• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Prediksi Kebutuhan Ruang Gigi Permanen Hasil Metode Nance

N/A
N/A
astrid Nova

Academic year: 2025

Membagikan "Metode Prediksi Kebutuhan Ruang Gigi Permanen Hasil Metode Nance"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Perhitungan Nance,

Moyers,Huckaba dan Pont

drg. Novarini Prahastuti, Sp.Ort.

(2)

Metode Nance

• Metode Metode ini dikemukakan th. 1934 di Pasadena, Kalifornia, untuk analisis gigi

bercampur

• Tujuan :

---> memprediksi kebutuhan ruang erupsi untuk gigi C, P1 dan P2 yang belum bererupsi

(3)

• Dasar :

---> gigi-gigi decidui mempunyai ukuran yang tidak sama jika dibandingkan dgn gigi - gigi permanen penggantinya

Gigi yang diukur : c, m1, m2 , akan digantikan oleh C, P1, P2

(4)

Lee way space

• ---> Selisih ukuran( Σ m-d) gigi c, m1, m2 dengan C, P1, P2

• ---> RA = 0,9 mm dan RB = 1,7 mm

• ---> untuk molar adjustment,

yaitu pergeseran gigi M1 ke mesial guna membentuk hubungan normal gigi RA dan RB

(5)

Lee way space

(6)

Klasifikasi menurut Baume

(7)

• Pada oklusi sentrik dalam arah antero-

posterior posisi permukaan distal gigi m2 RA dan RB :

1. Flush terminal plane (flush terminus):

---> m2 RB = m2 RA sebidang vertikal 2. Mesial step terminus:

---> m2 RB > mesial m2 RA 3. Distal step terminus:

---> m2 RB > distal m2 RA

(8)

• Jika hubungan m2 RA dan RB

terletak satu bidang terminal/ edge to edge,

---> maka perlu penyesuaian molar (molar adjustment) menjadi klas I

Angle sebesar Lee way space untuk

RA = 0,9 mm, RB = 1,7 mm

(9)

Prosedur pengukuran :

1. Ukur Σ m-d gigi c,m1,m2 pada model atau langsung pada pasien

2. Ukur Σ m-d gigi C, P1, P2 yang belum erupsi dari rontgen foto periapikal

3. Hitung selisih hasil pengukuran 1 dan 2 Jika Σ m-d gigi :

a. c,m1,m2 = C, P1, P2 ---> ruangan cukup

b. c,m1,m2 > C, P1, P2 ---> kelebihan ruangan c. c,m1,m2 < C, P1, P2 ---> kurang ruang

(10)

Jika hubungan molar netroklusi , apabila : a. ruang cukup ---> perlu observasi

b. ruang berlebih

---> penyesuaian molar atau pengaturan gigi anterior

c. ruang kurang

---> observasi / grinding / stripping /

ekspansi lengkung gigi/lengkung basal, atau pencabutan terencana / serial extraction

(11)

Dalam metode Nance foto rontgen mutlak diperlukan :

---> mengetahui ukuran m-d gigi C, P1, P2 Fungsi rontgen foto lainnya :

a. Agenesis gigi C, P1, P2 b. Posisi/ letak gigi C, P1, P2 c. Keadaan patologi

c. Resorbsi akar,dll.

(12)

Metode Huckaba

• Metode ini untuk mengetahui akurasi lebar mesiodistal masing-masing gigi C, P1 dan P2 dgn rumus

( X1)(Y) X =

(Y1)

X = lebar gigi

permanen yang dicari

X1 = lebar gigi

permanen diukur dari rontgen

Y = lebar gigi

desidui yang diukur dari model

Y1 = lebar gigi

desidui diukur dari rontgen

(13)

• Diperkenalkan oleh Moyer, Jenkin dan staf ortodonsia Universitas Michigan, untuk

analisis gigi pada periode bercampur

• Pemakaian foto ronsen tidak mutlak diperlukan

Metode Moyers

(14)

• Dasar :

---> korelasi antara sekelompok gigi dengan kelompok gigi yang lain

---> dengan mengukur jumlah lebar gigi dalam satu kelompok pada satu segmen dapat memperkiraan dengan tepat jumlah lebar gigi kelompok lain dalam mulut yang sama

