• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model dan Strategi Pengentasan Pengangguran Terdidik (Studi Kasus di Provinsi Jambi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Model dan Strategi Pengentasan Pengangguran Terdidik (Studi Kasus di Provinsi Jambi)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

J-MAS

Jurnal Manajemen dan Sains, Vol 8, No 2 (2023): Oktober, 1840-1846 Program Magister Manajemen Universitas Batanghari

ISSN 2541-6243 (Online), ISSN 2541-688X (Print), DOI: 10.33087/jmas.v8i2.1485

Model dan Strategi Pengentasan Pengangguran Terdidik (Studi Kasus di Provinsi Jambi)

Siswoyo1, Asaibani2, Ahmad Soleh*3

1Universitas Muhammadiyah Jambi

2STKIP Graha Karya

3Universitas Muhammadiyah Jambi

*Correspondence: ahmadsoleh@umjambi.ac.id

ABSTRAK

Pengangguran masih menjadi masalah utama dihampir semua negara, terlebih pengangguran terdidik.

Pengangguran terdidik dinilai menjadi persoalan mendasar karena kecocokan antara tingkat pendidikan dan tersedianya lapangan pekerjaan. sehingga menciptakan pengangguran terdidik. Fokus penelitian ini (1) menganalisis determinan pengangguran terdidik. (2) menganalisis model dan strategi penanggulangan pengangguran terdidik di Kota Jambi. Analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dan bersifat eksploratif dengan pendekatan Sequential exploratory Design. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bersifat eksploratif dengan pendekatan Sequential exploratory Design. Ruang lingkup dalma penelitian ini dilakukan pada 11 provinsi di Provinsi Jambi, dengan menggunakan data sekunder.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan Analisis SWOT kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah dan inflasi berpengaruh positif, sementara pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan investasi berpengaruh negatif terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Jambi.

Hasil analisis SWOT kuantitatif menunjukkan tenaga kerja terdidik di Provinsi Jambi dalam kondisi kuat dan berpeluang dan model strategi terbaik adalah strategi progresif strategi untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan untuk memperoleh kemajuan maksimal.

Kata Kunci: Model, strategi, pengentasan pengangguran terdidik

ABSTRACT

Unemployment is still a major problem in almost all countries, especially educated unemployment. Educated unemployment is considered to be a fundamental problem because of the match between the level of education and the availability of employment opportunities. thus creating educated unemployment. The focus of this research is (1) analyzing the determinants of educated unemployment. (2) analyze models and strategies for overcoming educated unemployment in Jambi City. The analysis in this research uses quantitative and qualitative methods and is exploratory in nature with a Sequential exploratory Design approach. This research uses an exploratory quantitative descriptive method with a Sequential exploratory Design approach. The scope of this research was carried out in 11 provinces in Jambi Province, using secondary data. The analytical tools used in this research are multiple linear regression and qualitative SWOT analysis. The research results show that wages and inflation have a positive effect, while economic growth, labor absorption and investment have a negative effect on educated unemployment in Jambi Province. The results of the quantitative SWOT analysis show that the educated workforce in Jambi Province is in a strong condition and has opportunities and the best strategy model is a progressive strategy, a strategy to continue expanding, increasing growth to obtain maximum progress.

Keywords: Model, strategy, alleviation of educated unemployment

PENDAHULUAN

Pengangangguran terbuka masih menjadi permasalahan utama dinegara berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pada umumnya pengangguran di negara berkembang banyak didominasi oleh pengangguran usia muda dan berpendidikan (Todaro dan Smit, 2004). Pengangguran terjadi sebagai akibat ketidakselarasan antara pendidikan yang dijalankan dan kebutuhan tenaga kerja di dunia kerja.

Oleh karenanya kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius, karena peningkatan pengangguran akan berdampak pada beban negara dan menurunnya daya beli serta daya saing negara (Soleh, A., et.al, 2019).

