• Tidak ada hasil yang ditemukan

model structure-conduct-performance (scp)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "model structure-conduct-performance (scp)"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel endogen dan eksogen dalam penerapan model Structure-Conduct-Performance (SCP) yang mengatur tingkat konsentrasi dalam suatu industri yang akan menentukan perilaku perusahaan terhadap profitabilitasnya. Ketiga, hasil penelitian ini secara khusus dapat memberikan bukti empiris bahwa laba riil, ukuran perusahaan, pangsa pasar perusahaan, dan produktivitas perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Upaya yang dilakukan pertama-tama perlu dilakukan: perlu ditambahkan kata-kata untuk menghitung produktivitas usaha, karena produktivitas usaha merupakan salah satu unsur penting sebagai penghasil keuntungan utama.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah pertama menganalisis dimana struktur pasar industri manufaktur Indonesia cenderung terkonsentrasi pada kinerja perusahaan ditinjau dari tingkat profitabilitasnya.

  • Latar Belakang Masalah
  • Fenomena Bisnis Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
  • Masalah Penelitian
  • Pertanyaan Penelitian
  • Tujuan Penelitian
  • Obyek Penelitian

Harga saham perusahaan manufaktur meningkat dari tahun ke tahun, namun turun pada tahun 2008 dan 2009, kemudian mengalami pertumbuhan penuh kembali setelah periode dua tahun tersebut, pada tahun 2005 harga saham perusahaan manufaktur adalah 203,62 miliar; meningkat menjadi 284,37 miliar pada tahun 2006; pada tahun 2007 kemudian meningkat menjadi 403,01 miliar; lalu turun drastis menjadi 236,54 miliar pada tahun 2008; perlahan meningkat menjadi 529,02 miliar pada tahun 2009; kemudian meningkat menjadi 823,14 miliar pada tahun 2010; pada tahun 2011 tumbuh lagi menjadi 992,47 miliar. Selain itu, pada tahun 2005 juga terjadi penurunan rasio utang yang diperoleh dari hutang terhadap aset, dari 45,63 persen pada tahun 2005 menjadi 36,90 persen setahun kemudian yaitu pada tahun 2006. Pengembalian aset perusahaan produksi pada tahun 2005 hingga 2014 meningkat dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2005 sebesar 4,21; Pada tahun 2006 meningkat menjadi 5,79 miliar; Pada tahun 2007 terjadi penurunan menjadi 5,06 miliar; mengalami penurunan yang sangat besar pada tahun 2008, menjadi 4,21 miliar; pada tahun 2009, ROA meningkat menjadi 8,40 miliar; dalam miliaran tahun; kemudian 585,37 miliar pada tahun 2011, ROA perusahaan manufaktur di Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,42 miliar.

Penelitian yang dilakukan oleh Yermack (1996), Beasley (1996) dan Jensen (1993) juga menyimpulkan bahwa dewan komisaris yang kecil akan lebih efektif dalam melakukan tindakan pengawasan dibandingkan dewan komisaris Jensen (1993) dan Lipton dan Lorsch (1992). di Beiner, Drobetz, Schmid dan Zimmermann (2003) adalah orang pertama yang menyimpulkan bahwa ukuran dewan direksi merupakan bagian dari mekanisme tata kelola perusahaan.

Tabel 1.3 berikut menyajikan kondisi keuangan perusahaan manufaktur dari tahun 2005 sampai 2011.
Tabel 1.3 berikut menyajikan kondisi keuangan perusahaan manufaktur dari tahun 2005 sampai 2011.

Teori Structure-performance

  • Structure–Conduct–Performance (SCP) hypothesis
  • Efficiency Structure Hypothesis

Dalam keadaan seperti itu, semakin tinggi konsentrasi pangsa pasar yang dimiliki perusahaan, semakin tinggi pula keuntungan ekonominya. Bain, (1951) pertama kali menguji hipotesis mengenai konsentrasi dan kinerja pangsa pasar dan menemukan bahwa peningkatan konsentrasi menyebabkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Jadi, menurut hipotesis SCP, terdapat korelasi positif antara tingkat konsentrasi pangsa pasar dan kinerja perusahaan.

