• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

N/A
N/A
maria napitupulu

Academic year: 2024

Membagikan "Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

(PjBL)

Makalah

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika

Dosen : Dr. Edy Surya, M.Si

Disusun Oleh : Mindo E. I. Manullang

NIM : 8246171011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul "Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)” untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi pembelajaran matematika. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika, Dr. Edy Surya, M.Si., yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis telah berupaya maksimal dalam menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari masih ada kelemahan baik dari segi isi maupun penulisan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Medan, Agustus 2024 Penulis,

Mindo E. I. Manullang NIM. 8246171011

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

Lampiran...iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan Penulisan...3

1.4 Manfaat Penulisan...3

BAB II M O D E L P E M B E L A J A R A N PROJECT BASED LEARNING (PjBL) 2.1 Pengertian Project Based Learning...4

2.2 Karakteristik Project Based Learning...6

2.3Pembelajaran Project Based Learning...7

2.4 Asesmen dalam Project Based Learning...11

2.5 Keunggulan dan Keterbatasan PjBL...13

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...16

3.2 Saran... 16

DAFTAR PUSTAKA... 17 LAMPIRAN

(4)

LAMPIRAN

Halaman Kumpulan video tentang Project Based Learning...18 Modul Ajar ... 19

(5)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembelajaran matematika adalah kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dimana dapat meningkatkan kemampuan berhitung, berpikir logis, keterampilan menyelesaikan masalah dan mengenal pola atau struktur.

Pengetahuan awal siswa dapat diperoleh dari pengalaman sehari- hari di lingkungan sekitar tempat tinggal. Setiap siswa tentu mempunyai pemahaman yang berbeda terhadap pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari- hari.

Pembelajaran matematika di sekolah sering kali mengalami tantangan terkait dengan pemahaman konsep dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Project Based Learning (PjBL) telah dikenal sebagai model untuk melakukan pendekatan yang efektif yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan pemahaman mendalam. Pembelajaran berbasis proyek (Problem based learning) diperkenalkan oleh filsuf Amerika John Dewey pada tahun 1916.

Dewey berpendapat bahwa pembelajaran lebih menarik bagi siswa yang terlibat secara aktif. Murid Dewey, William Heard Kilpatrick mengembangkan model proyek pada awal tahun 1900-an yang kemudian dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn pada akhir abad ke-20 dan pertama kali dikembangkan dalam dunia pendidikan kedokteran sekitar tahun 1970 di Mc master University Canada, dengan menyajikan masalah nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran (liftlearning-com./the-history-of-pbl)

PjBL mendorong siswa untuk bekerja pada proyek nyata dan relevan, yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika. Guru hendaknya merancang pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan karakteristik murid dan karakteristik materi pembelajaran yang akan diajarkan.

Hal-hal yang perlu dipertimbangan guru dalam merancang pembelajaran adalah dengan memilih pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.

(6)

Kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran akan terbentuk sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia, para guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, sebagaimana yang disyaratkan dalam kurikulum nasional. Jika guru telah memahami karakteristik materi ajar dan siswa, pemilihan model pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran yang beragam agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi lebih optimal. Sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran, Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Model pembelajaran project based learning (PjBL) merupakan salah satu model yang dapat diterapkan oleh guru dimana dapat disesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Pengalaman belajar siswa maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.

Makalah ini akan membahas pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Penerapan project based learning dalam pembelajaran matematika dari hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, membentuk sikap dan prilaku peduli terhadap lingkungan, keterampilan proses sains dan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran berbasis proyek lebih cocok untuk pengajaran interdisipliner karena secara alami melibatkan banyak keterampilan akademik yang berbeda, seperti membaca, menulis, dan matematika dan cocok

(7)

untuk membangun pemahaman konseptual melalui asimilasi mata pelajaran yang berbeda (Capraro, et al, 2013, hlm. 52).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dan karakteristik dari Project Based Learning?

2. Bagaimana deskripsi model pembelajaran project based learning (PjBL)?

3. Bagaimana model project based learning diterapkan dalam pembelajaran matematika?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui pengertian dan karakteristik Project Based Learning.

b. Memperoleh deskripsi tentang model pembelajaran project based learning.

c. Menjelaskan konsep project based learning dan aplikasinya dalam pembelajaran matematika.

