UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH MATERI LUAS
LINGKARAN SISWA KELAS VIII B SMP N 3 PUNUNG PACITAN
Tri Ani Purwanti SMP Negeri 3 Punung [email protected]
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menghitung Luas Lingkaran dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual berbasis pemecahan masalah bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Punung. Strategi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 2 siklus dan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Pemilihan model pembelajaran Kontekstual berbasis pemecahan masalah disesuaikan dengan materi serta minat dan kondisi real yang ada di sekolah mengingat rendahnya hasil belajar siswa terutama pada materi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus.
Hasil menunjukkan adanya peningkatan hasil yang dicapai siswa dalam menguasai materi menghitung luas lingkaran yang diberikan. Peningkatan penguasaan materi ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang pada siklus I sebanyak 51,71% dan siklus 2 mencapai 90%. Prosentase ketuntasan belajar siswa selama pemberian tindakan menunjukkan peningkatan. Penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B di SMP Negeri 3 Punung Pacitan.
Kata kunci: Hasil belajar, matematika, konteksual, masalah, lingkaran
PENDAHULUAN
Pembelajaran matematika SMP saat ini mengacu pada Kurikulum 13 yang masing-masing materinya diajarkan dalam tahap waktu yang dikenal dengan semester yaitu semester 1 dan semester 2. Materi matematika SMP terdiri dari beberapa topik yang masing-masing mempunyai kekhasan tersendiri dan disusun atas struktur yang hierarkis.
Kompetensi dasar pada materi kelas IX SMP didasari oleh konsep matematika yang diajarkan pada kelas VIII dan kelas sebelumnya.
Salah satu materi yang dipelajari di kelas VIII adalah Lingkaran. Di sini siswa diuji untuk bisa memecahkan masalah yang berkaitan dengan Lingkaran tersebut. Materi ini sangat diperlukan untuk memecahkan masalah sehari-hari baik dalam matematika maupun dalam kehidupan nyata.
Pengalaman penulis selama ini, hasil belajar siswa pada materi lingkaran khususnya tentang luas lingkaran belum sesuai harapan. Menurut catatan hasil nilai ulangan harian siswa kelas VIII SMP N 3 Punung tahun ajaran 2016/2017 menunjukkan bahwa dalam suatu kelas siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM tidak lebih dari 50%. Hal ini menunjukkan adanya kelemahan sebagian siswa dalam penguasaan materi Lingkaran.
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada materi lingkaran khususnya luas lingkaran, penulis
tidak mampu memperbaiki semuanya sekaligus, sehingga penulis memilih memperbaiki salah satu aspek saja yaitu aspek model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang dipilih sebagai solusi permasalahan tersebut adalah menerapkan model pembelajaran kontekstual berbasis masalah.
Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002). Oleh sebab itu, melalui model pembelajaran kontekstual mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup dari apa yang dipelajarinya. Dengan demikian pembelajaran akan lebih bermakna karena senantiasa bersentuhan dengan situasi dan permasalahan kehidupan yang terjadi di lingkungannya.
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
107
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan apa yang dipelajarinya. CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat mempraktekkan langsung apa yang dipelajarinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting guna menunjang pembelajaran yang kontekstual.
Pembelajaran Kontekstual memiliki tujuh komponen konstruktisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarnya (aunthentich assessment).
Berdasarkan ketujuh komponen tersebut maka sebuah kelas itu dikatakan menerapkan pendekatan Kontekstual jika ketujuh komponen tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2003:10).
Pengajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Pengajaran masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Ibrahim dan Nur (2000, 2), “Pengajaran berbasis masalah dikenal dengan nama lain seperti Project-Based Teacihg (Pembelajaran Proyek), Experienced-Based Education (Pendidikan berdasarkan pengalaman), Authentic Learning (Pembelajaran Autentik), dan Achoered Instruction (Pembelajaran berakar pada kehidupan nyata)”.
Peran guru dalam pengajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pengajaran berbasis masalah tidak dapat dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka. Secara garis besar pengajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kontekstual berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar pada materi luas lingkaran siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Punung.
METODE
Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Deskripsi siklus I.
a. Tahap perencanaan tindakan.
Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Peneliti mengadakan konsultasi dan izin penelitian dengan Kepala Sekolah.
2) Peneliti menyusun silabus yang berkaitan dengan materi luas Lingkaran.
3) Peneliti merancang rencana pengajaran tentang kompetensi dasar menghitung luas lingkaran.
