• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA DAN KECAKAPAN MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN WAYANG KREATIF

N/A
N/A
Teguh Riyanto

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA DAN KECAKAPAN MELALUI METODE BERCERITA MENGGUNAKAN WAYANG KREATIF"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LONING TIMUR KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018

NOK ASIH, 825098838, nokasihloning@gmail.com ABSTRAK

Asih, Nok, 2017. Meningkatkan Kemampuan Bahasa dan Kecakapan Melalui Metode Bercerita Menggunakan Wayang Kreatif pada Tema Kebutuhanku Siswa Kelompok B TK. Pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini dilatar belakangi rendahnya kemampuan bahasa dan kecakapan anak kelompok B TK. Pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang.

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan kecakapan anak. Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B TK. Pertiwi Loning Timur yang berjumlah 20 anak. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus, yang terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Kegiatan penelitian menggunakan metode pengumpulan data observasi dan dokumentasi. Kesimpulan yang didapatkan bahwa kemampuan bahasa mengalami peningkatan. Pada siklus I yang sudah mampu 8 anak (40%), yang cukup mampu ada 5 anak (25%) dan yang kurang mampu ada 7 anak (35%). Pada siklus II, terjadi peningkatan yaitu, anak yang sudah mampu 17 anak (85%), yang cukup mampu ada 2 anak (10%) dan yang kurang mampu ada 1 anak (5%). Kecakapan anak mengalami peningkatan pada tiap siklusnya, anak yang cakap pada siklus I ada 8 anak (40%) naik menjadi 18 anak (85%) pada siklus II. Hal ini membuktikan media wayang kreatif dapat meningkatkan kemampuan bahasa dan kecakapan anak.

Kata kunci : kemampuan bahasa, kecakapan, wayang kreatif PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada pembelajaran upaya meningkatkan kecakapan melalui metode bercerita menggunakan wayang kretif pada siswa kelompok B di TK Pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang. Pada dasarnya pengembangan bahasa di maksudkan agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca indranya sehingga dengan pengetahuannya yang didapatnya tersebut anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai dengan

1

(2)

kodratnya sebagai makhluk Tuhan yamg harus memberdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Proses kognisi meliputi berbagai aspek , seperti persepti, ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat Piagnet adalah pentingnya guru menghubungkan kemampuan kognitif pada anak adalah sebagai berikut : 1) Agar mampu anak mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak memiliki pemahaman yang utuh dan komperhensif. 2) Agar anak mampu melatih ingatnya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah yang di alaminya. 3) Agar anak mampu mengembangkan pikiran – pilkirannya dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa yang lainnya. 4) Agar anak memahami sebagai simbol – simbol yang terbesar didunia sekitarnya. 5) Agar anak mampu melakukan penemuan-penemuan ilmiah baik terjadi tanpa melalui proses ilmiah ( spontan ) ataupun melalui proses ilmiah (percobaan). 6) Agar anak mampu memecahkan masalah dan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

Melalui pengembangan bahasa , fungsi pikir dapat dilakukan dengan cepatdan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan suatu masalah. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan ternyata kemampuan berbahasa dan kecakapan anak-anak masih rendah. Selama pembelajaran bercerita dengan alat peraga menggunakan wayang kreatif. Terlihat masih banyak anak-anak yang sibuk dengan wayangnya bukan fokus pada alur ceritanya. Dan hasil yang dicapai masih jauh dari harapan.

Berdasarkan hasil pembelajaran prasiklus diketahui bahwa dari 20 anak hanya 2 anak atau sekitar 10% yang dapat menyelesaikan kegiatan dengan baik, dan 3 anak mampu namun masih dibantu oleh guru atau sekitar 15%. Sedangkan anak yang tidak mampu sebanyak 15 anak atau sekitar 75% . Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam rangka mengoptimalkan pengembangan pentensi bahasa dan kecakapan bahasa pada individu maka tujuan pembelajaran upaya meningkatkan bahasa dan kecakapan

(3)

bahasa melalui metode bercerita adalah diharapkan anak akan lebih mudah berfikir dalam mengolah bahasa dan untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak dalam permainan kata, permainan bicara, mendengarkan cerita dan menceritakan kembali yang telah didengarnya dan melatih kreatifitas bercerita untuk anak.

Melalui tahapan – tahapan pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan perkenbangan anak yang berorientasi pada kompetensi dasar yaitu berfikir dan mengolah kata maka dimaksudkan agar indikator keberhasilannya dapat tercapai. Adapun indikator yang dapat dicapai sesuai dengan program semester dan program tahunan yang ada di TK adalah sebagai berikut : 1) Anak mampu untuk permainan kartu kata. 2) Pengenalan membaca pemulaan. 3) Anak mampu bercerita dengan baik. 4) Mampu mengungkapkan bahsa ( bercerita ) secara lancar dengan susunan kata yang sistematis. 5) Anak mampu bekerja sama dengan baik antar sesama teman.

