• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN EVALUASI - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "METODE PENELITIAN EVALUASI - Spada UNS"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN EVALUASI

MATERI 3

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI KLAS A

PENGAMPU

DR. L.V.RATNA DEVI S.

MATERI 3

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI KLAS A

PENGAMPU

DR. L.V.RATNA DEVI S.

(2)

Pendekatan Baru dalam evaluasi Pendekatan Baru dalam evaluasi

Pendekatan lama:

1. Peneliti tidak boleh memiliki kepentingan kecuali

kepentingan ilmiah.

2. Kedudukan peneliti diluar objek yang diteliti

3. Menjaga jarak dengan yang diteliti

4. Terpisah dari proses

perencanaan dan pelaksanaan program

Pendekatan lama:

1. Peneliti tidak boleh memiliki kepentingan kecuali

kepentingan ilmiah.

2. Kedudukan peneliti diluar objek yang diteliti

3. Menjaga jarak dengan yang diteliti

4. Terpisah dari proses

perencanaan dan pelaksanaan program

Pendekatan Baru:

Peneliti harus terlibat sejak awal, bersama masyarakat

merencanakan, melaksanakan program, serta mengkaji program dan pelaksanaannya secara terus menerus, sekaligus mengevaluasi dampak program

Pendekatan Baru:

Peneliti harus terlibat sejak awal, bersama masyarakat

merencanakan, melaksanakan program, serta mengkaji program dan pelaksanaannya secara terus menerus, sekaligus mengevaluasi dampak program

Disebut penelitian evaluasi partisipatoris (Feuerstein) Disebut penelitian evaluasi

partisipatoris (Feuerstein) Adalah pendekatan penelitian evaluasi yang

menekankan adanya hubungan antara penerima program, staf program, stakeholder,

dan masyarakat sekitar dimana program itu dilancarkan. Dalam pendekatan ini diutamakan

adanya komunikasi yang tibal balik diantara orang-orang atau pihak-pihak baik yang terlibat

secara langsung maupun secara tidak langsung Adalah pendekatan penelitian evaluasi yang

menekankan adanya hubungan antara penerima program, staf program, stakeholder,

dan masyarakat sekitar dimana program itu dilancarkan. Dalam pendekatan ini diutamakan

adanya komunikasi yang tibal balik diantara orang-orang atau pihak-pihak baik yang terlibat

secara langsung maupun secara tidak langsung

(3)

Istilah lain evaluasi partisipatoris (EP):

Penilaian partisipasi (Partisipatory

Assesment),

Partisipatory Rural

Appraisal, Partisipatory Rapid Appraisal

Istilah lain evaluasi partisipatoris (EP):

Penilaian partisipasi (Partisipatory

Assesment),

Partisipatory Rural

Appraisal, Partisipatory Rapid Appraisal

1970---- telah banyak diterapkan EP

dibidang

pembangunan.

Pengguna: praktisi bidang

pembangunan, peneliti sosial,

Menjadi bagian UNDP, LSM

1970---- telah banyak diterapkan EP

dibidang

pembangunan.

Pengguna: praktisi bidang

pembangunan, peneliti sosial,

Menjadi bagian UNDP, LSM

Muncul beriringan dengan gagasan pembangunan partisipatoris.

Gagasannya muncul karena ada ketimpangan yang muncul, yaitu si miskin tak memiliki hak suara dan didominasi kelompok tidak miskin.

Muncul beriringan dengan gagasan pembangunan partisipatoris.

Gagasannya muncul karena ada ketimpangan yang muncul, yaitu si miskin tak memiliki hak suara dan didominasi kelompok tidak miskin.

Pembangunan partisipatoris

dipandang sebagai ideologi pembebasan Dipandang sebagai penyelidikan yang memulainya dengan menggunakan

teknik/alat yang responsif pada

tingkatan akar rumput Pembangunan

partisipatoris

dipandang sebagai ideologi pembebasan Dipandang sebagai penyelidikan yang memulainya dengan menggunakan

teknik/alat yang responsif pada

tingkatan akar rumput

Melibatkan: kaum miskin, stake holder proyek, orang-orang yang memperoleh keuntungan (beneficiaries) dari adanya proyek

Melibatkan: kaum miskin, stake holder proyek, orang-orang yang memperoleh keuntungan (beneficiaries) dari adanya proyek

(4)

Participatory Action Research (PAR)

Ilmuwan yang mempengaruhi:

Paulo Freire, Orlando Fals-

Bonda, Moh.

