• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMINIMALKAN KORBAN JIWA KETIKA KEADAAN DARURAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MEMINIMALKAN KORBAN JIWA KETIKA KEADAAN DARURAT "

Copied!
45
0
0

Teks penuh

Apabila pernyataan diatas ternyata tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah terapan ini dengan judul : “MENINGKATKAN KETERAMPILAN KAPAL KAPAL UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA” HIDUP DALAM KEADAAN DARURAT". Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan artikel ilmiah ini.

Meningkatkan keterampilan awak kapal untuk meminimalkan korban dalam keadaan darurat, diawasi oleh Mr. Tri Cahyadi dan Bpk. Tri Mulyatno Budhi H. Keadaan darurat adalah keadaan yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan dimana saja dalam kegiatan angkutan laut. Faktor lain selain kehendak Tuhan adalah kesalahpahaman tata cara menghadapi keadaan darurat, hal ini menjadi titik awal peran peningkatan keterampilan awak kapal dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja di kapal.

Penelitian ini dilakukan pada saat pencucian kapal guna memperoleh data primer melalui penelitian lapangan, maka penulis akan menggunakan teknik sebagai berikut melalui pengamatan langsung terhadap fasilitas yang diselidiki dan wawancara kepada awak kapal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pelatihan awak kapal untuk mengurangi jumlah korban jiwa dalam keadaan darurat memberikan dampak positif karena dapat mengurangi risiko kecelakaan dan juga korban jiwa di kapal karena seluruh awak kapal memahami prosedurnya. Hal ini menjadi landasan awal peningkatan kemampuan awak kapal untuk mengurangi risiko kecelakaan kapal.

The results of this study show that Improving the ability of ships to minimize casualties when the emergency situation is positively affected because it can reduce the risk of accidents and casualties as all crew members understand the procedure.

LATAR BELAKANG MASALAH

Keadaan darurat di kapal harus segera diatasi oleh awak kapal agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih serius. Namun awak kapal sebagai manusia juga mempunyai kemampuan yang terbatas dalam menangani keadaan darurat tersebut dan karena kerusakan yang sangat parah hingga kapal akan tenggelam, maka nakhoda sebagai pemimpin di kapal mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan untuk meninggalkan kapal tersebut. Ditegaskan pula dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 bahwa setiap awak kapal harus mempunyai keterampilan mengenai penyelamatan diri di laut.

Pelatihan ini menjaga keterampilan awak kapal dan meningkatkan kesiapsiagaan personel dan awak kapal jika menghadapi bahaya, serta perlengkapan dan perlengkapan tambahan di kapal. Semua tindakan tersebut bertujuan agar awak kapal yang kapalnya berada dalam bahaya dapat menolong dirinya sendiri atau orang lain atau menyelamatkan kapal beserta isinya dengan cepat dan tepat. Namun pada kenyataannya banyak awak kapal yang belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara menyelamatkan diri di laut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Sehingga pada saat terjadi keadaan berbahaya/darurat di kapal, awak kapal tidak menggunakan seluruh peralatan keselamatan karena pada saat pelatihan keselamatan jiwa dilakukan di laut, awak kapal tidak melakukannya dengan serius dan penuh kesadaran atau pelatihan dilakukan hanya sebagai dokumen keselamatan. formalitas di atas dan tidak diterapkan dalam praktik. Juga untuk meningkatkan kesadaran para awak kapal tentang pentingnya pelatihan keselamatan di kapal sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan yang dimilikinya.

PERUMUSAN MASALAH

Dengan adanya kenyataan tersebut maka penulis terdorong untuk membahas bagaimana cara untuk meningkatkan efektifitas pelaksanaan latihan keselamatan di kapal, dengan tujuan agar pelaksanaan latihan tersebut dapat bermanfaat pada saat terjadi kejadian sebenarnya, sehingga nyawa awak kapal, kapal dan lingkungan hidup. dapat disimpan. Melihat berbagai fenomena tersebut di atas, hal ini mendorong penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut untuk penelitian dan kemudian menuangkannya ke dalam sebuah proposal yang diberi judul: “Peningkatan Keterampilan Awak Kapal untuk Meminimalkan Kuburan Kematian Darurat”. Mengetahui kompetensi dan kemauan awak kapal dalam penggunaan peralatan keselamatan yang harus memenuhi standar hukum yang berlaku.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis berharap ada beberapa manfaat yang dapat dicapai. Dengan melakukan pelatihan sesuai dengan ketentuan Life Safety at Sea (SOLAS), pembaca dapat memperoleh gambaran bagaimana melakukan latihan meninggalkan kapal, latihan kebakaran dan mempraktekkan peralatan keselamatan yang benar sehingga dapat diterapkan nantinya pada saat kejadian. dari keadaan darurat. Dengan membaca skripsi ini diharapkan anda mampu menguasai situasi darurat jika terjadi di kemudian hari di kapal dan dapat berusaha mempertahankan keterampilan dalam penggunaan peralatan keselamatan yang dapat digunakan untuk menjaga keadaan darurat.

REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

  • Peraturan-peraturan Keselamatan
  • Jenis-jenis keadaan darurat
  • Tata Cara Khusus dalam Prosedur Keadaan Darurat a. Kejadian Tubrukan Kapal di Laut (Imminent Collision)
  • Tujuan Latihan Keadaan Daruat

Alur kerja/panduan dalam . menanggulangi keadaan darurat dengan tujuan mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau lebih besar. Hal ini merupakan pedoman pelaksanaan bagi masing-masing bagian/departemen, dengan pemahaman bahwa keadaan darurat yang timbul masih dapat ditangani oleh departemen terkait, tanpa melibatkan kapal atau perusahaan pelabuhan setempat. Isyarat-isyarat ini harus dibunyikan dengan peluit atau sirene dan, kecuali pada kapal penumpang yang melakukan pelayaran internasional jarak pendek dan pada kapal barang yang panjangnya kurang dari 54,7 meter (150 kaki), isyarat-isyarat tersebut harus dilengkapi dengan isyarat-isyarat lain yang dioperasikan oleh listrik. Selama perakitan bulanan di kapal kargo, peralatan sekoci harus diperiksa untuk memastikan kelengkapannya.