1.4 Manfaat Penulisan

Menyediakan pedoman praktis bagi guru matematika dalam merancang dan menerapkan pembelajaran berbasis proyek. Memberikan wawasan bagi pendidik tentang bagaimana project based learning dapat meningkatkan pembelajaran matematika. Tambahan referensi bagi mahasiswa dan guru dalam pembelajaran masa kini sesuai perkembangan zaman mengenai model PjBL yang dikembangkan oleh para ahli.

(8)

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING 2.1 Pengertian Project Based Learning

Project based learning adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000). Menurut NYC Departement of Education (2009), PjBL merupakan strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui berbagai bentuk representasi. Sedangkan George Lucas Educational Foundation (2005) mendefinisikan pendekatan pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif mengeksplorasi masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri. Project Based Learning adalah model pembelajaran dimana metode pembelajaran nya yang melibatkan siswa dalam proyek yang panjang dan kompleks yang relevan dengan dunia nyata.

Kemandirian siswa dalam belajar untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya merupakan tujuan dari PjBL. Namun kemandirian dalam belajar perlu dilatih oleh guru kepada siswa agar terbiasa dalam belajar bila menggunakan PjBL. Peran guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut: Guru merencanakan dan mendesain pembelajaran sehingga dapat menentukan strategi yang tepat dalam pembelajaran. Guru bisa mencari keunikan setiap siswa dan menilai siswa secara transparan. Siswa dapat mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan dan juga dalam interaksi sosial (Lestari, Ahmad, 2022).

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

(9)

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa (Kemdikbud, 2014).

Johnson & Lamb (2007) menyatakan bahwa : project based learning focuses on creating a product or an artifact by using problem-based and inquiry- based learning depending on the depth of the driving question.

Terdapat keterkaitan antara problem based learning (PBL) dan inquiry based learning (IBL) dalam PjBL. PBL berfokus pada solving real-world, dan pembelajaran inquiry berfokus pada problem-solving skills, sedangkan PjBl berfokus pada penciptaan proyek atau produk dalam membangun konsep.

PjBL dan PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai fasilitator, dan siswa bekerja dalam kelompok. Selain itu, terdapat pula perbedaan antara PBL dan PjBL. Perrenet, et al (dalam Mills dan Treagust, 2003) mengungkapkan perbedaan PjBL dan PBL adalah:

1. Proyek yang dikerjakan siswa relatif membutuhkan waktu yang lama untuk selesai dibanding pelaksanaan PBL.

2. PjBL menekankan pada application pengetahuan, sedangkan pada PBL siswa ditekankan untuk acquisition pengetahuan.

3. PjBL biasanya memadukan beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran), sedangkan PBL lebih sering pada satu mata pelajaran atau bisa juga beberapa disiplin ilmu.

4. Manajemen waktu dan pengelolaan dalam mendapatkan sumber informasi pada PjBL jauh lebih penting dibanding pada PBL

5. Self-direction pada PjBL pun lebih menonjol dibanding pada PBL.

(10)

2.2 Karakteristik Project Based Learning

Kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek tidak semuanya disebut sebagai PjBL. Beberapa kriteria harus dimiliki untuk dapat menentukan sebuah pembelajaran sebagai bentuk PjBL. Lima kriteria suatu pembelajaran merupakan PjBL adalah sentralitas, mengarahkan pertanyaan, penyelidikan kontruktivisme, otonomi, dan realistis (Thomas, 2000; Kemdikbud, 2014) : 1. The project are central, not peripheral to the curriculum. Kriteria ini

memiliki dua corollaries. Pertama, proyek merupakan kurikulum. Pada PjBL, proyek merupakan inti strategi mengajar, siswa berkutat dan belajar konsep inti materi melalui proyek. Kedua, keterpusatan yang berarti jika siswa belajar sesuatu di luar kurikulum, maka tidaklah dikategorikan sebagai PjBL.

2. Proyek PjBL difokuskan pada pertanyaan atau problem yang mendorong siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari mata pelajaran. Definisi proyek bagi siswa harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya. Proyek biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaan- pertanyaan yang belum bisa dipastikan jawabannya (ill-defined problem).

Proyek dalam PjBL dapat dirancang secara tematik, atau gabungan topik- topik dari dua atau lebih mata pelajaran.