Anisur Rahman Ide dasar PAR:

kesadaran diri orang, yaitu mereka yang miskin dan tertekan , akan secara tegas dan

progresif mengubah lingkungan mereka

melalui pemikiran praksis mereka sendiri

Orang lain:

berperan sebagai katalisator dan berperan untuk

mendukung, tetapi tidak mendominasi

(Fals-Bonda, 1991)

Ide dasar PAR:

Kebodohan dan kelesuan kaum

miskin karena akibat langsung dominasi ekonomi ,

sosial dan politik (Paulo Freire) Melalui pendidikan

yang benar, setiap makluk dapat mengembangkan kesadaran diri yang

baru, memiliki hak untuk didengar

(5)

Rapid Rural Appraisal dan Participatory Learing and Action

Rapid Rural Appraisal dan Participatory Learing and Action

RRA, berkembang tahun 1970-an. Di University of Sussex, Inggris. Dicetuskan Robert Chambers RRA sebagai jawaban ths metode evaluasi yang berkepanjangan RRA, berkembang tahun 1970-an. Di University of Sussex, Inggris. Dicetuskan Robert Chambers RRA sebagai jawaban ths metode evaluasi yang berkepanjangan

Dasar kerjanya:

memudahkan penyandang dana mencari informasi dan melihat kedalaman secara cepat dari penduduk

setempat mengenai kondisi setempat

RRA kurang bersifat

mendasar, melainkan lebih bersifat partisipatif dalam pengumpulan data

Pelibatan pengumpulan data:

Penduduk setempat Analisis:

menggunakan metode pendidikan rakyat: pemetaan,

transect walk, scoring, rangking dengan dengan biji-

bijian, batu dan tongkat, pembuatan diagram

kelembagaan

Perubahan ke pengumpulan data secara cepat, yaitu kepelibatan terhadap pengguna akhir dan belajar dari pengalaman, RRA dikenal sebagai pembelajaran dan tindakan

partisipatoris (participatory learning and action/PLA).

(6)

Farming System Research Farming System Research

Berkembang tahun 1970, dengan mendukung percobaan –percobaan yang

dilkembangkan petani sendiri, termasuk pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengakui keluasan pengetahuan petani mengenai sistem produksi dan kehidupan yang saling berkaitan. Selain itu mendukung percobaan oleh petani.

Berkembang tahun 1970, dengan mendukung percobaan –percobaan yang

dilkembangkan petani sendiri, termasuk pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengakui keluasan pengetahuan petani mengenai sistem produksi dan kehidupan yang saling berkaitan. Selain itu mendukung percobaan oleh petani.

Istilah “self-evaluation” menggambarkan proses evaluasi internal dengan melibatkan stafdari seluruh tingkatan atau para beneficiary (orang-orang yang diuntungkan), untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan.

Istilah “self-evaluation” menggambarkan proses evaluasi internal dengan melibatkan stafdari seluruh tingkatan atau para beneficiary (orang-orang yang diuntungkan), untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan.

Self Evaluation and Beneficiary Assesments

Self Evaluation and Beneficiary Assesments

(7)

Masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Masalah yang terjadi dalam pelaksanaan

1. Kurangnya pemandu PRA yang terampil

2. Penerapan PRA yang kehilangan arah dan dangkal 3. Kembali melakukan penyuluhan

4. Terjadi konflik:

konflik dalam lembaga

konflik lembaga dengan masyarakat konflik dalam masyarakat

5. Menganggap PRA sebagi resep 6. Terpatok pada waktu

7. Merancang PRA dengan biaya mahal 8. Masih mengutakan target

9. PRA menjadi rutinitas

(8)

Kurangnya pemandu PRA yang terampil Kurangnya pemandu PRA yang terampil

PRA menjadi “trend” di Indonesia --- kebutuhan pemandu trampil, meningkat. Pemandu bertugas melatih petugas lapangan, yang akan menjadi

pemandu PRA dilapangan, (artinya mampu memfasilitasi penerapan PRA bersama

masyarakat)

Permasalahan:

Pemandu trampil tidak cukup hanya dihasilkan dari pelatihan, yang mungkin hanya mampu menggunakan teknik-teknik nya saja. tetapi perlu lebih banyak pengalaman dan mengasah ketrampilan. Yang paling penting adalah perubahan perilaku dari pemandu dan petugas lapangan adalah memiliki perilaku partisipatif terlebih dahulu, agar mereka mampu memfasilitasi partisipasi masyarakat.

(9)

Penerapan PRA yang kehilangan arah dan dangkal

Penguasaan prinsip-prinsip dasar PRA belum

menguasai. Akibatnya informasi yang terkumpul tidak dapat dimanfaatkan. Sebaliknya kalau informasi

dapat dimanfaatkan, ternyata belum di mkupas secara tajam. Dilapangan masih kebingungan dalan

menetapkantujuan kajian bersama masyarakat.

Mereka sekedar menggunakan teknik-teknik PRA

untuk menggali informasi . Tetapi emaknaan

terhadap tujuan dasar kegiatan belum dimiliki

(10)

Kembali Melakukan Penyuluhan

Ketika pemandu maupun petugas lapangan belum cukup memiliki pengertian mengenai dasar dan tujuan utama kegiatan PRA serta belum

berubahnya perilaku menyebabkan ketidak siapan memfasilitasi partisipasi masyarakat. Akibatnya petugas cenderung kembali pada gaya penyuluhan yang menggurui. Disini petugas sebagai orang luar malah lebih banyak mengambil peran daripada

mendampingi masyarakat melakukan kegiatan. Ini

adalah salah.

