• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model supervisi klinis berbasis teori reflektif interaktif dan caring swanson dibuat sebagai upaya untukmencegah phlebitis di ruang rawat inap rumah sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Model supervisi klinis berbasis teori reflektif interaktif dan caring swanson dibuat sebagai upaya untukmencegah phlebitis di ruang rawat inap rumah sakit"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

MODEL SUPERVISI KLINIS BERBASIS TEORI INTERAKTIF REFLEKTIF DAN PELEBITIS KECELAKAAN SWANSON TERHADAP KEJADIAN TAK TERDUGA (KTD). Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model supervisi klinis berdasarkan teori reflektif interaktif dan kepedulian Swanson terhadap efek samping flebitis.

Tujuan Penelitian .1 Tujuan umum .1 Tujuan umum

Tujuan khusus

Adakah pengaruh faktor karakteristik pekerjaan terhadap pelaksanaan supervisi klinis di ruangan rumah sakit? Apakah pengembangan model supervisi klinis berdasarkan teori interaktif reflektif dan kepedulian Swanson berdampak pada kejadian tak terduga (phlebitis) di rumah sakit?

Manfaat teoritis

Manfaat praktis

  • Tujuan supervisi klinis keperawatan
  • Peran supervisi dalam pelayanan keperawatan
  • Fungsi supervisi pelayanan keperawatan
  • Model supervisi Proctor 1. Model Proctor

Komponen ini fokus pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan perawat agar perawat dapat bekerja sesuai standar yang berlaku sebagai aspek akuntabilitas dalam praktik. Dalam hal ini tugas supervisor adalah memberikan dukungan atau motivasi, membantu perawat eksekutif dalam berinteraksi, memantau reaksi terhadap materi yang dibawakan supervisor, menambah pengalaman dan pengembangan, serta meningkatkan kesadaran diri.

Gambar 2.1 The Proctor of Supervision. Sumber Lynch (2008)
Gambar 2.1 The Proctor of Supervision. Sumber Lynch (2008)

Supervisi Model Reflektif

Konsep Caring Swanson

  • Pengertian Caring Menurut Swanson
  • Struktur Caring Swanson

Dalam proses “mengetahui” perawat berusaha memahami apa arti situasi saat ini bagi pasien, hal ini diwujudkan dalam bentuk pelatihan bagi perawat, yang menciptakan seseorang memiliki perasaan tertentu tentang bagaimana kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi. orang tersebut secara keseluruhan. Kebersamaan berarti tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga berkomunikasi, berbagi perasaan tanpa beban dan kebersamaan secara emosional.

Phlebitis

  • Pengertian
  • Klasifikasi Phlebitis
  • Tindakan Pencegahan Phlebitis

Pada penelitian ini supervisi klinis dikembangkan berdasarkan tiga domain supervisi klinis, yaitu model Reflective Interactive dan Caring. Model supervisi klinis reflektif interaktif merupakan model yang diadopsi oleh sebagian besar praktik keperawatan yang telah terbukti efektif untuk menerapkan dan mengevaluasi strategi yang memberikan keberhasilan dalam proses supervisi.

Gambar  2.4      Model  Supervisi  Klinis  Berbasis  Teori  Reflektif  Interaktif  dan Caring  Swanson terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (plebitis) di RS
Gambar 2.4 Model Supervisi Klinis Berbasis Teori Reflektif Interaktif dan Caring Swanson terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (plebitis) di RS

Hipotesis Penelitian

Kegiatan supervisi klinis merupakan upaya organisasi untuk menciptakan perilaku kerja dengan tujuan menciptakan prestasi kerja bagi praktisi perawat pencegahan flebitis. Dalam teori supervisi klinis reflektif interaktif, penggunaan teori Kopelman yang terdiri dari faktor individu, organisasi dan karakteristik kerja didukung dengan penggunaan teori supervisi klinis reflektif interaktif dan dirancang dengan cermat dari Swanson, yang terdiri dari 5 fase (pemeliharaan, kepercayaan, perilaku, bersama, bekerja untuk, memungkinkan), yang diterapkan secara konsisten, harus berkontribusi terhadap pencegahan kejadian buruk (kesalahan pengobatan) dan meningkatkan kepuasan pasien di rumah sakit.

