• Tidak ada hasil yang ditemukan

METAKOGNITIF DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

N/A
N/A
nadia chandra

Academic year: 2024

Membagikan "METAKOGNITIF DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

METAKOGNITIF DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

(2)

2 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... 2

KATA PENGANTAR ... 3

BAB I PENDAHULUAN ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penulisan ... 6

BAB II PEMBAHASAN ... 7

2.1 Pentingnya Metakognitif dalam Pembelajaran Anak Usia Dini ... 7

2.3 Strategi Efektif dalam Membantu Anak Usia Dini Mengevaluasi Informasi dan Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri ... 9

BAB III PENUTUP ... 12

3.1 Kesimpulan ... 12

3.2 Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(3)

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya yang senantiasa melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua. Tak lupa pula shalawat serta salam kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa rahmat bagi seluruh alam.

Dalam dunia pendidikan, pemahaman tentang metakognitif dan implementasinya dalam pembelajaran anak usia dini merupakan hal yang sangat penting. Anak usia dini merupakan fase perkembangan yang krusial dalam membentuk dasar kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran seumur hidup. Oleh karena itu, pengetahuan dan penerapan konsep metakognitif dalam konteks ini memiliki peran yang signifikan dalam membantu anak-anak memahami dan mengontrol proses berpikir mereka sendiri.

Dalam makalah ini, kami akan membahas secara mendalam tentang metakognitif dan pentingnya penerapannya dalam pembelajaran anak usia dini. Kami juga akan mengulas tentang implementasi metakognitif dalam praktik pembelajaran anak usia dini, termasuk strategi-strategi efektif yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak mengevaluasi informasi secara kritis dan mengatasi kesulitan belajar mandiri.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi para pendidik, orang tua, dan siapapun yang terlibat dalam proses pembelajaran anak usia dini. Semoga informasi yang disajikan dapat menjadi panduan yang berguna dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini dan membantu menciptakan generasi penerus yang memiliki kemampuan berpikir kritis, mandiri, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta dalam penyusunan makalah ini.

Semoga bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Penulis

(4)

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keberhasilan seorang anak di masa depan ditentukan oleh bagaimana perkembangan seluruh aspek individu anak, yaitu perkembangan fisik, intelektual, emosi, dan spiritual yang berkembang secara optimal. Walaupun secara garis besar garis hidup manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor hereditas/keturunan dan lingkungan tetapi akan lebih mudah untuk berkonsentrasi kepada faktor lingkungan karena secara langsung memiliki konsekuensi praktis pada pola pengasuhan dan pendidikan anak. Sementara, faktor hereditas cukup untuk kajian awal tentang potensi dasar seseorang dan untuk menelusuri berbagai faktor hereditas yang negatif. Pengaruh Faktor hereditas pada manusia berhentisesaat setelah peristiwa konsepsi terjadi. Setelah itu, faktor lingkunganlah yang secara dominan dan aktual mempengaruhi seluruh aspek kemanusiaan.

Beberapa penelitian menyatakan bahwa perkembangan manusia sudah dimulai pada masa prenatal tidak hanya aspek fisik tetapi aspek-aspek lainnya seperti kognitif, emosi, dan bahkan spiritual. Hal ini tentunya dalam batasan-batasan tertentu sesuai dengan kondisi janin atau dapat dikatakan sebagai pembentukan karakter dasar. Seperti emosi janin dan setelah besar nanti ternyata dipengaruhi oleh kondisi emosi sang ibu. Perkembangan ini akan terus berlanjut sampai lahir dan besar nanti yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan berupa pola pengasuhan dan pendidikan. Sementara perkembangan kognitif dianggap sebagai penentu kecerdasan intelektual anak, kemampuan kognitif terus berkembang seiring dengan proses pendidikan serta juga dipengaruhi oleh faktor perkembangan fisik terutama otak secara biologis.

Perkembangan selanjutnya berkaitan dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau permasalahan.