Oleh karena itu, dasar dari ESH adalah efisiensi perusahaan-perusahaan terkemuka menghasilkan pangsa pasar yang lebih besar dalam hal konsentrasi dan berkorelasi positif dengan kinerja yang lebih tinggi.

Struktur pasar

  • Pandangan Teori Keagenan (Agency TheoryView)
  • Usulan Model Teoritikal Dasar

Struktur modal yang baik adalah struktur modal yang dapat menyeimbangkan manfaat marjinal dari tingkat keuntungan riil dengan pengorbanan marjinal dari penggunaan utang Miller dan Modigliani (1961). Porsi penggunaan modal ekuitas dalam struktur modal akan menurun seiring dengan naiknya tingkat keuntungan riil, sehingga biaya keagenan ekuitas menurun. Peluang profitabilitas sendiri juga akan mempengaruhi struktur modal, utang, kebijakan dividen dan pembiayaan perusahaan. Smith, W., dan Watts, (1992).

Sedangkan Myers dan Majluf, (1983) dan Myers, (2001) mengembangkan konsep struktur modal optimal berdasarkan gagasan informasi asimetris.

Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian kausal yang menggunakan metode eksplanatori untuk menguji hipotesis penelitian tentang ciri-ciri hubungan atau perbedaan antar kelompok dan saling ketergantungan beberapa faktor. Hipotesis dalam penelitian ini dibangun berdasarkan model empiris, teori dan hasil penelitian sebelumnya.

Jenis dan Sumber Data

  • Populasi dan Sampel
  • Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2012. Pertama, penelitian ini menggunakan data panel atau pooled data yaitu gabungan antara data cross-sectional dan waktu. data seri. Dengan demikian, semakin luas rentang waktu yang digunakan maka semakin besar pula jumlah sampel yang dapat diperoleh; Kedua, data tahun 2005 digunakan sebagai awal periode, dengan harapan dapat diperoleh laporan akuntansi dengan kondisi perusahaan yang lebih obyektif karena relatif jauh dari krisis keuangan tahun 1997; Ketiga, data tahun 2012 digunakan sebagai data akhir periode karena pada saat pengumpulan data, Bursa Efek Indonesia (BEI) terakhir menerbitkan ICMD tahun 2013.

Kriteria pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) perusahaan menerbitkan akun per 31 Desember untuk tahun buku 2005 sampai dengan 2012.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

  • Nilai Perusahaan
  • Profitabilitas perusahaan
  • Ukuran Perusahaan

Profitabilitas dalam penelitian ini berperan sebagai variabel independen atas hubungan antara struktur tata kelola perusahaan yang baik dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan variabel yang memediasi kebijakan dividen, kebijakan investasi berbasis pertumbuhan. Alasan dimasukkannya kebijakan dividen, kebijakan investasi berbasis pertumbuhan sebagai variabel mediasi dalam penelitian ini adalah karena beberapa penelitian yang menyelidiki pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan hasil yang positif dan signifikan, antara lain: (Baker dan Powell, 2012; (Ahn, Denis , dan Denis, 2006;Al-Malkawi dan Rafferty 2010. Ukuran perusahaan diperkirakan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen (dividend payout ratio) dan nilai perusahaan (Tobin's q).

Beberapa peneliti menyukai; Jiraporn dkk, (2013); Denis dan Egor (2007), menggunakan proksi Ln (Total Assets) untuk nilai perusahaan.

Analisis Deskriptif

  • Statistik Deskriptif

Lionmesh Prima Tbk (LMSH) pada laporan keuangan tahun 2006, PT.Siwani Makmur Tbk (SIMA) pada laporan keuangan tahun 2009, PT.Siwani Makmur Tbk (SIMA) pada laporan keuangan tahun 2010. Variabel dpr mempunyai rata-rata sebesar 37,25% dengan standar deviasi sebesar 16,59 menunjukkan bahwa dari 372 observasi, laporan keuangan yang memberikan informasi perusahaan yang menahan laba dengan rata-rata sebesar 62,75% sebagai laba ditahan. Nilai DPR tertinggi sebesar 79,11% dimiliki oleh perusahaan PT.Trias Sentosa Tbk (TRST) pada laporan keuangan tahun 2007.