Laporan pemeriksaan peralatan sekoci di kapal kargo harus dimasukkan dalam buku catatan kapal, yang juga harus mencatat kejadian-kejadian di mana sekoci telah ditenggelamkan dan diturunkan sesuai dengan ayat (c) peraturan ini. Perakitan dan inspeksi harus diatur sedemikian rupa sehingga awak kapal benar-benar paham dan memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas, termasuk instruksi untuk menangani dan memperbaiki sekoci ketika diangkut. Sinyal ini harus dilengkapi pada kapal penumpang kecuali yang digunakan untuk pelayaran jarak pendek internasional dengan sinyal lain yang akan ditenagai oleh listrik, yang mencakup semua kapal yang dilayani dari anjungan.

Arti dari semua isyarat yang diperuntukkan bagi penumpang, dengan instruksi yang tepat mengenai apa yang harus mereka lakukan dalam keadaan darurat, harus dinyatakan dengan jelas di kabin mereka dan di tempat cadangan di penginapan penumpang lain. Keadaan darurat akibat tabrakan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga atau dengan benda terapung lainnya akan mengakibatkan kerusakan pada kapal dan dapat menimbulkan korban jiwa, tumpahan minyak di laut pada kapal tanker dan menimbulkan kebakaran. Situasi lainnya adalah kepanikan atau ketakutan para penumpang kapal yang justru menunda tindakan awak kapal dalam menghadapi atau berusaha mengurangi keadaan darurat tersebut.

Kebakaran di kapal dapat terjadi antara lain di berbagai lokasi di kapal yang terdapat kondisi kebakaran. Walaupun kapal mempunyai awak yang terlatih, namun kebakaran di kapal sangat berbeda dengan keadaan darurat lainnya, karena dalam kondisi seperti itu suhu di sekitar kapal tinggi, ada kemungkinan terjadi ledakan dan terbatasnya ruang untuk anak-anak. Apabila kapal berhenti secara tiba-tiba, maka petugas yang bertugas harus segera memeriksa posisi kapal pada peta dan membandingkan kedalaman air dengan draft kapal untuk mengetahui apakah kapal tersebut kandas atau tidak.

Apabila kapal mengalami kebocoran pada tangki muatannya maka akan menimbulkan pencemaran atau resiko tenggelam jika air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat tertangani. Bantuan yang diberikan tidak mudah untuk dilakukan karena tergantung pada kondisi cuaca saat itu dan kemampuan serta ketrampilan awak kapal dalam membantu serta fasilitas yang tersedia.

KERANGKA BERPIKIR

Namun pada kenyataannya banyak kejanggalan yang dilakukan oleh kapal, sehingga latihan di atas kapal jarang dilakukan atau hanya dicatat sebagai formalitas, dan banyak data latihan kapal yang tidak sesuai dengan SOLAS (Safety of Life at Sea). ketentuan.

JENIS PENELITIAN

Sehingga pada bagian akhir penulis dapat mengambil suatu kesimpulan mengenai seluruh permasalahan yang muncul dalam proposal ini.

JENIS DATA DAN SUMBER DATA 1. Metode Interview

P EMILIHAN INFORMAN

TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, oleh karena itu perlu dilakukan pencatatan secara cermat dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang penting, memusatkan perhatian pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data lebih lanjut dan menanyakannya bila diperlukan.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk deskripsi singkat, peta, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan “bentuk tampilan data yang paling umum untuk data penelitian kualitatif di masa lalu adalah teks naratif”. Cara paling umum untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif.

Berdasarkan analisis data yang diperoleh maka digunakan teknik metodologi kualitatif yaitu analisis terhadap temuan-temuan yang ditemukan di lapangan dengan alat ukur berupa teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang diteliti guna menemukan sebab-sebab permasalahan tersebut. Dengan menggunakan metode ini seluruh permasalahan yang ditemukan dan diamati di kapal akan diuraikan dan dijelaskan secara rinci. Baik atau buruknya penelitian tergantung pada metode pengumpulan data dan metode analisis data yang digunakan.

Pengumpulan data yang dimaksud dimaksudkan untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan mengidentifikasi data yang ada. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diharapkan hasil analisis tersebut dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penyusunan proposal ini, baik dari permasalahannya maupun hasil akhirnya. Dalam hal ini, kita tidak harus menangani semua (keadaan darurat) di kapal selama bekerja, jadi kita harus melakukan antisipasi untuk mencegah hal ini.

Dan sebelum hal ini terjadi, tindakan apa yang harus dilakukan oleh nakhoda atau perwira senior di kapal tersebut, untuk mencari solusi yang tepat agar masalah tersebut tidak terjadi. Pengaruh pelatihan pemeliharaan sekoci dan penurunan sekoci terhadap manajemen darurat kapal yang ditinggalkan.

Referensi

Dokumen terkait

Pendekat anEkspr esi fpenggant i anar t idar ikal i matdiat as,“ i sui niakanj adi r anj au,hi l angdar iper mukaant apisi apmel edakkapansaj a”,dal am kal i mati ni menunj ukkanai