• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cyber notary merupakan konsep yang mengadaptasi penggunaan komputer secara cyber/online oleh notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, yang akan memberikan kemajuan dalam bidang pelayanan jasa

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Cyber notary merupakan konsep yang mengadaptasi penggunaan komputer secara cyber/online oleh notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, yang akan memberikan kemajuan dalam bidang pelayanan jasa"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang selanjutnya disebut UUJN, Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat akta otentik dan mempunyai wewenang lain sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Jabatan Notaris atau berdasarkan undang-undang lainnya. Lahirnya Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (UUJN), semakin mempertegas kedudukan penting kedudukan Notaris sebagai pejabat umum yang memberikan kepastian hukum melalui akta otentik yang dibuatnya. Landasan filosofis lahirnya Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah realisasi penjaminan.

5 Pasal 1(1) UU RI No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU RI No. 30 Tahun 2004 tentang Fungsi Notaris. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Nomor (13) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris “Protokol Notaris merupakan kumpulan surat-surat yang merupakan suatu arsip. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, maka kegiatan Notaris dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam pembuatan akta menggunakan sistem otomatis berbasis Cyber ​​Notaris.

Selain itu, perkembangan teknologi informasi juga sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat sehingga mendorong pemerintah mengeluarkan UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Hal ini akan menunjukkan apakah akta notaris telah memenuhi ketentuan sebagai akta otentik jika dikaitkan dengan huruf m ayat (1) Pasal 16 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Pasal 1868 KUH Perdata. Bentuk penerapan konsep cyber notary di Indonesia menjadi jelas setelah diundangkannya UU No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang kedudukan notaris, yang mengatur kewenangan untuk mengesahkan transaksi yang dilakukan secara elektronik, meskipun hanya disebutkan dalam penjelasan pasal 15 ayat 3 yaitu antara lain yang dimaksud dengan “kewenangan lain yang diatur dengan peraturan perundang-undangan”. , otorisasi untuk mengesahkan transaksi yang dilakukan secara elektronik (cybernotary), pembuatan akta hipotek wakaf dan hipotek pesawat.

Selain itu, terdapat pertentangan antara Pasal 15 dan 16 (1) UU No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang Notaris.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akan disajikan dalam bentuk tesis dengan judul Analisis Yuridis Cyber ​​Notaris Dalam Perkembangan Hukum Kenotariatan di Indonesia.

Batasan Masalah

Tidak membahas tentang kekuatan hukum pembuktian tanda tangan pada dokumen elektronik sebagai alat bukti dalam hukum acara perdata. Tidak membahas tentang analisis hukum berita acara akta yang disimpan dalam media elektronik oleh notaris sebagai alat bukti menurut hukum acara pidana dan perdata.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi notaris, praktisi, masyarakat umum dan pelaku usaha untuk memahami aturan penerapan konsep cyber-notary. Pemikiran bersama agar pemerintah membuat regulasi yang sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini, khususnya wacana penerapan konsep cyber-notary merupakan hal yang mendesak.

Penelitian Terdahulu Tabel 1.1

Sedangkan dari aspek hukum dapat membantu dan mempermudah proses hukum yang berkaitan dengan hukum pembuktian yaitu alat bukti elektronik. Konflik norma antara Pasal 15 ayat (3) dengan Pasal 16 ayat (1) UU M. UU Nomor 2 Tahun 2014 dapat diselesaikan dengan tetap menggunakan Pasal 15 ayat (3) UU Nomor 2 Tahun 2014 dan juga dapat membuat akta notaris secara umum selama pelaksanaan pasal tersebut sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) huruf m dan Pasal 48 unsur UU 2 juga harus memenuhi Pasal 18 dan 6 unsur UU 2 KUH Perdata. Konsep cyber notary merupakan konsep yang mengadaptasi penggunaan komputer cyber/online oleh notaris dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, yang akan memberikan kemajuan di lapangan.

Adanya dokumen elektronik yang dihasilkan melalui proses ini dapat dibuka pada saat diperlukan dan dibuat salinannya untuk digunakan lebih lanjut untuk mewakili protokol notaris yang rusak atau hilang. Kekuatan hukum autentikasi protokol notaris yang tersimpan secara elektronik dalam alat bukti di bidang hukum acara perdata hanya dapat berfungsi sebagai salinan cadangan dan bukan sebagai salinan yang mempunyai kekuatan mengikat. Kekuatan hukum protokol notaris yang disimpan secara elektronik dalam alat bukti di bidang hukum acara pidana berlaku sebagai alat bukti jika.