(2)

Fenomena pengangguran terdidik atau pengangguran diusia muda menjadi kondisi paradoks di Indonesia. Hal ini terjadi karena investasi dan reformasi sumberdaya manusia yang telah dilakukan dalam beberapa dasawarsa masih belum maksimal. Sehingga perubahan struktur perekonomian yang menitik beratkan pada produksi padat modal dengan penggunaan teknologi tinggi memaksa mengorbankan pekerja yang kurang terampil (Pauw,2006). Padahal, melalui peningkatan pendidikan diharapkan akan mampu meningkatkan skill dari tenaga kerja sehinga dapat diserap dari industri yang ada (Yustika, 2002). Denison dan Chung (1976), dalam studi yang berbeda, menemukan bahwa fakta empiris di balik pertumbuhan ekonomi Jepang adalah akumulasi pengetahuan yang berkembang, yang sebagian besar berkontribusi pada peningkatan output sebagai akibat dari transformasi penyerapan tenaga kerja.

Data menunjukkan pada tahun 2019 pengangguran terdidik di Kota Jambi sebanyak 31.887 orang atau lebih dari 10 persen dari total angkatan kerja (Dinas Koperasi Kota Jambi, 2020). Artinya kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat pengangguran terdidik seharusnya menjadi tenaga kerja potensial. Oleh karenanya perlu adanya pembenahan di berbagai sisi untuk mengurangi pengangguran terdidik tersebut. Bertitik tolak dari uraian tesebut maka penelitian ini sangat penting untuk dilakukan dan dianalisa secara lebih mendalam. Adapun penelitian ini ingin mengetahui bagaimana perkembangan dan kondisi pengangguran terdidik dan faktor yang mendeterminasi pengangguran terdidik di Provinsi Jambi

Tinjauan Pustaka Pengangguran

Pengangguran adalah orang yang memasuki usia angkatan kerja namun tidak memiliki pekerjaan an secara aktif tidak sedang mencari pekeraan. selanjutnya pengangguran adalah keadaan dimana adnya pengalihan sejumlah faktor tenaga kerja di bidang lain yang tidak mengurangi output keseluruhan tempat asal mereka bekerja hamper mendekati nol atau negatif. (Jihngan, 2014).

Selanjutnya BPS (2009) membagi penganguran menjadi: 1) Pengangguran terbuka adalah kelompok penduduk usia kerja dalam periode tertentu secara terpaksa kurang dari jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan tambahan; 2) Setengah penganggiran adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggu dan masih bersedia menerima pekerjaan lain; 3) Setengah pengangguran adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam perminggi namun tidak mencari pekerjaan lainnya.

Pengangguran adalah Angkatan kerja yang tidak bekerja dan tidak aktif mencari pekerjaan.

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana terjadi perpindahan beberapa faktor tenaga kerja ke sektor lain tanpa mengurangi total output di tempat asalnya hingga hampir nol atau mencapai hasil yang negatif (Jhingan, 2014). Lebih lanjut BPS (2009) membagi pengangguran menjadi: 1) Pengangguran terbuka adalah sekelompok penduduk usia kerja yang dalam jangka waktu tertentu terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal dan selalu mencari pekerjaan tambahan; 2) Setengah pengangguran adalah mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan selalu siap mencari pekerjaan lain; 3) Setengah menganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam setiap cuti tetapi tidak mencari pekerjaan lain.

Pengangguran terdidik

Pengangguran terdidik adalah perbandingan antara pencari kerja yang mempunyai pendidikan lebih tinggi atau lebih tinggi terhadap jumlah angkatan kerja dalam kelompok berdasarkan pendidikan yang telah diselesaikan (BPS, 2014). Kelompok pengangguran terdidik, indentik dengan tenaga kerja yang baru menyelesaikan pendidikan dan dalam masa tunggu memperolah pekerjaan yang sesuai.

Pengangguran terdidik merupakan tenaga kerjaya yang telah lulus pendidikan dan berkeinginan bekerja namun belum memperolah pekerjaan. Pengangguran terdidik disebabkan oleh: faktor struktural (kurangnya keterampilan), faktor non struktural (upah, dan faktor lainnya). Menurut Jhingan (2014), terjadinya pengangguran karena: kondisi friksional (kesempatan kerja penuh), kondisi siklikal (siklus ekonomi), kondisi struktural (perubahan struktur ekonomi) dan teknologi (penggunaan teknologi).

