• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

Volume 02. Nomor 01. Juni 2021

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

76

MENINGKATKAN KREATIVITAS MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY

REPETITION (AIR) PADA SISWA KELAS VIII SMP YP-PGRI 4 MAKASSAR

Improving Students'Mathematical Creativity Through Auditory, Intellectually, Repetition(AIR) Learning Modelfor Class VIII.BStudents of SMP YP-PGRI 4

Makassar

Selviana Engol1, Nur Asrawati2, Rezky Rahma Ruslan3 Pendidikan Matematika

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)

Email1: [email protected] Email2: [email protected] Email3: [email protected]

Abstrak

This research aimsto know the in crease of students' mathematical creativitythrough the Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) learning model at the eighthgrade students of SMP YP-PGRI 4 Makassar. This research is Classroom ActionResearch (CAR). The sample used were students of class VIII.B SMP YP-PGRI 4Makassar, totaling 17 students.

Data were collected through tests and observation.The results showed an increase of creativity in learning mathematics through theAuditory, Intellectually, Repetition (AIR) learning model. It can be seen from theaverage in cycle I, where the teacher activity was 3.47 categorized as "good", andstudent activities was 61% categorized as “good” while in cycle II the teacher activityin creasedto 3.85 categori zedas"very good",and student acti vityin creased to 80.67% categorized as "very good". The student test results based oncreativity category, increased from cycle I to cycle II seen from the fluency aspectwas 82.38% increased to 94.11%;flexibility aspectwas 70.59% increased to94.11%; the novelty aspect was 23.53% increased to 52.93%. and the criteria for classical learning completeness , in cycle I is 41,16% or as many as 2 peopel who have completed , have not achieved classical completeness and completed classically in cycle II of 88,23% as many as 15 students whoget grades and the researchresults, it can be concluded that the Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)learning model can improve the mathematical creativity of class VIII.B students of SMPYP PGRI 4 Makassaron theTwo V ariable Linear Equation System (SPLDV) material.

Keywords:Mathematicalc reativity; Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).

(Received: 03-04-2021; Reviewed: 15-04-2021; Revised: 23-04-2021; Accepted: 07-05-2021; Published: 03-06-2021)

(2)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

77 Pendahuluan

Menurut Amri & Ahmadi (2010:16) pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah, pendidikan sudah dimulai sejak anak lahir dan akan berlangsung sepanjang ia mampu menerima pengaruh- pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah, dan mayarakat.

Keluarga merupakan lingkungan proses sosialisasi yang paling pertama dan utama dalam mengawasi proses perkembanagan seorang individu dan dasar kepribadian anak. Pendidikan di sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya, di sekolah diselenggarakan secara formal dan pendidikan dimasyarakatmerupakan bentuk pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah, bentuk pendidikan ini menekankan pada perolehan pengetahuan dan ketrampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat.

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan ilmu matematika itu sendiri. Sehingga penguasaan materi matematika oleh peserta didik menjadi sebuah keharusan, dengan arti lain matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk ilmu yang lain (Siagian, 2016:60).

Menurut Ruseffendi (Firmansyah,2015) matematika adalah konsep belajar yang dimulai dari materi yang secara nyata ada, sehingga pada tahap-tahap yang lebih tinggi konsep itu diajarkan lagi dalam bentuk yang lebih meluas dengan mengunakan notasi yang lebih umum digunakan dalam belajar matematika.

Matematika menjadi salah satu bidang studi yang memiliki peran penting dalam dunia keadaan pendidikan dengan tujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan keterapilan dalam menyikapi perubahan keadaan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam mata pelajaran matematika, siswa dilatih dan diajarkan untuk berpikir logis, rasional, kritis dan sejauh mana pemahaman konsep yang di perolah siswa

Dalam perannya yang dimilikinya matematika sering menjadi masalah bagi siswa. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang membosankan karena memaksa siswa untuk berfikir dalam mengikuti pembelajaran maupun dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, sehingga menyebabkan siswasusah memahami materi pembelajaran dan sulit untuk meransangkan kreativitas yang dimiliki. Oleh karena itu guru harus dapat membuat suasanapembelajaran yang menyenangkan serta mendorong siswa untuk belajar meatematika dengan baik.

