• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI PERMULAAN BAGI SISWA SD KELAS AWAL MELALUI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "MEMBANGUN BUDAYA LITERASI PERMULAAN BAGI SISWA SD KELAS AWAL MELALUI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI PERMULAAN BAGI SISWA SD KELAS AWAL MELALUI POP UP BOOK

An-Nisa Apriani, M.Pd. dan Yusinta Dwi Ariyani, M.Pd.

Prodi PGSD Universitas Alma Ata Yogyakarta (akunnisa@gmail.com)

ABSTRAK

Siswa kelas awal berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang sangat penting. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong. Perkembangan siswa yang perlu diperhatikan adalah perkembangan bahasa dan kemahiran literasi.Literasi diartikan lebih dari sekedar membaca dan menulis.Hal ini juga mencakup keterampilan berpikir dalam bentuk cetak, visual, digital, dan audio.Namun, budaya literasi di kalangan anak-anak masih awal.

Budaya literasi dapat di tumbuhkan melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran literasi harus dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan sehingga pembelajaran tersebut mampu menumbuhkan kecintaan siswa untuk membaca. Jika di ajarkan dalam kondisi paksaan maka siswa akan merasa tertekan. Oleh sebab itu, guru harus memilih media dan sumber belajar yang mampu mendorong siswa untuk cinta membaca. Media dan sumber belajar yang dapat digunakan adalah pop up book.

Dalam pembelajaran literasi dengan pop up book, siswa akan dihadapkan dengan aktivitas cerita yang menarik, menyenangkan, dan bermakna. Siswa akan menemukan halaman buku dalam bentuk tiga dimensi yang dapat digerakkan sehingga tidak membosankan.

Pembelajaran literasi dengan pop up book juga lebih interaktif dengan elemen kejutan dari setiap halaman sehingga memberikan daya tarik bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Hal tersebut tentu akan memberikan kontribusi terhadap sikap positif siswa terhadap pembelajaran literasi sekaligus membangun budaya literasi guna mengembangkan kretavitas, menambah pengetahuan, merangsang imajinasi dan menumbuhkan rasa cinta membaca.

Kata kunci: budaya literasi, pop up book, siswa SD kelas awal

(2)

A. PENDAHULUAN

Keberadaan manusia saat ini di pengaruhi oleh pendidikan sebelumnya dan keberadaan manusia masa depan di pengaruhi oleh pendidikan saat ini.

Melalui pendidikan saat ini diharapkan dapat melahirkan manusia yang mampu menghadapi berbagai perkembangan dan perubahan masyarakat yang berlangsung cepat. Lingkungan pendidikan yang cukup berperan menanamkan nilai-nilai kehidupan bagi peserta didik adalah lembaga sekolah. Dalam masyarakat modern, sekolah dipercaya sebagai lembaga yang penting untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan pada diri peserta didik. Penanaman nilai-nilai kehidupan di sekolah dasar mencakup peserta didik kelas awal dan kelas tinggi dengan karakteristik yang unik dan berbeda.

Siswa kelas awal berada pada rentangan usia dini.Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang sangat penting. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong.

Perkembangan siswa yang perlu diperhatikan adalah pendidikan bahasa dan kemahiran literasi.Pendidikan literasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan di sekolah guna memupuk minat dan bakat dalam diri peserta didik sejak usia dini. Literasi merupakan salah satu aktifitas penting dalam hidup. Sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri peserta didik mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kemampuan peserta didik untuk memahami informasi secara analitiss, kritis, dan reflektif (Kemendikbud:

2016).

Budaya literasi sejak usia kelas awal merupakan dasar penentu keberhasilan dalam kegiatan belajar siswa selanjutnya. Pentingnya kemampuan literasi anak sekolah dasar akan memberikan informasi terkait kesulitan membaca dan menulis. Upaya membangun budaya literasi di dukung oleh pemerintah dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang berisi bahwa Penumbuhan

(3)

Budi Pekerti, Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mempunyai program unggulan bernama “Gerakan Literasi Bangsa (GLB)”

yang bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan menulis). Ironisnya, budaya literasi di kalangan peserta didik sekolah dasar masih awal. Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menonton TV daripada membaca buku (Gerakan Literasi Sekolah:

2014).

Hasil observasi di beberapa SD baik negeri maupun swasta pada tahun 2017 menunjukkan bahwa masalah-masalah yang ditemukan dalam pembelajaran literasi meliputi siswa SD kelas awalbelum mampu membaca dan menulis dengan baik dan benar, siswa belum dapat menceritakan kembali apa yang dibacakan sebelumnya, jika ada siswa yang dapat menceritakan kembali, ceritanya belum runtut, dan siswa kurang tertarik membaca teks yang disajikan dalam buku. Apabila budaya literasi tidak di bangun dari sejak usiaSD kelas awal maka masa depan anak-anak di abd 21 akan terancam.

Mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan di abad teknologi infornasi dikarenakan mereka kurang kompetitif, kurang ilmu pengetahun dan teknologi karena rendahnya kemampuan baca tulis.

Berdasarkan kondisi budaya literasi siswa SD yang masih rendah, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal wajib menumbuhkan budaya baca-tulis secara sistematik sejak kelas awal.Hal tersebut dikarenakan siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Budaya literasi di sekolah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terutama guru di sebabkan guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian budaya literasi dapat di bangun melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran literasi harus dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan dan bermakna bagi diri siswa. Jika di ajarkan dalam kondisi paksaan maka siswa akan merasa takut dan tertekan. Pembelajaran yang bermakna dapat tercapai

(4)

ketika apa yang telah dipelajari siswa dapat digunakan dalam kehidupannyabaik dalam menjalani kehidupan masyarakat di lingkungannya maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Selanjutnya, rancangan pembelajaran literasiyang perlu di rancang guru harus sesuai dengan kondisi dan perkembangan siswa kelas awal agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa.

Pembelajaran literasi yang menyenangkan dapat diupayakan melalui media dan sumber belajar yang menarik.Dalam pembelajaran dengan menggunakan media juga dapat disisipi dengan transfer of value, sehingga media pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Menurut Sri (2010), salah satu solusi mengatasi rendahnya minat dan kemampuan membaca adalah menyediakan buku yang menarik. Pop up book merupakan salah satu buku yang menarik dan solusi tepat dalam pembelajaran literasi bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Dalam pembelajaran literasi dengan pop up book, siswa akan dihadapkan dengan aktivitas cerita yang menarik, menyenangkan, dan bermakna. Siswa akan menemukan halaman buku dalam bentuk tiga dimensi yang dapat digerakkan dengan visualisasi cerita yang menarik sehingga tidak membosankan (Djuanda, 2011: 1). Pembelajaran literasi dengan pop upbook juga lebih interaktif dengan elemen kejutan dari setiap halaman sehingga memberikan daya tarik bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Hal tersebut tentu akan memberikan kontribusi terhadap sikap positif siswa terhadap pembelajaran literasi sekaligus membangun budaya literasi guna mengembangkan kretavitas, menambah pengetahuan, merangsang imajinasi dan menumbuhkan rasa cinta membaca.

B. PEMBAHASAN 1. Budaya Literasi

a. Pengertian Budaya Literasi

Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis.Kita mengenalnya dengan melek aksara atau

(5)

keberaksaraan.Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam arti (multi literacies). Ada bermacammacam keberaksaraan atau literasi , misalnya literasi computer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Jadi, keberaksaraan atau literasi dapat diartikan melekteknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan, bahkan juga peka terhadap politik (Ane, 2015: 148) .

Budaya suatu bangsa biasanya berjalan seiring dengan budaya literasi.Agar literasi dapat dikuasai secara maksimal maka budaya literasi perlu dilaksanakan. Pendidikan berbasis budaya literasi merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan di sekolah guna memupuk minat dan bakat sehingga bermanfaat bagi masa depan mereka. Kemampuan literasi awal terhadap kemampuan literasi anak terutama berkaitan dengan kemampuan penanaman gambar dan kosa kata yang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan selanjutnya.Periode literalisasi anak mulai dari lahir sampai umur enam tahun, pada periode tersebut anak-anak memperoleh pengetahuan tentang membaca dan menulis tidak melalui pengajaran tetapi melalui perilaku yang sederhana dengan berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan literasi. Oleh karena itu budaya literasi pada anak SD kelas awal akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya di masa depan.

b. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Literasi Anak

Hasil penelitian (Kana, dkk: 2017) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi literasi ada 2 macam yaitu:

1) Faktor yang berasal dari dalam (internal) diri siswa seperti: faktor keturunan , minat, bakat, IQ dan sebagainya.

2) Faktor yang berasal dari luar (eksternal) siswa seperti motivasi, keluarga, sekolah yang mencakup metode dan media pembelajaran, bimbingan

(6)

belajar (les), bimbingan belajar saat menempuh pendidikan di TK dan sebagainya.

Oleh Karena itu, guru harus memahami bahwa pembelajaran literasisiswa SD membutuhkan sentuhan khusus agar anak SD kelas awal bisa membaca dan menulis dengan lancar. Bahasa yang dikuasai anak dalam belajarnya, penting untuk menunjang prestasi atau hasil belajar anak, dimana anak yang membacanya lancar akan lebih memahami sebuah bacaan atau soal dengan setiap pertanyaan, dibandingkan dengan anak yang membacanya tidak lancar.