3. Proyek melibatkan siswa pada penyelidikan konstruktivisme. Sebuah penyelidikan dapat berupa perancangan proses, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, penemuan, atau proses pengembangan model. Aktivitas inti dari proyek harus melibatkan transformasi dan konstruksi dari pengetahuan (pengetahuan atau keterampilan baru) pada pihak siswa. Jika aktivitas inti dari proyek tidak merepresentasikan “tingkat kesulitan” bagi siswa, atau dapat dilakukan dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek yang dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek PjBL yang dimaksud.

(11)

4. Project are sudent-driven to some significant degree. Inti proyek bukanlah berpusat pada guru, berupa teks aturan atau sudah dalam bentuk paket tugas.

Misalkan tugas laboratorium dan booklet pembelajaran bukanlah contoh PjBL. PjBL lebih mengutamakan kemandirian, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat kaku, dan tanggung jawab siswa daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional.

5. Proyek adalah realistis, tidak school-like. Karakterisitik proyek memberikan keotentikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan, produk yang dihasilkan, atau kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. PjBL melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya.

2.3 Pembelajaran Project Based Learning

Tahapan PjBL dikembangkan oleh dua ahli, The George Lucas Education Foundation dan Dopplet. Sintaks PjBL (Kemdikbud, 2014) yaitu :

Fase 1 : Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question)

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat mengarahkan siswa untuk membuat proyek.

Pertanyaan seperti itu pada umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk para siswa.

Fase 2: Menyusun perencanaan proyek (design project)

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa.

(12)

Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule)

Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus disetujui bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan pengerjaan proyek di luar kelas.

Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of project).

Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang penting.

Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome)

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

(13)

Fase 6: Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience)

Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Doppelt (2005) dalam hasil penelitiannya lebih menekankan pada Creative Design Prosess (CDP). Creative Desain Process (CDP) atau implementasi PjBL ini memilki enam tahapan, yaitu:

Tahap 1: Merancang tujuan (Design Purpose)

Langkah pertama dalam merancang proses adalah menentukan rancangan masalah. Tiga langkah penting dalam langkah pertama ini adalah :

a. The Problem and The Need, siswa mendeskripsikan alasan yang memotivasi mereka untuk memilih proyek. Mereka juga menetapkan masalah dan menentukan kebutuhan untuk mendapatkan solusi masalah.

b. The Target Clientele and Restrictions, siswa mendeskripsikan target client dan menetapkan pembatasan yang mereka ambil dalam pertimbangan.

c. The design goals, siswa menetapkan permintaan kebutuhan yang mereka harapkan.

Tahap 2: Mengajukan pertanyaan/ inquiry (Field of Inquiry)

Langkah kedua dalam proses desain adalah untuk menentukan bidang penyelidikan di mana masalah berada. Berdasarkan definisi masalah dan tujuan dari langkah pertama. Siswa harus meneliti dan menganalisis sistem yang ada yang mirip dengan apa dikembangkan. Langkah pada tahap 2 termasuk dalam:

(14)

a. Information Sources

b. Identification of Engineering, Scientific, and Societal Aspects c. Organization of the Information and its Assessment

Tahap 3: Mengajukan alternatif solusi (Solution Alternatives)

Mempertimbangkan solusi alternatif untuk rancangan masalah. Langkah ini memungkinkan siswa untuk membuat keputusan berbagai macam kemungkinan atau ide kreatif yang tak pernah dicoba sebelumnya. Siswa diberikan saran dan petunjuk dalam:

a. Ideas Documentation b. Consider All Factors c. Consequence and Sequel d. Other People’s View

Tahap 4: Memilih solusi (Choosing the Preferred Solution)

Memilih salah satu solusi alternatif yang dibuat, pilihan dilakukan dengan mempertimbangkan gagasan yang didokumentasikan dalam tahap mengajukan solusi alternatif. Solusi yang dipilih mengikuti kriteria:

a. Mempunyai lebih banyak poin positif dan sedikit poin negatif.

b. Berdasarkan banyak faktor dan pandangan yang mungkin c. Terlihat solusi yang baik di antara solusi yang lain

d. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan masalah.

Tahap 5: Melaksanakan kegiatan (Operation Steps)

Merencanakan metode untuk implementasi solusi yang dipilih misalnya jadwal, ketersediaan bahan, komponen, bahan, alat dan menciptakan prototype.

Tahap 6: Evaluasi (Evaluation)

Tahap evaluasi terjadi pada akhir proses kegiatan, tujuannya untuk refleksi kegiatan berikutnya dan menilai hasil proyek dan memberikan umpan balik kepada siswa.

(15)

2.4 Asesmen dalam Project Based Learning

Penilaian pembelajaran berbasis proyek harus diakukan secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama pembelajaran. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan (Kemdikbud, 2014) yaitu:

1) Kemampuan pengelolaan : kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

2) Relevansi: Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Sumber-sumber data penilaian tersebut meliputi (Kemdikbud, 2014 hlm 85):

1. Self-assessment (penilaian diri) penting dilakukan untuk merefleksikan

(16)

diri siswa sendiri, tidak hanya menunjukkan apa yang siswa rasakan dan apa yang seharusnya siswa berhak dapatkan. Siswa merefleksikan dirinya seberapa baik mereka bekerja dalam kelompok dan seberapa baik siswa berkontribusi, bernegosiasi, mendengar dan terbuka terhadap ide-ide teman dalam kelompoknya. Siswa pun mengevaluasi hasil proyeknya sendiri, usaha, motivasi, ketertarikan dan tingkat produktivitas.

2. Peer Assessment (penilaian antar siswa) merupakan element penting pada penilaian PjBL: guru tidak akan selalu bersama semua siswa di setiap waktu dalam proses pengerjaan proyek, dan peer assessment akan memudahkan untuk menilai siswa secara individu dalam sebuah kelompok. Siswa menjadi kritis terhadap kerja temannya dan berupaya untuk saling memberikan umpan balik.

3. Rubrik penilaian produk, Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang- barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

- Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

- Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

- Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Dalam hal ini guru menyediakan bimbingan, sumber daya, dan umpan balik dan siswa mengambil inisiatif, bekerja dalam kelompok, dan menerapkan konsep matematika dalam proyek.

(17)

2.5 Keunggulan dan Keterbatasan PjBL

Dibandingkan dengan model lain, PjBL mampu meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam materi tertentu dan menjadikan siswa mampu mengaplikasikan satu pengetahuan tertentu dalam konteks tertentu (Doppelt, 2005, hlm. 10). Siswa harus terlibat secara kognitif dalam proyek selama waktu tertentu. Keterlibatan dalam tugas yang kompleks adalah salah satu komponen penting pembelajaran karena kita berasumsi bahwa siswa akan termotivasi untuk menguji ide mereka dan kedalamana pemahaman pada saat menghadapi masalah autentik.

PjBL pun melibatkan proses inquiry dan dapat memotivasi siswa secara kuat karena adanya pameran. PjBL dapat meningkatkan semangat untuk belajar antara siswa dan para pengajar. Juga memunculkan banyak keterampilan (seperti manajemen waktu, berkolaborasi dan pemecahan masalah). Siswa pun belajar untuk menyesuaikan dengan berbagai macam kemampuan siswa dan kebutuhan belajar.

Moursund (1997, dalam Wena, 2013) dan Kemdikbud (2014) menyebutkan beberapa kelebihan penggunaan PjBL adalah:

1. Increased motivation. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting. Siswa tekun bekerja dan berusaha keras untuk belajar lebih mendalam dan mencari jawaban atas keingintahuan dan dalam menyelesaikan proyek.

2. Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar PjBL membuat siswa menjadi lebih aktif memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Siswa mempunyai pilihan untuk menyelidiki topik-topik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara kelompok yang membahas topik yang berbeda, mempresentasikan proyek atau hasil diskusi mereka. Hal tersebut juga mengembangkan keterampilan tingkat tinggi siswa.

3. Increased collaborative. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan berkomunikasi.

(18)

4. Improved library research skills. Karena PjBL mensyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi.

5. Increased resource-management skills. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti alat dan bahan menyelesaikan tugas. Ketika siswa bekerja dalam kelompok, mereka belajar untuk mempelajari keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat kesepakatan tentang tugas yang akan dikerjakan, siapa yang akan bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.

6. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata.

