METODE PENELITIAN EVALUASI
MATERI 3
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI KLAS A
PENGAMPU
DR. L.V.RATNA DEVI S.
MATERI 3
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI KLAS A
PENGAMPU
DR. L.V.RATNA DEVI S.
Pendekatan Baru dalam evaluasi Pendekatan Baru dalam evaluasi
Pendekatan lama:
1. Peneliti tidak boleh memiliki kepentingan kecuali
kepentingan ilmiah.
2. Kedudukan peneliti diluar objek yang diteliti
3. Menjaga jarak dengan yang diteliti
4. Terpisah dari proses
perencanaan dan pelaksanaan program
Pendekatan lama:
1. Peneliti tidak boleh memiliki kepentingan kecuali
kepentingan ilmiah.
2. Kedudukan peneliti diluar objek yang diteliti
3. Menjaga jarak dengan yang diteliti
4. Terpisah dari proses
perencanaan dan pelaksanaan program
Pendekatan Baru:
Peneliti harus terlibat sejak awal, bersama masyarakat
merencanakan, melaksanakan program, serta mengkaji program dan pelaksanaannya secara terus menerus, sekaligus mengevaluasi dampak program
Pendekatan Baru:
Peneliti harus terlibat sejak awal, bersama masyarakat
merencanakan, melaksanakan program, serta mengkaji program dan pelaksanaannya secara terus menerus, sekaligus mengevaluasi dampak program
Disebut penelitian evaluasi partisipatoris (Feuerstein) Disebut penelitian evaluasi
partisipatoris (Feuerstein) Adalah pendekatan penelitian evaluasi yang
menekankan adanya hubungan antara penerima program, staf program, stakeholder,
dan masyarakat sekitar dimana program itu dilancarkan. Dalam pendekatan ini diutamakan
adanya komunikasi yang tibal balik diantara orang-orang atau pihak-pihak baik yang terlibat
secara langsung maupun secara tidak langsung Adalah pendekatan penelitian evaluasi yang
menekankan adanya hubungan antara penerima program, staf program, stakeholder,
dan masyarakat sekitar dimana program itu dilancarkan. Dalam pendekatan ini diutamakan
adanya komunikasi yang tibal balik diantara orang-orang atau pihak-pihak baik yang terlibat
secara langsung maupun secara tidak langsung
Istilah lain evaluasi partisipatoris (EP):
Penilaian partisipasi (Partisipatory
Assesment),
Partisipatory Rural
Appraisal, Partisipatory Rapid Appraisal
Istilah lain evaluasi partisipatoris (EP):
Penilaian partisipasi (Partisipatory
Assesment),
Partisipatory Rural
Appraisal, Partisipatory Rapid Appraisal
• 1970---- telah banyak diterapkan EP
dibidang
pembangunan.
• Pengguna: praktisi bidang
pembangunan, peneliti sosial,
• Menjadi bagian UNDP, LSM
• 1970---- telah banyak diterapkan EP
dibidang
pembangunan.
• Pengguna: praktisi bidang
pembangunan, peneliti sosial,
• Menjadi bagian UNDP, LSM
• Muncul beriringan dengan gagasan pembangunan partisipatoris.
Gagasannya muncul karena ada ketimpangan yang muncul, yaitu si miskin tak memiliki hak suara dan didominasi kelompok tidak miskin.
• Muncul beriringan dengan gagasan pembangunan partisipatoris.
Gagasannya muncul karena ada ketimpangan yang muncul, yaitu si miskin tak memiliki hak suara dan didominasi kelompok tidak miskin.
Pembangunan partisipatoris
dipandang sebagai ideologi pembebasan Dipandang sebagai penyelidikan yang memulainya dengan menggunakan
teknik/alat yang responsif pada
tingkatan akar rumput Pembangunan
partisipatoris
dipandang sebagai ideologi pembebasan Dipandang sebagai penyelidikan yang memulainya dengan menggunakan
teknik/alat yang responsif pada
tingkatan akar rumput
Melibatkan: kaum miskin, stake holder proyek, orang-orang yang memperoleh keuntungan (beneficiaries) dari adanya proyek
Melibatkan: kaum miskin, stake holder proyek, orang-orang yang memperoleh keuntungan (beneficiaries) dari adanya proyek
Participatory Action Research (PAR)
Ilmuwan yang mempengaruhi:
Paulo Freire, Orlando Fals-
Bonda, Moh.