(11)

Terjadi konflik Terjadi konflik

Penerapan PRA sering memunculkan konflik, baik konflik kebijakan di dalam lembaga maupun konflik antara lembaga dengan warga masyarakat , serta konflik diantara sesama masyarakat. Konflik-konflik tersebut memiliki hubungan erat satu sama lain.

Apabila terjadi perlu diatasi dan dicarikan jalan keluar. Oleh sebab itu bila dimungkinkan lebih baik mencegah konflik

1. Konflik Dalam Lembaga : terjadi jika perubahan kebijakan dan kndisi yang

mendukung demokratisasi dan keterbukaan belum dipersiapkan. Ini akan terjadi konflik diantara mereka yang ada di dalam lembaga, yaitu mereka yang ingin taat asas terhadap prinsip-prinsip PRA dan mereka yang masih mengikuti pola lama.

2. Konflik lembaga dengan masyarakat: terjadi jika kebijakan umum lembaga tidak berubah menjadi lebih demokratis dan luwes. Akibatnya terjadi pertentangan lembaga VS masyarakat, karena masyarakat menaruh harapan yang tinggi agar aspirasinya tertampung dan dilaksanakan. Hal ini akan menjadikan masyarakat kurang mendukung program.

3. Konflik dalam masyarakat: terjadi karena masyarakat penerima program bersifat heterogen. Mereka membawa kepentingan, kebutuhan dan motivasi yang beragam dan sering bertolak belakang. PRA sangat potensial membuka peluang

memunculkan berbagai kepentingan dari semua kelompok masyarakat. Ini dapat menimbulkan konflik terbuka, walaupun sebenarnya konflik itu sudah ada secara tertutup, karena dirangsang diskusi menjadi terbuka.

(12)

Menganggap PRA sebagai resep

Seringkali kepercayaan terhadap metode PRA sebagai resep ampuh untuk mengatasi masalah program di

lapangan menyebabkan penerapan PRA dan tekniknya patuh mengikuti resep dalam buku. Padahal PRA

adalah alat bantu saja yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang ditemukan di lapangan

Proses saling belajar yang paling penting , yang tidak

boleh diabaikan.

(13)

Terpatok Pada Waktu Terpatok Pada Waktu

Terdapat kecenderungan, melaksanakan kegiatan PRA dalam suatu “paket waktu” yang terbatas. Jadwal ketat, akibatnya tergesa-gesa. Pelaksana PRA cenderung

menetapkan target pekerjaan, sehingga informasi

kurang mendalam. Masalah ini juga terkait dengan

pendanaan, semakin lama semakin banyak dananya.

(14)

Merancang PRA dengan biaya yang mahal

Anggapan yang salah bahwa penerapan PRA merupakan kegiatan kajian desa yang memerlukan bantuan pemandu trampil dan

narasumber dari luar. Sebenarnya PRA merupakan alat kajian

sederhana yang dikembangkan oleh petugas program untuk bekerja bersama masyarakat di lokasi. Oleh karena itu, kekurangan waktu dan dana seharusnyatidak terjadi. Mahalnya PRA karena:

1. PRA dirancang meliputi pelatihan dan penerapan lapangan secara luas

2. Tim PRA cukup besar, sebagian besar dari luar yang perlu transport, akomodasi.

3. Narasumber dan pemandu trampil dari luar perlu honor.

(15)

Masih Mengutamakan Target

Masih adanya lembaga yang mengadaptasi PRA yang pengembangannya dilaksanakan dengan cara terdahulu (Paket diturunkan dari atas). Hal ini terjadi karena

program mengutamakan target daripada proses yang dianggap memakan waktu lama. Padahal program yang dilaksanakan dengan hasil “instan” cenderung tidak

mencapai tujuan pembangunan. Akibatnya pelaksana program kehilangan kepercayaan dan motivasi untuk bekerja keras karena ragu terhadap kesungguhan

lembaganya buntuk benar-benar menjalankan

pendekatan dari bawah.

(16)

PRA menjadi rutinitas

Apabila PRA menjadi kegiatan penggalian informasi tanpa arah, kegiatan ini kehilangan makna. Prinsip saling belajar sekaligus npendidikan masyarakat menjadi hilang. Diperkirakan kegiatan ini menjadi tidak lagi memiliki semangat, masyarakat maupun orang luar yang melaksanakannya akan terjebak dalam pekerjaan yang bersifat membosankan dan rutin.

Apabila PRA menjadi kegiatan penggalian informasi

tanpa arah, kegiatan ini kehilangan makna. Prinsip

saling belajar sekaligus npendidikan masyarakat

menjadi hilang. Diperkirakan kegiatan ini menjadi

tidak lagi memiliki semangat, masyarakat maupun

orang luar yang melaksanakannya akan terjebak

dalam pekerjaan yang bersifat membosankan dan

rutin.

