• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mitigasi Bencana - DAN - Emergency Management Arsip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Mitigasi Bencana - DAN - Emergency Management Arsip"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

Sesuai dengan undang-undang no. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana ada tiga kategori bencana yaitu bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial (bahaya buatan manusia). Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara pertemuan lempeng tektonik dua benua, Asia dan Australia, serta dua samudera, yaitu samudera Hindia dan Pasifik, hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi laju terjadinya bencana alam seperti gempa bumi. , letusan gunung berapi, tsunami, tanah longsor, dll.

PENDAHULUAN

Menurut informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2022), selama tahun 2021 terjadi 5.402 bencana alam di seluruh Indonesia. Dari ribuan bencana alam yang terjadi di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan ratusan ribu rumah dan fasilitas umum rusak.

Gambar 1. Data Bencana di Indonesia Tahun 2021 (BNPB, 2022)
Gambar 1. Data Bencana di Indonesia Tahun 2021 (BNPB, 2022)

KONSEP DASAR BENCANA

Suatu peristiwa dapat disebut bencana apabila masyarakat yang terkena dampak bencana tidak mampu memberikan respon terhadap peristiwa tersebut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia (Coppola, 2015). UNDP menyimpulkan bahwa bencana adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan hilangnya nyawa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan juga hilangnya mata pencaharian masyarakat dalam proporsi yang besar.

JENIS BENCANA ALAM

Bencana alam geologi merupakan bencana yang disebabkan oleh kekuatan yang berasal dari dalam bumi (kekuatan endogen). Bencana geofisika adalah bencana alam yang disebabkan oleh peristiwa atau fenomena geofisika di bumi yang pada hakikatnya mempunyai energi yang sangat besar.

KARAKTERISTIK

BENCANA ALAM GEMPA BUMI

Gempa runtuhan merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh runtuhnya gunung kapur atau daerah pertambangan 4. Selain itu untuk mengetahui skala intensitas atau magnitudo suatu gempa dapat dijelaskan dengan menggunakan skala Modified Mercal Intensity (MMI), yaitu satuan pengukuran kekuatan gempa (BMKG). , 2016).

Tabel 1. Tabel Skala Intensitas Gempa Bumi
Tabel 1. Tabel Skala Intensitas Gempa Bumi

KARAKTERISTIK BENCANA ALAM BANJIR

Banjir Bandang

Banjir Air

Banjir Lumpur

Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi bencana banjir adalah dengan melakukan penghijauan atau penghijauan tanaman. Penghijauan tanaman melibatkan tanaman atau pepohonan yang cepat menyerap air, sehingga tidak terjadi lagi bencana banjir di kemudian hari.

BENCANA ALAM TANAH LONGSOR

Deforestasi dan tanah longsor biasanya terjadi di daerah yang cukup dingin dengan sedikit air tanah. Di wilayah pertanian, hal ini terjadi karena akar pohon tidak dapat menembus tanah longsor yang dalam dan sering kali terjadi bersamaan dengan curah hujan yang lebih tua.

BENCANA ALAM TSUNAMI

Karena gelombang tsunami memiliki karakteristik panjang gelombang yang panjang, maka bencana gelombang tsunami bersifat gelombang dangkal bahkan di wilayah laut yang sangat dalam. Kekuatan gelombang tsunami merupakan fungsi perkalian tinggi gelombang dan jarak kecepatannya.

KARAKTERISTIK BENCANA ALAM GELOMBANG EKSTRIM DAN ABRASI

Erosi pantai merupakan salah satu contoh permasalahan yang serius karena degradasi garis pantai disebabkan oleh hujan, angin, gelombang, arus, serta aktivitas manusia (Tarigan, 2018). Jika suatu pantai terkena erosi, jika tidak ditangani dengan baik maka kerusakan pantai bisa semakin parah.

KARAKTERISTIK BENCANA ALAM LETUSAN GUNUNG BERAPI

Suara gemuruh terjadi saat gunung berapi akan meletus, yang biasanya terdengar pada malam hari. Sosialisasi, penyuluhan kepada masyarakat sekitar gunung berapi agar jika terjadi bencana, mereka siap dan mengetahui cara menghadapi letusan gunung berapi.

