1 Nama : Moza Ayu Fadilah
Nim : 220811602923 offering : J
Penerapan Program T-S-U-M-B-A dalam Mengatasi Stress Berlebih yang Dialami Generasi Z dari Pandangan Stoikisme
Oleh: Moza Ayu Fadilah
Pernahkah kalian membayangkan bagaimana kondisi dunia 20 tahun ke depan?
Kapan terakhir kali kalian mengkhawatirkan hidup ini akan berjalan seperti apa? Ya semua orang pasti pernah setidaknya sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini rentan dialami oleh semua orang, terutama generasi Z yang saat ini kebanyakan tengah mengalami masa remaja dan ada juga yang tengah berada pada fase quarter life crisis. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi (Rokom, 2021). Generasi Z lebih sering dikenal sebagai generasi yang terkesan manja dan sangat memperhatikan kesehatan mentalnya. Padahal memperhatikan dengan kesehatan mental bukanlah suatu kejahatan. Kebanyakan dari mereka tertekan dengan berbagai macam tuntutan mulai dari kekhawatiran tentang masa depan seperti kebebasan finansial, tuntutan kenyamanan, hingga tekanan dari luar seperti harapan orang tua dan lingkungan,.
Ditengah isu dunia yang akan mengalami resesi, harga tanah melonjak,serta tabungan masa depan.
Dunia yang dihadapi oleh generasi ini berbeda dengan generasi sebelumnya.
Terdapat kemajuan teknologi hingga semua terkesan instan, stress yang dihadapi pun bermacam macam. Contohnya media sosial yang setiap hari di gunakan juga berpengaruh pada kesehatan mental. Ketika membuka media sosial, cenderung muncul keinginan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Membandingkan pencapaian, membaca ujaran kebencian dan hal hal lain yang akhirnya kan berdampak pada kesehatan mental. Perlu di sadari bahwa isu ini sangat penting untuk diangkat karena sangat kerap hubungannya dengan permasalahan sehari-hari.
Mengenai fenomena stress yang dialami oleh generasi Z, hal ini diketahui relevan dengan perkataan Alan watts, seorang filsuf berkebangsaan Britania yang banyak mempopulerkan filsafat timur ke masyarakat barat. Alan berpendapat kondisi manusia di masa modern dimana ia menyebut manusia yang hidup di masa ini adalah era serba cemas, overthinking. Hal ini dikarenakan manusia yang hidup untuk masa
2 depan. Mengkhawatirkan masa depan. We life for future not for present (Alan,2011), karena manusia tidak menyukai hal hal yang tidak pasti. Manusia akan terus berusaha mengejar kemanan dan kenyamanan yang tidak ada habisnya.
Stoikisme adalah aliran filsafat yang berfokus pada pengendalian diri dan pemahaman individu terhadap situasi yang sedang terjadi. Dengan tokoh-tokoh besar seperti Zeno(Penemu Aliran Stoikisme), Epictitus(Budak), Marcus Aurellius (Kaisar Romawi), Dan Seneca(Penasihat Kaisar Romawi). Kebahagiaan menurut aliran stoikisme adalah apatheia. Berasal dari bahasa yunani, a berarti tidak dan pathos - berarti penderitaan. Yang secara bahasa dapat diartikan tiadanya penderitaan, tidak adanya emosi dan nafsu seperti amarah, kecewa, rasa pahit, dan iri hati (Henry, 2019).
Dalam menhindari perasaan-perasaan tersebut, menurut stoikisme diperlukan hal hal seperti berikut:
a. Pahami bahwa hal buruk pasti terjadi. Persiapkan diri terhadap kemungkinan terburuk sehingga sedikit hal baik akan terasa bermakna.
b. Dikotomi kendali. Pahami bahwa ada hal yang dibawah kendali dan tidak.
Maka penting untuk mengetahui dan memisahkan hal hal yang dapat di kendalikan dan tidak, agar dapat menyikapinya dengan tepat. Menurut stoikisme, akar dari overthinking adalah karena manusia selalu beursaha mengendalikan hal-hal diluar kendali, padahal satu satunya hal yang bisa di kendalikan adalah diri sendiri, pikiran, emosi, serta tindakan. Hal-hal lain mungkin dapat di usahakan tapi tidak sepenuhnya. Seperti kondisi dunia, karir, dan banyak hal lainnya. Maksimalkan hal hal yang dapat dikendalikan dan ikhlaskan hal hal diluar kendali.
c. Belajar menerima segala sesuatu yang terjadi. Jika berharap pada dunia, maka bisa dipastikan akan kecewa. Namun ketika menerima segala yang terjadi, hidup akan jadi lebih tenang.
Maka dari itu, solusi yang dapat d ambil dari kejadian ini adalah setelah mengetahui dan dapat memisahkan apa yang ada dikendali kita dan tidak, hal selanjutnya adalah memaksimalkan potensi yang ada dalam diri. Satu satunya hal yang dapat di kendalikan adalah diri sendiri. Hal ini dapat diatasi dengan metode T-S-U-M-B-A:
1. Tingkatkan self awareness
Untuk mengenali diri, maksimalkan hal yang ada pada kendali, terutama potensi dan mencapai tujuan. Self awareness adalah hal yang utama yang harus dilakukan. Self awareness adalah kemampuan untuk menyadari hal-hal yang ada pada diri. Hal ini dapat dilatih dengan melakukan refleksi, journaling, dan meditasi.
3 2. Setting goals
Setting goals diperlukan agar dapat terus bertumbuh dengan terukur dan terarah berjalan ke arah yang jelas.
3. Upgrade diri
Maksimalkan potensi yang sudah kita sadari ada dalam diri sehingga dapat meminimalisir hal hal yang tidak di inginkan dalam perjalanan mencapai tujuan.
4. Mindfulness
Praktik yang membuat lebih fokus terhadap situasi saat ini dan menerimanya tanpa menghakimi. Sadari hal hal yang dilakukan, secukupnya jangan belebihan
5. Boundaries
Buat batasan tentang hal hal apa saja yang harus di lakukan dan tidak, untuk meminimalisir hal-hal yang tidak penting dan tidak di inginkan.
6. Acceptance
Terima apapun hasil yang akan didapat. Baik atau buruknya, karena itu adalah sesuatu diluar kendali.
Kesimpulan dan saran:
Memikirkan masa depan perlu untuk mengasah motivasi kita dan terus hidup.
Selain itu, agar tumbuh rasa berhati-hati dalam mengambil keputusan dan mawas diri.
Hal ini bukanlah sebuah larangan, namun jika berlebihan hingga mengganggu keseharian (overthinking), maka perlu untuk dihindari. Karena perlu di ingat bahwa dalam hidup ini ada hal yang dapat kita kendalikan dan tidak. Hal yang dapat kita lakukan adalah memaksimalkan hal yang dapat kita kendalikan, dan siap dengan segala hal yang akan terjadi. Perlu diimgat, terkadang masalah datang bukan karena kita lemah, tapi justru untuk menguatkan kita menjadi pribadi yang berbeda dan jauh lebih baik dari sebelumnya.
4
Daftar pustaka
Manampiring, Henry. (2019). Filosofi Teras: Filsafat Yunani Kuno untuk Mental Tangguh Masa Kini. Jakarta: Kompas
Andersen, R.H. (2022). Melihat Statistik Kesehatan Mental di Indonesia.
https://student-activity.binus.ac.id/himstat/2022/07/22a34/. Di akses online pada 17 Desember 2022.
Watts, Alan. (2011). The Wisdom Of Insecurity: A Message for an Age of Anxiety.
New York: Knopf Doubleday Publishing Group