Sertifikasi transaksi dengan menggunakan cyber-notary sah karena diatur dalam Pasal 15(3) UU No. 2 Tahun 2014 yang memberikan kewenangan kepada notaris untuk mengesahkan transaksi dengan menggunakan cyber-notary, dengan memperhatikan unsur-unsur suatu akta otentik. Konsep cyber-notary tidak hanya memperkenalkan perubahan dalam Akta Notaris, tetapi juga dalam KUH Perdata, khususnya dalam pasal 1867-1870 KUH Perdata. Notaris di Indonesia diharapkan dapat berkontribusi dalam sistem hukum notaris dengan menerapkan konsep cyber-notary.

Pembuatan akta notaris secara elektronik hanya dimungkinkan jika beberapa undang-undang telah diubah sehubungan dengan pelaksanaan kewenangan notaris untuk membuat akta secara online. Dengan pemanfaatan teknologi informasi di segala bidang dapat memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi munculnya penemuan baru dalam pelayanan di bidang notaris yaitu suatu konsep yang memberikan kemudahan dalam proses penyelenggaraan pelayanan di bidang notaris yang disebut dengan konsep cyber notary.

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Konsep cyber notary merupakan konsep yang mengadaptasi penggunaan komputer secara cyber/online oleh notaris dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya, yang akan memberikan kemajuan dalam bidang pelayanan. Secara garis besar perbedaan penerapan istilah cybernotary dapat dilihat antara negara-negara yang menganut sistem common law dan sistem civil law. Pembaharuan di bidang ilmu hukum mengenai perubahan pasal di atas akan menimbulkan keragaman dalam sejarah pembuatan akta elektronik karena hukum perdata yang kita kenal sekarang ini tidak mengalami perubahan sejak zaman penjajahan Belanda sampai sekarang.

Dengan menggunakan konsep cyber notary, notaris di Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap sistem hukum notaris di Indonesia. Membuat catatan notaris dalam bentuk elektronik hanya dimungkinkan jika berbagai undang-undang telah diubah. Jika tidak ada perubahan UUJN dan UU ITE, produksi dokumen elektronik akan terhambat, baik secara legal maupun profesional di lapangan.

Maka perlu adanya perubahan (revisi) UUJN dan UU ITE, serta harmonisasi peraturan perundang-undangan antara berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait, sehingga terjadi sinkronisasi hukum antara peraturan perundang-undangan yang ada yang mengatur tentang keaslian akta otentik dan kekuatan akta elektronik untuk membuktikan apa yang selama ini menjadi kendala pembuatan akta secara elektronik oleh notaris. Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan aktivitas kehidupan masyarakat modern, notaris diharapkan dapat berperan dalam pembuatan akta elektronik. Demikian pula Majelis Pengawas Notaris dan Organisasi Notaris harus memiliki kemampuan pengawasan dengan membangun sistem pengawasan secara elektronik dengan penerapan sistem manajemen informasi dan komunikasi yang baik dan memenuhi standar yang ditetapkan undang-undang.

Disampaikan dalam seminar nasional “Konsep cyber notaris bagi notaris Indonesia menghadapi tantangan persaingan global”. Tafsir Tematik Hukum Kenotariatan Indonesia (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris). Kewenangan notaris dalam bidang cyber notary Berdasarkan Pasal 15 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Tinjauan Hukum Akta Notaris Terhadap Penegakan Cyber ​​Notaris di Indonesia berdasarkan UU No. 2 Tahun 2014. Luthvi Febryka Nola, Peluang Implementasi Cyber ​​Notaris dalam Perundang-undangan di Indonesia, Jurnal Negara Hukum: Vol.2, No1, Juni 2011. Brian Amy Prastyo, Peluang dan Tantangan Cyber ​​Notaris di Indonesia, http://staff.blog.ui.ac.id/brian.amj 13 April 2020.

Edmon Makarim, INI senang Cyber ​​Notaris masuk UU Jabatan Notaris, http://www. Lolly Amalia Abdullah, Direktur Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika di lingkungan Pemerintah dan INI membahas konsep Cyber ​​Notaris.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN-P) yang

Ketentuan pasal 1 ayat (4) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 memberikan pengertian mengenai dokumen elektronik yaitu setiap informasi elektronik yang dibuat,

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) Nomor 2 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) Nomor 30 Tahun 2004, merupakan

Peran notaris dalam memberikan jasa hukum pada masyarakat dalam kajian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

Akta notaris yang selanjutnya disebut Akta diatur dalam Pasal 1 angka 7 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang

Pengertian ini dapat dibandingkan dengan pengertian lain dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang

4 Sementara itu, sebagaimana termaktub pada Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 yang berkenaan dengan Perubahan Undang-Undang Jabatan Notaris nomor 30 tahun 2004 UUJN

Sanksi bagi notaris yang melanggar larangan yang tercantum dalam Pasal 17 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang