• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN LAYANAN JASA BPJS KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODEL PENGEMBANGAN LAYANAN JASA BPJS KESEHATAN "

Copied!
108
0
0

Teks penuh

Hingga saat ini pelayanan BPJS kesehatan masih menjadi fokus masyarakat luas karena masih banyaknya ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit pada saat masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan buku berjudul “Model Pengembangan Pelayanan BPJS Kesehatan Berbasis Syar’i”.

PENDAHULUAN

Hasilnya, BPJS Kesehatan mampu mengakomodir kepentingan dan harapan masyarakat, serta harapan para ulama yang tergabung dalam MUI serta harapan pengguna BPJS yang mayoritas beragama Islam sebagai mayoritas. sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Hingga saat ini pelayanan BPJS kesehatan masih menjadi sorotan masyarakat luas yang disebabkan oleh ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit mitra BPJS pada saat masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan.

PROFIL BPJS KESEHATAN

Sejarah Perkembangan BPJS Kesehatan

Pada bulan Januari 2005, PT Askes (Persero) dipercaya oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM), yang kemudian dikenal dengan program Askeskin, dengan sasaran 60 juta peserta miskin dan tidak mampu yang iurannya ditanggung oleh Pemerintah. Pusat Pusat. Pemerintah. PT Askes (Persero) juga membuat Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) yang menyasar masyarakat yang belum tercakup dalam Jamkesmas, Askes Sociale, atau asuransi swasta.

Gambar 1. Sejarah Perkembangan BPJS Kesehatan
Gambar 1. Sejarah Perkembangan BPJS Kesehatan

Konsep Layanan dalam BPJS Kesehatan

Bagi peserta Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) dan penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah, iurannya dibayarkan oleh Pemerintah sebesar Rp 23.000 per orang per bulan. Iuran bagi pekerja penerima gaji Peserta yang bekerja pada BUMN, BUMD dan Badan Usaha Swasta sebesar 5% dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan 4% dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1%.

Aturan terkait Pelayanan ke Pasien

  • Ketentuan Umum Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama11
  • Ketentuan Umum Rawat Inap Tingkat Pertama
  • Ketentuan Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut15
  • Prosedur Rawat Inap Tingkat Lanjut
  • Pelayanan Gawat Darurat

Peserta yang akan dirawat membawa identitas BPJS Kesehatan dan surat rujukan dari institusi pelayanan primer. Peserta dapat dirawat di institusi pelayanan kesehatan tingkat pertama atau lebih tinggi yang mungkin bekerja sama dengan BPJS Kesehatan atau tidak.

Gambar 2. Alur Pelayanan Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat  Pertama
Gambar 2. Alur Pelayanan Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Mitra BPJS Kesehatan : Umum dan Islam di Jawa Tengah

27 tahun Faskes), dengan rata-rata peningkatan jumlah faskes penunjang yang berpartisipasi per bulan sebanyak 26 faskes. Berbagai institusi kesehatan tersebut berada di bawah naungan pemerintah dan swasta, baik negeri, Islam, pejabat dan lain-lain. BPJS Kesehatan membuka peluang kemitraan seluas-luasnya bagi institusi kesehatan yang ingin berpartisipasi dalam penyediaan layanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan.

Aturan terkait Kemitraan dengan Rumah Sakit, Dokter, dan

BPJS Kesehatan telah mengembangkan sistem seleksi fasilitas kesehatan untuk kerjasama dengan menggunakan aplikasi HFIS (Sistem Informasi Fasilitas Kesehatan), untuk memudahkan fasilitas kesehatan dalam melakukan proses aplikasi kerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memberikan informasi tahapan proses kerjasama ( BPJS Kesehatan, 2017).

Sistem Rujukan Berjenjang-Online Peserta JKN-KIS

Hal inilah yang melatarbelakangi adanya sistem rujukan berjenjang untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai kebutuhan medis berdasarkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat yang lebih tinggi, maka institusi kesehatan tingkat pertama harus merujuk pada institusi kesehatan rujukan yang lebih tinggi terdekat sesuai dengan sistem rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 31 3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan berdasarkan rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau pertama.

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau pertama, kecuali dalam keadaan darurat, masalah kesehatan pasien tertentu, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas. Terobosan ini dilakukan untuk memudahkan peserta JKN-KIS memperoleh pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Rujukan Lanjutan (FKTRL) yang diuji mulai tanggal 15 (lima belas) Agustus 2018 (BPJS Kesehatan). 2018). 33 Sistem rujukan online merupakan digitalisasi proses rujukan berlapis untuk memberikan kemudahan dan kepastian bagi peserta dalam memperoleh pelayanan di rumah sakit yang disesuaikan dengan kompetensi, jarak dan kapasitas rumah sakit tujuan rujukan berdasarkan kebutuhan medis pasien.

Sistem Finger Print bagi Peserta BPJS Kesehatan

35 inovasi baru dalam pelayanan kesehatan menggunakan sidik jari (finger print feature) di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama/FKRTL (Jamkesnews, 2019). Sistem sidik jari merupakan salah satu inovasi yang dilakukan BPJS Kesehatan untuk mempermudah proses registrasi di rumah sakit. Selain mengurangi potensi penipuan, sistem ini dapat menyederhanakan sistem administrasi, termasuk mengurangi proses fotokopi dokumen yang biasa dilakukan pada saat administrasi.

Namun pengakuan tersebut kembali lagi pada kesiapan rumah sakit, karena pembelian peralatan ditangani oleh rumah sakit.

KUALITAS PELAYANAN

Model Servqual

Model Pakserv

Tiga dimensi baru yang ditambahkan untuk mengembangkan skala Pakserv memiliki koefisien yang sangat tinggi dibandingkan dengan Servqual lama. Mengingat orientasi budaya masyarakat Malaysia, dapat dimengerti bahwa dimensi ketulusan dan formalitas akan lebih ditekankan dibandingkan dengan dimensi Servqual yang lama. Dimensi Tangibility, Reliability, dan Assurance dari Servqual memiliki nilai koefisien yang lebih rendah dibandingkan dengan tiga dimensi baru PAKSERV.

Model Carter

Hal ini menunjukkan bahwa nasabah lebih fokus untuk mendapatkan saran dari petugas bank sebelum membeli dan menggunakan produk yang ditawarkan, untuk meminimalkan berbagai risiko yang terkait dengan layanan perbankan tersebut. Hal ini didasari oleh motivasi seperti yang tertulis dalam hadis Nabi: “…Barangsiapa yang memudahkan orang yang berada dalam kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan baginya di dunia dan di akhirat, dan siapa yang menanggung malu. ) seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat.Pegawai yang bekerja di lembaga syariah hendaknya memperhatikan penampilan fisik baik sopan, beretika dan berbusana syariah pada saat menjalankan operasional.

Hal ini membawa konsekuensi bahwa suatu organisasi jasa tidak dapat dikatakan profesional apabila organisasi jasa tersebut tidak mampu menunjukkan bukti fisik yang dapat dirasakan oleh pelanggan dalam proses pemberian jasanya. Organisasi pelayanan syariah harus selalu memberikan perhatian individual kepada pelanggan, yang ditunjukkan dengan sikap komunikatif disertai pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan. Daya tanggap merupakan respon atau kesigapan pegawai dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat tanggap dan tepat guna.

KUALITAS PELAYANAN SECARA SYAR’I

  • Pelayanan Islami
  • Kepuasan Islami
  • Loyalitas Islami
  • Kinerja Pelayanan Islam

Rumah sakit Islam mempunyai pelayanan yang lebih spesifik dibandingkan dengan rumah sakit pada umumnya. Prinsip dasar operasional rumah sakit Islam (misalnya di Pakistan) mengembangkan tiga prinsip utama; yaitu keunggulan, rasa takut kepada Allah dan tanggung jawab (FIMA, 2017). Pelayanan rumah sakit Islam harus mampu menjaga lima hal di atas dengan pelaksanaannya berdasarkan peraturan syariah.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh positif kualitas pelayanan rumah sakit terhadap kepuasan pasien. Pelayanan yang sesuai syariah menjadi faktor penting yang dapat menghidupkan kembali rumah sakit Islam yang sudah lama tidak aktif. Dalam kaitannya dengan pelayanan di Rumah Sakit Islam, pengukuran kinerja sudah sewajarnya sejalan dengan tujuan penyediaan Rumah Sakit Islam yang sesuai dengan ketentuan syariah.

MODEL EMPIRIK PENELITIAN

Identifikasi faktor penting

  • Variabel Penelitian
  • Populasi dan Sampel
  • Prosedur Penelitian
  • Deskripsi Responden
  • Hasil Analisis
  • Pembahasan
  • Kesimpulan
  • Rekomendasi untuk Penelitian Mendatang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dianggap penting bagi peserta BPJS Muslim mengenai pelayanan yang diterimanya. Faktor kepatuhan menduduki peringkat kedelapan dalam penelitian ini di antara faktor-faktor yang dianggap penting bagi peserta BPJS Muslim karena layanan yang diterimanya. Faktor reliabilitas dalam penelitian ini merupakan faktor kesembilan yang dianggap penting bagi peserta BPJS Muslim karena pelayanan yang diterimanya.

Dari lima puluh delapan faktor tersebut, teridentifikasi sepuluh faktor yang dianggap penting bagi peserta BPJS yang beragama Islam. Variabel penting yang dianggap dominan bagi peserta BPJS Kesehatan yang beragama Islam mengenai pelayanan yang diterimanya antara lain adalah sebagai berikut: Penelitian ini mengidentifikasi sepuluh faktor yang dianggap penting bagi peserta BPJS Kesehatan yang beragama Islam mengenai pelayanan yang diterimanya dari BPJS Kesehatan.