KONSEP DASAR MITIGASI BENCANA

Mitigasi bencana merupakan suatu bentuk kegiatan prabencana yang bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh suatu bencana, oleh karena itu mitigasinya harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh. Setiap upaya mitigasi bencana harus menciptakan persepsi yang sama bagi semua pihak, baik dari tingkat pemerintah maupun seluruh elemen masyarakat, sesuai dengan ketentuan langkah-langkah yang diatur dalam pedoman umum, pedoman pelaksanaan, dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku. dengan bidang tugas unit terkait. Penyelenggaraan mitigasi bencana dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi dengan melibatkan seluruh potensi yang ada baik dari pemerintah maupun masyarakat.

FUNGSI MITIGASI BENCANA

Oleh karena itu, pelaksanaan mitigasi bencana sangatlah penting karena mitigasi bencana mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mitigasi bencana memudahkan seorang perencana pembangunan dalam merencanakan baik tempat/lokasi yang akan dipilih maupun model (alat dan bahan) yang akan digunakan dalam membangun suatu bangunan. Selain itu, dengan mitigasi bencana, masyarakat akan tetap waspada dan siap dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa kita bisa memprediksinya.

TUJUAN DAN MANFAAT MITIGASI BENCANA

Mitigasi bencana adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi risiko ketika terjadi bencana, misalnya tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain (UU Nomor 24 Tahun 2007). Tujuan utama dari penanggulangan bencana adalah untuk mengurangi atau memperkecil kerugian setelah terjadinya bencana di kemudian hari dan mengurangi resiko kematian pada masyarakat. Tujuan mitigasi bencana adalah untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat jika terjadi bencana sehingga mitigasi dapat dilaksanakan secara maksimal.

UPAYA-UPAYA MITIGASI BENCANA

Upaya yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan mitigasi bencana pada tahap prabencana antara lain dengan melakukan kegiatan pada kondisi nonbencana dan pada kondisi yang memungkinkan terjadinya bencana. Peringatan Dini: Upaya memahami langkah-langkah yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan tujuan meminimalkan risiko terkena bencana, serta upaya persiapan kegiatan tanggap darurat. Mitigasi bencana merupakan suatu cara atau upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak dan akibat bencana terhadap masyarakat sekitar daerah rawan bencana.

JENIS-JENIS MITIGASI BENCANA

Mitigasi Struktural

Mitigasi struktural merupakan salah satu cara dan upaya untuk mengurangi terjadinya bencana melalui upaya seperti pembangunan fisik bangunan dan infrastruktur dengan menggunakan basis teknologi masa kini, seperti melakukan rekayasa teknis agar bangunan tahan bencana. Rekayasa teknis ini dapat berupa suatu bangunan tahan bencana dimana bangunan tersebut dibangun dengan pondasi yang dibuat dan dirancang dengan sebaik-baiknya agar bangunan tersebut dapat bertahan jika terjadi bencana, sehingga dapat dikatakan upaya untuk mengurangi dampak bencana. kerusakan harta benda yang tidak terlalu berbahaya. Selain membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana, kita juga dapat melakukan upaya lain seperti membangun waduk atau tempat khusus untuk mencegah bencana dan membuat peralatan khusus untuk mendeteksi bencana alam lainnya.

Mitigasi Non-Struktural

Dari sinilah diperlukan kesadaran penuh seluruh masyarakat untuk mendesain rumahnya sesuai dengan kondisi geografis wilayah tempat tinggalnya dan sesuai dengan bencana alam yang biasa terjadi di sekitar tempat tinggalnya, dengan tujuan agar hal tersebut setidaknya dapat meminimalisir bencana alam. terjadinya akibat yang serius. kerusakan dan meminimalkan hilangnya barang-barang penting. Jika menggunakan teknologi untuk memprediksi dan meminimalkan risiko bencana, hal ini juga harus didukung dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan diimbangi dengan perencanaan pengelolaan ruang yang tepat agar penggunaannya tidak berlebihan dan lingkungan selalu mendapat manfaat terlindungi di masa depan. Untuk melaksanakan upaya mitigasi struktural, terlebih dahulu harus memahami peraturan yang berlaku agar penggunaannya tidak mengganggu keseimbangan lingkungan.

PRINSIP-PRINSIP

DALAM MITIGASI BENCANA

Efektif dalam prinsip ini berarti bahwa penanggulangan bencana harus berhasil dalam meringankan berbagai jenis permasalahan masyarakat yang terkena dampak bencana. Dalam prinsip akuntabilitas ini, akuntabilitas berarti seluruh kegiatan penanggulangan bencana harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan etika. Selain itu, penerapan prinsip-prinsip mitigasi bencana tersebut akan mendukung efektivitas dan efisiensi kegiatan penanggulangan bencana.

