BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Hak Mesir dalam mengelola Sungai Nil dalam Nile Waters Agreement 1929 antara Kerajaan Inggris danm Mesir dapat langsung berlanjut bagi Mesir selaku negara suksesor menurut Hukum Internasional. Namun, pemanfaatan Sungai Nil yang lahir dari hak dalam Nile Waters Agreement 1929 tersebut tidak sejalan sejalan dengan prinsip pemanfaatan yang adil dalam hukum jalur air internasional. Selain itu, dampak hukum yang timbul dalam Nile Waters Agreement 1959 tidak dapat mengikat Ethiopia sebagai negara pihak ketiga menurut hukum internasional.
2. Mesir dan Ethiopia yang memiliki kepentingan atas Sungai Nil dan berimplikasi langsung pada kepentingan nasional masing-masing negara yang menjadi tanggung jawab untuk mempertahankan kepentingan
nasionalnya demi survive dalam system internasional yang anarki. Negara- negara hulu di sekitar sungai salah satunya Ethiopia menolak Perjanjian 1929 dan 1959 antara Mesir dan Inggris serta Mesir dan Sudan yang hanya menguntungkan Mesir. Penolakan tersebut terlihat dengan bagaimana upaya yang dilakukan oleh Ethiopia untuk mengambil alih Sungai Nil Biru demi kepentigan nasionalnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka disarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Mesir dan Sudan harus lebih terbuka sehingga dapat memenfaatkan sungai nil sebaik-baik mungkin, meskipun menentang keras pembangunan
proyek tersebut dengan alasan bahwa hak mengelola Sungai Nil hanya milik mereka berdasarkan Nile Waters Agreement pada tahun 1929 dan
1959 untuk membangun sistem irigasi demi mengontrol penggunaan air Sungai Nil.
2. Mempertegas dan memperkuat perjanjian berbasis institusional yang telah dibentuk negara-negara ripaim dalam menyelesaikan sengketa sungai nil, the nile basiminitiatives (BBI) adalah salah satu bentuk kerjasama antar pemerintah dapat diterima seluruh pihak.