(3)

METODE

Metode Analisis dan Tehnik Pengumpulan Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif serta bersifat eksploratif. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui perpustakaan dan studi lapangan dari BPS, jurnal, buku dan dokumen lain yang relevan dengan penelitian ini. Sedangkan data sekunder berasal dari kuesioner, interview dan wawancara tatap muka.

Penelitian ini akan dilakukan di Provinsi Jambi selama periode tahun 2011-2020 dengan menggunakan variabel dependen pengangguran terdidik dan variabel independen variabel upah minimum, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, inflasi, investasi. Selanjutnya penelitian ini juga melakukan wawancara dan interview secara mendalam pada beberapa responden yang kompeten untuk memperoleh informasi secara mendalam yang digunakan sebagai dasar pembuatan model dan strategi pengurangan pengangguran terdidik.

Untuk menjawab perkembangan dan kondisi pengangguran terdidik dan faktor yang mempengaruhinya digunakan analisis deskriptif kualitatif dengan model pertumbuhan dan tabel distribusi. Selanjutnya untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran terdidik di Provinsi Jambi dengan analisis regresi berganda dengan model berikut:

PT = β0 + β1UM + β2PE + β3KK + β4INF + β5INV + e Dimana:

PT = Pengangguran Terdidik

UM = Upah Minimum

PE = Pertumbuhan Ekonomi

KK = Kesempatan Kerja

INF = Inflasi

INV = Investasi

β0 = intersep

β0, β1, β2, β3, β4, β5 = Parameter atau koefisien regresi e = error term

HASIL

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengangguran Terdidik di Provinsi Jambi

Untuk mengetahui faktor yang mendeterminasi pengangguran terdidik di Provinsi Jambi maka dilakukan dengan metode regresi linier terhadap variabel-variabel yang telah ditentukan sebelumnya.

Adapun hasil regresi sebagai berikut:

PT = 35,254 + 1,594 UM - 0,34 PE – 6,045KK + 0,011 INF – 0,809 INV + e

Pengaruh Upah Minimum Terhadap Pengangguran Terdidik

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda, terdapat indikasi adanya korelasi positif antara tingkat pengangguran dengan pencapaian pendidikan dan upah minimum. Ketika upah minimum mengalami kenaikan, terlihat bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan juga mengalami peningkatan. Faktor ini bisa dijelaskan oleh peningkatan biaya produksi saat upah minimum naik, yang pada gilirannya membuat perusahaan cenderung lebih mengutamakan profitabilitas dan mengurangi permintaan tenaga kerja berpendidikan tinggi di Provinsi Jambi. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Dinar dan Hasan (2018) dan Harsenovia (2021), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat gaji, semakin tinggi pula tingkat pendidikan para penganggur. Di Provinsi Jawa Barat, meskipun upah minimum di berbagai kabupaten atau kota cenderung berada di posisi teratas, tingkat pengangguran juga tetap mendominasi. Ini bisa disebabkan oleh kenyataan bahwa lulusan perguruan tinggi yang menganggur seringkali mengharapkan pekerjaan yang menggabungkan pendidikan mereka dengan gaji yang tinggi. Pada saat yang sama, upah yang tinggi dapat mendorong perusahaan untuk beralih ke otomatisasi produksi atau memindahkan produksi mereka ke daerah dengan tingkat upah yang lebih rendah (Harsenovia, 2021).

(4)

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Terdidik

Berdasarkan analisis regresi berganda, hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara tingkat pengangguran di kalangan lulusan dengan tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan, maka terlihat bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan akan mengalami penurunan. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harsenovia (2021), Rahmania dkk (2019), Soleh, A, (2017), serta Priastiwi dan Handayani (2019), yang juga menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang meningkat dapat mengurangi tingkat pengangguran di kalangan individu berpendidikan tinggi.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi seringkali mendorong perkembangan industri dan meningkatkan aktivitas manufaktur. Ini pada gilirannya dapat meningkatkan hasil produksi secara keseluruhan.