Tentunya,aspek-aspek kognitif tidak dapat berjalan sendiri secara terpisah tetapi perlu dikendalikan atau diatur sehingga jika seseorang akan menggunakan kemampuan kognitifnya maka perlu kemampuan untuk menentukan dan pengatur aktivitas kognitif apa yang akan digunakan. Oleh karena itu, sesorang harus memiliki kesadaran tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta mampu untuk mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan inidisebut dengan metakognitif.

(5)

5

Anak usia dini merupakan periode penting dalam perkembangan kognitif anak, di mana fondasi-fondasi kemampuan berpikir dan belajar mereka mulai dibangun. Implementasi konsep metakognisi dalam pembelajaran anak usia dini menjadi krusial karena dapat membantu mereka memahami dan mengatur proses berpikir mereka sendiri sejak dini. Pada usia ini, anak-anak mulai mengembangkan kesadaran akan cara mereka memproses informasi dan menyelesaikan masalah. Dengan memperkenalkan konsep-konsep metakognisi secara sederhana dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, anak-anak dapat diajak untuk memahami bagaimana mereka belajar dan bagaimana mereka dapat meningkatkan keterampilan berpikir mereka.

Salah satu cara implementasi metakognisi dalam pembelajaran anak usia dini adalah melalui penggunaan pertanyaan reflektif. Guru atau pengasuh dapat mengajukan pertanyaan yang mendorong anak-anak untuk memikirkan strategi atau langkah-langkah yang mereka gunakan dalam menyelesaikan tugas atau masalah. Misalnya, ketika seorang anak menyelesaikan sebuah puzzle, pengasuh dapat bertanya, "Bagaimana cara kamu menyelesaikan puzzle ini?" atau "Apa yang kamu lakukan ketika kamu tidak tahu bagaimana cara menempatkan potongan puzzle itu?" Selain itu, aktivitas-aktivitas yang mempromosikan eksplorasi, percobaan, dan refleksi juga dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan metakognitif mereka. Misalnya, melalui eksperimen sederhana atau kegiatan seni, anak-anak dapat belajar tentang proses berpikir dan mengembangkan kesadaran diri mereka tentang cara mereka belajar.

Penting juga untuk melibatkan orang tua dalam implementasi metakognisi dalam pembelajaran anak usia dini. Orang tua dapat menjadi mitra dalam membantu anak-anak mengenali dan memahami proses berpikir mereka sendiri di rumah, seperti dengan mendiskusikan aktivitas harian atau membaca buku bersama. Dengan memperkenalkan konsep metakognisi sejak dini dan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan kesadaran diri anak-anak tentang proses berpikir mereka sendiri, kita dapat membantu mereka membangun fondasi yang kuat untuk kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran seumur hidup.

Namun, terdapat permasalahan yang sering terjadi dalam implementasi metakognisi ini.

Salah satu permasalahan yang relevan dalam konteks implementasi metakognisi dalam

(6)

6

pembelajaran anak usia dini adalah kurangnya kemampuan berpikir kritis dan mandiri. Anak- anak pada usia ini seringkali belum memiliki keterampilan untuk mengevaluasi informasi secara kritis atau mengatasi kesulitan belajar secara mandiri. Hal ini dapat menghambat proses pembelajaran dan perkembangan mereka secara keseluruhan. Selain itu, tingkat kecemasan atau ketidakpercayaan diri juga dapat menjadi hambatan, dimana anak-anak mungkin merasa takut untuk mencoba hal-hal baru atau membuat kesalahan. Implementasi metakognisi dapat membantu mengatasi permasalahan ini dengan membantu anak-anak memahami proses berpikir mereka sendiri, mengembangkan strategi untuk mengatasi kesulitan, serta membangun rasa percaya diri dalam kemampuan belajar mereka. Dengan demikian, metakognisi dapat menjadi alat yang efektif dalam membantu anak usia dini membangun fondasi yang kuat untuk kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran seumur hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan metakognitif dan mengapa penting dalam pembelajaran anak usia dini?