TAHAP-TAHAP MITIGASI BENCANA

  • Mitigasi, merupakan aktivitas sebelum terjadinya bencana
  • Kewaspadaan, adalah tahap persiapan mengenai bagaimana cara menanggapi
  • Reaksi, ialah sebuah usaha untuk meminimalisir musibah yang ditimbulkan
  • Perbaikan, ialah usaha untuk membangun kembali kondisi para korban seperti sedia
  • Tahap Pra Bencana
  • Tahap Saat Terjadi Bencana
  • Tahap Pasca Bencana
  • Tahapan Mitigasi Bencana Banjir
  • Tahapan Mitigasi Tanah Longsor

Secara umum kegiatan mitigasi bencana dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu dimulai sebelum kejadian, pada saat kejadian, dan setelah kejadian. Mitigasi banjir dan mitigasi tanah longsor pada umumnya berbeda, karena masing-masing bencana ditangani secara berbeda. Secara umum ada lima tahap mitigasi longsoran salju yang meliputi pemetaan, pencarian, pengecekan, observasi, dan sosialisasi.

MITIGASI BENCANA DI BERBAGAI SEKTOR

Hayudityas (2020) menyatakan bahwa penerapan pemahaman mitigasi bencana dalam dunia pendidikan Indonesia khususnya dari tingkat sekolah dasar masih sangat diperlukan. Namun dengan beberapa pelatihan yang dilakukan melalui simulasi terus menerus dan pengajaran manajemen bencana melalui video pembelajaran, simulasi dengan permainan dan penyebaran bahan ajar mitigasi bencana di kelas, kepanikan dan keterkejutan yang dialami siswa sekolah dasar dapat dikurangi sehingga kepanikan mereka dapat dikurangi. dan ketika terjadi bencana, pengorbanan yang tidak perlu bagi siswa sekolah dasar dapat dihindari. Data awal tersebut menunjukkan bahwa korban jiwa generasi penerus bangsa ini dapat dihindari apabila penanganan bencana dilakukan secara lebih mendalam dan mendalam.

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MITIGASI BENCANA

Saat ini paradigma tersebut telah berubah menjadi paradigma pengurangan risiko bencana yang dapat diwujudkan melalui kesiapsiagaan aparatur dan masyarakat yang ada. Saat ini, manajemen dan intervensi bencana dipandang sebagai upaya untuk mengurangi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh bencana yang ada (Nisa F., 2014). Melalui pelibatan masyarakat, mereka akan mengembangkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap keberhasilan mitigasi bencana yang ada.

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE MITIGASI BENCANA

Pada tahap ini juga berlangsung proses evakuasi dan identifikasi bahan arsip pada saat penerapan SOP bencana kearsipan. Menurut Rachmawatie (2016), mitigasi bencana merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengurangi risiko bahaya bencana. Sebab mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya pengurangan risiko bencana yang wajib dilaksanakan dalam suatu lembaga kearsipan.

Gambar 2. SOP  Mitigasi Bencana Arsip
Gambar 2. SOP Mitigasi Bencana Arsip

EMERGENCY

MANAGEMENT ARSIP/

MANAJEMEN

KEADAAN DARURAT ARSIP

Dalam perencanaan dan prosedur manajemen darurat, identifikasi anggota staf merupakan hal yang penting karena posisinya sebagai orang yang bertanggung jawab mengambil keputusan ketika terjadi keadaan darurat. Manajemen Darurat adalah disiplin profesional dan akademis yang mengemban dan bertanggung jawab atas fungsi-fungsi penting ini. Orang-orang dengan gelar sarjana dan pascasarjana memiliki peluang besar untuk bekerja di bidang manajemen darurat.

KONSEP DASAR

Bencana alam adalah suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi yang disebabkan oleh faktor alam yang berpotensi merusak harta benda dan menimbulkan korban jiwa. Contoh bencana alam antara lain gempa bumi, tanah longsor, tsunami, dan angin puting beliung. Bencana alam klimatologi adalah bencana yang disebabkan oleh angin dan hujan.

FUNGSI DAN TUJUAN

Respon darurat personel penyelamatan arsip dari suatu bencana terdiri dari investigasi kerusakan arsip secara cepat dan akurat (mengidentifikasi: alternatif lokasi penyelamatan, tingkat kerusakan arsip, infrastruktur arsip, kerusakan arsip, kapasitas penyimpanan pegawai) dan pemulihan arsip yang terkena dampak (evakuasi, identifikasi , pengambilan, penyimpanan arsip). Arsip-arsip yang terkena bencana hendaknya dikemas dan diikat (dalam wadah) agar tidak tercecer, kemudian dievakuasi. Sedangkan pencatatan kebakaran hanya dilakukan pada arsip yang dapat diidentifikasi secara fisik dan informasi.