Namun kenyataannya dikelasterkadang ada beberapa hal yang tidak sesuaai dengan harapan dan tidak sesuai dengan tingkat percapaian indikator berkembangkegagalan keberhasilan indikator itu diantaranya : 1) Anak mengalami kesulitan ketika mengungkapkan bahasa. 2) Anak belum mampu bercerita dengan lancer. 3) Anak belum mampu mengurutkan kata. 4) Anak merasa kurang percaya diri pada saat bercerita di depan teman – teman.

Pada umumnya terjadinya kegagalan pencapaian indikator perkembangan disebabkan oleh : 1) Pembelajaran yag dilakukan masih menggunakan gaya / cara yang monton / tidak bervariasi. 2) Kurangnya waktu dalam mengerjakan tugas karena pada awal kegiatan anak – anak meminta pengulangan demonstrasi materi yang disampaikan. 3) Fasilitas pembelajaran yang kurang / tidak lengkap. 4) Terjadinya perbedaan antara tujuan pembelajaran guru dan siswa. 5) Guru kurang memahami kebutuhan atau keinginan siswa. 6) Anak didik kurang minat belajar kegiatan kurang menarik. 7) Pembelajaran tidak dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa.

Setelah penulis melaksanakan praktek pembelajaran sebanyak 2 siklus ternyata kenyataan pembelajaran yang demikian itu terus berlangsung tanpa adanya usaha

(4)

perbaikan, maka jelas akan merugikan beberapa pihak diantaranya guru, siswa dan sekolah.

Sebagai solusi untuk memperbaiki pembelajaran dengan kompetensi dasar meningkatkan bahasa dan kecakapan. Maka usaha – usaha yang guru lakukan adalah menggunakan berbagai macam metode – metode yang dapat membuat anak mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan. Metode yanmg dapat membuat anak lebih semangat belajar dan mengembangkan ide – ide kreatiftasnya, menyalurkan bakat, imajinasi dan keinginannya.

Salah satu metode yang penulis terapkan dalam pembelajaran upaya meningkatkan bahsa dan kecakapan pada metode yang bercerita yang lebih sepesifik adalah menggunakan media wayang kretif. Karena dengan metode bercerita dirasa akan menjadi efektif dan lebih mempermudah guru dalam penyampaikan materi yang akan disajikan pada hari itu. Sehingga anak – anak menjadi tahu apa yang akan mereka kerjakan dan selesaikan.

Metode bercerita dengan wayang kreatif ,erupakan metode yang mengarahkan pada pemberian kesempatan anak melakukan praktek. Dalam metode ini guru ikut bermain atau praktek sambil mengembangkan kemampuan motorik dan bahasa anak yaitu memberi pengertian pada anak tentang apa yang baru ia lakukan. Dengan demikian akan terbangun pengetahuna baru tentang kognisi berdasarkan pengalaman yang baru saja dialami oleh anak, selain itu metode bercerita dan praktek langsung menggunakan sebab memiliki keunggulan antara lain : 1) Metode dapat memperkuat guru menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan. 2) Metode bercerita dapat meningkatkan daya khayal dan daya pikir. 3) Metode mengkatkan kemampuan mengenal, meningkat dan berfikir konveregen, divergen dan berfikir evaluatif. 4) Membantu anak untuk mampermudah informasi.

Metode bercerita dan praktek langsung disamping memiliki keunggulan – keunggulan sebagaimana yang telah disebutkan, Juga memiliki spesksifik yaitu melalui metode bercerita kegiatan akan menjadi lebih manarik karena anak dapat melihat langsung bagaimana suatu proses dan suatu masalah akan dipecahkan.

(5)

Hasil dari identifikasi masalah diketahui bahwa permasalahan yang ada antara lain : 1) Kurangnya minat anak dalam kegiatan menirukan kata – kata. 2) Kurangnya kemampuan anak untuk mengurutkan kata. 3) Dalam kegiatan pembelajaran anak ramai sendiri. 4) Hasil belajar tidak sesuai yang diharapkan atau dicapai. Setelah diidentifikasi masalah maka permasalahan tersebut dapat dianalisis masalah sebagai berikut : 1) Keengganan anak melakukan kegiatan bercerita dengan wayang kreatif disebabkan rendahnya minat anak. 2) Kurangnya kemampuan menirukan urutkan kata disebabkan metode yang kursng diberikan stimulasi keaksaraan. 3) Dalam kegiatan pembelajaran anak ramai sendiri disebabkan metode yang digunakan kurang berfariasi. 4) Hasil belajar sesuai yang diharapkan disebabkan kurangnya pemahaman anak dalam menerima meteri yang disampaikan oleh guru.