Menurut (Ismayani,2016:266)Bebreapa defenisi kreativitas yang berhubungan dengan matematika mengandung dua aspek dalam kreativitas, yaitu aspek proses dan aspek produk kreatif. Aspek proses kreatif merujuk pada proses berpikir kreatif sementara aspek produk kreatif merujuk pada produk yang dihasilkan dari proses berpikir kreatif tersebut. Produk kreatif sebagai hasil berpikir kreatif dapat berfujud fisik dapat pula tidak berwujud fisik, seperti ide, gagasan , berbagai solusi atas permasalahan , atau rumus-rumus dalam matematika. Kretivitas sesorang itu tergantung dari proses berpikir kreatif yang dilakukan sebagai bentuk aktivitas. Mundara (Ismayani,2016:266-267) membedakan ciri-ciri utama kreativitas menjadi aptitude tratis dan non-aptitudetratis. Ciri-ciri apitude dari kreativitas merupakan ciri-ciri berpikir kreatif yang mengandung aspek kognitif, sementara ciri-ciri non-aptitude merujuk pada sikap kreatif yang mengandung aspek afektif. Pengembangan kreativitas siswa melalui pembelajaran matematika tidak hanya memeperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kreatif tetapi juga memupuk sikap dan ciri-ciri kepribadian kreatif. Kreativitas yang ditinjau dalam penelitian dipandang dari dua aspek , yaitu aspek kognitif berupa kemampuan berpikir kreatif, dan aspek efektif

(3)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

78 berupa sikap kreatif. Aspek berpikir kreatif yang diukur diantaranya keluwesan, fleksiblitas, dan

orisinalitas. Sementara diapatasi dari (Munandar,2014) diantaranya imajiatif, mempunyai minat luas, mandiri dalam berpikir, percaya diri, bersedia mengambil resiko, berani dalam pendirian dan keyakinan.

Kretivitas diperlukan siswa dalam pembelajran. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk aktif mengutarakan ide-ide serta dapat memberikan tanggapan dari materi yang dipelajari, sehingga siswa tidak hanya terpacu pada materi yang disampikan oleh guru tetapi dapat mengembangkan sendiri materi yang dipelajari. Namaun pada kenyatannya banyak siswa yang hanya diam saat diberikan pertanyaan yang diberikan oleh guru dan sedikit siswa yang berani untuk mengemukakan pendapatnya.dengn demikian keadaan yang demikian diperlukan suatu kondisi pembelajran yang menyenangkan bagi siswa dan dapat menumbuhkan kreativitas siswa dalam pembelajran, terutama matematikaIsmayani(2016: 34-40)

Berdasarkan hasil observasi awal dengan guru matematika di SMP YP- PGRI 4 Makassar, peneliti menemukan masalah yang ada yaitu ; kurangnya keaktifan belajar dari siswa, dalam hal ini disebabkan proses pembelajaranmasih berpusat pada guru dan sedikit melibatkan siswa, dan kreativitas matamatika pun masih kurang sehingga masih perlu ditingkatkan kemampuan krativitasnya, masalah ini dapat saat siswa mengerjakan soal-soal matematika, siswa hanya berpatokan pada contoh yang diberikan oleh guru. Kebanyakan siswa tidak mempunyai cara yang berbeda dari yang sudah diajarkan. Jika soal yang diberikan berbeda dengan contoh yang diberikan sebelumnya, siswa menjadi kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan tersebut. Akibatnya kretivitas siswa menjadi tidak berkembang dan berpengaruh dengan nilai metematikanya.

Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus bisa menemukan atau mengupayakan model pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu cara adalah dengan menerapkan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR), karena model ini akan membiaskan peserta didik memecahkan suatu masalah, menciptakan kreativitas sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan sehingga peserta didik akan lebih aktif dan pembelajaran lebih bermakna dan model pembelajaran ini memiliki karakter bahwa peserta didik diberi kesempatan untuk mengungkapakan ide tentang apa yang dibahas dalam pembelajaran dan dalam saat diskusi kelompok.