2. Bagaimana implementasi metakognitif dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran anak usia dini?

3. Apa strategi yang efektif untuk membantu anak usia dini dalam mengevaluasi informasi secara kritis dan mengatasi kesulitan belajar secara mandiri?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui teori metakognitif dan memahami pentingnya metakognitif dalam

pembelajaran anak usia dini.

2. Untuk mengetahui implementasi metakognitif dalam praktik pembelajaran anak usia dini.

3. Untuk mengetahui strategi yang efektif untuk membantu anak usia dini dalam mengevaluasi informasi secara kritis dan mengatasi kesulitan belajar secara mandiri.

(7)

7 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Metakognitif dalam Pembelajaran Anak Usia Dini

Metakognitif adalah kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja, dan bagaimana kita mengaturnya. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh John Flavel, seorang psikolog yang berasal dari Amerika Serikat. Kemampuan metakognitif telah berkembang sejak masa anak-anak awal seiring dengan peningkatan kemampuan kognitifnya. Kemampuan metakognitif sangat berperan dalam kegiatan belajar, misalnya aktivitas memecahkan masalah pada pembelajaran matematika serta aktivitas membaca dalam pembelajaran Bahasa. Siswa dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran meliputi tiga tahap: merancang apa yang hendak dipelajari; memantau perkembangan diri dalam belajar; dan menilai apa yang dipelajari. Metakognitif dapat diistilahkan sebagai

"thinking about thinking" (Abdul, 2018).

Sedangkan menurut Maharani dalam (Handayani, 2022), metakognitif merupakan kemampuan individu untuk memahami, mengontrol, dan mengatur proses berpikir atau belajar mereka sendiri. Ini berarti seseorang memiliki kesadaran diri tentang bagaimana mereka belajar, memproses informasi, dan menyelesaikan masalah. Metakognitif sangat penting dalam pembelajaran anak usia dini karena membantu mereka membangun fondasi yang kuat untuk kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran seumur hidup.

Dalam pembelajaran anak usia dini, metakognitif membantu anak-anak memahami cara mereka belajar dan berpikir sejak dini. Dengan kesadaran diri tentang proses berpikir mereka sendiri, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mandiri yang penting untuk perkembangan akademis dan pribadi mereka. Mereka belajar bagaimana merencanakan, memantau, dan mengevaluasi proses belajar mereka, sehingga menjadi lebih efektif dalam memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Selain itu, metakognitif membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Dengan memahami cara mereka memproses informasi dan menyelesaikan masalah,

(8)

8

anak-anak dapat mengembangkan keterampilan evaluasi yang penting untuk membuat keputusan yang tepat dan penilaian yang akurat. Mereka juga belajar untuk mempertanyakan dan menguji informasi yang mereka terima, sehingga menjadi lebih terampil dalam memahami dan memecahkan masalah.

Metakognitif juga membantu anak-anak mengatasi kesulitan belajar secara mandiri.

Dengan kesadaran diri tentang kekuatan dan kelemahan mereka dalam belajar, anak-anak dapat mengidentifikasi area-area yang memerlukan perhatian lebih dan mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka juga belajar untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia, seperti guru atau teman sebaya, untuk mendukung proses belajar mereka (Fitri, 2017).

Secara keseluruhan, pentingnya metakognitif dalam pembelajaran anak usia dini tidak dapat diremehkan. Dengan membantu anak-anak memahami cara mereka belajar dan berpikir sejak dini, metakognitif membantu mereka membangun fondasi yang kuat untuk kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran seumur hidup. Oleh karena itu, penting bagi pendidik dan orang tua untuk mendukung pengembangan metakognitif anak-anak sejak dini melalui pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka.

2.2 Implementasi Metakognitif dalam Praktik Pembelajaran Anak usia Dini

Implementasi metakognitif dalam praktik pembelajaran anak usia dini memiliki peran penting dalam membangun fondasi kemampuan berpikir kritis dan mandiri sejak dini. Dalam konteks ini, metakognitif dapat diintegrasikan ke dalam berbagai kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini.

