• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI ALAT PENGUKUR TINGGI BADAN BALITA UNTUK PENILAIAN STATUS GIZI (TB/U)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MODIFIKASI ALAT PENGUKUR TINGGI BADAN BALITA UNTUK PENILAIAN STATUS GIZI (TB/U) "

Copied!
70
0
0

Teks penuh

Mengukur tinggi badan merupakan salah satu cara menentukan status gizi yang tidak sederhana. Maka diperlukan suatu alat ukur tinggi badan yang sederhana dan mudah digunakan oleh masyarakat, serta dapat digunakan untuk mengetahui status gizi (TB/U) seorang anak, apakah ia stunting atau tidak, dan apakah ia termasuk dalam kategori stunting. digunakan setiap saat. Pada bulan ini, masyarakat bisa melakukan deteksi dini dan sekaligus melakukan pencegahan agar anak di bawah usia lima tahun tidak mengalami stunting. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan instrumen untuk mengukur tinggi badan/ukuran tubuh bayi/balita sekaligus menentukan status gizi dengan menggunakan Indeks Tinggi Badan/Tinggi Badan menurut umur (TB/E atau PB/U).

Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menguji alat pengukur tinggi badan dan status gizi di posyandu untuk mengetahui tingkat kemudahan penggunaan alat tersebut oleh kader posyandu di kota Malang. Hasil kuisioner petugas menunjukkan bahwa 65,4% diantaranya menyatakan alat mudah digunakan, sehingga petugas posyandu dapat mengetahui tinggi badan dan status gizi. Dari hasil angket petugas mengenai nasehat gizi pada papan pengukur tinggi badan terlihat bahwa 52,5% menyatakan dapat terbaca dengan jelas, sehingga petugas dapat menyampaikannya kepada ibu balita dan ikut serta dalam pengukuran gizi. statusnya (TB/U). ) agar ibu balita mengetahui makanan apa saja yang boleh dimakan, yang dapat mencegah stunting.

Sementara itu, hasil angket kader mengenai tampilan alat pengukur tinggi badan menunjukkan 38,6% menyatakan baik dari segi desain dan kombinasi warna yang sesuai dengan kondisi balita. “Modifikasi Alat Ukur Tinggi Badan Balita untuk Penilaian Status Gizi (TB/U) di Posyandu Kota Malang.”

Latar Belakang

Pembelajaran orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: i) belajar tidak mau bergantung pada orang lain, ada kebebasan belajar 2) belajar memecahkan masalah 3) belajar aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran 4) mempunyai pengalaman yang berbeda-beda bagi setiap peserta 5) pembelajaran diperlukan (Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, 2002).

Tujuan

Manfaat

Stunting sebagai Salah Satu Masalah Gizi di Indonesia

Penyebab Stunting

Terbatasnya akses terhadap makanan bergizi di Indonesia juga diyakini berkontribusi terhadap 1 dari 3 ibu hamil mengalami anemia. Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air besar sembarangan, dan 1 dari 3 rumah tangga tidak mempunyai akses terhadap air minum bersih. Beberapa penyebab, sebagaimana telah dijelaskan, turut menyebabkan masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia, dan diperlukan rencana tindakan yang komprehensif untuk menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.

Beberapa alasan seperti yang telah dijelaskan di atas turut menyebabkan tingginya angka kejadian stunting di Indonesia, oleh karena itu diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia.