Setelah kita membaca latar belakang masalahnya, maka perumusan masalahnya bisa kita tentukan, yaitu sebagai berikut : 1) Apakah metode bercerita dan praktek langsung dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak-anak kelompok B pada tema Kebutuhanku di TK Pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan tahun pelajaran 2017 / 2018 ? 2) Apakah metode bercerita dan praktek langsung dapat meningkatkan kecakapan bahasa anak-anak kelompok B pada tema kebutuhanku di TK pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemlang tahun pelajaran 2017 / 2018?

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa yaitu diharapkan dengan media wayang dan metode praktek lagsung anak-anak akan merasa lebih senang memainkan alat-alat peraga yang dibuat oleh guru. Ketika ana- anak terlihat secara aktif memainkan wayang maka secara otomatis anak akan berkomunikasi dengan teman sebayanya atau dengan lawan mainnya. Dari komunikasi itulah yang terlatih secara terus menerus maka kemampuan berbahasa anak juga akan berkembang. Selain itu penelitian ini untuk meningkatkan kecakapan berbahasa pada anak usia dini terutama anak-anak kelompok B di TK Pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan, yaitu diharapkan setelah peneliti menerapkan bercerita dengan media wayang anak-anak akan mampu mengolah kosakata dengan baik, berbicara lancar dan berbahasa baik sebagai awal dari proses membaca permulaan.

(6)

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1) Untuk siswa, meningkatkan kecerdasan kognitif dan kecakapan bahasa pemulaan dengan metode bercerita dan peraga langsung ini bermanfaat untuk melatih semua aspek perkembangan dimana siswa diberi kesempatan untuk berekspolarasi dengan simbol – simbol atau dengan benda untuk berlatih sehingga anak dapat dengan mudah berfikir logis dan berkarya inovatif. 2) Untuk guru, dapat membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang efisien dimana guru berkesempatan untuk mengasah daya pikir anak dan merencanakan pembelajaran dari awal sehingga akhir dengan demikian proses pembelajaran menjadi terarah terprogram, sehingga guru dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya. 3) Untuk sekolah, kualitas proses pembelajran dimana guru berperan sebagai motivator, fasilitator dan evaluator maka pentingnya penelitian untuk berkembang konitif dan kecakapan bahasa adalah untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan pada umunya dan penyampaian indikator berkembang pada khususnya.

KAJIAN PUSTAKA Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah salah satu faktor prndaftaran yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sebagai anugrah dari sang Pencipta yang memungkinkan individu dapat hidup bersama dengan orang lain, membantu memecahkan masalah dan memposisikan diri sebagi makhluk yang berbudaya. Pada manusia yang bahasa yang yang merupakan suatu sistem simbol untk berkomunikasi dengan orang lain , meliputi daya cipta dan sistem aturan. Dengan daya cipta tersebut manusia dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbnatas, Dengan demikian bahasa pada manusia merupakan kretif yang tidak pernah berhenti.

Studi tentang Filsafat bahasa bertujuan mempelajari susunan bahasa yang meliputri hubungan antaraberfikir dan berbahasa . Bahasa sebagai objek studi yang utama bagi psikologi , pada dasarnya berakal pada filsafat ada beberapa ahli psikologo perkembangan yang melakukan penelitian tentang perkembangan bahasa dengan menggunakan metode observasi yang teliti.

(7)

Wundit mendasarkan teori bahasanya pada aksioma paralel yang berarti bahwa perilaku fisik merupakan pernyataan dari gejala psikologis. Dengan Kta lain, apa yang ada didalam diri adalah sama dengan apa yang tampak diluarkan. Buhler memiliki pendapat yang berbeda dengan Wundit menurut bhuler, Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai fungsi sosial yang berkaitan dengan sematik, dan fungsi Ekspresi. Bahasa sebagai lat komunikasi tidak terlepas dari konteks sosial. Ini berarti yang terpenting dalam bahasa adalah memahami hubungan antara pemberi tanda, memahami hubungan antara hal yang satu dengan yang lain. Dan kemampuan untuk menjelaskan suatu serta memformulasikan ide - ide pada lawan bicara.

Kajian tentang bahasa dan komunikasi pada dasarnya menelaah persamaan dan perbedaan kedua definisi tersebut beberapa ahli sepakat, bahwa bahasa mencakup cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi mengungkapkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan pengalaman. Badudu ( 1989 ) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubungan tau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu – individu yang menyatakan pikiran, perasaa, dan keinganannya.