Model pembelajran ini juga dipakai oleh peneliti sebelumnya diantaranya yaituMustika, dkk (2016) melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran AIR terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa dikelas VIII SMP Negeri 1 Pasir Penyu, Sri Hariani Manurang (2016) melakukan penelitian tentang upaya meningkatkan kretaivitas dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model AIR pada kelas VIII MTS Negeri Rantauprapat T.P 2014/2015.

Berdasarkan uraian masalah diatas, makapeneliti melakukan penelitian dengan judul “meningkatkan kretaivitas matematika siswa melalui model pemebelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) pada siswa Kelas VIII di SMP YP-PGRI 4 Makassar.

Metode

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research) dengan menggunakan Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (Air). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus atau lebih sesuai dengan pencapaian yang akan ditingkatkan pada proses pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, 4) Refleksi, (Salahudin, 2015:30).

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP YP-PGRI 4 Makassar,siswa kelas VIII yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022. Subjek penelitiannya siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar.

(4)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

79 Objek penelitian: Kreativitas matematika, bagimana siswa memahami atau menganalisis,

mengidetifikasisoal yang diberikan guru dengan benar, kemampua siswa memberikan jawaban pada soal sesuai konsep atau perintah dengan cara penyelesaian yang berbeda-beda, dan kebaruan mengacu pada kemampaun siswa menjawab masalah mamtematika dengan teknik/cara baru atau tidak biasa.

model pembelajaran AIR, Langkah-langkah model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) ; (sohimin,2017:30): Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing kelompok 4-5 anggota, Siswa mendengarkan dan memeperhatikan penjelasan dari guru, Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi yang mereka pelajari dan menuliskan hasil diskusi tersebut dan selanjutnya untuk dipresentasikan didepan kelas (Auditory), Saat diskusi berlangsung, siswa mendapatkan soal atau permasalahan yang berakit dengan materi, Masing-masing kelompok memikirakn cara menerapkan hasil diskusi serta dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah (intellectualy), danmSetelah selesai berdiskusi, siswa memdapat pengulangan materi dengan cara mendapatkan tugas atau kuis untuk tiap individu (repetition).

Prosedur penelitian ini dirancang dengan dua siklus atau lebih. Siklus I dilaksanakan selama empat kali pertemuan yang terdiri dari tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan dengan tes akhir siklus. Adapun siklus II juga dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan tes akhir siklusnya. Pada siklus II merupakan pelaksanaan perbaikan atau perubahan apa yang menjadi hambatan pada siklus I. Selanjutnya dilakukan proses pembelajaran di kelas dengan menggunakanmodel Pembelajran Auditory Intellectually Repetition (AIR) meningkatkan Kreativitas matematika siswa.

Berdasarkan rencana pembelajaran di atas, maka penelitian tindakan kelas ini meliputi 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.Secara terperinci, prosedur yang telah dilakukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Grafik 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Hopkins (Pebriana, 2018:150)

Keterangan : Alur

:Perpindahan siklus : Pengambilan data

Perencanaan Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan SIKLUS I

Refleksi

Pengamatan

Pelaksanaan SIKLUS II

Perencanaan

(5)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

80 Adapun teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah: Sumber data dalam penelitian ini

adalah siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar semster ganjil tahun ajaran 2021/2022. Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data yang terkumpul tentang hasil pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung di analisis secara kulitatif dan data hasil kreativitas matematika siswa dianalisi secara kuantitatif.

Instrumen pengumpulan data. Lembar tes digunakan untuk melihat peningkatan kreativitas matematika dan untuk mengetahui keberhasilan dan ketuntasan belajar matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Soal tes yang dilakukan pada lembar soal berbentuk uraian. Lembar Observasi kreativitas Siswa: observasi kreativitas siswa dilakukan untuk mengetahui kreativitas belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

Lembar observasi untuk mengamati kegiatan Guru dalam proses pembelajaran menggunakan model Pembelajran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Lembar observasi kreativitas siswa digunakan untuk mengamati aktivitas siswa berdasarkan ciri sikap kreatif siswa selama kegiatan pembelajaran.