Anisur Rahman Ide dasar PAR:
kesadaran diri orang, yaitu mereka yang miskin dan tertekan , akan secara tegas dan
progresif mengubah lingkungan mereka
melalui pemikiran praksis mereka sendiri
Orang lain:
berperan sebagai katalisator dan berperan untuk
mendukung, tetapi tidak mendominasi
(Fals-Bonda, 1991)
Ide dasar PAR:
Kebodohan dan kelesuan kaum
miskin karena akibat langsung dominasi ekonomi ,
sosial dan politik (Paulo Freire) Melalui pendidikan
yang benar, setiap makluk dapat mengembangkan kesadaran diri yang
baru, memiliki hak untuk didengar
Rapid Rural Appraisal dan Participatory Learing and Action
Rapid Rural Appraisal dan Participatory Learing and Action
RRA, berkembang tahun 1970-an. Di University of Sussex, Inggris. Dicetuskan Robert Chambers RRA sebagai jawaban ths metode evaluasi yang berkepanjangan RRA, berkembang tahun 1970-an. Di University of Sussex, Inggris. Dicetuskan Robert Chambers RRA sebagai jawaban ths metode evaluasi yang berkepanjangan
Dasar kerjanya:
memudahkan penyandang dana mencari informasi dan melihat kedalaman secara cepat dari penduduk
setempat mengenai kondisi setempat
RRA kurang bersifat
mendasar, melainkan lebih bersifat partisipatif dalam pengumpulan data
Pelibatan pengumpulan data:
Penduduk setempat Analisis:
menggunakan metode pendidikan rakyat: pemetaan,
transect walk, scoring, rangking dengan dengan biji-
bijian, batu dan tongkat, pembuatan diagram
kelembagaan
Perubahan ke pengumpulan data secara cepat, yaitu kepelibatan terhadap pengguna akhir dan belajar dari pengalaman, RRA dikenal sebagai pembelajaran dan tindakan
partisipatoris (participatory learning and action/PLA).
Farming System Research Farming System Research
Berkembang tahun 1970, dengan mendukung percobaan –percobaan yang
dilkembangkan petani sendiri, termasuk pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengakui keluasan pengetahuan petani mengenai sistem produksi dan kehidupan yang saling berkaitan. Selain itu mendukung percobaan oleh petani.
Berkembang tahun 1970, dengan mendukung percobaan –percobaan yang
dilkembangkan petani sendiri, termasuk pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengakui keluasan pengetahuan petani mengenai sistem produksi dan kehidupan yang saling berkaitan. Selain itu mendukung percobaan oleh petani.
Istilah “self-evaluation” menggambarkan proses evaluasi internal dengan melibatkan stafdari seluruh tingkatan atau para beneficiary (orang-orang yang diuntungkan), untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Istilah “self-evaluation” menggambarkan proses evaluasi internal dengan melibatkan stafdari seluruh tingkatan atau para beneficiary (orang-orang yang diuntungkan), untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk membuat keputusan.
Self Evaluation and Beneficiary Assesments
Self Evaluation and Beneficiary Assesments
Masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Masalah yang terjadi dalam pelaksanaan
1. Kurangnya pemandu PRA yang terampil
2. Penerapan PRA yang kehilangan arah dan dangkal 3. Kembali melakukan penyuluhan
4. Terjadi konflik:
konflik dalam lembaga
konflik lembaga dengan masyarakat konflik dalam masyarakat
5. Menganggap PRA sebagi resep 6. Terpatok pada waktu
7. Merancang PRA dengan biaya mahal 8. Masih mengutakan target
9. PRA menjadi rutinitas
Kurangnya pemandu PRA yang terampil Kurangnya pemandu PRA yang terampil
PRA menjadi “trend” di Indonesia --- kebutuhan pemandu trampil, meningkat. Pemandu bertugas melatih petugas lapangan, yang akan menjadi
pemandu PRA dilapangan, (artinya mampu memfasilitasi penerapan PRA bersama
masyarakat)
Permasalahan:
Pemandu trampil tidak cukup hanya dihasilkan dari pelatihan, yang mungkin hanya mampu menggunakan teknik-teknik nya saja. tetapi perlu lebih banyak pengalaman dan mengasah ketrampilan. Yang paling penting adalah perubahan perilaku dari pemandu dan petugas lapangan adalah memiliki perilaku partisipatif terlebih dahulu, agar mereka mampu memfasilitasi partisipasi masyarakat.
Penerapan PRA yang kehilangan arah dan dangkal
Penguasaan prinsip-prinsip dasar PRA belum
menguasai. Akibatnya informasi yang terkumpul tidak dapat dimanfaatkan. Sebaliknya kalau informasi
dapat dimanfaatkan, ternyata belum di mkupas secara tajam. Dilapangan masih kebingungan dalan
menetapkantujuan kajian bersama masyarakat.
Mereka sekedar menggunakan teknik-teknik PRA
untuk menggali informasi . Tetapi emaknaan
terhadap tujuan dasar kegiatan belum dimiliki
Kembali Melakukan Penyuluhan
Ketika pemandu maupun petugas lapangan belum cukup memiliki pengertian mengenai dasar dan tujuan utama kegiatan PRA serta belum
berubahnya perilaku menyebabkan ketidak siapan memfasilitasi partisipasi masyarakat. Akibatnya petugas cenderung kembali pada gaya penyuluhan yang menggurui. Disini petugas sebagai orang luar malah lebih banyak mengambil peran daripada
mendampingi masyarakat melakukan kegiatan. Ini
adalah salah.
