perbuatan yang tidak sesuai dengan cara hidup prajurit.
Setiap perbuatan yang merupakan tindak pidana bersifat ringan sehingga dapat ditindak berdasarkan Undang-Undang Disiplin Militer. Pelanggaran hukum disiplin tidak diselesaikan melalui pengadilan militer, melainkan diselesaikan melalui sidang disiplin, yang diselesaikan di sidang atasan yang berhak menghukum (ANKUM), sedangkan sanksi yang digunakan dalam hukum disiplin militer berbeda dengan yang tercantum dalam Hukum Disiplin. KUHP dan KUHP yaitu berupa : 55. Perbuatan - Perbuatan yang dilarang atau diwajibkan, yang pada hakekatnya sudah ditentukan dalam undang-undang lain, namun diatur tambahan dalam KUHP (atau dalam KUHP militer lainnya) karena adanya ketentuan khusus. keadaan militer atau adanya sesuatu yang lain, sehingga diperlukan pidana yang lebih berat, bahkan mungkin lebih berat dari tindak pidana asal dengan beratnya yang ditentukan dalam pasal tersebut.