7. Meningkatkan kemampuan berpikir. Laporan PjBL tidak hanya berdasar informasi yang dibaca saja, tetapi melibatkan siswa untuk belajar mengembangkan masalah, mencari jawaban dengan mengumpulkan informasi, berkolaborasi dan menerapkan pengetahuan yang dipahami untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata.

8. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Berdasarkan berbagai bentuk penelitian, PjBL lebih efektif untuk (Thomas, 2000):

1. Peningkatan prestasi belajar siswa

2. Peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah 3. Peningkatan pemahaman siswa dalam materi pelajaran

4. Peningkatan dalam pemahaman yang berhubungan dengan keterampilan khusus dan strategi pengenalan pada proyek.

5. Adanya perubahan dalam kelompok pemecahan masalah, kebiasaan kerja dan proses PjBL lainnya.

Selain keunggulan/keuntungan PjBL yang telah dijelaskan sebelumnya,

(19)

pelaksanaan PjBL juga memiliki beberapa keterbatasan yaitu (Kemdikbud, 2014):

1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak

3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.

4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.

7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Walaupun demikian, pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu pembelajaran yang relevan di kurikulum merdeka karena ada banyak macam proyek yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa. Proyek dapat meningkatkan ketertarikan siswa karena keterlibatan siswa dalam memecahkan masalah autentik, bekerja sama dengan kelompok, dan membangun solusi atas masalah yang nyata.

Proyek masih dianggap memiliki potensi untuk meningkatkan pemahaman secara mendalam karena siswa perlu mendapatkan dan menerapkan informasi, konsep, dan prinsip-prinsip selama pembelajaran. Siswa pun memiliki potensi untuk meningkatkan kompetensi dalam berpikir (belajar dan metakognisi) karena siswa ditugaskan untuk memformulasi rencana, kemajuan dan mengevaluasi solusi.

(20)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

1. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

2. Model Pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika dengan memberikan konteks nyata dan pengalaman praktis.

3.2 Saran

Setelah mendeskripsikan model project based learning, dalam pembelajaran matematika hendaknya:

1. Menggunakan model PjBL sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar dengan menyesuaikan karakteristik siswa dan karekteristik materi ajar.

2. Menyelidiki lebih lanjut efektivitas PBL di berbagai konteks dan tingkat pendidikan.

3. Mengembangkan sumber daya dan pelatihan untuk mendukung guru dalam menerapkan model pembelajaran project based learning.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Capraro, et al. (2013). STEM Project-Based Learning : An Integrated Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) Approach (second ed).

Rotterdam : Sense Publishers

Doppelt, Y. (2005). Assessment of project based learning in a mechatronics context. Journal of Technology Education. Vol 16 no.2: 7-24

George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional module project based learning. [Online]. Diakses dari http://www.edutopia.org/modules/

pbl/project-based-learning

Johnson, L., & Lamb, A. (2007). Project, Problem, and Inquiry-Based Learning.

[Online]. Diakses dari http://eduscape.com/tap/topic43.htm

Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun ajaran 2014/2015. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lestari, Sri.’ & Ahmad. (2022). Coaching untuk meningkatkan kemampuan guru

dalam menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). IKAPI : Jawa Timur.

Mills, J., E. & Treagust, D., F. (2003). Engineering Education – Is Problem-based Or Project-Based Learning The Answer. Australasian Journal Of Engineering Education Online Publication 2003-04

NYC Departement of Education (2009). Project Based Learning: Inspiring Middle School Student to Engage in Deep and Active Learning. New York:

Division of Teaching and Learning Office

Thomas, J.W. (2000). A Review of Research on Project Based Learning.

California : The Autodesk Foundation.

Wena, M. (2013). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara

(22)

LAMPIRAN

KUMPULAN VIDEO PROBLEM BASED LEARNING

https://youtu.be/ekGpekKJgoA?si=I0xXyQKN6UpBJFLy https://youtu.be/arpJzNv22fw?si=YrfOg5J_XJ6qpsId https://youtu.be/uhiDyQRl1C0?si=H0wIQWrytra2Hcem https://youtu.be/jSmV5i8W_dQ?si=4LF7PeU7NTjDvvrN https://youtu.be/ZlhaPy2nZZ8?si=iY-3Vs1RBanfvtc3 https://youtu.be/eGWqBZSFgxE?si=ooll3xxkGTfCpkNL https://youtu.be/R01WO4AnvYA?si=X38tA6p0SUjlvrBv https://youtu.be/V2Oa4OkkTtw?si=0DB8WBSN-D_ucWcp https://youtu.be/crMM4z3oKmQ?si=BWrnnZhzcsAJEF5_