Tes kreativitas digunakan untuk mengukur peningkatan kreativitas dalam menyelesaiakan soal matematika. Soal tes yang diberikan berupa soal uraian.

Indikator keberahsilan dalam penelitaian ini adalah apabila rata presentase Kreativitas siswa meningkat setiap siklus yaitu “kreatif” atau baik dan skor rata kreativitas matematika siswa mencapai Nilai KKM dan tuntas secara Klasikal yaitu 85% memperoleh skor Maksimal 75 dari skor ideal 100 yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal sesuai dengan standar Kompotensi yang ditetapakan disekolah SMP YP-PGRI 4 Makassar.

Hasil Dan Pembahasan Hasil

Hasil observasi aktivitas guru dari observasi pada siklus I diperoleh bahwa rata-rata aktivitas guru pada siklusI dengan penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) yaitu 3,47. Dengan menggunakan aturan pembulatan maka nilai3,47 dibulatkan menjadi 3. Sehingga diperoleh bahwa aktivitas guru pada siklus Iberada pada kategori“baik”.

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I diperoleh kesimpulan bahwa persentase aktivitas siswa pada siklusI dengan penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) yaitu 62% berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan aktivitas siswa ini masih tergolong kategori baik dengan interval skor56-75.

Ada pun rekapitulasi tes kreativitas siswa kelas VIII.B SMP YP-PGRI 4 Makassar pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi presentase kreativitas Siswa Kelas VIII.B SMP YP-PGRI 4 Makssar siklus I

Aspek yang diamati 1 2 3 4

Kelancaran 23,52% 29,413% 82,34%

Keluwesan 5,88% 41,17% 41,17% 17,64%

Kebaruan 52,94% 64,70% 47,05% 11,76%

Sumber: Data diolah Keterangan :

1 = tidak kreatif 3 = kreatif

(6)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

81 2 = cukup kreatif 4 = sangat kreatif

Dari analisis skor kreativitas yang diperoleh diatas rata-rata skor setiap Level indikator diperoleh, aspek kelancaran mencapai kategori kurang kreatif atau cukup kreatif 17,68% dan kategori kreatif atau sangat kreatif 82,34% yaitu sangat kreatif.

Analsis Aspek keluwesan skor kreativitas yang diperoleh dari tabel diatas rata-rata skor diperoleh kategori kurang kreatif atau cukup kratif 35,29% yaitu kurang kreatif dan kategori keratif dan sangat kreatif 70,59% yaitu kreatif. Analisis aspek kebaruan rata-rata skor kreativitas tiap level diperolehkategori kuranng kreatif atau cukup kreatif76,47% dan kreatif atau sangat kreatif 23,53%.

Berdasarkan analisi skor rata-rata tiap level indikator kreativitas pada siklus I aspek indikator yang mencapai kategori sangat kratif yaitu indikator Kelancaran dan aspek indikator Keluwesan yaitu mencapai kategori krearif dan aspek indikator kebaruan masih tergolong rendah yaitu berada di kategori kurang kreatif.

Tabel 2. Distribusi frkuensi dan presentasi skor hasil krativitas siswa Kelas VII SMP YP PGRI 4 Makassar pada tes siklus I.

Skor Kategori Frekuensi Presentase

92 – 100 Sangat kreatif 0 0%

84 – 91 Kreatif 2 11,76%

75 – 83 Cukup kreatif 5 29,41%

<75 Tidak kreatif 10 58,83%

Jumlah 17 100%

Sumber: Data diolah

Sealnjutnya dari 17 orang siswa yang mengikut tes akhir siklus I dapat lihat pada tabel 3 distribusi dan presentase hasil ketuntasan kreativitas siswa kelas VII SMP YP- PGRI 4 Makassar sebagai berikut

Tabel 3. Distribusi dan presentase hasil ketuntasan kreativitas siswa Skor Kategori Frekuensi Presentase

<75 Tidak Tuntas 10 58,83%

75-100 Tuntas 7 41.17%

Jumlah 17 100%

Sumber: Data diolah

Hal ini berarti, melalui penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually,Repetition (AIR) tes kre ativitas siswa kelas VIII.B SMP YP-PGRI 4 Makassar pada siklus I belum mencapai sempurna secarabaik. Oleh arena itu penulis melanjutkan penelitian pada siklusII.

