MEMBANGUN AKHLAK MULIA DI BULAN PUASA
Puasa Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk membangun akhlak mulia karena selain menahan lapar dan dahaga, kita juga harus menahan diri dari perbuatan yang tidak baik seperti berkata-kata kasar, berbohong, dan lain-lain. Contoh akhlak mulia yang harus kita terapkan ketika berpuasa adalah selalu rendah hati, ikhlas dalam mengerjakan amal ibadah, sabar dan istiqamah dalam menahan semua godaan yang membatalkan puasa.
Bulan Ramadhan itu mengajarkan akhlak yang mulia. Di bulan yang mulia tersebut kita diajarkan untuk tidak melakukan perbuatan tercela seperti dusta dan banyak mencela.
Saat berpuasa wajib meninggalkan dusta sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat bukhari “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903). Lihatlah bagaimana akibat dusta dalam puasa, seseorang tidak mendapatkan apa-apa.
Kemudian yang wajib ditinggalkan lagi adalah suka mencela atau menghina orang lain.
bahaya bagi orang yang banyak mencela saat berpuasa. Termasuk dalam mencela adalah mencela saudaranya yang telah bertaubat dari dosa karena dapat masuk kedalam lembah neraka.
“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2505. Syaikh Al-Albani berkata bahwa hadits ini maudhu’). Imam Ahmad menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah dosa yang telah ditaubati.
Dalam Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, اَهَلَمْعَت ْنَأ ّدُب َلَو َكْيَلإإ ٌةَرإئاَص اَهّنَأ إهإب َدْيإرُي ْنَأ ُلإمَتْحَي َكْيَلإإ َيإهَف َكاَخَأ اَهإب ْتَرّيُع ٍةَيإصْعَم ّلُكَو
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu.
Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)
Hadits di atas bukan maknanya adalah dilarang mengingkari kemungkaran. Ta’yir (menjelek- jelekkan) yang disebutkan dalam hadits berbeda dengan mengingkari kemungkaran. Karena menjelek-jelekkan mengandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa diri telah bersih dari dosa. Sedangkan mengingkari kemungkaran dilakukan lillahi Ta’ala, ikhlas karena Allah, bukan karena kesombongan. Intinya, secara umum, puasa mengajarkan akhlak yang mulia. Jangan sampai puasa kita jadi sia-sia karena sikap atau tingkah laku kita yang jelek pada orang lain.
Secara umum di setiap waktu, Islam mengajarkan kita akhlak yang mulia. Dari Abu Ad-Darda’, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إقُلُخْلا إنْسُح ْنإم إناَزيإمْلا ىإف ُلَقْثَأ ٍء ْىَش ْنإم اَم
“Tidaklah sesuatu yang lebih berat di timbangan selain akhlak yang mulia.” (HR. Abu Daud no.
4799 dan Tirmidzi no. 2003. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Semoga dengan akhlak mulia semakin memberatkan timbangan amalan kita di hari kiamat kelak.
Bila tak ditopang karakter diri, niscaya akan jadi bumerang.
Teknologi internet, bilatak ditopang karakter yang luhur, maka akan disalah gunakan. Demikian juga kemajuan ekonomi, bila tak dibarengi dengan pendidikan karakter niscaya akan menjadi lahan memperkaya yang sudah mapan, dan menghempit orang yang lemah. Pun jabatan, bila tak dibarengi akhlah mulia, maka yang akan lahir para maling uang rakyat dan penguasa yang menindas.
Menurut Profesor Quraish Shihab, setidaknya ada tiga hal untuk membentuk akhlak mulia manusia. Bila dilaksanakan dengan baik, maka akan melahirkan manusia yang memiliki karakter terpuji.
- Kiat pertama dalam membentuk akhlak mulia adalah takhalluq. Yang dimaksud dengan takhalluq adalah melatih dan membiasakan diri untuk bersikap baik. Hal ini harus sering dilatih dan diasah secara terus-menerus. Bila sudah dilatih, ke depan itu akan menjadi sikap yang melekat pada diri seseorang. Sikap baik itu akan identik dengan dirinya.
Pembiasan diri, kata Quraish Shihab merupakan salah satu cara terbaik untuk membentuk akhlak. Untuk orang tua, kiat ini bisa ditanamkan pada keluarganya, terutama pada anaknya. Agar kelak, ketika dewasa, anak-anaknya adalah manusia yang memiliki karakter.
- Kiat yang kedua adalah keteladanan. Untuk itu, seorang yang ingin membentuk akhlak anak misalnya, harus menunjukkan juga perilaku yang baik. Bila orang tua sering bertengkar di rumah atau sering mengucapkan kata-kata kotor di dalam rumah, maka bagaimana mungkin bisa mengajarkan etika yang mulia pada anak. Alih-alih tercerahkan, anak justru melihat preseden yang buruk. Tak tertutup kemungkinan, kelak ia akan melanjutkan contoh yang buruk tersebut untuk kehidupan rumah tangganya. Ingat, anak akan mudah mencontoh perangai buruk orang tuanya. Pun atasan atau pemimpin, tak akan mempan bicara akhlak, bila ia sendiri lalai dalam mempraktikkan karakter yang baik. Seorang yang korupsi, ceramah tentang bahaya korupsi. Atau seorang maling, berbicara tentang bahaya mencuri akan dianggap sia-sia. Keteladanan yang baik itu kunci kedua dalam membentuk karakter. Yang tak kalah penting, faktor lingkungan juga terkadang berpengaruh dalam membentuk akhlak seeorang. Ada adigium yang sering dipakai oleh orang-orag bijak; “seorang yang bergaul dengan pandai besi, ia akan kecipratan bau gosong, sedangkan orang yang bergaul dengan penjual minyak wangi, pasti ia akan kecipratan bau wangi minya tersebut,”. Ini semua pengaruh lingkungan tempat manusia itu hidup dan menetap. Lingkungan itu mendorong terbentuknya akhlak mulia manusia
- Terakhir untuk membentuk akhlak yang baik adalah olah jiwa. Bagian ini terbilang cukup sulit. Olah jiwa ini biasanya dipraktikkan dalam ajara tasawuf, terkhusus dalam tasawuf akhlaki. Pasalnya, dalam jalan tasawuf ada riyadhah (latihan) untuk membersihakn jiwa.
Dengan begitu, akhlak seseorang itu sempurna. Bukan saja tampak baik dari luar, pun dalam dirinya terpancar kebajikan. Ahlak yang baik yang diajarkan tasawuf, adalah jalan menuju Allah. Biasanya akhlak tasawuf yang pertama adalah mengenal Allah.
Setiap salik (istilah tasawuf; merujuk pada orang yang mendalaminya), yang pertama diperkenalkan padanya adalah sifat-sifat Allah. Pun orang yang mengenal Allah dengan baik, maka akan mempraktikkan sifat-sifat mulia yang ada pada Tuhan. Seperti sifat penyayang dan pengasih Tuhan.