Terjadi konflik Terjadi konflik
Penerapan PRA sering memunculkan konflik, baik konflik kebijakan di dalam lembaga maupun konflik antara lembaga dengan warga masyarakat , serta konflik diantara sesama masyarakat. Konflik-konflik tersebut memiliki hubungan erat satu sama lain.
Apabila terjadi perlu diatasi dan dicarikan jalan keluar. Oleh sebab itu bila dimungkinkan lebih baik mencegah konflik
1. Konflik Dalam Lembaga : terjadi jika perubahan kebijakan dan kndisi yang
mendukung demokratisasi dan keterbukaan belum dipersiapkan. Ini akan terjadi konflik diantara mereka yang ada di dalam lembaga, yaitu mereka yang ingin taat asas terhadap prinsip-prinsip PRA dan mereka yang masih mengikuti pola lama.
2. Konflik lembaga dengan masyarakat: terjadi jika kebijakan umum lembaga tidak berubah menjadi lebih demokratis dan luwes. Akibatnya terjadi pertentangan lembaga VS masyarakat, karena masyarakat menaruh harapan yang tinggi agar aspirasinya tertampung dan dilaksanakan. Hal ini akan menjadikan masyarakat kurang mendukung program.
3. Konflik dalam masyarakat: terjadi karena masyarakat penerima program bersifat heterogen. Mereka membawa kepentingan, kebutuhan dan motivasi yang beragam dan sering bertolak belakang. PRA sangat potensial membuka peluang
memunculkan berbagai kepentingan dari semua kelompok masyarakat. Ini dapat menimbulkan konflik terbuka, walaupun sebenarnya konflik itu sudah ada secara tertutup, karena dirangsang diskusi menjadi terbuka.
Menganggap PRA sebagai resep
Seringkali kepercayaan terhadap metode PRA sebagai resep ampuh untuk mengatasi masalah program di
lapangan menyebabkan penerapan PRA dan tekniknya patuh mengikuti resep dalam buku. Padahal PRA
adalah alat bantu saja yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang ditemukan di lapangan
Proses saling belajar yang paling penting , yang tidak
boleh diabaikan.
Terpatok Pada Waktu Terpatok Pada Waktu
Terdapat kecenderungan, melaksanakan kegiatan PRA dalam suatu “paket waktu” yang terbatas. Jadwal ketat, akibatnya tergesa-gesa. Pelaksana PRA cenderung
menetapkan target pekerjaan, sehingga informasi
kurang mendalam. Masalah ini juga terkait dengan
pendanaan, semakin lama semakin banyak dananya.
Merancang PRA dengan biaya yang mahal
Anggapan yang salah bahwa penerapan PRA merupakan kegiatan kajian desa yang memerlukan bantuan pemandu trampil dan
narasumber dari luar. Sebenarnya PRA merupakan alat kajian
sederhana yang dikembangkan oleh petugas program untuk bekerja bersama masyarakat di lokasi. Oleh karena itu, kekurangan waktu dan dana seharusnyatidak terjadi. Mahalnya PRA karena:
1. PRA dirancang meliputi pelatihan dan penerapan lapangan secara luas
2. Tim PRA cukup besar, sebagian besar dari luar yang perlu transport, akomodasi.
3. Narasumber dan pemandu trampil dari luar perlu honor.
Masih Mengutamakan Target
Masih adanya lembaga yang mengadaptasi PRA yang pengembangannya dilaksanakan dengan cara terdahulu (Paket diturunkan dari atas). Hal ini terjadi karena
program mengutamakan target daripada proses yang dianggap memakan waktu lama. Padahal program yang dilaksanakan dengan hasil “instan” cenderung tidak
mencapai tujuan pembangunan. Akibatnya pelaksana program kehilangan kepercayaan dan motivasi untuk bekerja keras karena ragu terhadap kesungguhan
lembaganya buntuk benar-benar menjalankan
pendekatan dari bawah.
PRA menjadi rutinitas
Apabila PRA menjadi kegiatan penggalian informasi tanpa arah, kegiatan ini kehilangan makna. Prinsip saling belajar sekaligus npendidikan masyarakat menjadi hilang. Diperkirakan kegiatan ini menjadi tidak lagi memiliki semangat, masyarakat maupun orang luar yang melaksanakannya akan terjebak dalam pekerjaan yang bersifat membosankan dan rutin.
Apabila PRA menjadi kegiatan penggalian informasi
tanpa arah, kegiatan ini kehilangan makna. Prinsip
saling belajar sekaligus npendidikan masyarakat
menjadi hilang. Diperkirakan kegiatan ini menjadi
tidak lagi memiliki semangat, masyarakat maupun
orang luar yang melaksanakannya akan terjebak
dalam pekerjaan yang bersifat membosankan dan
rutin.