Diakhir pelaksanaan siklus I peneliti dan guru merefleksikan yang terjadi didalam kelas VIII.B SMP YP-PGRI 4 Makassar, dari evaluasi yang telah diberikan pada siklus I masih mengalami hambatan yang mengakibatkan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar matematika kurang optimal.

Masih terdapat siswa yang masih kurang kreatif atau masih ada indikator yang ingin dicapai masih dalam kategori kurang kreatif dan skor nilai kreativitas siswa pada siklus I belum mencapai ketuntasan secara Klasikal. Namun, adanya peningkatan tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah ditentukan.

Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II diperoleh kesimpulan bahwa aktivitas guru pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually,Repetition (AIR) yaitu 3,85.

Dengan menggunakan pembulatan maka nilai 3,85 dibulatkan menjadi 4, sehingga diperoleh bahwa aktivitas guru pada siklus IIberada pada kategori“sangatbaik”.

(7)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

82 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II diperoleh kesimpulan bahwa persentase aktivitas siswa pada

siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) yaitu 80,67%. Berdasarkan kriteria keberhasilan tindakan aktivitas siswa ini tergolong“sangat baik” dengan interval skor 76-100.

Pada akhir siklus II dilaksanakan tes hasil siklus II.Adapun Deskripsi tes kreativitas siklus II pada siswa kelas VIII. B SMP YP-PGRI 4 Makassar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Hasil analisi kreativitas matematika siklus II

Aspek yang diamati 1 2 3 4

Kelancaran 11,76% 5,88% 88,23%

Keluwesan 11,76 35,29% 29,41% 70,58%

Kebaruan 17,64% 29,41% 29,41% 23,52%

Sumber: data diolah

Keterangan :

1 = tidak kreatif 3 = kreatif 2 = cukup kreatif 4 = sangat kreatif

Berdasarkan tabel 4 yang menggambarkan tentang analisis skor kreativitas setiap level indikator skor hasil tes kreativitas siklus II, dengan nilai rata-rata level setiap indikator yang dicapai. Analisis aspek Kelncaran skor setiap level indikator diperoleh kategori kurang kreatif atau cukup kreatif 11,76% dan kategori kreatif 5,88% atau sangat kreatif 88,23% berada di kategori sangat kreatif.

Analisis aspek keluwesan skor kreativitas setiap level diperoleh kategori kurang kreatif atau cukup kreatif 35,29% (dan kategori kreatif29,41(5)% atau 70,05 (12) sangat kreatif. Analsis aspek kebaruam skor kreativitas setiap level diperoleh kategori kurang kreatfi 17,64 atau cukup kreatif 29,41% dan kategori kreatif 29,41 atau sangat kreatif 23,53%.

Berdasarkan analisi tes presentase rata- rata skor kreativitas setiap level pada siklus II diatas mengalami peningkat maka tes kreativitas matematika pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dengan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetit ion (AIR) pada siklus II meningkat.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan presentase skor hasil kreativitas siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar pada Tes Siklus II.

Skor Kategori Frekuensi Presentase

92 – 100 Sangat Kreatif 2 11,76%

84 – 91 Kreatif 8 47,06%

75 – 83 Kurang kreatif 5 29,42%

75 Tidak kreatif 2 11,76%

Jumlah 17 100%

Sumber: Data diolah

Selanjutnya dari 17 0rang siswa yang menikuti tes akhir siklus II yang dapat terlihat pada tabel 6 distribusi frekuensi dan presentase ketuntasan klasikal kreativitas siswa kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar sebagai berikut:

(8)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

83 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan presentase ketuntasan klasikal kreativitas siswa

Skor Kategori Frekuensi Presentase

<75 Tidak Tuntas 2 11,76%

75 – 100 Tuntas 15 88,24

Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil presentase ketuntasan belajar, maka pada siklus II bahwa menunjukan presentase siswa yang tuntas adalah 88,24% yaitu 15 orang siswa, sedangkan untuk siswa yang tidak tuntas presentasenya 11,76% yaitu 2 orang siswa. Maka pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika pada pokok materi sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dengan menggunkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat meningkatkan hasil kreativitas matematika siswa, Presentase rata-rata kreativitas matematika setiap level meningkat dan data yang diperoleh pada siklus II ini telah mengalami peningkatan dengan memperoleh hasil hasil diatas Standar KKM yang telah ditentukan yaitu 75.