Penelitian Tahap Pertama .1 Desain Penelitian

  • Definisi Operasional

Pengaruh penerapan model supervisi klinis berbasis Reflective Interactive dan teori Caring terhadap Efek Samping (KTD) flebitis dan kepuasan px. Untuk menguji efektivitas penerapan model supervisi klinis berbasis Reflektif Interaktif dan teori kepedulian terhadap kejadian buruk (KTD) flebitis di rumah sakit.

Tabel  3.1  Variabel  penelitian  Pengembangan  Model  Supervisi  Klinis  Berbasis  Teori  Reflektif Interaktif dan Caring Swanson Terhadap Kejadian Tidak Diharapkan  (KTD) Medication Eror dan Kepuasan Pasien di RS
Tabel 3.1 Variabel penelitian Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Teori Reflektif Interaktif dan Caring Swanson Terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Medication Eror dan Kepuasan Pasien di RS

Prosedur Pengumpulan data

  • Lokasi dan waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian
  • Desain Penelitian
  • Populasi, sampel dan teknik sampling
  • Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel independen

Penelitian ini akan dilakukan terhadap seluruh variabel penelitian dengan cara menghitung mean (mean, median, modus) dan membuat distribusi frekuensi berdasarkan kategori masing-masing variabel dan deskripsi kategori dengan menggunakan analisis baris dan kolom, pendekatan tabulasi silang. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan sebelum dan sesudah penerapan modul supervisi klinis berbasis teori reflektif dan care interaktif terhadap Kejadian Tidak Diinginkan (KTD), kesalahan pengobatan dan kepuasan pasien rumah sakit. Pada penelitian tahap kedua ini, populasi pertama adalah seluruh perawat yang ada di ruangan rumah sakit.

Pada penelitian ini populasi pertama adalah seluruh perawat eksekutif di setiap ruang rawat inap. Perawat pelaksana di setiap ruang rawat inap akan ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu cluster sampling. Perawat dihadapkan pada model pencegahan kesalahan pengobatan berdasarkan model teori supervisi klinis reflektif interaktif dan kepedulian Swanson.

Perawat tidak terpapar pada model pencegahan kesalahan pengobatan berdasarkan teori Swanson tentang supervisi klinis interaktif, reflektif, dan kepedulian. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pelaksanaan supervisi klinis berdasarkan teori interaktif reflektif dan kepedulian Swanson.

Tabel 3.2   Rancangan Penelitian Pra Eksperimen  Pengembangan Model Supervisi Klinis  Berbasis  Teori  Reflektif  Interaktif  dan  Caring  Swanson  Terhadap  Kejadian  Tidak Diharapkan (KTD) phlebitis di RS
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Pra Eksperimen Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Teori Reflektif Interaktif dan Caring Swanson Terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) phlebitis di RS

Validitas

Reliabilitas

Etik Penelitian

Gambaran Lokasi Penelitian

Hasil Penelitian

  • Kejadian Tidak Diharapkan

Pada bab ini disajikan hasil dan analisis penelitian model supervisi klinis berdasarkan teori reflektif interaktif terhadap kejadian buruk flebitis di rumah sakit. Berikut distribusi frekuensi jawaban responden untuk subvariabel faktor individu dalam pengembangan model supervisi klinis berdasarkan teori Interactive Reflective and Caring Swanson. Berdasarkan tabel 5.6 terlihat bahwa pada pelaksanaan supervisi klinis pada tahap penilaian mayoritas responden berada pada kategori baik yaitu sebanyak 54 orang (54%), pada tahap intervensi mayoritas responden berada pada kategori cukup, yaitu 58 orang (58%), dan pada tahap pelaksanaan mayoritas responden berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 52 orang (52%), pada tahap evaluasi mayoritas responden berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 67 orang (67%). ) .

Hasil analisis PLS pengaruh faktor individu terhadap pelaksanaan supervisi klinis berdasarkan teori reflektif dan Caring Interactive Swanson menunjukkan nilai koefisien jalur sebesar 0,000 dan t-statistik sebesar 11,910 (t > 1,96). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel faktor individu terhadap pelaksanaan supervisi klinis. Hasil pemodelan akhir: Pengembangan model pengawasan klinis berdasarkan teori reflektif interaktif dan kepedulian Swanson tentang kejadian buruk di rumah sakit.