(23)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 7 SMP FASE D Penyusun/Tahun Mindo Manullang/2024

Kelas/Fase Capaian VII/Fase D

Elemen/Topik Bangun Ruang/Volume dan Luas Permukaan Alokasi Waktu 8 Jam Pelajaran (8 x 40 menit)

Profil Pelajar Pancasila Bernalar Kritis dan Kreatif

Sarana Prasarana LCD, Proyektor, Papan Tulis, spidol, LKS Target Peserta Didik Regular/tipikal

Model Pembelajaran Project Based Learning Mode Pembelajaran Tatap Muka

A. Komponen Inti

Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik dapat menjelaskan rumus volume dan luas permukaan bangun ruang

2. Peserta didik dapat membuat bentuk- bentuk bangun ruang

3. Peserta didik dapat merealisasikan bentuk bangun ruang dalam kehidupan sehari- hari.

Pertanyaan Pemantik

1. Perhatikan gambar di slide berikut ini! Gambar apakah ini?

2. Bangun ruang apa sajakah yang membentuk gambar tersebut?

3. Apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam membuat model bangun tersebut?

Persiapan Pembelajaran

1. Guru melakukan asesmen diagnostik dalam bentuk kuis sebelum pembelajaran.

2. Guru menyiapkan bahan tayangan PPT materi volume dan luas permukaan bangun ruang (Kubus, Balok, Prisma, Limas, Kerucut, Tabung dan Bola)

Pertemuan Pertama (3 x 40 menit) Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan (10 menit)

a. Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.

b. Perwakilan peserta didik memimpin doa sebelum memulai kegiatan pembelajaran.

c. Guru menanyakan kabar peserta didik dan mengecek kehadiran peserta didik.

d. Guru memberikan apersepsi tentang model bangun ruang penyusun gedung.

Guru menampilkan gambar :

(24)

e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kemudian guru bertanya:

Apa saja yang dapat kalian amati dari gambar? Bangun ruang apa saja yang membentuk bangunan tersebut?

1. Kegiatan Inti (100 menit)

Tahap Pembelajaran Aktivitas Guru

Fase 1 (10 menit)

Reflection  Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

 Guru memberikan pertanyaan ill-define problem:

Mengapa gedung itu bisa berdiri tegak?

Bangun apa saja yang membentuk gedung tersebut?

 Setelah itu guru meminta siswa memilih konsep yang perlu dipelajari untuk memecahkan masalah.

 Guru menyampaikan tugas proyek yang akan dibuat siswa

 Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) Fase 2 (50 menit)

Research  Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam mencari sumber-sumber informasi yang relevan

 Guru mengiring siswa menemukan konsep volume.

 Guru mengiring siswa menemukan pemecahan masalah menemukan rumus volume.

 Guru memberikan self dan peer assessment untuk melihat keaktifan masing-masing siswa dalam kelompok

(25)

Fase 3 (40 menit)

Discovery  Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mendiskusikan tugas proyek yang akan dibuat

 Guru memberikan pilihan alat dan bahan

 Guru meminta siswa untuk menuliskan semua rencana/ide dari setiap anggota yang muncul

 Siswa membuat rancangan tugas proyek kedalam bentuk proposal mini

2. Penutup (10 menit)

- Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran

- Guru mengecek pemahaman siswa tentang Volume bangun ruang - Guru menyampaikan informasi pertemuan berikutnya

(26)

Pertemuan Kedua (2 x 40 menit) 1. Pendahuluan (10 menit)

- Siswa merespon salam dari guru - Guru mengbsen siswa

- Guru melakukan apersepsi dengan mengecek pemahaman siswa tentang pencemaran udara.