Pembahasan

Penelitian yang penulis lakukan merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat dikatakan sebagai upaya atau suatu tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dikelas VIII.B SMP YP PGRI 4 Mak assar yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan masing-masing 4 kali pertemuan, dengan 3 kali pertemuan digunakan sebagai proses pembelajaran dan 1kali pertemuan dilakukan evaluasi padatiap akhir siklus.

Pada siklus I dan siklus II analisis skor hasil tes kreativitassiswa diperoleh gambaran bahwa, aspek Indikator kreativitas yang diamati yaitu Kefasihan, Fleksebilitas dan Kebaruan yang mampu di tunjukan dalam menyelesaikan masalah meningkat :

Berdasrkan analisis setiap indikator kreativitas bahwa yang indikator yang paling meningkat yaitu indikator kebaruan dan keluwesan siswa mamupu menyelsaikan masalh dengan baik dan mempunyai alternatif lain dalam menyelsaikan soal dan indikator kebaruan sedikit meningat dari siklus I ke siklus II, hanya 7 siswa yang mampu menyelsaikan masalah dengan alternatif lain danmenyelsaikan soal dengan cara baru.

Pada siklus I terdapat permasalahan-permasalahan yang muncul selama pempelajaran berlangsung antara lain siswa belum lancar dalam mengungkapkan pendapat dan ide kreatif, siswa belum terbiasa untuk memikirkan alternatif cara lain dalam menyelesaikan masalah, dan Siswa masih kurang percaya diri untuk mengemukakan ide penyelesaian soal yang berbeda dengan siswa lain.

Maka peneliti melanjukan siklus II, pada siklus II siswa mampu menyelesaikan masalah, mengungkapkan pendapt dan ide kreatif, mengemukan ide dalam menyelesaikan soal yang berbeda dengan siswa lain dan memikirkan alternatif cara lain dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan hasil skor nilai yang memenuhi ketuntasan belajar secara Klasikal siklus I 41,17%

meningkat atau tuntas pada siklus II yaitu 88,23%, dengan penerapan model pembelajaran Auditory Intellectualy, Repetition (AIR) meningkat Kreativitas Matematika Kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar pada Materi SPLDV.

Berdasrkan hasil analisi presentase aktivitas guru dari siklus I dan siklus II. Analisis siklus I presentasenya rata-rata 3,47% berada kategori sangat baik dan siklus II meningkat yaitu 3,85%

kategori sangat baik. Pada siklus I aktivitas guru sangat baik meski masih beberapa poin yang masih

(9)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

84 kurang sempurna dalam proses pembelajaran berlangsung dan siklus II proses penerapan pembelajaran

lumayan meningkat atau semakin meningkat. Berdasarkan hasil analisis presentase observasi kreativitas siswa siklus I dan Siklus II. Analisis siklus I presentase rata-rata 61% dan meningkat di siklus II presentase rata-rata 80,67%.

Pada siklus I masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru,dan masih ada siswa yang sibuk sendiri dalam mengerjakan kelompok atau presentase kelompok. Dan meningkat pada siklus II meseki masih ada siswa yang tidak fokus dan memperhatikan penjelasan dari guru, tapi sangat meningkat berada di kategori sangat Baik.

Sehingga model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) meningkat kreativitas siswa.

Penerapan model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) dapat meningkatkan kreativitas siswa. presentase indikator – indikator kreativitas siswa dalam belajar matematika masih sedikit ditunjukkan pada saat pembelajaran Sedangkan untuk peneliti – peneliti sebelumnya yang merupakan penerapan Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) seperti penelitian yang dilakukan oleh : Manurung, (2016) dengan judul “Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) pada siswa Kelas VIII” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition) dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar kubus dan baklok dikelas VIII MTs Negeri Rantau Prapat T.P 2014/2015.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil Penelitian ini, dapat disimpulkan bawah dengan melalui model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), dapat meningkatkan kreativitas matematika siswa, pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), kelas VIII.B SMP YP-PGRI 4 Makassar, peningkatan tersebut dapat dilihat tes Kreativitas Matematika siswa pada tes siklus I dan siklus II.