(17)

Bahaya PRA yang muncul kemudian

1. Masyarakat sebagai obyek penerapan PRA 2. Mengatasnamakan PRA

3. Mengecewakan masyarakat 4. Penolakan terhadap PRA

(18)

Masyarakat sebagai obyek penerapan PRA

Mengadopsi proses diskusi tetap dikuasai dan diarahkan oleh

“orang luar” dan proses belajar diabaikan, berarti terjadi

“manipulasi partisipasi” masyarakat. Keikut sertaan warga dalam kegiatan PRA hanyalah fisik, karena keputusan diambil oleh “orang luar”. Program bisa saja dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, tetapi tidak terjadi proses pemberdayaan atau penguatan dan pengalihan

ketrampilam kepada masyarakat. Tanpa proses pengalihan

tersebut akan tetap terjadi ketergantungan masyarakat

kepada “orang luar”.

(19)

Mengatasnamakan PRA

Apabila PRA diterapkan menyimpang dari tujuan program pengembangan masyarakat dan melanggar tujuan

dasarnya, maka pekerjaan itu merupakan pemalsuan terhadap PRA. Misal PRA digunaka hanya menggali

informasi dan data dari masyarakat. Partisipasi dijadikan

siasat untuk memperoleh informasi cepat. Proses belajar

bersama masyarakat diabaikan.

(20)

Mengecewakan masyarakat

Dari pengalaman selama ini, ternyata teknik PRA memang meningkatkan semangat dan harapan

masyarakat. Tetapi jika tidak lanjut , yang ada tetap berupa paket program yang dirancang “orang luar”

dan diturunkan dari atas , maka akan mengecewakan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap PRA maupun itikad baik “orang luar” akanmerosot,

sehingga semangat berpartisipasi akan hilang.

(21)

Penolakan terhadap PRA

Masyarakat apabila tindak lanjut penerapan PRA tidak dilaksanakan , mereka akan kehilangan kepercayaan terhadap petugas dan lembaga program yang

bersangkutan. Selain itu apabila konflik yang muncul tidak diupayakan penyelesaiannya, akan timbul

keresahan masyarakat. Akibatnya mereka akan

melakukan penolakan terhadap metode yang dianggap

tidak bermanfaat dan menyita waktu mereka

(22)

EVALUASI PARTISIPATORIS

Evaluasi partisipatoris,

melibatkan para stakeholder dan orang-orang yang

memperoleh keuntungan dari program atau proyek di dalam pengujian dan penilaian secara kolektif dari program atau

proyek.

Evaluasi partisipatoris adalah people centered, artinya

stakeholder dan orang-orang yang diuntungkan adalah pelaku-pelaku kunci di dalam proses evaluasi dan bukanlah obyek semata dari suatu

evaluasi.

Evaluasi partisipatoris itu bersifat

reflektif, berorientasikan pada tindakan, dan mencari untuk membangun

kapasitas dengan cara:

1. Memberi kepada stakeholders dan orang-orang yang diuntungkan kesempatan untuk merefleksikan mengenai kemajuan dan hambatan proyek

2. Menghasilkan pengetahuan yang mengakibatkan diterapkannya pelajaran yang diperoleh (lesson learned) dan mengarah pada tindakan korektif dan atau untuk perbaikan-perbaikan.

3. Memberi alat kepada stakeholder dan orang-orang yang diuntungkan untuk mengubah bentuk lingkungan mereka.

(23)

Kegunaan Evaluasi Partisipatoris

1. membantu membangun kapasitas stakeholder untuk merefleksikan, menganalisis dan berbuat.

2. menyumbangkan pengembangan bagi lessons learned yang dapat

mengarah pada tindakan korektif atau perbaikan bagi penerima proyek.

3. memberikan umpan balik bagi lessons learned (pelajaran yang dapat dipetik berdasarkan pada keadaan masa lalu) yang dapat membantu staf program untuk memperbaiki pelaksanaan program.

4. membantu menjamin akuntabilitas terhadap stakeholder, manajer dan penyandang dana dengan cara melengkapi informasi pada derajad

mana sasaran proyek telah tercapai dan bagaimana sumber-sumber telah digunakan.

1. membantu membangun kapasitas stakeholder untuk merefleksikan, menganalisis dan berbuat.

2. menyumbangkan pengembangan bagi lessons learned yang dapat

mengarah pada tindakan korektif atau perbaikan bagi penerima proyek.

3. memberikan umpan balik bagi lessons learned (pelajaran yang dapat dipetik berdasarkan pada keadaan masa lalu) yang dapat membantu staf program untuk memperbaiki pelaksanaan program.

4. membantu menjamin akuntabilitas terhadap stakeholder, manajer dan penyandang dana dengan cara melengkapi informasi pada derajad

mana sasaran proyek telah tercapai dan bagaimana sumber-sumber telah digunakan.