Tabel 1. Jumlah Responden
Tabel 1. Jumlah Responden

Model Empirik dan Hipotesis

70. pembelian obat yang ditanggung oleh peserta BPJS, 3) Kebersihan gedung rumah sakit rujukan BPJS, 4) Tabligh dalam melayani peserta BPJS (cerdas dan tepat sasaran), 5) Reputasi/ketenaran dokter BPJS yang merawat di rumah sakit tersebut, 6) Keterjangkauan rumah sakit lokasi yang menjadi acuan BPJS, 7) Kesesuaian dan keakuratan besaran pembayaran klaim BPJS/biaya perawatan pasien, 8) Kepatuhan penyelenggaraan BPJS dengan prinsip Islam, 9). Kemampuan BPJS untuk memberikan layanan yang dijanjikan secara andal 10) Ketersediaan musala di rumah sakit rujukan BPJS. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan BPJS atas pelayanan yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan prinsip syariah atau belum.

PENGUJIAN MODEL

Pengujian Model di Rumah Sakit Islam Tipe B dan C (Rumah

  • Data
  • Populasi & Sampel
  • Variabel
  • Metode analisis
  • Hasil
  • Pembahasan
  • Kesimpulan
  • Pembahasan
  • Kesimpulan

Dalam penelitian ini digunakan sembilan variabel untuk menguji pengaruhnya terhadap loyalitas peserta BPJS Muslim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mampu meningkatkan kepuasan peserta BPJS Muslim terhadap pelayanan yang diterimanya saat berobat di rumah sakit syariah adalah Kepatuhan, Keandalan, Tangible, Empati, Daya Tanggap dan Sistem Asuransi. Pada penelitian ini variabel Jaminan dan Ketulusan tidak dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan peserta BPJS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang dapat meningkatkan loyalitas peserta BPJS Muslim atas pelayanan yang diterimanya saat berobat di Rumah Sakit Islam adalah Kepatuhan, Sistem Asuransi dan Kepuasan. Kualitas pelayanan yang dapat meningkatkan kepuasan pasien adalah Compliance, Reliability, Tangible, Empathy, Responsiveness dan Assurance System, sedangkan variabel Assurance dan Sincerity tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan peserta BPJS. Sedangkan variabel yang dapat meningkatkan loyalitas peserta BPJS adalah Empati, Sistem Asuransi, Ketulusan dan Kepuasan.

Tabel 6. Standardized Coefficients of Regression Model  (Variabel Dependen: Kepuasan)
Tabel 6. Standardized Coefficients of Regression Model (Variabel Dependen: Kepuasan)

IMPLEMENTASI STRATEGI

Clinical governance: an international journal Vol. 1994) Customer satisfaction, market share and profitability: findings from Sweden. The role of Islamic religiosity on the relationship between perceived value and tourist satisfaction. 1992), “Positive word of mouth: customer satisfaction and buyer behavior”, International Journal of Bank Marketing, Vol. The role of Islamic culture in service quality research. 1996), “Structural equation modeling of overall satisfaction and full use of ATM services”, International Journal of Bank Marketing, Vol.

Measuring hospital service quality and its impact on patient satisfaction: An empirical study using structural equation modeling. 2000), Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control, (8th edn), New Jersey: Prentice Hall International.Inc. 1996), “Advertising strategies for service firms”, in Lovelock, C.H., Services Marketing, 3rd ed., Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ. Service quality from an Islamic perspective and its relationship with customer satisfaction with the public transport sector in Terengganu. Naser Kamal, Ahmad Jamal, Khalid Al-Khatib, (1999) “Islamic Banking:. a study of customer satisfaction and preferences in Jordan”, International Journal of Bank Marketing, Vol. 1996), Consumer Behavior and Marketing Strategy, 4th ed., Irwin, Chicago, IL. 1983), "Negative Word of Mouth from Dissatisfied Consumers: A Pilot Study", Journal of Marketing, Winter, p. Impact of service quality on customer satisfaction, customer loyalty and brand image: Evidence from the hotel industry of Pakistan.

Gambar

Gambar 1. Sejarah Perkembangan BPJS Kesehatan
Gambar 2. Alur Pelayanan Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat  Pertama
Gambar 4 Alur Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan  Sumber: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Tahun 2015
Gambar 5. Alur Pelayanan Rujukan antar Fasilitas Kesehatan Tingkat  Lanjutan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Keywords Lekra, priyayi, persecution, postcolonial, third space, subalternization INTERROGATING INDONESIAN NEW ORDER’S NARRATIVE OF GESTAPU The Leftist Nobles and the Indonesian