Metode Bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan rasa menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik. Nurbiana (2009: 6.4). Menurut Piaget dalam Nurbiana (2009:6.7), bercerita adalah suatu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapaaspek fisik maupun psikologis bagi anak Taman Kanak-kanak sesuai dengan tahap perkembangannya. Bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian meteri pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari Pendidik kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau

(8)

penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak.

Depdiknas (2004: 12) mendefinisikan bahwa “metode bercerita adalah cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan”, dalam upaya memperkenalkan ataupun memberikan keterangan hal baru pada anak. Metode ini adalah menyampaikan atau mengungkapkan isi cerita dengan mempertunjukan hal –hal atau pesan – pesan yang akan disampaikan. Guru dituntut untuk mampu untuk mencerutakan sesuatau yang akan disampaikan dengan baik. Agar nilai pesan moral yang akan disampaikam bisa diterima dengan benar oleh anak.

Kegiatan bercerita memberikan nilai pembelajaran yang banyak bagi proses belajar dan perkembangan anak serta dapat menumbuhkan minat dan kegemaran membaca, Jensen (Solehuddin, 2000: 91) “membacakan cerita dengan nyaring kepada anak secara substansial dapat berkontribusi terhadap pengetahuan cerita anak dan kesadarannya tentang membaca”. Solehuddin (2000: 90).

Pada pelaksanaannya metode bercerita dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Bercerita tanpa alat peraga, di mana pada pelaksanaannya tanpa menggunakan alat peraga sebagai media bercerita dan guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara guru harus dapat membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru. 2) Bercerita dengan alat peraga, di mana pada pelaksanaannya menggunakan alat peraga sebagai media penjelas dari cerita yang didengarkan anak, sehingga imajinasi anak terhadap suatu cerita tidak terlalu menyimpang dari apa yang dimaksudkan oleh guru.

Alat peraga yang digunakan dapat berupa: alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda sebenarnya (misalnya: kelinci, kembang, piring) agar anak dapat memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari alat tersebut dan Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda- benda yang bukan alat sebenarnya.

Bercerita dengan Media Wayang Kreatif

(9)

Kegiatan pembelajaran peningkatan kemampuan bahasa dan kecakapan bahasa ini berlandasan pada pemikiran bahwa kecakapan dan kreatifitas perlu dipupuk secara menyeluruh dan bahwa anak harus mengembangkan kemampuan berfikir secara kreatif dalam semua bidang kegiatan pengembangan yang sesuai dengan kurikulum yang ada di TK. Pada kegiatan ini penggunaan media juga sangat penting . Media yang digunakan dalam pengembangan bahasa anak TK seharusnya menyenangkan, tidak berbahaya dan bisa membantu guru menghubungkan satu hal dengan satu yang lainnya.

Dengan ini kita bisa memahami pula bahwa media yang digunakan haruslah mampu membawa anak kepada dunia bermain dan dunia yang murni untuk menciptakan berbagai hal yang kreatif, berekspresi, berekspolrasi dan belajar untuk membangun pengetahuan baru. Jika kita mengajarkan belajar baca, tulis dan berhitung bagi anak ( calistung ), maka kita harus memulainya dengan kegiatan yang menyenangkan dan tidak dipaksa, sehingga dirasakan bagi atau tersebut sebagai salah satu bagian dari kegiatan bermain.

Media wayang kreatif adalah media pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran, yang dibuat menyerupai wayang kulit dan terbuat dari gambar tokoh dalam cerita yang ditempel di atas karton atau kardus dan diberi gagang. Salah satu kelebihan menggunakan media pembelajaran adalah dapat mempermudah guru dalam mengajar dan mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran yang diberikan sehingga proses pembelajaran akan berjalan efektif dan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal.

Menurut Sri Mulyono, Wayang adalah sebuah kata dari bahasa Indonesia (jawa), yang berarti bayang-bayang, atau bayang. Wayang disebut juga bayangan yang melayang dan tidak stabil atau tidak pasti. Menurut Mertosedono, Wayang merupakan penggambaran tentang sifat dan karakter manusia di dunia. Karena penggambaran dalam cerita yang mencerminkan sifat-sifat dan karakter manusia secara khas, sehingga banyak yang tersugesti. Padahal sebenarnya semua itu hanya semu (bayangan), bukanlah kejadian yang sesungguhnya atau nyata.