(24)

Arti lesson learn

Lesson learned adalah pelajaran, pengetahuan, pengalaman, segala sesuatu yang diperoleh dari peristiwa masa lalu. Melalui refleksi terhadap peristiwa

masa lalu orang dapat mengetahui kebaikan, keburukan, kelemahan, kekuatan, kekurangan, kelebihan dan segala hal yang berkaitan dengan

tindakan yang pernah dilakukan

Lesson learned adalah pelajaran, pengetahuan, pengalaman, segala sesuatu yang diperoleh dari peristiwa masa lalu. Melalui refleksi terhadap peristiwa

masa lalu orang dapat mengetahui kebaikan, keburukan, kelemahan, kekuatan, kekurangan, kelebihan dan segala hal yang berkaitan dengan

tindakan yang pernah dilakukan

Cara Melakukan Evaluasi Partisipatoris

Menggunakan pendekatan : bottom up

Dilakukan oleh : peserta program yang berkepentingan , staf, anggota panitia, anggota masyarakat

Yang dilakukan: mengajukan pertanyaan, merencanakan rancangan evaluasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menentukan tindakan yang perlu diambil berdasarkan atas hasil penelitian

Menggunakan pendekatan : bottom up

Dilakukan oleh : peserta program yang berkepentingan , staf, anggota panitia, anggota masyarakat

Yang dilakukan: mengajukan pertanyaan, merencanakan rancangan evaluasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menentukan tindakan yang perlu diambil berdasarkan atas hasil penelitian

(25)

Keuntungan Kerugian

Mungkin beayanya kurang mahal dibandingkan daripada

membayar evaluator eksternal Prosesnya membutuhkan waktu lebih panjang

Memberi kesempatan kepada peserta program memiliki pengawasan yang lebih dalam pembentukan keputusan

Menuntut koordinasi yang lebih dan sering lebih menantang untuk difasilitasi

Peserta program merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil dan lebih terlibat terhadap keberhasilan program sampai dengan keberhasilan program

Membutuhkan investasi di dalam pelatihan bagi para peserta program

Proses kolaboratif membangun dan memperkuat hubungan antar peserta program

Menghendaki peserta program yang lebih bertanggung jawab dan bermotivasi

Hasil-hasil evaluasi lebih mungkin untuk dilakukan tindakan (ditindak lanjuti)

Penggantian staf pada waktu yang tidak tepat akan sangat mengganggu

Meningkatkan pengetahuan peserta program mengenai program, ketrampilan kepemimpinan, pembuatan keputusan kelompok, dan meningkatkan pengetahuan dalam bidang evaluasi.

Keuntungan dan Kerugian Evaluasi Partisipatoris

(26)

Mengapa menggunakan Evaluasi Partisipatoris

Pendekatan evaluasi partisipatoris menuntut adanya komitmen dan

memerlukan waktu dan uang yang bernilai. Karenanya keuntungannya adalah jangkauan panjang.

Evaluasi partisipatoris mengijinkan kelompok untuk:

1. Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat local yang relevan.

2. Memperbaiki kinerja program.

3. Memberdayakan peserta 4. Membangun kapasitas

5. Menumbuhkan pemimpin-pemimpin dan membangun tim 6. Melangsungkan pertumbuhan dan pembelajaran organisasi.

(27)

Perbedaan antara evaluasi partisipatoris dan evaluasi konvensional

Evaluasi partisipatoris Evaluasi konvensional Siapa yang mendorong

evaluasi? Masyarakat setempat, staf proyek dan

stakeholder yang lain.

Penyandang dana dan manajer program.

Siapa yang menentukan indikator kemajuan program?

Anggota kelompok- kelompok masyarakat, staf proyek dan

stakehoder yang lain, evaluator

Evaluator professional dan para pakar dari luar.

Siapa yang bertanggung jawab terhadap

pengumpulan data, analisis dan penyiapan laporan akhir?

Tanggung jawab bersama antara evaluator dan para stakeholder yang berpartisipasi

Evaluator professional dan para pakar dari luar

Apa peranan evaluator

setempat? Pelatih, fasilitator,

negosiator, dan “teman yang kritis”

Ahli, pemimpin

(28)

Bilamanakah tipe evaluasi ini

paling bermanfaat? Bila:

• ada pertanyaan mengenai kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan program

• ada pertanyaan mengenai dampak program terhadap orang- orang yang diuntungkan

(beneficiaries)

• informasi diinginkan mengenai pengetahuan tentang program dan mengenai pandangan mengenai kemajuan

Bila:

• ada kebutuhan akan adanya penilai yang independen

• informasi khusus diperlukan yang hanya ahlinya yang dapat memberikan

• indikator program terbakukan katimbang secara khusus

mengenai suatu program

Bagaimana mengenai beaya/

costs? • Waktu, tenaga dan keterlibatan

dari penduduk setempat, staf proyek dan stakeholder lain

• Koordinasi terhadap berbagai pemain/pelaku

• Pelatihan, pengembangan ketrampilan dan dukungan dari pelaku-pelaku kunci

• Potensial terjadinya konflik

• Dana bagi konsultan dan ahli

• Hilangnya informasi penting yang hanya dapat diberikan oleh

stakeholder

Apa keuntungannya? • Pengetahuan

• Pembuktian informasi dari para pelaku kunci

• Membangun pengetahuan, ketrampilan dan hubungan antar warga masyarakat dan stakeholder yang lainnya.