Selain itu, mengajarkan anak membaca, lalu membiasakan anak membaca hingga menjadi karakter, setelah itu barulah menjadi budaya.Hal ini tentu tidak lepas dari peran orang tua untuk mengajarkan anak untuk bisa mengenal abjad/huruf sebelum memasuki sekolah dasar.

c. Pembelajaran literasi Untuk Siswa SD Kelas Awal

Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya membaca dan menulis (literasi) pada peserta didik.Oleh karena itu, tiap sekolah harus memberikan dukungan penuh terhadap penumbuhan budaya membaca dan menulis (literasi) di sekolah. Dukungan tersebut dapat dilakukan dengan mengakomodasi likungan fisik, lingkungan sosial dan afeksi, serta lingkungan akademik yang literat dalam proses pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran literasi harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD terutama kelas awal sebagai usia penting dalam perkembangan bahasa.

Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.Selain karakteristik yang perlu

(7)

diperhatikan kebutuhan peserta didik.Menurut Hurlock (1980:146), masa kanak-kanak akhir (late chilhood) berlangsung dari usia enam tahun. Usia ini ditandai dengan oleh kondisi yang sangat mempengaruhi pribadi dan penyesuaian sosial anak.

Pada saat anak masuk ke kelas satu, perubahan besar dalam kehidupan anak terjadi. Mereka dihadapkan pada suasana lingkungan baru yang menuntut mereka untuk dapat menyesuaikan diri. Secara psikologis dalam situasi tersebut kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang, anak mengalami gangguan emosional sehingga sulit untuk hidup dan bekerja sama.

Masuk ke kelas satu merupakan peristiwa penting dalam kehidupan setiap anak sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah.

Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Keempat karakteristik saling berkaitan dan akan akan selalu berhubungan dengan pengalaman dan lingkungan.

Menurut tahap Piaget, masa sekolah dasar berada pada tahap concrate operational.The concrate operational stage is characterized by remarkable cognitive growth and is a formative one in schooling, because its when children’s language and basic skill acquisition accelerate dramatically (Schunk, 2012: 238). Pernyataan tersebut berarti bahwa pada tahap operasional konkret ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan merupakan tahap formatif dalam pendidikan sekolah, karena ini masanya penguasaan bahasa dan keterampilan-keterampilan dasar anak berkembang cepat secara dramatis.

(8)

Guru yang mengetahui karakteristiki anak, akan lebih mudah untuk memberikan cara pembelajaran yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan efektif. Terutama dalm mengajarkan pembelajaran literasi pada anak SD kelas awal.Sesuai dengan karakteristik siswa SD kelas awal maka sumber dan media pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran literasi adalah konkret, menarik, dan bermakna. Salah satu media dan sumber belajar yang dapat digunakan adalah pop up book.

d. Media Pop Up Book dalam Pembelajaran Literasi Untuk Siswa SD Kelas Awal

Kemampuan literasi lebih di kenal dengan kemampuan siswa dalam memahami informasi saat proses membaca dan menulis. Kemampuan lietrasi dapat di bangun sejak usia SD Kelas Awal dalam proses pembelajaran. Salah satu factor utama yang penting dalam pembelajaran literasi untuk siswa SD kelas awaladalah penggunaan sumber belajar yang menarik.Siswa SD kelas awal memiliki keunikan dalam hal belajar. Usia kelas 1, 2, dan 3 masih identic dengan belajar sambil bermain..Pembelajaran di kelas awal harus di rancang dengan penggunaan sumber belajar yang identic dengan mainan sehingga anak senang dan semangat membaca dan mennulis (literasi).

Sumber belajar yang dapat di manfaatkan dalam pembelajaran literasi untuk berbagai pelajaran khusus siswa SD kelas awal yaitu .media pop up book.Media tersebut masih asing di gunakan oleh guru SD. Padahal media ini memiliki banyak kelebihan yang bisa merangsang anak untuk cinta membaca.Menurut Desta, dkk (2014) media Pop Up Book memiliki beberapa kelebihan yaitumemberikan pengalaman khusus pada pembaca seperti menggeser, membuka, dan melipat bagian Pop Up Book. Hal ini akan membuat kesan tersendiri kepada pembaca sehingga akan lebih mudah masuk kedalam ingatan ketika menggunakan media ini. Pernyataan tersebut di dukung oleh “Adding movement contributes yet another way for readers and non-readers to learn and enjoy. Hands-on and kinetic, movable and pop-up

(9)

books combine hands and eyes, action and reaction, discovery and wonder.”

(Van Dyk, 2010: 5). Dengan lebih banyak kegiatan yang menarik dan memacu daya ingat diharapkan dapat dijadikan bahan dan inovasi siswa dalam berbicara.