(10)

Menurut Nurbiana Dhieni (2005 : 6.9) “Wayang kreatif adalah wayang berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi yang diberi kayu sebagai pegangan untuk dimainkan seperti halnya memainkan wayang”. Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan kegiatan bercerita dengan menggunakan wayang kreatif adalah sebagai berikut : Hendaknya guru hafal isi cerita dan ada baiknya menggunakan skenario cerita. Kemudian latihlah suara agar dapat memiliki beragam karakter suara yang dibutuhkan. Gunakan wayang kreatif yang menarik dan sesuai dengan dunia anak serta mudah dimainkan oleh guru atau anak-anak. Atau bisa menggunakan satu wayang kreatif, dua wayang kreatif, atau beberapa wayang kreatif dengan jumlah maksimal wayang kreatif yang digunakan sebanyak 5 buah dengan bentuk yang berlainan. Apabila kita menggunakan satu wayang kreatif maka percakapan atau cerita dilakukan antara anak dengan wayang kreatif yang disuarakan oleh guru atau orang tua. Apabila kita menggunakan lebih dari dua wayang kreatif maka percakapan atau alur cerita dilakukan oleh kedua wayang kreatif tersebut yang disuarakan oleh guru atau orang tua dengan karakter suara yang berbeda.

Kerangka Berpikir

Upaya pengembangan bahasa melalui metode bercerita dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan wayang kreatif. Metode bercerita merupakan salah satu metode yang sering digunakan di taman kanak-kanak. Sebagai suatu metode, bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesuai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia anak di Taman Kanak- kanak, maka mereka akan dapat memahami isi cerita, anak juga akan mendengarkan cerita dengan penuh perhatian dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga. Moeslichatoen (2004:158) mengatakan bahwa kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas.

Hipotesis Tindakan

(11)

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Kegiatan bercerita dengan media wayang kreatif diduga dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak kelompok A TK Pertiwi Loning Timur Petarukan. 2) Kegiatan bercerita dengan media wayang kreatif diduga dapat meningkatkan kecakapan anak kelompok A TK Pertiwi Loning Timur Petarukan.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Subjek, Tempat, Waktu Penelitian dan Pihak yang Membantu

Subyek dalam penelitian ini adalah kelompok B TK Pertiwi Loning Timur Petarukan yang berjumlah 20 anak dengan rincian 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Pemilihan kelompok B sebagai subyek penelitian disesuaikan dengan tugas peneliti sebagai guru di kelompok ini sejak 3 tahun terakhir, sehingga peneliti sudah mengetahui karakteristik anak dan semua permasalahan yang terdapat dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelompok ini.

Taman Kanak-kanak Pertiwi Loning Timur adalah salah satu lembaga pendidikan formal dibawah naungan Yayasan Dian Dharma. Sekolah ini melayani pendidikan usia dini untuk anak yang berumur 4-6 tahun dan dikelompokkan menjadi kelompok A dan B. Kegiatan pembelajaran di TK Pertiwi Loning Timur dilaksanakan selama 6 hari dalam satu minggu dengan lama pembelajaran 2 jam perharinya. Model pembelajaran yang digunakan adalah model area dengan melaksanakan kurikulum 2013 sesuai dengan anjuran Dinas Pendidikan Kabupaten Pemalang.

Sarana dan Prasarana yang dimiliki TK. Pertiwi Loning Timur sangat mendukung kegiatan pembelajaran, mulai dari gedung yang permanen, ruang kelas yang luas, media pembelajaran yang tersedia cukup banyak, APE dalam dan APE luar yang bervariasi dapat membantu suksesnya kegiatan pembelajaran. Jumlah guru yang ada juga sudah sebanding dengan jumlah murid, sehingga pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar karena guru dapat mengawasi anak didiknya sesuai dengan jumlah ideal.

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 27 September 2017 dengan melaksanakan kegiatan pra siklus. Setelah pelaksanaan pra siklus kegiatan perbaikan

(12)

pembelajaran berlanjut pada Siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 2-6 Oktober 2017 dengan melaksanakan 5 Rencana Kegiatan Harian. Karena hasil perbaikan pembelajaran siklus I belum mencapai indikator kinerja maka kegiatan penelitian dilanjutkan pada Siklus II yang dilaksanakan pada tanggal 16-20 Oktober 2017 dengan melaksanakan 5 Rencana Kegiatan Harian. Tema yang peneliti ambil adalah Tema Kebutuhanku sesuai dengan program semester yang sedang berjalan pada semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.

Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus 2 diamati oleh Supervisor 2, Ibu Dede Ambarsari, S.Pd yang sehari-hari bertugas sebagai Guru TK.

Pertiwi Nurul Huda Desa Banjarmulya Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.