Bahaya PRA yang muncul kemudian
1. Masyarakat sebagai obyek penerapan PRA 2. Mengatasnamakan PRA
3. Mengecewakan masyarakat 4. Penolakan terhadap PRA
Masyarakat sebagai obyek penerapan PRA
Mengadopsi proses diskusi tetap dikuasai dan diarahkan oleh
“orang luar” dan proses belajar diabaikan, berarti terjadi
“manipulasi partisipasi” masyarakat. Keikut sertaan warga dalam kegiatan PRA hanyalah fisik, karena keputusan diambil oleh “orang luar”. Program bisa saja dikembangkan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, tetapi tidak terjadi proses pemberdayaan atau penguatan dan pengalihan
ketrampilam kepada masyarakat. Tanpa proses pengalihan
tersebut akan tetap terjadi ketergantungan masyarakat
kepada “orang luar”.
Mengatasnamakan PRA
Apabila PRA diterapkan menyimpang dari tujuan program pengembangan masyarakat dan melanggar tujuan
dasarnya, maka pekerjaan itu merupakan pemalsuan terhadap PRA. Misal PRA digunaka hanya menggali
informasi dan data dari masyarakat. Partisipasi dijadikan
siasat untuk memperoleh informasi cepat. Proses belajar
bersama masyarakat diabaikan.
Mengecewakan masyarakat
Dari pengalaman selama ini, ternyata teknik PRA memang meningkatkan semangat dan harapan
masyarakat. Tetapi jika tidak lanjut , yang ada tetap berupa paket program yang dirancang “orang luar”
dan diturunkan dari atas , maka akan mengecewakan masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap PRA maupun itikad baik “orang luar” akanmerosot,
sehingga semangat berpartisipasi akan hilang.
Penolakan terhadap PRA
Masyarakat apabila tindak lanjut penerapan PRA tidak dilaksanakan , mereka akan kehilangan kepercayaan terhadap petugas dan lembaga program yang
bersangkutan. Selain itu apabila konflik yang muncul tidak diupayakan penyelesaiannya, akan timbul
keresahan masyarakat. Akibatnya mereka akan
melakukan penolakan terhadap metode yang dianggap
tidak bermanfaat dan menyita waktu mereka
EVALUASI PARTISIPATORIS
Evaluasi partisipatoris,
melibatkan para stakeholder dan orang-orang yang
memperoleh keuntungan dari program atau proyek di dalam pengujian dan penilaian secara kolektif dari program atau
proyek.
Evaluasi partisipatoris adalah people centered, artinya
stakeholder dan orang-orang yang diuntungkan adalah pelaku-pelaku kunci di dalam proses evaluasi dan bukanlah obyek semata dari suatu
evaluasi.
Evaluasi partisipatoris itu bersifat
reflektif, berorientasikan pada tindakan, dan mencari untuk membangun
kapasitas dengan cara:
1. Memberi kepada stakeholders dan orang-orang yang diuntungkan kesempatan untuk merefleksikan mengenai kemajuan dan hambatan proyek
2. Menghasilkan pengetahuan yang mengakibatkan diterapkannya pelajaran yang diperoleh (lesson learned) dan mengarah pada tindakan korektif dan atau untuk perbaikan-perbaikan.
3. Memberi alat kepada stakeholder dan orang-orang yang diuntungkan untuk mengubah bentuk lingkungan mereka.
Kegunaan Evaluasi Partisipatoris
1. membantu membangun kapasitas stakeholder untuk merefleksikan, menganalisis dan berbuat.
2. menyumbangkan pengembangan bagi lessons learned yang dapat
mengarah pada tindakan korektif atau perbaikan bagi penerima proyek.
3. memberikan umpan balik bagi lessons learned (pelajaran yang dapat dipetik berdasarkan pada keadaan masa lalu) yang dapat membantu staf program untuk memperbaiki pelaksanaan program.
4. membantu menjamin akuntabilitas terhadap stakeholder, manajer dan penyandang dana dengan cara melengkapi informasi pada derajad
mana sasaran proyek telah tercapai dan bagaimana sumber-sumber telah digunakan.
1. membantu membangun kapasitas stakeholder untuk merefleksikan, menganalisis dan berbuat.
2. menyumbangkan pengembangan bagi lessons learned yang dapat
mengarah pada tindakan korektif atau perbaikan bagi penerima proyek.
3. memberikan umpan balik bagi lessons learned (pelajaran yang dapat dipetik berdasarkan pada keadaan masa lalu) yang dapat membantu staf program untuk memperbaiki pelaksanaan program.
4. membantu menjamin akuntabilitas terhadap stakeholder, manajer dan penyandang dana dengan cara melengkapi informasi pada derajad
mana sasaran proyek telah tercapai dan bagaimana sumber-sumber telah digunakan.