Salah satu cara implementasi metakognitif dalam pembelajaran anak usia dini adalah melalui kegiatan refleksi. Guru atau pengasuh dapat mendorong anak-anak untuk merefleksikan pengalaman belajar mereka, seperti menanyakan apa yang mereka pelajari hari ini atau bagaimana mereka menyelesaikan sebuah tugas. Melalui refleksi ini, anak-anak dapat mulai mengembangkan kesadaran diri tentang proses belajar mereka sendiri.

Selain itu, permainan dan aktivitas berbasis masalah juga dapat menjadi sarana efektif untuk mengimplementasikan metakognitif dalam pembelajaran anak usia dini. Melalui permainan yang dirancang dengan baik, anak-anak dapat diajak untuk merencanakan dan

(9)

9

mengevaluasi strategi mereka dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam sebuah permainan puzzle, anak-anak dapat diminta untuk memikirkan langkah-langkah apa yang perlu mereka ambil untuk menyelesaikan puzzle tersebut (Ghazy, 2023).

Selanjutnya, penting untuk memberikan umpan balik yang konstruktif kepada anak- anak tentang proses belajar mereka. Guru atau pengasuh dapat melibatkan anak-anak dalam proses evaluasi, membantu mereka mengidentifikasi apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana mereka dapat meningkatkan kinerja mereka di masa mendatang. Dengan demikian, anak-anak dapat belajar untuk menjadi lebih sadar tentang strategi belajar yang efektif dan mengembangkan keterampilan evaluasi diri yang penting (Handayani, 2022).

Terakhir, melibatkan orang tua dalam proses pembelajaran juga merupakan bagian penting dari implementasi metakognitif dalam pembelajaran anak usia dini. Orang tua dapat diajak untuk berpartisipasi dalam aktivitas refleksi dan evaluasi bersama dengan anak-anak di rumah, sehingga memperluas pengalaman belajar mereka ke dalam lingkungan keluarga.

Secara keseluruhan, implementasi metakognitif dalam praktik pembelajaran anak usia dini dapat membantu mereka membangun kesadaran diri tentang proses belajar mereka sendiri, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan menjadi lebih mandiri dalam pembelajaran. Dengan pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, anak- anak dapat memperoleh manfaat yang signifikan dari pengembangan kemampuan metakognitif sejak dini.

2.3 Strategi Efektif dalam Membantu Anak Usia Dini Mengevaluasi Informasi dan Mengatasi Kesulitan Belajar Mandiri

Implementasi metakognitif dalam pembelajaran anak usia dini dapat dilakukan melalui berbagai strategi. Salah satu strategi adalah kontrol emosi, yang membuat suasana emosi senang dan mengurangi stres. Kontrol emosi dapat dilakukan melalui berbagai tingkat, seperti kontrol emosi ringan, sedang, dan berat. Kontrol emosi ringan dapat dilakukan melalui berbagai metode, seperti penggunaan seni, olahraga, dan berbagai aktivitas yang menyenangkan. Kontrol emosi sedang dapat dilakukan melalui berbagi informasi, berdiskusi, dan memecahkan masalah. Kontrol emosi berat dapat dilakukan melalui pendidikan emosi, yang membantu anak mengenal dan mengendalikan emosi mereka.

(10)

10

Kontrol kognitif adalah strategi lainnya yang dapat digunakan dalam metakognitif pada pembelajaran anak usia dini. Kontrol kognitif dapat dilakukan melalui pilihan metode belajar yang mendukung kinerja otak. Salah satu contoh metode belajar yang mendukung kinerja otak adalah berbagi informasi. Berbagi informasi dapat dilakukan melalui bacaan, tulis, dan diskusi. Berbagi informasi dapat membantu anak mengenal dan mengerti materi yang dibelajar.