Pencegahan flebitis dengan supervisi klinis berdasarkan teori interaktif reflektif dan kepedulian Swanson melibatkan tahapan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang masing-masing melalui proses (administratif, edukatif dan reflektif). Penerapan modul pada penelitian tahap kedua ini adalah untuk mengetahui pengaruh supervisi klinis berdasarkan teori reflektif dan kepedulian interaktif Swanson terhadap kejadian flebitis di rumah sakit.

Tabel 5.1  Karakteristik  Responden  Tahap  Cross  Sectional  Pengembangan  Model  Supervisi  Klinis  Berbasis  Teori  Reflektif  Interaktif    dan  Caring  Swanson  Terhadap Kejadian Tidak Diharapkan Di Rumah Sakit
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Tahap Cross Sectional Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Teori Reflektif Interaktif dan Caring Swanson Terhadap Kejadian Tidak Diharapkan Di Rumah Sakit

Pengaruh Faktor Individu Terhadap Penilaian Pelaksanaan Supervisi Klinis di Ruang Rawat Inap RS

Bab ini menguraikan pembahasan temuan penelitian yang berkaitan dengan sumber daya perpustakaan kemudian menyajikannya dalam bentuk opini. Motivasi perawat dalam upaya pencegahan flebitis dan motivasi kepemimpinan menjadikan mereka semakin canggih dalam pekerjaannya. Persepsi merupakan dasar dalam membentuk perilaku seseorang, sehingga persepsi tersebut menghasilkan perilaku yang mencerminkan asuhan keperawatan yang diberikan (Ginsburg, 2006).

Dasar persepsinya adalah pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan perawat dalam melaksanakan pencegahan flebitis. Penelitian Radiani (2009) menyatakan bahwa kurangnya dukungan dari pimpinan membuat perawat tidak termotivasi untuk melakukan pencegahan flebitis dengan baik. Pemberian motivasi ekstrinsik dari supervisor hingga praktisi perawat sangat penting untuk meningkatkan pencegahan flebitis di ruangan rumah sakit.

Pengaruh Faktor Organisasi Terhadap Penilaian Pelaksanaan Supervisi Klinis di Ruang Rawat Inap RS

Pada subvariabel faktor organisasi, penghargaan diberikan oleh pihak rumah sakit untuk meningkatkan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan. Saat ini RSUD Jombang memberikan reward kepada perawat yang berkinerja baik berupa pelatihan, Berdasarkan hasil FGD rata-rata responden perawat menginginkan reward terkait kinerja dalam pengisian dokumentasi asuhan keperawatan. Imbalan yang mereka harapkan berkaitan dengan kinerja dalam pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu berupa kebutuhan aktualisasi diri, pelatihan dan seminar, serta dimasukkan dalam perhitungan kompensasi.

Kepemimpinan dalam keperawatan adalah kemampuan dan keterampilan seorang pemimpin perawat untuk mempengaruhi perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Artinya struktur organisasi yang baik akan mendukung staf untuk lebih patuh dalam melaksanakan pekerjaannya terutama dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang baik diperlukan dukungan anggaran dari manajemen untuk kegiatan pendidikan dan pelatihan, perolehan fasilitas penunjang program, monitoring dan evaluasi, laporan dan pertemuan berkala, insentif/tunjangan bagi perawat yang patuh dalam menjalankan tindakan sesuai dengan yang diharapkan. dengan SOP yang ada.

Komunikasi antara supervisor dan perawat perlu ditingkatkan mengenai kesamaan persepsi mengenai pelaksanaan paket flebitis, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Rancangan kerja ini dapat terlaksana dengan baik agar lebih meningkatkan kepatuhan perawat dalam melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan.

Pengembangan Model Supervisi Klinis Berbasis Teori Reflektif Interaktif dan Caring Swanson Terhadap Kejadian Tidak Diharapkan Di Rumah Sakit

Dengan demikian, kegiatan supervisi klinis pada aspek administrasi tidak hanya sekedar pengkajian dan supervisi saja namun lebih berorientasi pada pengembangan, pelatihan dan pengarahan tenaga keperawatan. Kegiatan dalam pelaksanaan aspek administrasi ini diawali dengan penilaian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam kegiatan supervisi klinis. Hyrkas (2000) menegaskan bahwa supervisi pelayanan keperawatan dapat meningkatkan hubungan antara perawat yang diawasi dengan supervisor, serta hubungan antar perawat lainnya.