Dampak Stunting

Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan untuk menangani stunting secara spesifik dan sensitif adalah pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi kekurangan zat besi, asam folat, dan yodium, mengatasi cacingan pada ibu hamil, melindungi ibu hamil dari penyakit malaria. , promosi inisiasi menyusu dini (pemberian ASI dengan kolostrum/ASI dengan kolostrum), pemberian ASI eksklusif dan kelanjutan pemberian ASI sampai usia 23 bulan disertai pemberian MP-ASI, pemberian suplemen, fortifikasi zat besi pada makanan bayi , pemberian imunisasi lengkap, pelaksanaan pencegahan dan pengobatan diare, pemberian dan pemberian akses terhadap sanitasi dan air bersih, pemberian pendidikan gizi masyarakat, pemberian akses terhadap pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (KB), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). , bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin serta peningkatan jumlah pangan dan ketahanan pangan. Microtoise merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi berdiri balita dengan ketelitian 0,1 cm (Supariasa dkk, 2016). Sementara itu, untuk mengetahui tinggi badan bayi yang belum bisa berdiri, Anda dapat menggunakan alat yang disebut infantometer (pengukuran panjang badan bayi) (Supariasa dkk, 2016).

Supariasa dkk (2016) berpendapat bahwa indeks ini digunakan karena indeks TB/U baik untuk menilai status gizi sebelumnya dan pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sendiri, murah dan mudah dibawa. Oleh karena itu, perlu dikembangkan alat ukur tinggi badan bayi untuk penilaian status gizi (TB/U) agar penilaian status gizi terkait stunting lebih praktis dan mudah dilakukan. Selain itu, penyiapan alat ukur panjang bayi untuk menilai status gizi (TB/U) secara tidak langsung diharapkan dapat menjadi upaya menurunkan prevalensi kehamilan di Indonesia.

Angka stunting yang cukup tinggi menjadi alasan pentingnya pemantauan tinggi/panjang badan anak di posyandu. Penilaian keakuratan pengukuran panjang/tinggi badan bayi dilakukan oleh kader posyandu sebelum dan sesudah pelatihan.

Tahapan Penelitian Dan Bagan Alir Penelitian

Desain Penelitian

Perubahan Yang Diamati Atau Diukur

Lokasi Penelitian

Jumlah sampel posyandu dalam penelitian ini adalah 8 posyandu yang diambil secara acak untuk mewakili posyandu di kota Malang.

Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data

Rancangan Design Alat

Gambar Rancangan Design Alat Tampak dari Depan

TAMPAK DEPAN

TAMPAK DARI ATAS

Gambar Rancangan Design Alat Tampak dari Atas

Gambar Rancangan Design Alat Papan Ukur

  • Hasil Kuesioner Kader tentang Kemudahan Menentukan Status Gizi Tabel 5. Tabel Hasil Kuesioner Kader tentang Kemudahan Menentukan
  • Hasil Kuesioner Kader tentang Nasihat Gizi Pada Papan Alat Pengukur Tinggi Badan
  • Hasil Kuesioner Kader tentang Tampilan Alat Pengukur Tinggi Badan Tabel 7. Tabel Hasil Kuesioner Kader tentang Tampilan Alat Pengukur
  • Hasil Kuesioner Ahli Gizi tentang Alat Pengukur Tinggi Badan Tabel 8. Tabel Hasil Kuesioner Ahli Gizi tentang Alat Pengukur Tinggi
  • Saran
  • Biaya

Dari hasil pengukuran status gizi (TB/U) di Posyandu Kota Malang, balita berada pada kategori penyembunyian sebesar 15,3% dan kategori penyembunyian sebesar 3,3%. Dari tabel diatas terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan hasil penentuan status gizi berdasarkan alat ukur tinggi badan maupun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. Hasil kuesioner kader menunjukkan bahwa 65,4% menyatakan demikian. Alat yang digunakan mudah digunakan sehingga kader posyandu dapat mengetahui tinggi badan dan status gizi balita.

Hasil angket kader menunjukkan 54,4% menyatakan kemudahan menyiapkan peralatan lebih praktis karena kader posyandu langsung mengetahui status gizi (TB/U) balita. Namun persiapan alat ukurnya sulit karena alat ukurnya berat dan memerlukan ruangan yang cukup luas. Hasil kuesioner kader menunjukkan bahwa 88,9% menyatakan lebih mudah dalam menentukan status gizi karena kader posyandu dapat mendeteksi langsung status gizi (TB/U) balita.