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan Inti (60 menit)

Tahap Pembelajaran Aktivitas Guru Fase 4

Application  Guru meminnta siswa mengerjakan tugas proyek bersama teman sekelompoknya berdasarkan rancangan yang dibuat

 Guru meminta untuk mendokumentasikan proses pembuatan produk secara detail

 Guru membimbing dan memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkan bantuan

 Guru memberikan peer assessment untuk melihat keaktifan masing-masing peserta didik

 Guru meminta setiap kelompok untuk melakukan uji coba produk yang telah dibuat

 Guru mengingatkan peserta didik untuk mengisi laporan hasil pembuatan proyek dan mempresentasikan hasil proyek yang dibuat pada pertemuan berikutnya

3. Penutup (10 menit)

- Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran

- Guru mengecek pengusaan konsep peserta didik tentang pemanasan global

- Guru menyampaikan informasi pertemuan berikutnya Pertemuan Ketiga (3 x 40 menit) 1. Pendahuluan (10 menit)

- Siswa merespon salam dari guru - Guru mengbsen siswa

- Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan produk yang telah diuji coba

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

(27)

2. Kegiatan Inti (50 menit)

Tahap Pembelajaran Aktivitas Guru Fase 5

Communication  Guru menyampaikan aturan presentasi

 Guru memonitor jalannya presentasi kelompok

 Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil proyek yang telah diuji coba

 Guru memberikan kesempatan bertanya pada kelompk lain

(28)

3. Penutup (60 menit)

- Siswa bersama guru menyimpulkan ill-define problem menjadi well- define outcome dari hasil pembelajaran

- Guru memberikan post test numerasi tentang bangun ruang - Guru menyampaikan informasi pertemuan berikutnya B. Penilaian

1. Self Assessment

No Pernyataan Sudah memahami Belum

Memahami 1. Memahami konsep Volume

2. Memahami cara menghitung volume bangun ruang

3. Memahami cara membuat bangun ruang

2. Peer Assessment

Kelompok : ...

Nama : ...

Hari tanggal : ...

Petunjuk:

1. Pernyataan di bawah ini untuk menilai diri kamu sendiri dan teman sekelompok selama proses pembelajaran dan penyusunan proyek 2. Beri tanda ceklis (v) pada kolom penilaian yaitu "Ya" atau "Tidak"

3. Objektivitas harus dijunjung tinggi

4. Tulis nama teman yang kamu nilai ...

No Pernyataan

Peer Assessment Ya Tidak Setelah mempelajari materi volume bangun ruang, Anda dapat melakukan penilaian

diri dengan cara memberikan tanda V pada kolom yang tersedia sesuai dengan

Nama: ...

Kelas: ...

Tema :...

(29)

1 Bertanya pada guru saat proses pembelajaran

2 Memberikan gagasan terhadap suatu permasalahan saat pelaksanaan pembuatan proyek secara spontanitas

3 Terampil dalam memodifikasi atau menciptakan produk baru yang berbeda dari yang sudah ada (orisinil)

(30)

4 Mampu mengembangkan gagasan atau produk yang sudah ada sehingga menjadi lebih baik

5 Mengungkapkan pendapat dengan di dasari konsep, dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain

6 Mencari informasi dari buku, internet atau sumber lain untuk mencari ide-ide dalam pembuatan proyek

7 Mampu mengeluarkan ide-ide dalam pembuatan proyek

8 Dalam pembuatan proyek, meskipun sulit tetap berusaha mencoba Melakukannya

9 Aktif mengerjakan proyek meskipun kemungkinan apa yang dilakukan Gagal

10 Menghargai pendapat teman lain dalam kelompok

11 Menghargai hasil karya kelompok lain dalam pembuatan proyek

3. Lembar Penilaian Proyek

Judul Proyek :

………...

Waktu Pelaksana :

……….

Kelompok :

……….

No. Indikator Penilaian Penilaian*

3 4,5 6 A. Perencanaan

1. Persiapan alat dan bahan 2. Rancangan:

a. Gambar rancangan b. Alur kerja dan deskripsi c. Penggunaan alat

B. Hasil Akhir (produk) 3. Bentuk fisik

4. Inovasi alat C. Laporan

5. Laporan dibuat dengan kriteria:

a. Kebermanfaatan laporan b. Sistematika laporan c. Penulisan kesimpulan

Keterangan: * berilah tanda check (√) pada kolom yangn sesuai.