Dalam melakukan supervisi klinis administratif, edukatif dan reflektif, hendaknya supervisor meningkatkan kualitas hubungan antara perawat dan pasien, yang menjelaskan kemampuan memahami diri sendiri dan orang lain yang diawali dengan tahap orientasi yaitu kemampuan perawat memahami kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. oleh perawat sekutu. pencegahan flebitis. Berdasarkan studi literatur disebutkan bahwa kualitas hubungan dalam supervisi klinis lebih penting dibandingkan proses, prosedur dan hasil supervisi itu sendiri (Kilminster, 2000). Hasil penelitian (Tony et al, 2007) menyatakan bahwa perawat yang diawasi melaporkan bahwa hubungan antar anggota tim menjadi lebih dekat, yang pada akhirnya.

Perawat yang diawasi juga melaporkan peningkatan yang jelas dalam praktik mendiskusikan masalah yang terjadi dalam aktivitas keperawatan mereka. Perawat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya sehari-hari, metode yang digunakan didasarkan pada prinsip-prinsip profesional yang akan tumbuh secara efektif.

Rekomendasi Penelitian

Sangat penting bagi supervisor untuk bekerja sama dengan perawat dalam menganalisis situasi, sehingga mereka dapat bekerja sama untuk mengenali, memperjelas dan mengidentifikasi masalah yang ada.

Keterbatasan Penelitian

Kesimpulan

  • Bagi Responden

Efektivitas Supervisi Klinis untuk Kelompok Manajer Bangsal yang Berbasis di Rumah Sakit Umum Daerah: Studi Evaluasi, Jurnal Manajemen Keperawatan, vol.2, no. Pengawasan Klinis yang Efektif untuk Tenaga Profesional Kesehatan Regional – Perspektif Pengawasan, Tinjauan Kesehatan Australia, Vol 3 No. Hubungan antara manajer strategi supervisi ruangan dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Pariaman Teza Universitas Indonesia Jakarta.

Efektivitas Implementasi Supervisi Kepala Bangsal Dalam Implementasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Bangsal Rumah Sakit RS PKU Muhamadiyah Bantul, Skripsi di Universitas Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Penerapan Model Dokumentasi Asuhan Keperawatan Problem Oriented Record (POR) Terhadap Kinerja Perawat, Jurnal Komunitas Keperawatan, vol.6, no. Pandangan Manajer Lini Pertama tentang Dampak Jangka Panjang Supervisi Klinis: Bagaimana Supervisi Klinis Mendukung dan Mengembangkan Kepemimpinan dalam Pelayanan Kesehatan.

Review: A randomized controlled clinical surveillance trial: selected findings from a new Australian trial to establish the evidence base for causal links to quality of care and patient outcomes, as an informed contribution to mental health. A randomized controlled clinical surveillance trial: selected findings from a new Australian trial to establish evidence-based causal relationships with quality of care and patient outcomes as an informed contribution to the development of mental health nursing practice, Journal Nursing, Vol 15, hal .151– 167. Rumah sakit give a reward (penghargaan) kepada saya pasadakan keperawatan dokumentazione asuhan keperawatan yang saya kerjakan 3.

Penyelesaian dokumentasi keperawatan melibatkan kerjasama dokter, perawat, apoteker, ahli gizi dan tenaga medis lainnya.

Gambar

Gambar 2.1 The Proctor of Supervision. Sumber Lynch (2008)
Gambar  2.4      Model  Supervisi  Klinis  Berbasis  Teori  Reflektif  Interaktif  dan Caring  Swanson terhadap Kejadian Tidak Diharapkan (plebitis) di RS
Tabel  3.1  Variabel  penelitian  Pengembangan  Model  Supervisi  Klinis  Berbasis  Teori  Reflektif Interaktif dan Caring Swanson Terhadap Kejadian Tidak Diharapkan  (KTD) Medication Eror dan Kepuasan Pasien di RS
Tabel 3.2   Rancangan Penelitian Pra Eksperimen  Pengembangan Model Supervisi Klinis  Berbasis  Teori  Reflektif  Interaktif  dan  Caring  Swanson  Terhadap  Kejadian  Tidak Diharapkan (KTD) phlebitis di RS
+7

Referensi

Dokumen terkait