20 Hasil kuisioner petugas menunjukkan bahwa 52,5% diantaranya menyatakan bahwa anjuran gizi pada papan ukur tinggi badan sudah jelas, sehingga petugas dapat menginformasikan kepada ibu balita mengenai asupan gizi yang baik untuk tumbuh kembang balita. Oleh karena itu, diharapkan ketika ibu balita ikut serta dalam pengukuran status gizi (TB/U), ibu balita dapat mengetahui makanan apa saja yang dapat mencegah stunting. Hasil kuisioner personel menunjukkan bahwa 38,6% diantaranya menyatakan bahwa tampilan alat pengukur tinggi badan sudah baik dari segi bentuk dan kombinasi warna yang tidak mencolok sesuai dengan kondisi si kecil.

Dari hasil kuisioner ahli gizi menunjukkan bahwa 50% menunjukkan bahwa tampilan alat pengukur tinggi badan kurang efektif, alat yang digunakan perlu disederhanakan karena alat terlalu besar, sedangkan tidak semua posyandu memiliki ruangan yang cukup besar untuk menampung tinggi badan. menampung alat tersebut. Dari percobaan terhadap 209 balita terlihat bahwa hasil pengukuran menggunakan alat ukur tinggi badan sesuai dengan hasil pengukuran menggunakan Standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. Grafik Sederhana Alat Ukur Tinggi Badan untuk pemantauan status gizi (tinggi badan menurut umur) Status gizi (tinggi badan menurut umur.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang STANDAR ANTROPOMETRI UNTUK MENILAI STATUS GIZI ANAK.

Gambar 7. Pembuatan Alat    Gambar 8. Pembuatan Alat
Gambar 7. Pembuatan Alat Gambar 8. Pembuatan Alat

INSTRUMENT PENELITIAN

Rw 6 Karang Besuki Wilayah Puskesmas Mulyorejo

RW 6 Kelurahan Kesatrian wilayah Puskesmas Kendal Kerep

Posyandu Matahari 1 Rw 2 Kelurahan Bumi Ayu wilayah Puskesmas Arjowinangun

Posyandu Melati 4 Kelurahan Bakalan Krajan wilayah Puskesmas Ciptomulyo

Posyandu Bougenvil Kelurahan Kidul Dalem di wilayah Puskesmas Arjuno

  • Tabel Hasil Pengukuran TB/U di Posyandu Rw 6 Asrama Yon Bekang Wilayah Puskesmas Kendalkerep
  • Tabel Hasil Pengukuran TB/U di Posyandu Rw 6 Kelurahan Purwantoro Wilayah Puskesmas Cisadea
  • Tabel Hasil Pengukuran TB/U di Posyandu Matahari 1 Kelurahan Bumi Ayu Wilayah Puskesmas Arjowinangun
  • Tabel Hasil Pengukuran TB/U di Posyandu Matahari 2 Kelurahan Tunjung Sekar Wilayah Puskesmas Mojolangu
  • Tabel Hasil Pengukuran TB/U di Posyandu Melati 4 Kelurahan Bakalan Krajan Wilayah Puskesmas Ciptomulyo
  • Tabel Hasil Pengukuran TB/U di Posyandu Seruni Putih Kelurahan Purwodadi Wilayah Puskesmas Polowijen
  • Tabel Hasil Pengukuran TB/U di Posyandu Bougenvil Kelurahan Kidul Dalem Wilayah Puskesmas Arjuno

Gambar

Tabel 1. Tahapan Penelitian Dan Bagan Alir Penelitian
Gambar 9. Pembuatan Alat  Gambar 10. Finalisasi Alat
Gambar 7. Pembuatan Alat    Gambar 8. Pembuatan Alat
Tabel 2.  Tabel Hasil Pengukuran Status Gizi (TB/U) di Posyandu Kota Malang Status Gizi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman ibu kader tentang cegah stunting setelah diberikan penyuluhan gizi.8 Hasil edukasi gizi pada ibu di Desa