Dengan adanya peningkatan produksi barang dan jasa, ini menjadi indikator pertumbuhan ekonomi yang positif. Hal ini juga mendorong perusahaan-perusahaan untuk membuka lebih banyak lapangan kerja guna memenuhi kebutuhan produksi yang meningkat. Dengan terbukanya lapangan kerja baru, hal ini dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran di kalangan individu berpendidikan tinggi.

Pengaruh Kesempatan Kerja Terhadap Pengangguran Terdidik

Berdasarkan hasil uji regresi berganda, dapat dilihat bahwa koefisien regresi menunjukkan hubungan yang berkebalikan antara tingkat pengangguran di kalangan lulusan dengan ketersediaan lapangan kerja. Ketika kesempatan kerja meningkat, terlihat bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan juga mengalami penurunan. Faktor ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan tenaga kerja seiring dengan bertambahnya kesempatan kerja, yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah pengangguran di kalangan lulusan. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harsenovia (2021) dan Marchang (2019), yang menunjukkan bahwa kurangnya lapangan kerja dapat menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran. Pengangguran yang memiliki latar belakang pendidikan cenderung mencari pekerjaan di sektor formal, karena mereka percaya bahwa pendidikan tinggi akan memberikan mereka peluang yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Namun, peluang kerja di sektor formal sering kali terbatas dan memiliki seleksi yang ketat, sehingga tidak dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Hal ini berkontribusi pada tingginya tingkat pengangguran di kalangan masyarakat berpendidikan tinggi.

Berdasarkan hasil uji regresi berganda, terdapat indikasi korelasi positif antara tingkat pengangguran yang berpendidikan tinggi dan tingkat inflasi. Apabila tingkat inflasi mengalami peningkatan, maka ditemukan bahwa tingkat pengangguran di kalangan lulusan juga cenderung meningkat. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasaja (2013), yang menyimpulkan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif terhadap tingkat pengangguran pada individu dengan latar belakang pendidikan di Jawa Tengah. Peningkatan tingkat inflasi sering kali berdampak pada kenaikan biaya produksi yang berkelanjutan. Akibatnya, produksi menjadi kurang menguntungkan bagi perusahaan, yang pada akhirnya mendorong pemegang modal untuk lebih cenderung menggunakan dana mereka untuk spekulasi atau investasi yang kurang efisien. Investasi dalam sektor manufaktur dapat mengalami penurunan, mengakibatkan berkurangnya peluang kerja dan peningkatan tingkat pengangguran.

Pengaruh Investasi Terhadap Pengangguran Terdidik

Hasil dari analisis regresi berganda menunjukkan bahwa koefisien regresi mengindikasikan adanya hubungan negatif antara tingkat pengangguran di kalangan lulusan dengan tingkat pendidikan dan investasi. Jika tingkat investasi meningkat, maka terlihat bahwa tingkat pengangguran pada lulusan juga cenderung mengalami penurunan. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasaja (2013). Ketika investasi asing tinggi, hal ini cenderung menciptakan banyak peluang kerja, dengan asumsi bahwa investasi tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja. Tingginya jumlah penduduk dalam angkatan kerja akan meningkatkan angkatan kerja yang tersedia, yang pada gilirannya akan memerlukan peningkatan peluang kerja untuk memenuhi pertumbuhan angkatan kerja tersebut.

Strategi Mengatasi Pengangguran Terdidik

(5)

perlu diindentifikasi faktor internal dan faktor eksternal di dalam strategi mengatasi pengangguran terdidik di Provinsi Jambi, dengan pemberian skor, bobot dan nilai total akhir sebagai berikut:

Selisih Strenght (Kekuatan) – Weakness (Kelemahan) = 5,35 – 5,32 = 0,03 (x) Selisih Opportunity (peluang) – Threats (Ancaman) = 6,00 – 5,89 = 0,11 (y)