(15)

Kelompok gigi prediktor : ---> 4 gigi insisivus RB Alasan :

a. Merupakan gigi permanen yang tumbuh paling awal

b. Mudah diukur dengaan tepat baik langsung (intraoral) atau pada model

c. Ukurannya tidak banyak bervariasi dibanding insisivus RA

(16)

Keuntungan metode ini :

a. Kesalahan sedikit, ralat kecil diketahui dgn tepat

b. Dapat dikerjakan oleh ahli maupun bukan ahli

c. Tidak membutuhkan banyak waktu d. Tidak memerlukaan alat khusus

e. Dapat dikerjakan langsung dalam mulut atau pada model RA maupun RB

(17)

Prosedur :

a. Ukur Σ m-d ke-empat gigi insisivus RB b. Catat lebar ruang yang dibutuhkan

untuk erupsi gigi C, P1 dan P2, sisi kanan dan kiri untuk RA dan RB sesuai dengan table Moyers, dengan menggunakan

prosentase 75%.

(18)

c. Pada model, jika posisi gigi incisivus

permanent belum normal, letakkan pada posisi yang benar dengan mengukurkan masing-masing lebar mesiodistal gigi

insisivus dari posisi median line yang benar kearah distal.

d. Ukur ruang yang tersedia untuk erupsi gigi C, P1 dan P2 yang belum erupsi

(jarak antara distal I2 imaginer yang benar s/d mesial M1)

(19)

e. Catat besar diskrepansi ruang yang ada untuk masing-masing sisi rahang.

Kemungkinan hasil :

- tidak ada sisa ruang - kurang ruang -

kelebihan ruang Catatan:

Pembuatan lengkung gigi RA---> RA

(20)
(21)

Kasus :

Bagaimana mengukur Σ 4 gigi insisivus RB jika :

a. gigi anomali ---> tetap diukur b. Agenese ---> diperkirakan dengan

ukuran standart/ sesuai ukuran jenis gigi sama yang ada.

c. Gigi-gigi belum/ tidak sama erupsinya ---> rontgen/ tunggu gigi erupsi

(22)

Metode Pont

• Metode ini dikenalkan oleh Dr. Pont thn.

1909, digunakan untuk gigi RA

• Dasar :

Pada lengkung gigi dgn susunan gigi

teratur terdapat hubungan antara Σ m-d 4 insisivus RA dengan lebar lengkung gigi daerah inter P1 dan inter M1

(23)

• Tujuan : Tujuan

---> mengetahui pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah

lateral yaitu normal, kontraksi (kurang ) atau distraksi (lebih )

Kriteria :

< 5 mm berarti ringan

5 – 10 mm berarti sedang > 10 mm berarti berat

(24)

Susunan gigi normal, ideal :

---> Gigi-gigi yang lebar membutuhkan lengkung yang lebar

---> Gigi-gigi yang kecil membutuhkan lengkung yang kecil

---> Keseimbangan antara besar gigi dengan lengkung gigi

• Hubungan tersebut dinyatakan dalam : ---> Indeks Premolar dan Indeks Molar

(25)
(26)
(27)

Perhitungan Indeks Pont :

a. Untuk regio inter premolar pertama : ∑ I x 100

Indeks Premolar = = 80 Jarak P1 - P1 b. Untuk regio inter molar pertama :

∑ I x 100

Indeks Molar = = 64 Jarak M1 - M1

(28)

• Jarak inter P1 dan jarak inter M1 yang

seharusnya untuk lebar m-d 4 insisivus RA terukur

∑ I x 100

Jarak P1 - P1 = 80

∑ I x 100

Jarak M1 - M1 = 64

(29)

A. Prosedur perhitungan untuk inter P1 : 1. Ukurlah Σ m-d 4 insisivus RA dengan

sliding kaliper.

2. Pengukuran inter P1 adalah lebar titik

terdistal cekung mesial gigi P1 atas kanan dan kiri, atau

---> jarak puncak tonjol bukal gigi P1 bawah kanan dan kiri.