Selama kurun waktu tersebut penelitian dibimbing oleh ibu Sri Dewi Agusrina, S.H.

M.Si selaku supervisor 1 yang berperan sebagai tutor mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang memberikan teori tentang Penelitian Tindakan Kelas dan menilai kemampuan mahasiswa dalam merancang, melaksanakan kegiatan pengembangan.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Kemampuan bahasan dan kecakapan anak kelompok B di TK. Pertiwi Loning Timur Petarukan masih rendah, yaitu dari total 20 anak didik yang mempunyai kemampuan bahasa sangat mampu hanya 2 anak atau 10% kategori mampu 4 anak atau 20% dan sisanya belum mampu sejumlah 14 anak atau 70%. Kecakapan anak juga terlihat masih sangat rendah dari hasil pengamatan selama pembelajaran dari 20 anak hanya 2 anak atau 20% yang cakap, 3 anak atau 15% yang cukup cakap sedangkan sisanya 15 anak atau 75% belum cakap, hal ini terlihat dari hasil pembelajaran pra siklus yang sudah dilakukan.

Kegiatan Perencanaan Perbaikan yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan dengan beberapa kegiatan yang meliputi : 1) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran 2) Menyusun lembar observasi 3) Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan temuan/hasil refleksi. 4) Membuat

(13)

Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang telah di tanda tangani oleh kepala TK. 5) Menyusun dan menentukan alat penilai untuk mengukur hasil belajar

Kegiatan Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran dengan jadwal yang sudah ditentukan. Adapun kegiatan siklus I dilaksanakan pada hari Senin-Jum’at, tanggal 2- 6 Oktober 2017 dari pukul 07.30 s.d. 10.00 dan siklus II dilaksanakan pada hari Senin-Jum’at tanggal 16-20 Oktober 2017 dari pukul 07.30-10.00. Pada setiap pelaksanaan perbaikan setiap siklus diamati oleh supervisor 2. Adapun fokus penelitian dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran aspek pengembangan bahasa khususnya dalam hal meningkatkan kemampuan bahasa dan kecakapan anak adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan media wayang kreatif. 2) Penggunaan media kartu angka. 3) Pemilihan kegiatan bercerita 4) Dalam proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan-tahapan pembelajaran yang sudah dituangkan dalam rencana perbaikan Rencana Kegiatan Harian.

Tahap Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dengan rincian kegiatan : 1) Hari pertama, Memasangkan kartu huruf pada gambar buah jeruk. 2) Hari kedua, Memasangkan kartu huruf pada gambar buah anggur. 3) Hari ketiga, Menghubungkan gambar jenis pakaian sesuai dengan namanya. 4) Hari keempat, Menghubungkan gambar makanan dengan namanya. 5) Hari kelima, Menebali dan membaca tulisan sesuai dengan gambar alat-alat kebersihan diri dan lingkungan.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II meliputi : memasangkan kartu huruf pada gambar BAJU, menempel kartu kata sesuai gambar DONAT, menempelkan kartu huruf dan menceritakan gambar SAPU, Menempelkan kartu huruf menjadi HANDUK, dan menempel kartu huruf membentuk kata PIRING

Kegiatan Pengamatan dilakukan oleh supervisor 2 untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan media wayang kreatif selama kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan kecakapan anak sehingga dapat ditingkatkan kekurangannya pada siklus selanjutnya dan tetap mempertahankan kelebihan yang sudah dicapai pada siklus sebelumnya.

(14)

Kegiatan Refleksi dilaksanakan dengan menganalisis kekurangan pada RKH- RKH sebelumnya sehingga pada RKH ke V kekurangan-kekurangan itu dapat ditingkatkan lagi untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa penggunaan media wayang kreatif sudah bisa meningkatkan kemampuan bahasa dan kecakapan anak dalam berkomunikasi.

Kosakata anak semakin bertambah dengan beberapa kata sesuai dengan nama wayang kreatif yang diperlihatkan. Penggunaan media dua dimensi ini juga dapat meningkatkan minat dan keaktifan anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada area bahasa ini.