• Penilaian yang bersifat independen

• Indikator yang terbakukan memungkinkan pembandingan dengan temuan penelian yang lain.

(29)

Garis besar pemahaman Evaluasi Partisipatoris Garis besar pemahaman Evaluasi Partisipatoris

1. Evaluasi partisipatoris adalah suatu proses yang melibatkan berbagai perwakilan dari seluruh kelompok stakeholders yang terlibat di dalam suatu program intervensi untuk menilai sejauh mana program intervensi yang dilaksanakan telah tercapai dan menemukan faktor-faktor yang

memberikan sumbangan bagi keberhasilan atau kegagalan suatu intervensi.

2. Evaluasi partisipatoris tidak mengandalkan pada peneliti luar untuk mengatakan apakah usaha-usaha yang telah dilakukan itu mencapai tujuan sesuai dengan yang dirumuskan.

3. Evaluasi partisipatoris berkeyakinan bahwa para stakeholders dapat turut serta melakukan evaluasi partisipatoris dan mereka mampu menceritkan kisah-kisah sukses atau kisah-kisah kegagalan berdasarkan pada

pengetahuan yang mereka serap.

4. Proses evaluasi partisipatoris percaya akan kemampuan stakeholders melihat seluruh pengalaman dan mengidentifikasi apa yang

menghasilkan perubahan-perubahan

1. Evaluasi partisipatoris adalah suatu proses yang melibatkan berbagai perwakilan dari seluruh kelompok stakeholders yang terlibat di dalam suatu program intervensi untuk menilai sejauh mana program intervensi yang dilaksanakan telah tercapai dan menemukan faktor-faktor yang

memberikan sumbangan bagi keberhasilan atau kegagalan suatu intervensi.

2. Evaluasi partisipatoris tidak mengandalkan pada peneliti luar untuk mengatakan apakah usaha-usaha yang telah dilakukan itu mencapai tujuan sesuai dengan yang dirumuskan.

3. Evaluasi partisipatoris berkeyakinan bahwa para stakeholders dapat turut serta melakukan evaluasi partisipatoris dan mereka mampu menceritkan kisah-kisah sukses atau kisah-kisah kegagalan berdasarkan pada

pengetahuan yang mereka serap.

4. Proses evaluasi partisipatoris percaya akan kemampuan stakeholders melihat seluruh pengalaman dan mengidentifikasi apa yang

menghasilkan perubahan-perubahan

(30)

5. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus juga memungkinkan seluruh stakeholders bergerak maju dan memperoleh keuntungan dengan adanya evaluasi.

6. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus membantu mereka menyadari apakah keputusan yang diambil sekarang ini dapat membantu mereka melangsungkan capaian-capaian yang sekarang ini dan mendekatkan mereka kearah pencapaian yang lebih dekat pada tujuan.

7. Evaluasi partisipatoris harus membantu mereka merumuskan perencanaan yang lebih baik dan memperbaiki cara mereka melakukan sesuatu

5. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus juga memungkinkan seluruh stakeholders bergerak maju dan memperoleh keuntungan dengan adanya evaluasi.

6. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus membantu mereka menyadari apakah keputusan yang diambil sekarang ini dapat membantu mereka melangsungkan capaian-capaian yang sekarang ini dan mendekatkan mereka kearah pencapaian yang lebih dekat pada tujuan.

7. Evaluasi partisipatoris harus membantu mereka merumuskan perencanaan yang lebih baik dan memperbaiki cara mereka melakukan sesuatu

(31)

Jika peserta program orang miskin, maka merekalah yang paling dapat memberikan pemahaman mendalam apa arti kemiskinan

dan penanganannya

Jika peserta program orang miskin, maka merekalah yang paling dapat memberikan pemahaman mendalam apa arti kemiskinan

dan penanganannya

Maka kesertaan mereka bermaksud untuk :

• Memberikan ruang bagi si miskin untuk bersuara.

• Memperoleh pemahaman yang mendalam tentang dinamika kemiskinan serta konteks regionalnya.

• Menemukan cara-cara mekanisme yang dapat diterima oleh kaum miskin, memahami persepsi lokal tentang persoalan dan prioritas cara mengatasinya.

• Mendalami pengalaman hidup orang miskin, konsepsi mereka tentang kekayaan, kemiskinan, dan kesejahteraan.

• Agar para perumus kebijakan mengubah sikap mereka dalam memecahkan masalah kemiskinan.

• Memperkuat kerangka kerja kebijakan di dalam pelayanan.

Maka kesertaan mereka bermaksud untuk :

• Memberikan ruang bagi si miskin untuk bersuara.

• Memperoleh pemahaman yang mendalam tentang dinamika kemiskinan serta konteks regionalnya.

• Menemukan cara-cara mekanisme yang dapat diterima oleh kaum miskin, memahami persepsi lokal tentang persoalan dan prioritas cara mengatasinya.

• Mendalami pengalaman hidup orang miskin, konsepsi mereka tentang kekayaan, kemiskinan, dan kesejahteraan.