Astra Internasional Tbk (ASII) untuk tahun 2007 dan nilai maksimal 10% yaitu PT. Charoen Phokphand Indonesia Tbk (CPIN) untuk tahun 2006.

Tabel 4.1 Data Penelitian
Tabel 4.1 Data Penelitian

Model SCP Industri Manufaktur

Jadi semakin besar jumlah pendapatan yang diterima suatu industri, maka semakin besar pula peluang investasi bagi perusahaan di industri tersebut. Matriks SCP ini menggunakan skor Interpretasi bahwa jika SCP < 0,1 menggambarkan perusahaan berada pada keadaan peluang investasi yang rendah berdasarkan pertumbuhan industri, maka manajemen sebaiknya memperbaiki pengelolaan aset perusahaan untuk memaksimalkan NPV. Berdasarkan kedua asumsi di atas maka matriks SCP dibagi menjadi empat kategori yang masing-masing kategori adalah sebagai berikut: Pertama, Kuadran 1, terlihat pada Gambar 4.1 bahwa kategori ini berada pada posisi dimana MBV berada pada nilai terendah. dan Pertumbuhan industri juga rendah.

Pada posisi ini, perusahaan berada dalam situasi yang sulit, dimana peluang investasinya kecil, dalam artian industri sudah jenuh dan tidak mempunyai peluang untuk berkembang, karena banyaknya perusahaan anggota di industri tersebut sehingga semakin memperketat persaingan antar perusahaan. perusahaan. . Kedua, Kuadran 2, pada posisi ini industri berada pada posisi mempunyai MBV yang tinggi namun masih dalam keadaan pertumbuhan rendah dimana peluang investasi pasar mengalami pertumbuhan yang signifikan sehingga masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan oleh Perseroan. Dalam keadaan ini, perusahaan-perusahaan tersebut berpotensi bisa menggeser posisinya ke posisi kuadran 3, atau bisa langsung menuju kuadran 1.

Hal ini dikarenakan industri yang berada pada posisi tersebut masih mempunyai potensi untuk bangkit, karena meskipun memiliki MBV yang kecil, namun perusahaan masih berada dalam lingkungan dimana pasarnya masih berkembang dengan sangat cepat. Artinya rasio SCP industri yang berada pada posisi ini masih dapat melakukan investasi untuk meningkatkan potensi pasar yang ada dengan melakukan inovasi terhadap produk dan perbaikan sehingga dengan cara ini diharapkan industri tersebut mempunyai pangsa pasar yang cukup. pasar yang terus berkembang. Ketiga, kuadran 3, pada posisi ini industri benar-benar berada pada posisi teratas dimana berada dalam kondisi pertumbuhan yang cukup baik.

Sehingga industri pada posisi tersebut memiliki MBV yang tinggi, artinya berpotensi membuat SCP berinvestasi pada kapasitas produksi. Dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki SCP maka industri akan memperoleh keuntungan karena investasi yang dikeluarkan perusahaan semakin banyak untuk meningkatkan volume penjualan. Dalam keadaan seperti ini pula, perusahaan-perusahaan anggota industri hanya perlu menjunjung tinggi apa yang telah dilakukan dalam artian apa yang telah dilakukan itu dilakukan dan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan anggota industri.