4) Peneliti membuat media belajar, berupa alat peraga Lingkaran dengan berbagai ukuran.
5) Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa yang berkaitan dengan materi menghitung luas Lingkaran.
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Melakukan observasi tentang permasalahan yang ada
2) Merancang rencana pengajaran tentang kompetensi dasar menghitung luas lingkaran.
3) Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media belajar berupa alat peraga Lingkaran.
5) Dengan alat peraga guru menjelaskan tentang materi Lingkaran.
6) Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus luas Lingkaran dengan peragaan alat peraga.
7) Guru mengarahkan siswa dalam menghitung luas lingkaran.
8) Guru mengadakan tes pada kegiatan siklus I.
c. Tahap observasi tindakan.
Peneliti mengadakan tes pada kegiatan pada siklus I untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang terjadi
d. Tahap refleksi.
Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya.
1. Deskripsi siklus 2
a. Tahap perencanaan tindakan.
1) Peneliti menyusun silabus yang berkaitan dengan materi luas Lingkaran.
2) Peneliti merancang rencana pengajaran tentang kompetensi dasar menghitung luas lingkaran.
3) Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa yang berkaitan dengan materi luas Lingkaran.
4) Guru mengarahkan siswa dalam menghitung luas Lingkaran.
b. Tahap pelaksanaan tindakan.
1) Peneliti memberikan penjelasan tentang materi menghitung luas Lingkaran yang akan dipelajari, serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan .
2) Siswa secara kelompok diberikan kesempatan untuk membuat alat peraga sesuai tugas yang diberikan guru tentang model Lingkaran.
3) Dengan alat peraga tersebut guru membimbing siswa untuk menemukan atau memperoleh ruas luas lingkaran.
c. Tahap observasi tindakan.
1) Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan – kesalahan yang dilakukan anak didik dalam mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan.
2) Mengadakan ulangan pada siklus 2
d. Tahap refleksi.
Peneliti membuat inventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi
dan mampu mendapatkan nilai di atas standard ketuntasan belajar.
Indikator penelitian sebagai berikut:
1. Penguasaan materi kelas VIII B SMP Negeri 3 Punung pada akhir penelitian ini meningkat hingga mencapai lebih dari 85% siswa telah mencapai nilai di atas batas ketuntasan minimal.
2. Penggunaan strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah merupakan strategi yang efektif untuk mengajarkan materi luas lingkaran, dalam hal ini ditandai dengan peningkatan nilai yang diperoleh masing-masing siswa.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Peneliti menyusun rancangan pembelajaran tindakan berdasarkan perencanaan pada tindakan, yaitu pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya dengan menggunakan pendekatan yang sama dengan upaya lebih meningkatkan sikap siswa agar lebih mudah mengingat, memahami, senang dan merasa aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Data yang dapat diambil pada penelitian tindakan I disajikan di tabel berikut:
Tabel 1. Data Hasil Nilai Tes Pada Tindakan I No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Ade Irwanto 65 Tuntas
2. Agung Tri Laksono 50 Tidak Tuntas
3. Anna Evrida 65 Tuntas
4. Ari Wijayanto 70 Tuntas 5. Bella Naharin S 80 Tuntas 6. Cici Lestari 55 Tidak Tuntas 7. Devi Aria 45 Tidak Tuntas 8. Devi Srihartati 50 Tidak Tuntas 9. Hendriyanto 55 Tidak Tuntas 10. Joko Susilo 60 Tidak Tuntas 11. Khairul Rohmad W 70 Tuntas
No Nama Siswa Nilai Keterangan 12. Khoifa Ekayanti 60 Tidak Tuntas 13. Krisna Arya Utama 65 Tuntas 14. Linda Erviana 50 Tidak Tuntas
15. Mugiarto 70 Tuntas
16. Muti’atul Khoiriyah 50 Tidak Tuntas 17. Nefi Fuji Rahayu 80 Tuntas 18. Nur Hanafi 60 Tidak Tuntas 19. Puthut Gustanto 50 Tidak Tuntas 20. Rudy Sufyanto 80 Tuntas 21. Santi Puspitasari 80 Tuntas 22. Sigit Yulianto 75 Tuntas
23. Sri Wahyuni 80 Tuntas
24. Tri Utami 50 Tidak Tuntas 25. Windi Melani 40 Tidak Tuntas
Jumlah 1555
Rata-rata 62,21
Hasil ulangan harian menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya dengan KKM matematika 65, sehingga dari hasil tes pada siklus pertama diperoleh nilai data sebagai berikut:
Banyaknya siswa yang mengikuti ulangan harian: 25 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar: 12 siswa. Persentase banyaknya siswa yang tuntas belajar: 48%. Siswa yang belum tuntas : 13. Persentase siswa yang belum tuntas: 52%
Hasil tersebut belum mencapai target sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan demikian
berjumlah 4 siswa (16%). Rata-rata skor yang dicapai 3,44 atau rata-rata nilai 86.