• Agar para perumus kebijakan mengubah sikap mereka dalam memecahkan masalah kemiskinan.

• Memperkuat kerangka kerja kebijakan di dalam pelayanan.

(32)

Karakteristik Evaluasi Partisipatoris.

Karakteristik Evaluasi Partisipatoris.

• Mendukung dan memperluas model pembangunan partisipatoris.

• Memberdayakan masyarakat, organisasi, dan individu-individu agar dapat menganalisis dan memecahkan persoalan mereka sendiri.

• Menilai pengetahuan dan pengalaman penduduk lokal dalam

menganalisis kenyataan ekonomi, politik, sosial dan budaya mereka.

• Menggunakan pembelajaran dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan merefleksi secara kritis baik oleh para peserta program maupun oleh para staf program.

• Memperbaiki program dan organisasinya pada bidang pembangunan tertentu dengan berorientasikan pada kepentingan pemanfaat program.

• Menunbuhkan dan meningkatkan rasa memiliki dari para pemanfaat program.

• Menggunakan metode partisipatoris dalam memperoleh data dan menggali pengetahuan, dengan cara menggunakan model penelitian

kualitatif secara dominan, yang kadangkala dikombinasikan dengan model penelitian kuantitatif.

• Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mengakar, lebih baik, dan lebih mendalam mengenai kinerja dan dampak campur tangan

pembangunan.

• Mendukung dan memperluas model pembangunan partisipatoris.

• Memberdayakan masyarakat, organisasi, dan individu-individu agar dapat menganalisis dan memecahkan persoalan mereka sendiri.

• Menilai pengetahuan dan pengalaman penduduk lokal dalam

menganalisis kenyataan ekonomi, politik, sosial dan budaya mereka.

• Menggunakan pembelajaran dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan merefleksi secara kritis baik oleh para peserta program maupun oleh para staf program.

• Memperbaiki program dan organisasinya pada bidang pembangunan tertentu dengan berorientasikan pada kepentingan pemanfaat program.

• Menunbuhkan dan meningkatkan rasa memiliki dari para pemanfaat program.

• Menggunakan metode partisipatoris dalam memperoleh data dan menggali pengetahuan, dengan cara menggunakan model penelitian

kualitatif secara dominan, yang kadangkala dikombinasikan dengan model penelitian kuantitatif.

• Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mengakar, lebih baik, dan lebih mendalam mengenai kinerja dan dampak campur tangan

pembangunan.

(33)

Langkah-langkah praktis dalam Evaluasi Partisipatoris Langkah-langkah praktis dalam Evaluasi Partisipatoris

1. Semua orang yang terlibat didalam program bersama dengan peneliti dari luar perlu bersepakat untuk menggunakan pendekatan partisipatoris.

2. Kemudian, mereka secara bersama-sama menetapkakan secara pasti sasaran evaluasi (periksa penjelasan tentang tujuan evaluasi).

3. Bila telah mencapai kesepakatan mengenai sasaran evaluasi, langkah

berikutnya adalah membentuk kelompok kecil sebagai koordinator evaluasi untuk merancang secara cermat dan mengorganisir semua rincian evaluasi.

4. Selanjutnya adalah menentukan metode apa yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi.

5. Setelah keputusan diambil, langkah berikutnya adalah menyusun rancangan evaluasi.

6. Langkah berikutnya adalah menyiapkan tim peneliti untuk dilatih melakukan evaluasi. Anggota masyarakat yang terpilih harus menjadi bagian dari tim pengumpul data.

7. Langkah berikutnya adalah menyiapkan dan melakukan uji coba metode evaluasi untuk melihat apakah metode yang dipilih itu tepat, perlu

penyempurnaan, atau diganti dengan metode lain yang lebih pas sesuai dengan keadaan masyarakat, kemampuan peneliti, waktu, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan metode.

1. Semua orang yang terlibat didalam program bersama dengan peneliti dari luar perlu bersepakat untuk menggunakan pendekatan partisipatoris.

2. Kemudian, mereka secara bersama-sama menetapkakan secara pasti sasaran evaluasi (periksa penjelasan tentang tujuan evaluasi).

3. Bila telah mencapai kesepakatan mengenai sasaran evaluasi, langkah

berikutnya adalah membentuk kelompok kecil sebagai koordinator evaluasi untuk merancang secara cermat dan mengorganisir semua rincian evaluasi.

4. Selanjutnya adalah menentukan metode apa yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi.

5. Setelah keputusan diambil, langkah berikutnya adalah menyusun rancangan evaluasi.

6. Langkah berikutnya adalah menyiapkan tim peneliti untuk dilatih melakukan evaluasi. Anggota masyarakat yang terpilih harus menjadi bagian dari tim pengumpul data.

7. Langkah berikutnya adalah menyiapkan dan melakukan uji coba metode evaluasi untuk melihat apakah metode yang dipilih itu tepat, perlu

penyempurnaan, atau diganti dengan metode lain yang lebih pas sesuai dengan keadaan masyarakat, kemampuan peneliti, waktu, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan metode.