(31)

4. Rubrik Penilaian Proyek/Produk

No. Indikator Penilaian Kriteria Penilaian

3 4,5 6

A. Perencanaan

1. Persiapan alat dan bahan Alat dan bahan kurang lengkap

Alat dan bahan lengkap tetapi tidak sesuai dengan gambar rancangan

Alat dan

bahan lengkap sesuai dengan gambar rancangan 2. Rancangan:

a. Gambar rancangan b. Alur kerja dan deskripsi c. Penggunaan alat

Terdapat gambar rancangan, alur kerja dan cara penggunaan alat tetapi tidak sesuai.

Terdapat gambar rancangan, alur kerja dan cara penggunaan alat tetapi kurang sesuai.

Terdapat gambar rancangan, alur kerja dan cara

penggunaan.

B. Hasil Akhir (produk)

3. Bentuk fisik Alat tidak sesuai

rancangan dan

tidak dapat

digunakan

Alat kurang

sesuai rancangan tetapi dapat digunakan

Alat sesuai rancangan dan dapat

digunakan

4. Inovasi alat Alat dibuat dari

bahan yang ada di lingkungan sekitar tetapi desain tidak menarik

Alat dibuat dari bahan yang ada di lingkungan sekitar tetapi desain kurang menarik

Alat dibuat dari bahan yang ada di lingkungan sekitar dan menarik C. Laporan

5. Laporan dibuat dengan kriteria:

a. Kebermanfaatan laporan b. Sistematika laporan c. Penulisan kesimpulan

Hanya salah satu

aspek yang

terpenuhi

Sistematika laporan sesuai dengan kriteria,

isi laporan

kurang

bermanfaat dan kesimpulan sesuai.

Sistematika laporan sesuai dengan kriteria, isi laporan bermanfaat dan

kesimpulan sesuai.

Catatan:

………

………

………

……….

(32)

………

………....

(33)

PROPOSAL MINI

1. Tuliskan Judul dan tujuan proyek yang akan dilakukan

Judul : ...

...

Tujuan : ...

...

2. Pilihlah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat rancangan dalam menyelesaikan masalah membuat miniatur bangunan. Kalian dapat menambahkan alat dan bahan yang lain sesuai kebutuhan.

Alat : Cutter, gunting, tang jepit, obeng, solder, penggaris, lem tembak, pensil, Palu, dll.

Bahan : Kardus bekas, botol/gelas bekas air mineral, lilin, lem, tanah, pasir, rumput, paku, selang plastik, dll.

Alat/Bahan Kegunaan Jumlah

3. Tuliskan cara kerja pembuatan miniatur yang kalian pilih!

...

...

...

(34)

...

...

...

...

...

...

...

...

...

(35)

4. Gambarkan rancangan yang akan kalian buat!

(36)

1. Buatlah laporan hasil proyek kalian dengan sistematika berikut ini:

a. Judul : Kota Bangun Ruang

b. Tujuan : Membuat model kota kecil menggunakan berbagai bangun ruang untuk memahami konsep luas permukaan dan volume serta aplikasi praktis dari bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari.

c. Alat dan Bahan d. Cara Kerja

e. Hasil Praktik dan Pembahasannya f. Kesimpulan

dan Saran

2. Presentasikan hasil proyek kalian di depan kelas!

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING( PJBL) BERBANTUKAN MEDIA PEMBELAJARAN KOMIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2.. SUKOHARJOTAHUN

Mengacu pada beberapa pengertian mengenai Project Based Learning (PJBL) diatas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran PJBL merupakan strategi pembelajaran yang

Berdasarkan uraian yang telah disajikan terlihat bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam penelitian ini,

Belajar Mahasiswa dengan Penerapan Project Based Learning (PjBL) dan Metode E-learning pada Mata Kuliah Imun Hematologi 2 pada Tanggal 9 Januari 2015... 62 Tabel

Bagaimana menerapkan Project based Learning PjBL pada mata kuliah Teknik Tari 1, Tujuan dari pemberian mata kuliah ini adalah untuk memberikan kompetensi kepada mahasiswa agar dapat

Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Sekolah Dasar Astria Ayu Ramadianti 93 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model Project Based Learning PjBL, Problem Based Learning PBL, dan kooperatif dalam kemampuan numerasi peserta didik sangat berpengaruh

Makalah ini membahas tentang model pembelajaran flipped classroom dalam mata kuliah Metodologi Pembelajaran