c. Aktivitas aspek keaktifan mengajukan pertanyaan dari 25 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 2 siswa (8%), skor3 berjumlah 4 siswa (16%) skor 2 berjumlah 19 siswa (76%). Rata-rata skor yang dicapai 2,32 atau rata-rata nilai 58.
d. Aktivitas aspek keberanian dari 25 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 11 siswa (44%), skor 3 berjumlah 10 siswa (40%) skor 2 berjumlah 4 siswa (16%). Rata-rata skor yang dicapai 3,28 atau rata-rata nilai 82.
Melihat hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tiga aspek aktivitas siswa telah mencapai ketuntasan belajar sedangkan satu aspek belum mencapai ketuntasan yaitu pada keaktifan mengajukan pertanyaan. Penilaian empat aspek keaktifan siswa secara klasikal telah mencapai ketuntasan dengan rata-rata skor 3,02 atau rata-rata nilai 75,5.
Siklus selanjutnya, diterapkan hal yang sama disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus pertama. Berikut data siklus kedua:
Tabel 3. Data Hasil Nilai Tes Pada Tindakan II
pada kegiatan siklus I ternyata masih banyak kekurangan dan kelemahan terutama siswa belum memahami tentang cara menentukan luas lingkaran.
Tabel 2. Hasil Observasi Kegiatan Diskusi Siswa Siklus I
No Aktivitas siswa siswa
siswa skor yang diperoleh
siswa
% skor yang diperoleh 4 3 2 1 4 3 2 1 1 Ketekunan 25 8 10 7 - 32% 40% 28% - 2 Kerja sama 25 15 6 4 - 60% 24% 16% - 3 Keaktifan
mengajukan pertanyaan
25 2 4 19 - 8% 16% 76% -
4 Keberanian 25 11 10 4 - 44% 40% 16% - Hasil lembar observasi penilaian proses dalam pelaksanaan diskusi siswa di atas sebagai berikut:
a. Aktivitas aspek ketekunan dari 25 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 8 siswa (32%) skor 3 berjumlah 10 siswa (40%), skor 2 berjumlah 7 siswa (28%). Rata-rata skor yang dicapai 3,04 atau rata-rata nilai 76.
b. Aktivitas aspek kerja sama dari 25 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 15 siswa (60%), skor 3 berjumlah 6 siswa (24%) skor 2
Hasil ulangan harian menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya dengan KKM matematika
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Ade Irwanto 65 Tuntas
2. Agung Tri laksono 65 Tuntas
3. Anna Evrida 70 Tuntas
4. Ari wijayanto 80 Tuntas 5. Bella Naharin S. 85 Tuntas
6. Cici Lestari 65 Tuntas
7. Devi Aria 60 Tuntas
8. Devi Sri Hartati 65 Tuntas
9. Hendriyanto 70 Tuntas
10. Joko Susilo 70 Tuntas
11. Khairul Rohmad W. 75 Tuntas 12. Khoifa Ekayanti 65 Tuntas 13. Krisna Arya Utama 65 Tuntas 14. Linda Erviana 60 Tidak Tuntas
15. Mugiarto 75 Tuntas
16. Muti’atul Khoiriyah 70 Tuntas 17. Nefi Fuji Rahayu 80 Tuntas
18. Nur Hanafi 70 Tuntas
19. Puthut Gustanto 60 Tidak Tuntas 20. Rudy Sufyanto 85 Tuntas 21. Santi Puspitasari 80 Tuntas 22. Sigit Yulianto 80 Tuntas
23. Sri Wahyuni 85 Tuntas
24. Tri Utami 65 Tuntas
25. Windi Melani 65 Tuntas
Jumlah 1775
Rata-rata 71
65 dari hasil tes pada siklus kedua diperoleh data sebagai berikut:
Banyaknya siswa yang mengikuti ulangan harian I : 25 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar: 22 siswa. Persentase banyaknya siswa yang tuntas belajar: 88%. Siswa yang belum tuntas: 3 siswa. Persentase siswa yang belum tuntas: 12%
Hasil ulangan harian menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya adalah 22 siswa atau sebesar 88%
dan yang belum tuntas 3 siswa sebesar 12%.