Gambar 4.2 Matrik SCP
Gambar 4.2 Matrik SCP

Profil industri manufaktur

  • Food and Beverage (Makanan dan Minuman)
  • Profil industri Costomer Good
  • Profil Industri Metal and Alied Product
  • Profil Industri Cables
  • Profil Industri Paper and Alied Product
  • Profil Industri Cement
  • Profil Industri Ceramic & Porcelain
  • Profil Industri Kimia
  • Profil Industri Plastik dan Kemasan
  • Profil Industri Makanan Ternak
  • Profil Industri Otomotif dan Komponen
  • Profil Industri Tekstil dan Garment
  • Profil Industri Tobacco
  • Profil Industri Farmasi

Perusahaan ini memiliki total modal ekuitas sebesar Rp 2.000 per saham dengan harga saham penutupan akhir tahun dan 1.500 lembar saham beredar serta memiliki MBV sebesar 0,0223. Memiliki total modal ekuitas pada harga penutupan akhir tahun sebesar Rp 104 per saham, jumlah saham beredar sebanyak 1.000 lembar saham dan memiliki MBV sebesar 3,3707. Perusahaan ini memiliki total modal ekuitas pada harga saham penutupan akhir tahun sebesar Rp 750 per saham, jumlah saham beredar sebanyak 7.000 lembar saham dan memiliki MBV sebesar 0,0102.

Memiliki total ekuitas pada harga penutupan akhir tahun sebesar Rp 104 per saham dan jumlah saham beredar sebanyak 1.000 lembar saham, serta memiliki MBV sebesar 2,6689. Total ekuitasnya Rp 440 per saham dan jumlah saham beredar 12.8980 MBV. Memiliki total ekuitas pada harga penutupan akhir tahun sebesar Rp90 per saham dan jumlah saham beredar sebanyak 1.2144 lembar, serta memiliki MBV sebesar 1.2144.

Memiliki jumlah modal sebesar harga penutupan saham pada akhir tahun sebesar Rp 71 per saham, jumlah saham beredar sebanyak 1000 lembar saham, dan memiliki MBV. Total harga saham penutupan modal pada akhir tahun sebesar Rp 430. per saham dan jumlah saham beredar sebanyak 1000 lembar dan memiliki MBV sebesar 8,2090. Memiliki harga saham penutupan akhir tahun dengan total modal Rp 67 per saham dan jumlah saham beredar sebanyak 1.3987 lembar, serta memiliki MBV sebesar 1.3987.

Memiliki total modal ekuitas pada harga penutupan akhir tahun sebesar Rp 600 per saham, jumlah saham beredar sebanyak 1.000 lembar saham dan memiliki MBV sebesar 18.3195. Perusahaan ini memiliki total ekuitas pada harga saham penutupan akhir tahun sebesar Rp 3.000 per saham, jumlah saham beredar sebanyak 1.000 lembar saham dan memiliki MBV sebesar 0,0111. Perusahaan ini memiliki total modal ekuitas pada harga saham penutupan akhir tahun sebesar Rp 800 per saham, jumlah saham beredar sebanyak 3.000 lembar saham dan memiliki MBV sebesar 0,0004.

Memiliki total ekuitas harga saham akhir tahun sebesar Rp 190 per saham dan jumlah saham beredar sebanyak 1.000 lembar saham, serta memiliki MBV sebesar 0,0003. Memiliki total ekuitas harga saham akhir tahun sebesar Rp400 per saham dan jumlah saham beredar sebanyak 5.000 lembar saham, serta memiliki MBV sebesar 0,0030. Memiliki total ekuitas sama dengan harga saham akhir tahun sebesar Rp310 per saham dan jumlah saham beredar sama dengan satu saham, serta memiliki MBV sebesar.

gambar 4.25. tentang posisi kuadran perusahaan dalam industri Tekstil dan Garment.
gambar 4.25. tentang posisi kuadran perusahaan dalam industri Tekstil dan Garment.

222

Implikasi Manajerial

Implikasi Praktis bagi Investor

Implikasi bagi pemerintah

Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang

Gambar

Tabel 1.3 berikut menyajikan kondisi keuangan perusahaan manufaktur dari tahun 2005 sampai 2011.
Tabel 4.1 Data Penelitian
Gambar 4.2 Matrik SCP
gambar 4.25. tentang posisi kuadran perusahaan dalam industri Tekstil dan Garment.

Referensi

Dokumen terkait

05,Special Issue 01, ICOSD-2020 January 2020, Available Online: www.ajeee.co.in/index.php/AJEEE 2     “Role of Organizational Ethics in Sustainable Development- A Conceptual