STRENGHT Skor Bobot Total

Keinginan bekerja tinggi 7 0,18 1,23 Keinginan membuka lapangan pekerjaan tinggi 7 0,18 1,23 Menerima tingkat upah yang ditawarkan 5 0,13 0,63 Tangguh, ulet, tahan banting 5 0,13 0,63

mudah bersyukur 3 0,08 0,23

Fleksibel karena terbiasa menghadapi ketidakpastian dan

situasi yang tidak terprediksi 4 0,10 0,40 Cepat beradaptasi karena hidup dalam keberagaman 4 0,10 0,40

kreatif 5 0,13 0,63

Total 40 0,68 5,35

WEAKNESS

Rendahnya kemampuan bahasa inggris 3 0,12 0,36

Tidak memiliki koneksi 4 0,16 0,64

Belum mandiri menciptakan lapangan kerja 6 0,24 1,44 Pesimis menghadapi resiko dalam membuka usaha sendiri 6 0,24 1,44 Kekurangan permodalan dan akses dalam membuka usaha 6 0,24 1,44

Total 25 1,00 5,32

OPPORTUNITY

Potensi pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional 6 0,33 2,00 Potensi sektor unggulan setiap daerah 6 0,33 2,00 Kondisi sosial, ekonomi, politik dan geografi yang ramah

terhadap investasi 6 0,33 2,00

Total 18 1,00 6,00

THREAT

Missmatch antara kompetensi pengangguran terdidik dengan

pasar tenaga kerja 8 0,30 2,37

Jumlah kompetiter semakin meningkat dari waktu ke waktu 6 0,22 1,33 Dalam praktik belajar, mahasiswa diukur dari nilai akademis

dan bukan dari keahliannya 5 0,19 0,93 Lulusan kurang percaya diri karena perguruan tinggi kurang

bereksplorasi 3 0,11 0,33

Rendahnya tingkat pertumbuhan industri pengolahan 5 0,19 0,93

Total 27 1,00 5,89

STRENGHT Skor Bobot Total

Keinginan bekerja tinggi 7 0,18 1,23 Keinginan membuka lapangan pekerjaan tinggi 7 0,18 1,23 Menerima tingkat upah yang ditawarkan 5 0,13 0,63 Tangguh, ulet, tahan banting 5 0,13 0,63

mudah bersyukur 3 0,08 0,23

Fleksibel karena terbiasa menghadapi ketidakpastian dan

situasi yang tidak terprediksi 4 0,10 0,40 Cepat beradaptasi karena hidup dalam keberagaman 4 0,10 0,40

kreatif 5 0,13 0,63

Total 40 0,68 5,35

WEAKNESS

Rendahnya kemampuan bahasa inggris 3 0,12 0,36

Tidak memiliki koneksi 4 0,16 0,64

Belum mandiri menciptakan lapangan kerja 6 0,24 1,44 Pesimis menghadapi resiko dalam membuka usaha sendiri 6 0,24 1,44 Kekurangan permodalan dan akses dalam membuka usaha 6 0,24 1,44

Total 25 1,00 5,32

OPPORTUNITY

Potensi pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata nasional 6 0,33 2,00 Potensi sektor unggulan setiap daerah 6 0,33 2,00 Kondisi sosial, ekonomi, politik dan geografi yang ramah

terhadap investasi 6 0,33 2,00

Total 18 1,00 6,00

THREAT

Missmatch antara kompetensi pengangguran terdidik dengan

pasar tenaga kerja 8 0,30 2,37

Jumlah kompetiter semakin meningkat dari waktu ke waktu 6 0,22 1,33 Dalam praktik belajar, mahasiswa diukur dari nilai akademis

dan bukan dari keahliannya 5 0,19 0,93 Lulusan kurang percaya diri karena perguruan tinggi kurang

bereksplorasi 3 0,11 0,33

Rendahnya tingkat pertumbuhan industri pengolahan 5 0,19 0,93

Total 27 1,00 5,89

(6)

Dari hasil analisis swot kuantitatif diperoleh nilai x dan y positif maka berada pada kuadran I, artinya kondisi tenaga kerja terdidik di Propinsi Jambi kuat dan berpeluang maka rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi progresif artinya strategi untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan untuk memperoleh kemajuan maksimal. Dihubungkan dengan model pengentasan pengangguran terdidik maka beberapa rekomendasi strategi yang tepat untuk dilakukan adalah:

1. Mengembangkan potensi pada sektor unggulan agar dapat mendorong peningkatan industri yang dapat memberikan peluang kesempatan kerja

2. Mendorong pertumbuhan kesempatan kerja baru baik lewat program-program pemerintah maupun multiflier efek dari kegiatan investasi swasta

3. Dukungan modal dan akses ke sumber-sumber permodalan yang dapat dimanfaatkan para pengangguran terdidik untuk mencari kerja dan mengembangkan usaha tertentu

4. Dukungan perguruan tinggi terhadap tenaga terdidik untuk memiliki bekal mental, pengetahuan, dan pengalaman kewirausahaan agar mampu membuka usaha sendiri

5. Pelatihan kerja yang berguna untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja 6. Pembangunan dan pengembangan kawasan ekonomi dan industri.

SIMPULAN

1. Selama tahun 2011-2021, perkembangan tingkat pengangguran terdidik di Provinsi Jambi mengalami perkembangan yang sangat fluktuatif, penyerapan tenaga kerja menunjukkan kecendreungan yang terus meningkat, pertumbuhan ekonomi mengalami perkembangan yang fluktuatif, upah minimum mengalami kecenderungan meningkat, inflasi mengalami kecenderungan menurun dan investasi mengalami pertumbuhan yang fluktuatif

2. Variabel upah minimum dan inflasi berpengaruh positif terhadap pengangguran terdidik, artinya jika upah minimum atau inflasi mengalami kenaikan maka pengangguran terdidik juga mengalami kenaikan. Sementara untuk variabel pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan investasi memberikan pengaruh negative terhadap pengangguran terdidik artinya apabila pertumbuhan ekonomi atau penyerapan tenaga kerja atau investasi mengalami kenaikan maka pengangguran terdidik mengalami penurunan.

3. Berdasarkan analisis SWOT, tenaga kerja terdidik di Provinsi Jambi dalam kondisi kuat dan berpeluang dan model strategi terbaik adalah strategi progresif strategi untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan untuk memperoleh kemajuan maksimal

DAFTAR PUSTAKA

Denison, E. F., & Chung, W. K. (1976). How Japan's economy grew so fast: the sources of postwar expansion. Washington, DC: Brookings Institution.

Dinar, M., & Hasan, M. (2018). Pengaruh Inflasi Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran Di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2007-2016. Jurnal Ekonomi, 6(1), 102–

112.

Harsenovia, E. (2021). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah, Dan Kesempatan Kerja Terhadap Pengangguran Terdidik Lulusan Universitas di Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Barat 2014-2019. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Feb, 9(2).

Jhingan, M. L. (2016). Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Marchang, R. (2019). Youth and Educated Unemployment in North East India. IASSI Quarterly:

Contributions to Indian Social Science, 38(4), 650–666.

https://www.researchgate.net/publication/338336690_Youth_and_Educated_Unemployment _in_North_East_India

Pauw, K., Oosthuizen, M., & Westhuizen, C. (2006). Graduate Unemployment in the Face of Skills Shortages: A Labor Market Paradox. Development Policy Research Unit. South African Journal of Economics, 76(1).

Prasaja, M. H. (2013). Pengaruh Investasi Asing, Jumlah Penduduk Dan Inflasi Terhadap Pengangguran Terdidik Di Jawa Tengah Periode Tahun 1980-2011. Economics Development Analysis Journal, 2(3).

Priastiwi, D., & Handayani, H. R. (2019). Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah

(7)

Soleh, A. (2017). Masalah ketenagakerjaan dan pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, 6(2), 83-92.

Soleh, A., Daniel, P. A., & Siswoyo, S. (2019). Analisis Pengangguran Dan Kemiskinan Di Provinsi Jambi. Journal Development, 7(2), 98-107.

Todaro, M. P., & Smith, S. (2011). Pembangunan Ekonomi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Yustika, A. E. (2002). Pembangunan dan krisis: memetakan perekonomian Indonesia. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Narcotics Law and Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 4 of 2021 concerning changes to the classification of narcotics which is

This initial BI effort supported basic reporting about customer service and cost data to help the company understand “How was Norfolk Southern serving its customers?” and “What should