Teknik Analisis Data

Sumber data pada penelitian ini adalah anak didik kelompok B TK. Pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang. Teknik pengumpulan data penelitian ini melalui lembar observasi dan unjuk kerja kegiatan anak didik dalam bercerita dengan media wayang kreatif untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan kecakapan anak. Selain itu, juga menggunakan lembar observasi guru tentang aktifitas proses belajar mengajar menggunakan metode bercerita dengan media wayang kreatif.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian perbaikan pembelajaran adalah : 1) Metode obeservasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi dilakukan oleh supervisor secara kolaborasi dengan peneliti. Observasi atau pengamatan dilakukan terhadap kegiatan pengembangan bahasa dengan media wayang kreatif. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui kegiatan pengembangan yang dilakukan. Kegiatan observasi ini menjadi lebih mudah dengan menggunakan lembar observasi. 2) Metode dokumentasi adalah merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya seseorang. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa rencana kegiatan harian, foto hasil penelitian mengenai apa yang dilakukan anak ketika dilakukan pembelajaran pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir mengenai kegiatan

(15)

mengenal waktu. Sugiyono (2005: 329) menyebutkan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan dan gambar.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dokumen dalam bentuk tulisan dangambar yang diwujudkan dalam bentuk foto.

Indikator Kinerja

Pada kegiatan perbaikan pembelajaran pengembangan bahasa dengan menggunakan media wayang kreatif peneliti mengambil 2 indikator kinerja yaitu : 1) Tercapainya 80% nilai kemampuan bahasa anak dalam satu kelas maka penelitian dinyatakan berhasil. 2) Tercapainya 85% nilai kecakapan anak dalam satu kelas, maka penelitian dinyatakan berhasil.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pada saat pembelajaran awal/pra siklus, peneliti mengamati kemampuan bahasa anak kelompok B TK Pertiwi Loning Timur yang diperoleh kurang memuaskan, hanya sebagian kecil anak yang mempunyai kemampuan bahasa baik, sedangkan sisanya kemampuan bahasanya masih kurang. Indikasi rendahnya bahasa anak tampak pada penilaian dari beberapa aspek, yaitu aspek minat dan ketelitian. Pada aspek minat, anak yang kategori sangat mampu hanya 2 anak, yang mampu tetapi dengan bantuan guru 4 anak, dan yang belum mampu 14 anak. Sedangkan aspek ketelitian, anak yang dalam kategori sangat mampu sebanyak ada 3 anak, anak yang mampu tetapi dengan bantuan guru ada 3 anak, dan anak yang belum mampu ada 14 anak. Kecakapan anak kelompok B TK Pertiwi Loning Timur yang diperoleh juga kurang memuaskan, hanya sebagian kecil anak yang mempunyai kecakapan baik, sedangkan sisanya kecakapannya masih kurang. Rendahnya kecakapan anak tampak pada hasil diperoleh anak yang cakap sebanyak 2 anak dan yang cukup cakap 3 anak dan yang tidak cakap ada 15 anak.

Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media wayang kreatif kemampuan bahasa dan kecakapan anak mulai menunjukkan peningkatan, hal ini terlihat dari hasil kemampuan bahasa anak kelompok B TK Pertiwi Loning Timur yang berjumlah 20 anak, untuk kategori minat, anak yang

(16)

sangat mampu 8 anak, yang cukup mampu 5 anak dan yang tidak mampu 7 anak.

Untuk kategori ketelitian, anak yang sangat mampu 9 anak, yang cukup mampu 5 anak, yang belum mampu 6 anak. Kecakapan anak juga mulai meningkat dari total 20 anak terdapat 8 anak yang cakap, 4 anak yang cukup cakap dan 8 anak yang belum cakap. Kenaikan ini belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan sehingga diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran siklus I yang sudah mengalami kenaikan meskipun belum mencapai indikator kinerja yang diharapkan, maka pada siklus II peneliti lebih mengintensifkan penggunaan media wayang kreatif dan melakukan pendekatan individu kepada anak yang belum mencapai kemampuan yang diharapkan. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui 5 Rencana Kegiatan Harian pada siklus II kemampuan bahasa dan kecakapan anak mengalami kenaikan. Penilaian kemampuan bahasa anak menunjukkan bahwa dari penilaian anak kelompok B TK Pertiwi Loning Timur yang berjumlah 20 anak, untuk kategori minat, anak yang sangat mampu 17 anak, yang cukup mampu 2 anak dan yang tidak mampu 1 anak. Untuk kategori ketelitian, anak yang sangat mampu 17 anak, yang cukup mampu 1 anak, yang belum mampu 2 anak. Kecakapan anak juga mengalami kenaikan dengan penilaian dari total 20 anak terdapat 18 anak yang cakap, 1 anak yang cukup cakap dan 1 anak yang belum cakap. Dengan hasil tersebut maka indikator kinerja yang ditentukan sudah terlampaui sehingga penelitian dihentikan pada siklus II.

