MENULIS SEBAGAI PROSES
DOSEN PENGAMPUH : Dr. Ahadi Sulissusiawan, M.Pd.
Disusun oleh : Herlina ( F1012181021 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK 2018
Menulis Sebagai Proses
A. Pengertian Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan.
Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaiannya.
Dalam komunikasi tulis terdapat 4 unsur yang terlibat : 1. Penulis sebagai penyampai pesan (penulis).
2. Pesan atau isi tulisan.
3. Saluran atau media berupa tulisan.
4. Pembaca sebagai penerima pesan.
Manfaat yang dapat dipetik dari menulis : 1. Peningkatan kecerdasan.
2. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas.
3. Penumbuhan keberanian.
4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi
Menurut Graves (1978), seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis.
Smith (1981) mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Karena itu, untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya muncullah berbagai mitos atau pendapat yang keliru tentang menulis dan pembelajarannya.
Diantara mitos yang perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut : 1. Menulis itu mudah.
Teori menulis atau mengarang memang mudah,gampang dihafal. Tetapi menulis atau mengarang bukanlah sekedar teori, melainkan keterampilan. Bahkan, ada seni atau art di dalamnya. Teori hanyalah alat untuk mempercepat pemilikan kemampuan seseorang dalam mengarang.
2. Kemampuan menggunakan unsur mekanik tulisan merupakan inti dari menulis.
Dalam mengarang seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihan kata, pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan.Namun, kemampuan mekanik saja tidaklah cukup. Karangan harus mengandung sesuatu atau isi yang akan disampaikan. Isi itu berupa ide, gagasan, perasaan, atau informasi yang akan diungkapkan penulis epada orang lain.
3. Menulis itu harus sekali jadi
Dalam mengarang tidak sekali tulis langsung bagus , beberapa kali kita harus mengulang,tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan penulis profesional sekalipun. Menulis merupakan sebuah proses,proses yang melibatkan tahap prapenulisan, penulisan, serta penyuntingan, perbaikan, dan penyempurnaan.
4. Orang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis dapat mengajarkan menulis.
Kembali kepada analog di atas, sama halnya dengan mengarang, siapa pun yang mengajar mengarang dia harus menyukai dan memiliki pengalaman dan keterampilan mengarang. Dia juga harus menunjukkan kepada muridnya manfaat dan nikmatnya menulis.
B. Hubungan Menulis denganKeterampilan Berbahasa yang lain
Kita semua tahu bahwa keterampilan berbahasa itu mencakup empat komponen itu adalah menyimak , berbicara, membaca, dan menulis. Keempat komponen memiliki keterkaitan yang sangat erat .
Keterampilan Berbahasa Lisan Dan Langsung Tertulis dan Tidak tertulis Aktif Reseptif
(menerima pesan)
Menyimak Membaca
Aktif Produktif
(menyampaikan pesan)
Berbicara Menulis
Berdasarkan tabel di atas dijelakan hubungan antarkeempat aspek keterampilan berbahasa tersebut!
1. Hubungan Menulis dengan Membaca
Menulis dan membaca adalah kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan.
Menurut Goodman dkk. (1987) dan Tierney (1983) dalam Tompskin dan Hoskisson, 1995), baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sebagai penulis.
Penulis sebagai pembaca. Artinya, ketika aktivitas menulis berlangsung si penulis membaca karangannya. Ia membayangkan dirinya sebagai pembaca untuk melihat dan menilai apakah tulisannya telah menyajikan sesuatu yang berarti , apakah ada yang tidak layak saji, serta apakah tulisannya menarik dan enak dibaca.
Pembaca sebagai penulis. Artinya, ketika berlangsung kegiatan membaca, pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan penulis. Pembaca menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan dan kaitan antagagasan, dan kejelasan uraian, serta mengorganisasikan bacaan, memecahkan masalah, dan memperbaiki simpulan bacaannya.
Dia menganalisis atau merekonstruksi bacaan dengan membayangkan apa yang dimaksudkan dan diinginkan penulisnya sehingga pesan yang penulis sampaikan dapat ditangkap dengan baik.
2. Hubungan Menulis dengan Menyimak
Sewaktu menulis , seseorang butuh inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya.
Hal itu dapat diperolehnya dari berbagai sumber: Sumber tercetak seperti buku, majalah, surat klabar, jurnal, atau laporan, dan juga sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi, dan obrolan.
Melalui menyimak penulis tak hanya memperoleh ide atau informasi untuk tulisannya, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaian lisan yang menarik hatinya, yang akan berguna untuk aktivitas menulisnya.