3. Hitung jarak inter P1 dengan menggunakan rumus untuk P1 (seharusnya)

(30)

3. Selisih hasil pengukuran - perhitungan Kesimpulan, jika diperoleh :

a. pengukuran = perhitungan

---> pertumbuhan lkg inter P1 gigi normal b. pengukuran > perhitungan

---> Pertumbuhan ke lateral distraksi c. pengukuran < perhitungan

. ---> Pertumbuhan ke lateral kontraksi

(31)

B. Prosedur perhitungan untuk inter M1 : 1. Ukurlah Σ m-d 4 insisivus RA dengan

sliding kaliper.

2. Pengukuran inter M1 adalah jarak antara cekung mesial pada permukaan oklusal M1 atas kanan dan kiri, atau

---> jarak titik tertinggi tonjol tengah pada tonjol bukal M1 bawah kanan dan kiri.

3. Hitung jarak inter M1 dengan menggunakan rumus untuk M1 (seharusnya)

(32)

3. Selisih hasil pengukuran - perhitungan Kesimpulan, jika diperoleh :

a. pengukuran = perhitungan

---> pertumbuhan lkg inter M1 gigi normal b. pengukuran > perhitungan

---> Pertumbuhan ke lateral distraksi c. pengukuran < perhitungan

. ---> Pertumbuhan ke lateral kontraksi

(33)

Pertumbuhan arah lateral kurang  kontraksi Pertumbuhan arah lateral lebih  distraksi Derajat kontraksi / distraksi :

• Mild degree / ringan  0,5 – 5 mm

• Medium degree  5,5 – 10 mm

• Severe degree / parah  > 10 mm

(34)

Menentukan jarak inter P1 dan Jarak inter M1 :

1. Pengukuran study model ( sebenarnya ) 2. Perhitungan dgn rumus ( seharusnya ) 3. Tabel Pont ( seharusnya ), sebagai

bandingan

(35)

Cara menggunakan tabel Pont :

a. Ukurlah Σ m-d 4 insisivus RA dengan sliding kaliper.

b. Lihat tabel Σ m-d 4 insisivus RA sebesar yang terukur

Pada tabel terdapat kolom ke arah kanan

menunjukkan Jarak P1 - P1, kolom Jarak M1 - M1, Juga terdapat kolom selanjutnya jarak

sagital antara insisivus dan interpremolar satu atas ( perhitungan Korkhaus )

(36)

Perhitungan Pont digunakan untuk periode gigi bercampur dan periode gigi permanen Periode gigi bercampur

6 V 4 III 2 1 1 2 III 4 V 6 6 V IV 3 2 1 1 2 3 IV V 6

Gigi pedoman 6 4 1 1 4 6

Referensi

Dokumen terkait

Susi Sihombing : Perawatan Gigi Insisivus Permanen Muda Non Vital, 2001... Susi Sihombing : Perawatan Gigi Insisivus Permanen Muda Non

Sri Yanti P.: Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen Anak, 2002... Sri Yanti P.: Topikal Aplikasi Pada Gigi Permanen

Muhammad Fadlan : Apeksifikasi Pada Gigi Insisivus Satu Atas Permanen Muda, 2005... Muhammad Fadlan : Apeksifikasi Pada Gigi Insisivus Satu Atas Permanen

Natalia Bangun : Den Evaginatus Anterior Pada Gigi Permanen Anak, 2007... Natalia Bangun : Den Evaginatus Anterior Pada Gigi Permanen

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan kategori status gizi baik, status gizi gemuk dan sangat gemuk lebih banyak memiliki gigi permanen yang sudah erupsi sesuai

Variasi urutan dan pola erupsi gigi sangat penting untuk diperhatikan terutama pada masa gigi bercampur, karena urutan dan pola dari erupsi gigi permanen memiliki dampak terhadap

Berdasar- kan kategori skor erupsi gigi molar pertama permanen rahang bawah, untuk status gizi (IMT/U) normal dan gizi lebih, lebih banyak yang telah erupsi

Kesimpulan Space maintainer tipe crown and loop efektif sebagai alat yang digunakan untuk menjaga dan mempertahankan ruang erupsi gigi permanen pada kasus tanggal dini gigi