Kontrol motorik adalah strategi lainnya yang dapat digunakan dalam metakognitif pada pembelajaran anak usia dini. Kontrol motorik dapat dilakukan melalui gerak fisik, seperti menggambar, membangun, dan melakukan aktivitas fizikal. Gerak fisik dapat membantu anak mengenal dan mengerti materi yang dibelajar. Gerak fisik juga dapat membantu anak mengendalikan emosi mereka.

Implementasi metakognitif dalam praktik pembelajaran anak usia dini dapat dilakukan melalui berbagai strategi yang dapat membantu anak memahami, mengontrol, dan mengatur proses berpikir atau belajar mereka sendiri. Berikut adalah beberapa contoh strategi metakognitif yang dapat dilakukan:

1. Penggunaan Kelompok:

Kelompok dapat digunakan untuk mengikuti proses pembelajaran menggunakan strategi metakognitif. Kelompok terdiri dari 5-6 orang dan diperbagi sesuai dengan kemampuan yang heterogen.

2. Proses Merancang/Perencanaan:

Guru dapat membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan menggunakan strategi metakognitif seperti berbicara, menulis, dan menghubungkan ide.

3. Penggunaan Soft Skills:

Pembelajaran metakognitif berbasis soft skills dapat mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah dan representasi belajar siswa.

4. Model Pembelajaran Kolaboratif:

Model pembelajaran kolaboratif dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan metakognitif siswa.

(11)

11 5. Penggunaan Media Teknologi:

Penggunaan media teknologi seperti komputer, tablet, dan smartphone dapat menggambarkan kemampuan metakognitif dalam pembelajaran matematika.

6. Penggunaan Teknik Pembelajaran:

Penggunaan teknik pembelajaran seperti pembelajaran dengan aktivitas, pembelajaran dengan kasus, pembelajaran dengan proyek, dan pembelajaran dengan praktis dapat menggambarkan kemampuan metakognitif dalam pembelajaran matematika.

Implementasi metakognitif dalam praktik pembelajaran anak usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan pemecahan masalah, representasi belajar, dan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan oleh (Purnami, 2017) menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan representasi belajar siswa lebih baik setelah menerapkan strategi metakognitif. Guru dan orang tua dapat menggunakan strategi metakognitif dalam pembelajaran, seperti mengajukan pertanyaan, membangun refleksi diri, dan mendorong pembelajaran mandiri. Hal ini akan membantu anak-anak meningkatkan kemampuan metakognitif dan mengontrol proses belajar yang lebih efektif.

(12)

12 BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai metakognitif dan implementasinya dalam pembelajaran anak usia dini, dapat disimpulkan bahwa metakognitif memainkan peran penting dalam membantu anak-anak memahami dan mengontrol proses berpikir mereka sendiri. Dalam konteks pembelajaran anak usia dini, metakognitif dapat membantu membangun fondasi yang kuat untuk kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran seumur hidup.

Implementasi metakognitif dalam praktik pembelajaran anak usia dini merupakan langkah yang efektif untuk membantu anak-anak membangun kesadaran diri tentang proses belajar mereka sendiri. Melalui kegiatan refleksi, permainan, dan aktivitas berbasis masalah, anak-anak dapat diajak untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengontrol strategi belajar mereka. Guru dan orang tua memiliki peran penting dalam memfasilitasi penerapan metakognitif ini dengan memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendorong anak-anak untuk berpikir kritis.

Strategi efektif dalam membantu anak usia dini mengevaluasi informasi secara kritis dan mengatasi kesulitan belajar mandiri melibatkan penggunaan metakognitif dalam pembelajaran. Kontrol emosi dan kontrol kognitif merupakan dua strategi penting yang dapat digunakan untuk membantu anak-anak mengelola emosi, memahami informasi, dan meningkatkan kinerja otak mereka. Melalui pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, implementasi metakognitif dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis dan mandiri anak usia dini.