Arti lesson learn
Lesson learned adalah pelajaran, pengetahuan, pengalaman, segala sesuatu yang diperoleh dari peristiwa masa lalu. Melalui refleksi terhadap peristiwa
masa lalu orang dapat mengetahui kebaikan, keburukan, kelemahan, kekuatan, kekurangan, kelebihan dan segala hal yang berkaitan dengan
tindakan yang pernah dilakukan
Lesson learned adalah pelajaran, pengetahuan, pengalaman, segala sesuatu yang diperoleh dari peristiwa masa lalu. Melalui refleksi terhadap peristiwa
masa lalu orang dapat mengetahui kebaikan, keburukan, kelemahan, kekuatan, kekurangan, kelebihan dan segala hal yang berkaitan dengan
tindakan yang pernah dilakukan
Cara Melakukan Evaluasi Partisipatoris
Menggunakan pendekatan : bottom up
Dilakukan oleh : peserta program yang berkepentingan , staf, anggota panitia, anggota masyarakat
Yang dilakukan: mengajukan pertanyaan, merencanakan rancangan evaluasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menentukan tindakan yang perlu diambil berdasarkan atas hasil penelitian
Menggunakan pendekatan : bottom up
Dilakukan oleh : peserta program yang berkepentingan , staf, anggota panitia, anggota masyarakat
Yang dilakukan: mengajukan pertanyaan, merencanakan rancangan evaluasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menentukan tindakan yang perlu diambil berdasarkan atas hasil penelitian
Keuntungan Kerugian
Mungkin beayanya kurang mahal dibandingkan daripada
membayar evaluator eksternal Prosesnya membutuhkan waktu lebih panjang
Memberi kesempatan kepada peserta program memiliki pengawasan yang lebih dalam pembentukan keputusan
Menuntut koordinasi yang lebih dan sering lebih menantang untuk difasilitasi
Peserta program merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil dan lebih terlibat terhadap keberhasilan program sampai dengan keberhasilan program
Membutuhkan investasi di dalam pelatihan bagi para peserta program
Proses kolaboratif membangun dan memperkuat hubungan antar peserta program
Menghendaki peserta program yang lebih bertanggung jawab dan bermotivasi
Hasil-hasil evaluasi lebih mungkin untuk dilakukan tindakan (ditindak lanjuti)
Penggantian staf pada waktu yang tidak tepat akan sangat mengganggu
Meningkatkan pengetahuan peserta program mengenai program, ketrampilan kepemimpinan, pembuatan keputusan kelompok, dan meningkatkan pengetahuan dalam bidang evaluasi.
Keuntungan dan Kerugian Evaluasi Partisipatoris
Mengapa menggunakan Evaluasi Partisipatoris
Pendekatan evaluasi partisipatoris menuntut adanya komitmen dan
memerlukan waktu dan uang yang bernilai. Karenanya keuntungannya adalah jangkauan panjang.
Evaluasi partisipatoris mengijinkan kelompok untuk:
1. Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat local yang relevan.
2. Memperbaiki kinerja program.
3. Memberdayakan peserta 4. Membangun kapasitas
5. Menumbuhkan pemimpin-pemimpin dan membangun tim 6. Melangsungkan pertumbuhan dan pembelajaran organisasi.
Perbedaan antara evaluasi partisipatoris dan evaluasi konvensional
Evaluasi partisipatoris Evaluasi konvensional Siapa yang mendorong
evaluasi? Masyarakat setempat, staf proyek dan
stakeholder yang lain.
Penyandang dana dan manajer program.
Siapa yang menentukan indikator kemajuan program?
Anggota kelompok- kelompok masyarakat, staf proyek dan
stakehoder yang lain, evaluator
Evaluator professional dan para pakar dari luar.
Siapa yang bertanggung jawab terhadap
pengumpulan data, analisis dan penyiapan laporan akhir?
Tanggung jawab bersama antara evaluator dan para stakeholder yang berpartisipasi
Evaluator professional dan para pakar dari luar
Apa peranan evaluator
setempat? Pelatih, fasilitator,
negosiator, dan “teman yang kritis”
Ahli, pemimpin
Bilamanakah tipe evaluasi ini
paling bermanfaat? Bila:
• ada pertanyaan mengenai kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan program
• ada pertanyaan mengenai dampak program terhadap orang- orang yang diuntungkan
(beneficiaries)
• informasi diinginkan mengenai pengetahuan tentang program dan mengenai pandangan mengenai kemajuan
Bila:
• ada kebutuhan akan adanya penilai yang independen
• informasi khusus diperlukan yang hanya ahlinya yang dapat memberikan
• indikator program terbakukan katimbang secara khusus
mengenai suatu program
Bagaimana mengenai beaya/
costs? • Waktu, tenaga dan keterlibatan
dari penduduk setempat, staf proyek dan stakeholder lain
• Koordinasi terhadap berbagai pemain/pelaku
• Pelatihan, pengembangan ketrampilan dan dukungan dari pelaku-pelaku kunci
• Potensial terjadinya konflik
• Dana bagi konsultan dan ahli
• Hilangnya informasi penting yang hanya dapat diberikan oleh
stakeholder
Apa keuntungannya? • Pengetahuan
• Pembuktian informasi dari para pelaku kunci
• Membangun pengetahuan, ketrampilan dan hubungan antar warga masyarakat dan stakeholder yang lainnya.