Hasil Penelitian ini diperoleh rata-rata belajar matematika dengan model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) pada metari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) kelas VIII SMP YP-PGRI 4 Makassar terjadi peningkatan hal ini dapat di lihat dari indikator yang di amati dalam penelitian ini.

Kreativitas siswa melalui model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) pada materi sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) mengalami peningatan dari siklus I aspek kelancaran 76,47% dan 88,33% meningakt pada siklus II dan aspek keluwesan 70,59% dan meningkat 94,11%

dan aspek kebaruan 23,53% dan 52,93% pada siklus II. Dan ketuntasan belajara yaitu Siklus I 41,71%

meningkat atau tuntas secara Klasikal pada Siklus II 88,23%.

Dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran auditory intelectualy repetition (AIR) dapat meningkatkan kreativitas siswa dan Tuntas secara Klasikal yaitu 88,23%, karena dalam pembelajaran siswa dituntut untukan dapat mengasah dan mengembangkan kegiatan kreatif mereka dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Pembelajaran ini mengarah dan membawa siswa untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan yang baik dan berbobot, siswa lebih berani dalam menyatakan pendapat secara spontan danserta mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari yang lain. serta mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbedadari yang lain.

(10)

e-ISSN: 2775-0442 | ARITMATIKA: Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika STKIP YPUP Makassar

85 Saran

1. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk mendukung kreativitas guru dalam memilih model atau metode pelajaran untuk meningkatkan belajar matematika siswa yang diterapkan di kelas seperti Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)

2. Diharapkan kepada semua guru untuk merancang model pembelajaran yang dapat menyenangkan bagi siswa agar tidak jenuh menghadapi pelajaran.

3. Diharapkan bagi pendidik supaya selalu memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat dan tekun dalam mengikuti pelajaran.

Ucapan terima kasih

Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada ayah dan ibu serta orang-orang terdekat, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

Referensi

Amri, sofan & Ahmadi. 2010. “konstruksi pengembangan pembelajran pengaruh terhadap mekanisme”. Jakarta. pustaka raya

Firmansyah Dani. 2015. “pengaruh strategi pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar matematika”. Jurnal pendidikan. Vol. 3. Nomor 1, Hal.36

Ismayani. 2016. “Pengaruh Penerapan Stem Project-Basend Learning Terhadap Kreativitas Matematika Siswa SMK”. Jurnal. Vol.3. No.4

Manurung. 2016. “Upaya meningkatkan kreativitas dan hasil Belajar Matematika siswa dengan menggunakan model AIR ( Auditory Intellectually, Repetition) pada Siswa kelas VII MTS Negeri Rantauprapat T.P 2014/2015” jurnal EduTech Vol. 2 No. 1. Hal.97

Pebriana. 2018.”Penerapan Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi anak pada siswa Kelas III SDN 030 Bagan Jaya”. Jurnal Basicedu. Volume. 2. No 1.

Siagian, Muhammad Daut. 2016. “kemapuan koneksi matematika dalam pembelajaran matematika”.

Jurnal of mathematics. Hal. 58-67

Salahudin, Anas. 2015. “Penelitian Tindakan Kelas”. Bandung. Pustaka Setia.

Shoimin, Aris. 2017. “68 Model pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013”.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Info lebih lanjut Hubungi

LPPM STKIP YPUP Makassar Jalan Andi tonro no. 17 Makassar

Referensi

Dokumen terkait

The desire of some authors to write novels in English was, therefore, born of a genuine creative impulse characteristic of the times and not out of a desire to imitate the western

[Assented - to, 21st December, 1877.1 HERE AS it is desirable to extend the Railway from the Gawler W Bailway Station to Marlcct Rcscrvc in thc 'l'awn of Gawler, as shown in thc