(34)

8. Setelah persiapan dan uji coba metode pengumpulan data telah selesai, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dan informasi yang

diperlukan bagi memenuhi tujuan evaluasi.

9. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Hal ini dilakukan oleh kelompok kecil yang terpilih sebagai koordinator.

10. Langkah berikutnya penulisan laporan evaluasi.

11. Berikutnya adalah penyampaian laporan hasil evaluasi. Hasil evaluasi dapat disampaikan secara lesan, tertulis, atau dengan menggunakan alat- alat peraga lain seperti vidio, photo, gambar, dan lain-lain yang semuanya itu mendukung temuan yang ada di lapangan.

12. Berikutnya adalah mendiskusikan temuan evaluasi bersama dengan masyarakat yang dikenai program, sponsor, para pakar,

13. stakeholders, dan lain-lain yang berkepentingan dengan program.

14. Langkah berikutnya adalah menyusun laporan final berdasarkan hasil dari diskusi bersama.

15. Langkah terakhir adalah semua pihak yang terlibat dengan kepentingan program memanfaatkan hasil evaluasi.

8. Setelah persiapan dan uji coba metode pengumpulan data telah selesai, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dan informasi yang

diperlukan bagi memenuhi tujuan evaluasi.

9. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Hal ini dilakukan oleh kelompok kecil yang terpilih sebagai koordinator.

10. Langkah berikutnya penulisan laporan evaluasi.

11. Berikutnya adalah penyampaian laporan hasil evaluasi. Hasil evaluasi dapat disampaikan secara lesan, tertulis, atau dengan menggunakan alat- alat peraga lain seperti vidio, photo, gambar, dan lain-lain yang semuanya itu mendukung temuan yang ada di lapangan.

12. Berikutnya adalah mendiskusikan temuan evaluasi bersama dengan masyarakat yang dikenai program, sponsor, para pakar,

13. stakeholders, dan lain-lain yang berkepentingan dengan program.

14. Langkah berikutnya adalah menyusun laporan final berdasarkan hasil dari diskusi bersama.

15. Langkah terakhir adalah semua pihak yang terlibat dengan kepentingan program memanfaatkan hasil evaluasi.

(35)

Bilamana dilihat dari tiga sisi: pilihan masalah , pilihan metode, dan pilihan hasil, penelitian evaluasi partisipatoris adalah

sebagai berikut:

Bilamana dilihat dari tiga sisi: pilihan masalah , pilihan metode, dan pilihan hasil, penelitian evaluasi partisipatoris adalah

sebagai berikut:

Pilihan masalah: Pilihan masalah ditentukan atas dasar permasalah yang

langsung dirasakan (misalnya mengapa partisipasi masyarakat di dalam program begitu rendah?

Pilihan Metode: Pilihan rancangan penelitian didasarkan pada konsensus (kata sepakat) antara masyarakat dan peneliti. Dalam kegiatan penelitian lebih banyak menggunakan alat pengumpulan data yang empatik, dalam arti si peneliti turut serta merasakan apa yang dialami oleh para peserta program. Metode

analisisnya pun mendasarkan pada analisis yang kompleks, artinya melihat

permasalahan dari berbagai sudut, menyeluruh. Penyusunan rencana penelitian, pengumpulan data, dan analisis data dilakukan bersama-sama atara peneliti yang profesional dengan masyarakat yang diteliti/dikenai program.

Pilihan Hasil: Hasil yang diharapkan ialah adanya perubahan situasi, peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk melihat dan mengubah situasi mereka. Perubahan yang diharapkan ini pun dilakukan bersama-sama antara peneliti profesional dan masyarakat.

Pilihan masalah: Pilihan masalah ditentukan atas dasar permasalah yang

langsung dirasakan (misalnya mengapa partisipasi masyarakat di dalam program begitu rendah?

Pilihan Metode: Pilihan rancangan penelitian didasarkan pada konsensus (kata sepakat) antara masyarakat dan peneliti. Dalam kegiatan penelitian lebih banyak menggunakan alat pengumpulan data yang empatik, dalam arti si peneliti turut serta merasakan apa yang dialami oleh para peserta program. Metode

analisisnya pun mendasarkan pada analisis yang kompleks, artinya melihat

permasalahan dari berbagai sudut, menyeluruh. Penyusunan rencana penelitian, pengumpulan data, dan analisis data dilakukan bersama-sama atara peneliti yang profesional dengan masyarakat yang diteliti/dikenai program.

Pilihan Hasil: Hasil yang diharapkan ialah adanya perubahan situasi, peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk melihat dan mengubah situasi mereka. Perubahan yang diharapkan ini pun dilakukan bersama-sama antara peneliti profesional dan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Analysis using SEM (AMOS) shows several findings: compensation fairness affects psychological meaningfulness; fairness compensation has no effect on

Yang termasuk model eksperimen ini antara lain adalah: rancangan eksperimental semu dan rancangan eksperimental sungguhan; penelitian berbasis objektivitas yang berasal dari ilmu