• Penilaian yang bersifat independen
• Indikator yang terbakukan memungkinkan pembandingan dengan temuan penelian yang lain.
Garis besar pemahaman Evaluasi Partisipatoris Garis besar pemahaman Evaluasi Partisipatoris
1. Evaluasi partisipatoris adalah suatu proses yang melibatkan berbagai perwakilan dari seluruh kelompok stakeholders yang terlibat di dalam suatu program intervensi untuk menilai sejauh mana program intervensi yang dilaksanakan telah tercapai dan menemukan faktor-faktor yang
memberikan sumbangan bagi keberhasilan atau kegagalan suatu intervensi.
2. Evaluasi partisipatoris tidak mengandalkan pada peneliti luar untuk mengatakan apakah usaha-usaha yang telah dilakukan itu mencapai tujuan sesuai dengan yang dirumuskan.
3. Evaluasi partisipatoris berkeyakinan bahwa para stakeholders dapat turut serta melakukan evaluasi partisipatoris dan mereka mampu menceritkan kisah-kisah sukses atau kisah-kisah kegagalan berdasarkan pada
pengetahuan yang mereka serap.
4. Proses evaluasi partisipatoris percaya akan kemampuan stakeholders melihat seluruh pengalaman dan mengidentifikasi apa yang
menghasilkan perubahan-perubahan
1. Evaluasi partisipatoris adalah suatu proses yang melibatkan berbagai perwakilan dari seluruh kelompok stakeholders yang terlibat di dalam suatu program intervensi untuk menilai sejauh mana program intervensi yang dilaksanakan telah tercapai dan menemukan faktor-faktor yang
memberikan sumbangan bagi keberhasilan atau kegagalan suatu intervensi.
2. Evaluasi partisipatoris tidak mengandalkan pada peneliti luar untuk mengatakan apakah usaha-usaha yang telah dilakukan itu mencapai tujuan sesuai dengan yang dirumuskan.
3. Evaluasi partisipatoris berkeyakinan bahwa para stakeholders dapat turut serta melakukan evaluasi partisipatoris dan mereka mampu menceritkan kisah-kisah sukses atau kisah-kisah kegagalan berdasarkan pada
pengetahuan yang mereka serap.
4. Proses evaluasi partisipatoris percaya akan kemampuan stakeholders melihat seluruh pengalaman dan mengidentifikasi apa yang
menghasilkan perubahan-perubahan
5. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus juga memungkinkan seluruh stakeholders bergerak maju dan memperoleh keuntungan dengan adanya evaluasi.
6. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus membantu mereka menyadari apakah keputusan yang diambil sekarang ini dapat membantu mereka melangsungkan capaian-capaian yang sekarang ini dan mendekatkan mereka kearah pencapaian yang lebih dekat pada tujuan.
7. Evaluasi partisipatoris harus membantu mereka merumuskan perencanaan yang lebih baik dan memperbaiki cara mereka melakukan sesuatu
5. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus juga memungkinkan seluruh stakeholders bergerak maju dan memperoleh keuntungan dengan adanya evaluasi.
6. Melaksanakan evaluasi partisipatoris harus membantu mereka menyadari apakah keputusan yang diambil sekarang ini dapat membantu mereka melangsungkan capaian-capaian yang sekarang ini dan mendekatkan mereka kearah pencapaian yang lebih dekat pada tujuan.
7. Evaluasi partisipatoris harus membantu mereka merumuskan perencanaan yang lebih baik dan memperbaiki cara mereka melakukan sesuatu
Jika peserta program orang miskin, maka merekalah yang paling dapat memberikan pemahaman mendalam apa arti kemiskinan
dan penanganannya
Jika peserta program orang miskin, maka merekalah yang paling dapat memberikan pemahaman mendalam apa arti kemiskinan
dan penanganannya
Maka kesertaan mereka bermaksud untuk :
• Memberikan ruang bagi si miskin untuk bersuara.
• Memperoleh pemahaman yang mendalam tentang dinamika kemiskinan serta konteks regionalnya.
• Menemukan cara-cara mekanisme yang dapat diterima oleh kaum miskin, memahami persepsi lokal tentang persoalan dan prioritas cara mengatasinya.
• Mendalami pengalaman hidup orang miskin, konsepsi mereka tentang kekayaan, kemiskinan, dan kesejahteraan.
• Agar para perumus kebijakan mengubah sikap mereka dalam memecahkan masalah kemiskinan.
• Memperkuat kerangka kerja kebijakan di dalam pelayanan.
Maka kesertaan mereka bermaksud untuk :
• Memberikan ruang bagi si miskin untuk bersuara.
• Memperoleh pemahaman yang mendalam tentang dinamika kemiskinan serta konteks regionalnya.
• Menemukan cara-cara mekanisme yang dapat diterima oleh kaum miskin, memahami persepsi lokal tentang persoalan dan prioritas cara mengatasinya.