Taylor dan Bluemel (2003: vol. 22) juga menambahkan bahwa pop up book are“mechanical, movable books, [that] unfold and rise from the page to our surprice and delight.”.pernyataan tersebut berarti bahwaPop Up Book adalah konstruksi, pergerakan buku yang mucul dari halaman yang membuat kita terkejut dan menyenangkan. Pop Up Book identik dengan anak-anak dan mainan, namun benda ini dapat digunakan menjadi media pembelajaran yang baik. Media ini berisi cerita bergambar yang memiliki bentuk tiga dimensi ketika halaman buku dibuka. Peng-gunaan media ini dalam pembelajaran dapat digunakan pada bidang kebahasaan yaitu pada peningkatan keterampilan-keterampilan dasar berbahasa

C. KESIMPULAN

Budaya literasi sejak usia kelas awal merupakan dasar penentu keberhasilan dalam kegiatan belajar siswa selanjutnya. Pentingnya kemampuan literasi anak sekolah dasar akan memberikan informasi terkait kesulitan membaca dan menulis.Salah satu factor utama yang penting dalam pembelajaran literasi untuk siswa SD kelas awal adalah penggunaan sumber belajar yang menarik.Siswa SD kelas awal identic dengan belajar sambil bermain sehingga anak senang dan semangat membaca dan mennulis (literasi). Sumber belajar yang dapat di manfaatkan dalam pembelajaran literasi untuk berbagai pelajaran khusus siswa SD kelas awal yaitu .media pop up book.

Pembelajaran literasi dengan pop up book memberikan kontribusi terhadap sikap positif siswa terhadap pembelajaran literasi sekaligus membangun budaya literasi guna mengembangkan kretavitas, menambah pengetahuan, merangsang imajinasi dan menumbuhkan rasa cinta membaca.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ane, P. 2015. Membangun kualitas bangsa dengan budaya literasi.Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015

Desta, S. 2013. Penerapan media pop up book untuk meningkatkan keetrampilan berbicara. Penelitian kolaboratif, PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,.

Kemendikbud. 2010. Buku saku gerakan literasi sekolah dalam (http://repositori.perpustakaan.kemdikbud.go.id/17/1/Buku-Saku_Gerakan- Literasi-Sekolah-Ditjen-Dikdasmen-Kemendikbud-ok.pdf). Diakses pada tanggal 6 Desember 2017

Gerakan Literasi sekolah. 2014. Gerakan literasi sekolah menjadikan Indonesia sebagai Negara berbudaya literasi tinggi setaraf dengan Negara maju dalam (http://sekolah-inspirasi.net/wp-content/uploads/2014/03/proposal_gerakan- literasi sekolah_2014.pdf). diakses pada tanggal 5 Desember 2017.

Hurlock, E. B. 1999. Perkembangan anak jilid 2 (Terjemahan Tjandrasa Meitansari). New York: McGraw-Hill. (Buku asli diterbitkan tahun 1978).

Schunk, D. H. 2012. Teori-teori pembelajaran: perspektif pendidikan (Terjemahan Eva Hamidah, Rahmat Fajar). New York: Pearson Education.Inc

Kemendikbud. (2010). Pedoman pembinaan akhlak mulia siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler sekolah dasar. Jakarta: Dirjen Manajemen pendidikan Dasar dan Menengah.

Sri, W. 2010. Menumbuhkembangkan minat baca menuju masyarakat literat.Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia FKIP Univeristas Islam Malang. 17 (1) 183

Taylor, R.H dan Bluemel, N.L. 2003.Pop-up books: an introductory guide.

Emerald, 22 (1) 22-31

Van Dyk, S. (2010). Paper Enginering. Washington DC: Smithsonian Instittion Libraries

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kegiatan literasi, hambatan dan upaya pihak sekolah untuk meningkatkan minat membaca dan menulis siswa kelas atas di SDN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kegiatan literasi, hambatan dan upaya pihak sekolah dalam meningkatkan minat membaca dan menulis siswa kelas atas di SDN

Sekolah Dasar. Sehingga menulis permulaan merupakan keterampilan.. menulis yang diajarkan pada kelas rendah, yakni kelas 1 dan 2 Sekolah. Dasar sebagai pembelajaran menulis pada

Dalam hal aktivitas penggunaan online reading sebagai sumber bacaan dalam membangun budaya literasi membaca mahasiswa, dosen membantu mahasiswa menemukan

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat menyatakan bahwa salah satu factor pendukung dari Gerakan Literasi Sekolah dalam Menanamkan Karakter Gemar Membaca

Dengan demikian Model Respon Penyimak, selain dapat membangun budaya literasi melalui menumbuhkan minat membaca dan menulis serta berpikir kritis anak, juga dapat membangun

Pemerintah telah memprogamkan gerakan literasi bangsa yang bertujuan menumbuhkan budaya literasi ( membaca menulis). Budaya literasi yang tertanam dalam diri

Kemampuan literasi siswa merupakan modal penting yang harus dikuasai anak untuk memiliki keberhasilan dalam prestasi akademik baik dalam proses membaca, menulis,