3. Hubungan Menulis dengan Berbicara
Antara menulis dengan berbicara keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif-produktif. Artinya, penulis dan pembicara berperan sebagai penyampaian atau pengirim pesan kepada puhak lain. Keduanya harus mengambil sejumlah keputusan berkaitan dengan topik, tujuan, jenis informasi, yang akan disampikan, serta cara penyampaiannya sesuai dengan kondisi sasaran (pembaca atau pendengar) dan corak teksnya (eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi, dan persuasi. Untuk lebih jelasnya mari kita simak perian dalam matrik berikut
.
Aspek pembeda Berbicara Menulis
Kecaraan 1. Komunikasi terjadi secara langsung, pembicara dan penyimak bersemuka (berha-dapan)
2. Pembicara tampil langsung dengan sgala kelebihan dan
kekurangannya
3. Tanggapan penyimak (paham/tidak paham, suka/tidak suka ) dapat ditangkap secara langsung, saat itu juga
4. Berdasarkan tanggapan itu, pembicara secara langsung dapat segera mengubah atau memperbaiki pembicaraannya
1. Komunikasi terjadi tidak langsung, penulis dan pembicara tersekat ruang dan waktu.
2. Penulis tampil setelah tulisannya siap. Dia memiliki waktu yang cukup leluasa untuk menyiapkan tulisan sebaik- baiknya
3. Tanggapan pembaca terhadap tulisannya tidak dapat diperoleh seketika 4. Penulis tidak dapat memperbaiki kekurangan atau kesalahan tulisan telah dipublikasikan dengan cepat.
Media 1.Pembicara
mengungkapkan pesannya secara lisan.
2.Dalam berbicara, unsur nonverbal seperti suara, mimik, pandangan, dan gerak, dapat secar langsung digunakan untuk
memperjelas, mempertegas, dan menarik perhatian penyimak.
1. Penulis menyampikan pesannya secara tertulis.
2. Dalam menulis, penulis hanya dapat menggunakan gambar atau ilustrasi, gaya dan racikan bahasa, serta kaidah penulisan untuk memperjelas,
mempertegas, dan menarik perhatian pembaca.
C. Ragam Wacana
Suatu tulisan atau karangan secara umum mengandung dua hal, yaitu isi dan cara pengungkapan atau penyajian. Keduanya saling mempengaruhi. Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana: deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Mari kita bahas secara singkat ragam karangan diatas satu per satu.
1. Deskripsi (pemerian)
Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya.
2. Narasi (penceritaan atau pengisahan)
Narasi adalah ragam wacana yang menceriterakan proses kejadian suatu peristiwa.
3. Eksposisi
Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya.
4. Argumentasi (pembahasan atau pembuktian)
Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya.
5. Persuasi
Persuasi adalah ragam wacana yang ditunjukkan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.
D. Menulis sebagai Proses
Pendekatan yang kerap muncul dalam pembelajaran menulis.
1. Pendekatan Frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latiahn mengarang, sekalipun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau surat ), akan membantu meningkatkan keterampilan menulis seseorang.
2. Pendekatan Gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis.
3. Pendekatan Koreksi berkata bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak koreksi atau masukkan yang diperoleh atas tulisannya.
4. Pendekatan Formal mengungkapkan bahwa keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa, pengalineaan, pewacanaan, serta konvensi atau aturan penulisan dikuasai dengan baik.
Menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan ( persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah atau revisi atau penyempurnaan tulisan.
Menurut Barrs (1983;829-831) bahwa menulis merupakan suatu proses kemampuan, pelaksanaan, dan hasilnya diperoleh secara bertahap. Artinya, untuk menghasilkan tulisan yang baik umunya orang melakukannya berkali-kali. Sangat sedikit penulis yang dapat menghasilkan karangan yang benar-benar memuaskan dengan hanya sekali tulis.
Untuk mempermudah pemahaman, kaitkanlah uraian dibawah ini dengan pengalaman anda dalam mengarang.
1. Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, seperti halnya pemanasan (warming up) bagi orang yang berolahraga.Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.
a. Menentukan Topik
Topik adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan.
b. Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan
Setelah mendapatkan topik yang baik, langkah selanjutnya adalah menemukan maksud atau tujuan penulisan. Ketika merumuskan tujuan kita harus hati-hati jangan sampai tertukar, dengan harapan kita sebagai penulis atau manfaat yang dapat diperoleh pembaca melalui tulisan kita.
c. Memperlihatkan sasaran karangan (pembaca)
Agar isi tulisan itu sampai kepada pembaca, kita harus memperhatikan siapa yang akan membaca karangan kita. Bagaimana level pendidikan dan status sosialnya, serta apa yang diperlukannya. Dengan kata lain, kita harus memperhatikan dan menyesuaikan tulisan kita dengan level sosial, tingkat penglaman, pengetahuan, kemampuan dan kebutuhan pembaca. Jangan sebaliknya!
d. Mengumpulkan informasi pendukung
Ketika akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan dan informasi yang benar-benar siap dan lengkap. Itulah sebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari, mengumpulkan, dan memilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam, dan memperkaya isi tulisan kita. Sumbernya dari mana? Banyak karangan! Bisa dari bacaan, pengamatan, wawancara, serta pengetahuan dan pengalaman sendiri atau orang lain. Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai, maka tulisan kita akan dangkal dan kurang bermakna.
e. Mengorganisasikan ide dan informasi
Setelah kita memilih topik, menentukan tujuan dan corak wacana, mempertimbangkan kemampuan dan kebutuhan pembaca, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasi atau menata ide-ide karangan agar menjadi saling bertaut, runtut, dan padu. Berkaitan dengan pengorganisasian ide ini, simaklah keluhan tentang masalah dalam menulis yang dihadapi beberapa penulis pemula.
2. Tahap penulisan
Pada tahap prapenulisan kita telah menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka. Dengan selesainya itu semua, berarti kita telah siap untuk menulis.
Seperti telah kita ketahui, struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir.
Awal karanagn berfungsi untuk memperkenalkan dan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok tulisan kita.
3. Tahap pasca penulisan
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbikan(revisi) kegiatan ini bisa terjadi beberapa kali.
Heffernan dan Linconl (1990;71-90) serta Tompkins dan Hosskisson (1995;216- 222). Penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan sperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Adapun revisi atau perbikan lebih mengarah pada pemeriksanaan dan perbaikan isi karangan.
Berbeda dengan kedua tokoh diatas, Defelice (1986;67-68), Proet dan Gill (1986;21-25), serta kemnitz, ed.(1994;130-131) menyamakan pengertian kedua istilah tersebut. Baik penyuntingan ataupun revisi mengacu pada kegiatan pemeriksaan, membaca ulang, serta memperbaiki unsur mekanik dan isi karangan.
Bertolak dari paparan diatas, maka kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a) Membaca keseluruhan karangan
b) Menandai hal-hal yang harus diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan;serta
c) Melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan.
I. Berilah tanda silang (x) pada a, b, c dan d pada jawaban yang benar ! 1. Di bawah ini yang bukan manfaat dari menulis ialah ....
a. Peningkatan kecerdasan
b. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas c. Penumbuhan keberanian
d. Penurunan daya ingat
Jawaban : d. Penurunan daya ingat
2. “ Seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis” dari penyataan berikut ini dikemukakan oleh pendapat ....
a. Smith b. Graves c. Goodman d. Hoskisson Jawaban : b. Graves
3. Ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan- kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya, merupakan pengertian dari ....
a. Narasi b. Eksposisi c. Deskripsi d. Argumentasi Jawaban : c. Deskripsi
4. Pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang dalam menulis. Berikut merupakan pendekatan dari ....
a. Frekuensi b. Gramatikal c. Koreksi d. Formal
Jawaban : b. Gramatikal
5. Pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh karangan,dari pernyataan berikut merupakan tahap prapenulisan yaitu ....
a. Menentukan topik
b. Mempertimbangkan maksud dan tujuan penulisan c. Memperhatikan sasaran karangan
d. Mengumpulkan informasi pendukung Jawaban : a. Menentukan topik
II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat ! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tahap prapenulisan?
2. Sebutkan contoh betuk dan produk bahasa tulisan yang akrab dngan kehidupan kita?
3. Apa perbedaan narasi dan persuasi?
Jawaban
1. Tahap prapenulisan adalah persiapan penulis, seperti halnya pemanasan (warming up) bagi orang yang berolahraga
2. Contoh bentuk dan produk bahasa tulisan yang akrab dengan kehidupan kita:
artikel, esai, resensi, buku, komik, dan cerita
3. Narasi (penceritaan atau pengisaban) adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa sedangkan persuasi adalah ragam wacana yang ditunjukan untuk mempengaruhi sikap pendapat pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penulis