• Mendalami pengalaman hidup orang miskin, konsepsi mereka tentang kekayaan, kemiskinan, dan kesejahteraan.
• Agar para perumus kebijakan mengubah sikap mereka dalam memecahkan masalah kemiskinan.
• Memperkuat kerangka kerja kebijakan di dalam pelayanan.
Karakteristik Evaluasi Partisipatoris.
Karakteristik Evaluasi Partisipatoris.
• Mendukung dan memperluas model pembangunan partisipatoris.
• Memberdayakan masyarakat, organisasi, dan individu-individu agar dapat menganalisis dan memecahkan persoalan mereka sendiri.
• Menilai pengetahuan dan pengalaman penduduk lokal dalam
menganalisis kenyataan ekonomi, politik, sosial dan budaya mereka.
• Menggunakan pembelajaran dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan merefleksi secara kritis baik oleh para peserta program maupun oleh para staf program.
• Memperbaiki program dan organisasinya pada bidang pembangunan tertentu dengan berorientasikan pada kepentingan pemanfaat program.
• Menunbuhkan dan meningkatkan rasa memiliki dari para pemanfaat program.
• Menggunakan metode partisipatoris dalam memperoleh data dan menggali pengetahuan, dengan cara menggunakan model penelitian
kualitatif secara dominan, yang kadangkala dikombinasikan dengan model penelitian kuantitatif.
• Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mengakar, lebih baik, dan lebih mendalam mengenai kinerja dan dampak campur tangan
pembangunan.
• Mendukung dan memperluas model pembangunan partisipatoris.
• Memberdayakan masyarakat, organisasi, dan individu-individu agar dapat menganalisis dan memecahkan persoalan mereka sendiri.
• Menilai pengetahuan dan pengalaman penduduk lokal dalam
menganalisis kenyataan ekonomi, politik, sosial dan budaya mereka.
• Menggunakan pembelajaran dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan menganalisis dan merefleksi secara kritis baik oleh para peserta program maupun oleh para staf program.
• Memperbaiki program dan organisasinya pada bidang pembangunan tertentu dengan berorientasikan pada kepentingan pemanfaat program.
• Menunbuhkan dan meningkatkan rasa memiliki dari para pemanfaat program.
• Menggunakan metode partisipatoris dalam memperoleh data dan menggali pengetahuan, dengan cara menggunakan model penelitian
kualitatif secara dominan, yang kadangkala dikombinasikan dengan model penelitian kuantitatif.
• Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mengakar, lebih baik, dan lebih mendalam mengenai kinerja dan dampak campur tangan
pembangunan.
Langkah-langkah praktis dalam Evaluasi Partisipatoris Langkah-langkah praktis dalam Evaluasi Partisipatoris
1. Semua orang yang terlibat didalam program bersama dengan peneliti dari luar perlu bersepakat untuk menggunakan pendekatan partisipatoris.
2. Kemudian, mereka secara bersama-sama menetapkakan secara pasti sasaran evaluasi (periksa penjelasan tentang tujuan evaluasi).
3. Bila telah mencapai kesepakatan mengenai sasaran evaluasi, langkah
berikutnya adalah membentuk kelompok kecil sebagai koordinator evaluasi untuk merancang secara cermat dan mengorganisir semua rincian evaluasi.
4. Selanjutnya adalah menentukan metode apa yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi.
5. Setelah keputusan diambil, langkah berikutnya adalah menyusun rancangan evaluasi.
6. Langkah berikutnya adalah menyiapkan tim peneliti untuk dilatih melakukan evaluasi. Anggota masyarakat yang terpilih harus menjadi bagian dari tim pengumpul data.
7. Langkah berikutnya adalah menyiapkan dan melakukan uji coba metode evaluasi untuk melihat apakah metode yang dipilih itu tepat, perlu
penyempurnaan, atau diganti dengan metode lain yang lebih pas sesuai dengan keadaan masyarakat, kemampuan peneliti, waktu, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan metode.
1. Semua orang yang terlibat didalam program bersama dengan peneliti dari luar perlu bersepakat untuk menggunakan pendekatan partisipatoris.
2. Kemudian, mereka secara bersama-sama menetapkakan secara pasti sasaran evaluasi (periksa penjelasan tentang tujuan evaluasi).
3. Bila telah mencapai kesepakatan mengenai sasaran evaluasi, langkah
berikutnya adalah membentuk kelompok kecil sebagai koordinator evaluasi untuk merancang secara cermat dan mengorganisir semua rincian evaluasi.
4. Selanjutnya adalah menentukan metode apa yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi.
5. Setelah keputusan diambil, langkah berikutnya adalah menyusun rancangan evaluasi.
6. Langkah berikutnya adalah menyiapkan tim peneliti untuk dilatih melakukan evaluasi. Anggota masyarakat yang terpilih harus menjadi bagian dari tim pengumpul data.