Dengan demikian, pemahaman tentang konsep metakognitif dan penerapannya dalam pembelajaran anak usia dini dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik anak-anak. Melalui kolaborasi antara guru, orang tua, dan anak-anak sendiri, metakognitif dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun fondasi yang kuat untuk kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran seumur hidup bagi generasi mendatang.

(13)

13 3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, beberapa saran yang dapat diberikan untuk implementasi metakognitif dalam pembelajaran anak usia dini adalah sebagai berikut:

1. Guru dan orang tua perlu terlibat aktif dalam memahami konsep metakognitif dan pentingnya penerapannya dalam pembelajaran anak usia dini. Mereka dapat menghadirkan strategi metakognitif seperti refleksi diri, pertanyaan-pertanyaan yang mendorong pemikiran kritis, dan pembelajaran mandiri dalam aktivitas sehari-hari anak.

2. Perlu adanya pengembangan permainan dan aktivitas berbasis masalah yang dirancang dengan baik untuk melibatkan anak-anak dalam merencanakan dan mengevaluasi strategi mereka dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan metakognitif secara menyenangkan.

3. Memberikan umpan balik yang konstruktif kepada anak-anak tentang proses belajar mereka sangat penting. Guru atau pengasuh dapat melibatkan anak-anak dalam proses evaluasi dan refleksi untuk membantu mereka memahami dan mengontrol proses belajar mereka sendiri.

Dengan menerapkan saran-saran di atas, diharapkan implementasi metakognitif dalam pembelajaran anak usia dini dapat berjalan dengan lebih efektif dan memberikan manfaat yang optimal bagi perkembangan anak-anak dalam hal berpikir kritis, pemecahan masalah, dan pembelajaran mandiri.

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, D. (2018). PERKEMBANGAN METAKOGNITIF DAN PENGARUHNYA PADA KEMAMPUAN BELAJAR ANAK. Jurnal Pendidikan.

Fitri, R. (2017). METAKOGNITIF PADA PROSES BELAJAR ANAK DALAM KAJIAN NEUROSAINS. Jurnal Pendidikan Volume 2 Nomor 1 .

Ghazy, S. (2023). PENGEMBANGAN MEDIA WOODY PUZZLE BERBASIS MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA KELAS II SD. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, ISSN Cetak : 2477-2143 ISSN Online : 2548-6950.

Handayani, I. (2022). KETERAMPILAN METAKOGNITIF DITINJAU DARI PERSPEKTIF TAKSONOMI BLOOM EDISI REVISI DALAM PEMBELAJARAN PAI. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Volume 6 Nomor 2.

Purnami, A. (2017). PENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA. UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 5 No 2.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak demikian halnya dalam memfasilitasi anak usia TK/PAUD akan belajar gerak yang mengarah kepada pendidikan gerak jasmani, apalagi dalam memperkenalkan

lingkungan akademik dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik akan membangun konsep diri yang baik, dan memiliki minat belajar yang tinggi dibandingkan pada anak

1) Faktor proses belajar. Proses belajar yang baik akan sangat mendukung upaya pengembangan motorik kasar anak. Rangsangan dan bimbingan dari berbagai pihak, akan sangat

Tujuan daripada pengembangan ini adalah untuk menciptakan media alternatif pembelajaran mental aritmatika metode sempoa untuk anak-anak usia dasar melalui perangkat

SRA juga didefinisikan oleh Shaeffer (1999) sebagai sekolah yang mengembangkan lingkungan belajar dimana anak-anak tidak sulit dan termotivasi untuk belajar. Selain itu, jajaran

Pada proses pembelajaran seni tari berbasis budaya diharapkan lingkungan belajar akan berubah menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi anak dan guru, member

Selain itu, pada tataran konsep yang berkembang bahwa sekolah penyelenggara pendidikan inklusi juga harus menciptakan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran,

Bagi Sekolah Selain memberikan dukungan positif kepada anak, sekolah juga perlu memberikan pembinaan, pengembangan dan membangun lingkungan sosial yang mendukung pencegahan fatherless