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II ternyata terjadi peningkatan pada kemampuan bahasa anak pada RKH V dengan kegiatan bercerita dengan wayang kreatif apabila dibandingkan dengan prasiklus. Untuk melihat peningkatan kemampuan bahasa pada siklus II RKH V dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.21 Kemampuan Bahasa Anak pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No Nama Kegiatan Aspek yang Dinilai

Minat Ketelitian

(17)

 √   √ 

1. Prasiklus 2 4 11 3 3 14

2. Siklus I 8 5 7 9 5 6

3. Siklus II 17 2 1 17 1 2

Keterangan Simbol:

 : Sangat mampu

 : Cukup mampu

 : Belum mampu

Kecakapan pada RKH ke V anak kelompok B TK Pertiwi Loning Timur yang berjumlah 20 anak, untuk kategori kecakapan anak yang sudah cakap meningkat dari 3 anak menjadi 9 anak dan meningkat lagi menjadi 18 sedangkan anak yang cukup cakap naik dari 3 menjadi 4 anak kemudia turun menjadi 1 anak dan anak yang kurang cakap turun dari 15 anak menjadi 8 anak dan turun menjadi 1 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.2 Peningkatan Kecakapan Anak dari Prasiklus ke Siklus I dan Siklus II

No Nama

Aspek Penilaian Kecakapan Cakap

() Cukup Cakap

(√)

Tidak Cakap ()

1 Pra siklus 2 3 15

2 Siklus I 8 4 8

3 Siklus II 18 1 1

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT Simpulan

Hasil perbaikan pembelajaran pada kegiatan bercerita dengan media wayang kreatif pada anak kelompok B di TK Pertiwi Loning Timur Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang pada penilaian kemampuan bahasa anak adalah : 1) Aspek Minat, pada prasiklus anak yang sangat mampu adalah 2 anak, cukup mampu 4 anak

(18)

dan kurang mampu 14 anak. Pada siklus I meningkat, yang cukup mampu 8 anak, cukup mampu 5 anak dan kurang mampu 7 anak.. Sedangkan pada siklus II, anak yang sangat mampu 17 anak, cukup mampu 2 anak dan kurang mampu 1 anak.

Peningkatan pada aspek ini disebabkan anak tertarik dengan kegiatan pembelajaran dan melakukannya dengan sepenuh hati. 2) Aspek Ketelitian, pada prasiklus anak yang sangat mampu adalah 3 anak, cukup mampu 3 anak dan kurang mampu 14 anak. Pada siklus I meningkat, yang cukup mampu 9 anak, cukup mampu 5 anak dan kurang mampu 6 anak.. Sedangkan pada siklus II, anak yang sangat mampu 17 anak, cukup mampu 1 anak dan kurang mampu 2 anak. Peningkatan ini disebabkan anak sudah mau melakukan kegiatan dengan serius dan tidak main-main.

Kecakapan anak juga mengalami peningkatan dari prasiklus sampai berakhirnya siklus II, yaitu sebagai berikut : Pada prasiklus, anak yang cakap 2 anak, cukup cakap 3 anak dan kurang cakap 15 anak. Pada siklus I meningkat, anak yang cakap 8 anak, cukup cakap 4 dan kurang cakap 8 anak. Sedangkan pada siklus II, anak yang cakap 18 anak, cukup cakap 1 anak dan kurang cakap 1 anak.

Saran dan Tindak Lanjut

Sesuai kesimpulan di atas, saran dan tindak lanjut yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan kecakapan anak dalam pembelajaran bahasa yaitu sebagai berikut : 1) Guru hendaknya mampu menerapkan berbagai metode yang sesuai dengan materi dan karakteristik anak sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi pada diri anak. 2) Guru hendaknya mampu mendesain media pembelajaran baik dari warna, ukuran, bentuk dan jumlah secara proporsional sehingga menarik perhatian anak. 3) Penggunaan metode dan media secara efektif dan optimal dengan memperhatikan keunikan anak dapat mendukung ketercapain tujuan yang diharapkan. 4) Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian peningkatan kemampuan bahasa anak.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. (1998). Didaktitk Metodik di TK. Jakarta : Depdikbud

Dhieni, Nurbiana. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

(19)

Moeslichatoen R. (2000). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Depdikbud : Penerbit Rineka Cipta

Miler, M.S. (1981). Brenging Learning Home. Newyork : Harper&Row Publisher Santrock, J.W. (1995). Perkembangan Masa Hidup (Edisi 5). Jakarta : Erlangga Vygotsky, L. (1986). Thought and Language. Massachussetts. The MIT Press

Sabili H, O. & Wulansari. (2004) . Metodologi Pengembangan Bahasa. Bekasi : PGTKI

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Zaman, Badru, dkk. (2008). Media dan sumber belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang dan teori diatas maka, model hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.3 Model Hipotesis Berdasarkan model hipotesis diatas, maka