Tabel 4. Hasil Observasi Kegiatan Diskusi Siswa Siklus II
No Aktivitas siswa Siswa
siswa skor yang diperoleh
siswa
% skor yang diperoleh 4 3 2 1 4 3 2 1 1 Ketekunan 25 15 10 - - 60% 40% - - 2 Kerja sama 25 20 5 - - 80% 20% - - 3 Keaktifan
mengajukan pertanyaan
25 16 9 - - 64% 36% - -
4 Keberanian 25 13 12 - - 52% 48% - - Berdasarkan hasil lembar observasi penilaian proses dalam pelaksanaan diskusi siswa di atas dapat diperoleh hasilnya sebagai berikut:
a. Aktivitas aspek ketekunan dari 25 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 15 siswa (60%) skor 3 berjumlah 10 siswa (40%). Rata-rata skor yang dicapai 3,6 atau rata-rata nilai 90.
b. Aktivitas aspek kerja sama dari 29 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 20 siswa (76,9%), skor 3 berjumlah 6 siswa (23,1%) .Rata-rata skor yang dicapai 3,79 atau rata-rata nilai 94,83
c. Aktivitas aspek keaktifan mengajukan pertanyaan dari 25 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 20 siswa (80%), skor 3 berjumlah 5 siswa (20%). Rata-rata skor yang dicapai 3,8 atau rata-rata nilai 95.
d. Aktivitas aspek keberanian dari 25 siswa diperoleh skor 4 berjumlah 13 siswa (52%), skor 3 berjumlah 12 siswa (48%). Rata-rata skor yang dicapai 3,52 atau rata-rata nilai 88.
Hasil paparan di atas dapat disimpulkan bahwa empat aspek keaktifan siswa telah mencapai ketuntasan belajar 100% baik secara perorangan maupun secara klasikal dengan rata-rata skor 3,64 atau rata-rata nilai 91.
PEMBAHASAN
Hasil kegiatan siklus 1 dan siklus 2 masing- masing dapat diketahui hasil ulangan harian menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya dengan
KKM 65 sehingga dari hasil tes pada siklus pertama diperoleh nilai data sebagai berikut:
Banyaknya siswa yang mengikuti ulangan harian I : 25 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar: 12 siswa. Persentase banyaknya siswa yang tuntas belajar: 48%. Siswa yang belum tuntas: 13.
Persentase siswa yang belum tuntas: 52%.
Kegiatan siklus 1 ternyata masih banyak kekurangan dan kelemahan . Hasil ulangan harian menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya sebesar 12 siswa yang masih belum tuntas sebanyak 13 siswa sehingga perlu dilanjutkan pada siklus 2.
Banyaknya siswa yang mengikuti ulangan harian 2: 25 siswa. Banyaknya siswa yang tuntas belajar: 22 siswa. Persentase banyaknya siswa yang tuntas belajar: 88%. Siswa yang belum tuntas: 3 siswa. Persentase siswa yang belum tuntas: 12%.
Hasil ulangan harian menunjukkan siswa yang tuntas belajarnya sebesar 22 siswa yang masih belum tuntas 3 siswa dalam mengikuti hasil tes pada siklus 2. Dengan demikian hasil masing-masing mengalami kenaikan yang signifikan.
PENUTUP Simpulan
Pembelajaran matematika di kelas dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual berbasis pemecahan masalah dapat memberikan pengaruh yang cukup nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SMP N 3 Punung Kabupaten Pacitan. Adanya sikap positif siswa terhadap pendekatan yang dilakukan dan kecenderungan bertambahnya nilai persentase ketuntasan belajar yang meningkat. Dari kedua siklus tersebut di atas, dapat diketahui bahwa persentase ketuntasan belajar selama pemberian tindakan menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan untuk siklus I dengan rata-rata 62,00 dan siklus II 71,48. Dengan begitu bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual berbasis pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP N 3 Punung Pacitan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh.2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Refika Aditama.
Huda, Miftakhul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurhadi.2002. Pendekatan Kontekstual (CTL).
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah- Direktorat PLP.
Rusman.2010. Model- Model Pembelajaran (CTL).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wahyudin Djumanta dan Dwi Susanti. 2008.
Belajar Matematika Aktif dan Menyenangkan untuk SMP Kelas VIII SMP/ MTs. Jakarta:
Depdiknas.
Warsono dan Haryanto. 2013. Pembelajaran Aktif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.