TAHAPAN DALAM MANAJEMEN KEADAAN

DARURAT ARSIP

  • Pencegahan (Prevention)
  • Persiapan (Preparation)
  • Tindakan (Respons)
  • Pemulihan (Recovery)

Rencana ini didasarkan pada program pencatatan vital, manajemen risiko dan manajemen darurat tahap pertama. Perencanaan kontinjensi mencakup kontinjensi, misalnya perlu mencari lokasi alternatif apabila lokasi semula tidak dapat memfungsikan organisasi. Memulai kembali aktivitas, apabila situasi kritis telah usai dan kondisi sudah stabil, sebaiknya aktivitas organisasi segera dilaksanakan.

KELEMAHAN DARI MANAJEMEN KEADAAN

Belum adanya peraturan turunan yang mengatur tentang penanggulangan bencana

Implementasi atau penerapan UU Penanggulangan Bencana harus mendapat perhatian khusus untuk keperluan revisi, hal ini disebabkan masih adanya beberapa aturan turunan dari UU Penanggulangan Bencana yang belum terbentuk, misalnya saja mengenai Perpres. mengenai status dan level. bencana alam di masa lalu. telah disebutkan dalam UU Penanggulangan Bencana. Di tengah perdebatan status dan tingkat bencana alam yang belum disahkan menjadi peraturan presiden, presiden justru mengesahkan peraturan tersebut.

Dukungan anggaran yang belum optimal Mengutip dari undang-undang penanggulangan

Sedangkan pada tahun 2018, alokasi dana penanggulangan bencana mengalami penurunan yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 70% menjadi hanya 478,1 triliun.

Kurangnya Koordinasi Antar Instansi yang Terkait

INFORMATION SECURITY SYSTEM

Dalam sistem keamanan informasi terdapat standar sistem manajemen keamanan informasi yang dikenal dengan ISO 17799 untuk mengamankan informasi penting perusahaan atau organisasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem keamanan informasi merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan oleh setiap organisasi atau lembaga. Adanya sistem keamanan informasi ini membantu kita mencegah penipuan bahkan dapat digunakan untuk mendeteksi penipuan pada sistem informasi digital.

Gambar 4. Siklus keamanan informasi  Sumber: ISO-17799 (dalam Ramadhani, 2018).
Gambar 4. Siklus keamanan informasi Sumber: ISO-17799 (dalam Ramadhani, 2018).

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE EMERGENCY

MANAGEMENT ARSIP

MANAJEMEN PENGETAHUAN EMERGENCY MANAGEMENT ARSIP

  • Penciptaan pengetahuan
  • Pembauran pengetahuan
  • Penyebaran pengetahuan
  • Penerapan pengetahuan

Proses manajemen pengetahuan merupakan hal terpenting dalam mengembangkan aktivitas manajemen pengetahuan dalam suatu organisasi (Lee & Choi, 2010). Oleh karena itu, manajemen pengetahuan menjadi penting dalam penerapan manajemen kasus darurat di suatu instansi. Kelima, poin penting dari manajemen pengetahuan adalah menjaga keseimbangan antara penciptaan dan penerapan (Bi et al., 2017).

Gambar 9. Komponen Pembentuk Manajemen Pengetahuan  Sumber: Tjakraatmadja, et al., 2013
Gambar 9. Komponen Pembentuk Manajemen Pengetahuan Sumber: Tjakraatmadja, et al., 2013

Peraturan Kepala Badan Nasional Siaga Bencana Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 13/PRT/M/2015 tentang kesiapsiagaan bencana. Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-12 2017 https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article/view/.

BIOGRAFI PENULIS

Penulis merupakan lulusan Sarjana Administrasi Publik tahun 1986 dan Magister Administrasi Publik tahun 2007 dari Universitas Brawijaya Malang. Menyelesaikan pendidikan sarjana pada tahun 2010 dan mulai bekerja di salah satu SMK Negeri di Kota Malang. Pada tahun 2013, penulis diterima menjadi salah satu pengajar non PNS di Universitas Brawijaya dan ditempatkan di Kota Kediri.

SINOPSIS

Referensi

Dokumen terkait