7. Langkah berikutnya adalah menyiapkan dan melakukan uji coba metode evaluasi untuk melihat apakah metode yang dipilih itu tepat, perlu
penyempurnaan, atau diganti dengan metode lain yang lebih pas sesuai dengan keadaan masyarakat, kemampuan peneliti, waktu, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan metode.
8. Setelah persiapan dan uji coba metode pengumpulan data telah selesai, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dan informasi yang
diperlukan bagi memenuhi tujuan evaluasi.
9. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Hal ini dilakukan oleh kelompok kecil yang terpilih sebagai koordinator.
10. Langkah berikutnya penulisan laporan evaluasi.
11. Berikutnya adalah penyampaian laporan hasil evaluasi. Hasil evaluasi dapat disampaikan secara lesan, tertulis, atau dengan menggunakan alat- alat peraga lain seperti vidio, photo, gambar, dan lain-lain yang semuanya itu mendukung temuan yang ada di lapangan.
12. Berikutnya adalah mendiskusikan temuan evaluasi bersama dengan masyarakat yang dikenai program, sponsor, para pakar,
13. stakeholders, dan lain-lain yang berkepentingan dengan program.
14. Langkah berikutnya adalah menyusun laporan final berdasarkan hasil dari diskusi bersama.
15. Langkah terakhir adalah semua pihak yang terlibat dengan kepentingan program memanfaatkan hasil evaluasi.
8. Setelah persiapan dan uji coba metode pengumpulan data telah selesai, langkah berikutnya adalah mengumpulkan data dan informasi yang
diperlukan bagi memenuhi tujuan evaluasi.
9. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Hal ini dilakukan oleh kelompok kecil yang terpilih sebagai koordinator.
10. Langkah berikutnya penulisan laporan evaluasi.
11. Berikutnya adalah penyampaian laporan hasil evaluasi. Hasil evaluasi dapat disampaikan secara lesan, tertulis, atau dengan menggunakan alat- alat peraga lain seperti vidio, photo, gambar, dan lain-lain yang semuanya itu mendukung temuan yang ada di lapangan.
12. Berikutnya adalah mendiskusikan temuan evaluasi bersama dengan masyarakat yang dikenai program, sponsor, para pakar,
13. stakeholders, dan lain-lain yang berkepentingan dengan program.
14. Langkah berikutnya adalah menyusun laporan final berdasarkan hasil dari diskusi bersama.
15. Langkah terakhir adalah semua pihak yang terlibat dengan kepentingan program memanfaatkan hasil evaluasi.
Bilamana dilihat dari tiga sisi: pilihan masalah , pilihan metode, dan pilihan hasil, penelitian evaluasi partisipatoris adalah
sebagai berikut:
Bilamana dilihat dari tiga sisi: pilihan masalah , pilihan metode, dan pilihan hasil, penelitian evaluasi partisipatoris adalah
sebagai berikut:
Pilihan masalah: Pilihan masalah ditentukan atas dasar permasalah yang
langsung dirasakan (misalnya mengapa partisipasi masyarakat di dalam program begitu rendah?
Pilihan Metode: Pilihan rancangan penelitian didasarkan pada konsensus (kata sepakat) antara masyarakat dan peneliti. Dalam kegiatan penelitian lebih banyak menggunakan alat pengumpulan data yang empatik, dalam arti si peneliti turut serta merasakan apa yang dialami oleh para peserta program. Metode
analisisnya pun mendasarkan pada analisis yang kompleks, artinya melihat
permasalahan dari berbagai sudut, menyeluruh. Penyusunan rencana penelitian, pengumpulan data, dan analisis data dilakukan bersama-sama atara peneliti yang profesional dengan masyarakat yang diteliti/dikenai program.
Pilihan Hasil: Hasil yang diharapkan ialah adanya perubahan situasi, peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk melihat dan mengubah situasi mereka. Perubahan yang diharapkan ini pun dilakukan bersama-sama antara peneliti profesional dan masyarakat.
Pilihan masalah: Pilihan masalah ditentukan atas dasar permasalah yang
langsung dirasakan (misalnya mengapa partisipasi masyarakat di dalam program begitu rendah?
Pilihan Metode: Pilihan rancangan penelitian didasarkan pada konsensus (kata sepakat) antara masyarakat dan peneliti. Dalam kegiatan penelitian lebih banyak menggunakan alat pengumpulan data yang empatik, dalam arti si peneliti turut serta merasakan apa yang dialami oleh para peserta program. Metode
analisisnya pun mendasarkan pada analisis yang kompleks, artinya melihat
permasalahan dari berbagai sudut, menyeluruh. Penyusunan rencana penelitian, pengumpulan data, dan analisis data dilakukan bersama-sama atara peneliti yang profesional dengan masyarakat yang diteliti/dikenai program.
Pilihan Hasil: Hasil yang diharapkan ialah adanya perubahan situasi, peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat untuk melihat dan mengubah situasi mereka. Perubahan yang diharapkan ini pun dilakukan bersama-sama antara peneliti profesional dan masyarakat.