• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 14: PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)

N/A
N/A
474 977 Maria Credisia I N T A

Academic year: 2024

Membagikan " MODUL 14: PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)

BAB 14 PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN) 1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud ...

1.1.2 Tujuan ...

1.2 Alat dan Bahan ...

1.2.1 Alat ...

1.2.2 Bahan ...

1.2.3 Sketsa Alat dan

1.3 Pelaksanaan ...

1.4 Perhitungan ...

1.5 Pelaporan ...

1.6 Contoh Hasil Perancangan Campuran (Mix Design)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS GADJAH MADA

© 2014

PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)

14 PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN) ...

Maksud dan Tujuan ...

...

... Error! Bookmark not defined.

...

...

...

Sketsa Alat dan Bahan ...

...

...

...

rancangan Campuran (Mix Design)Error! Bookmark not defined.

M O D U L 1 4

... 1

... 1

... 1

Error! Bookmark not defined. ... 3

... 3

... 4

... 6

... 7

... 8

... 13 Error! Bookmark not defined.

(2)

MODUL 14

RSNI M-01-2003 METODE PENGUJIAN CAMPURAN BERASPAL PANAS DENGAN ALAT MARSHALL AASHTO T 245-97 Standard Method of Test For Resistance to Plastic Flow of Bitminous Mixtures Using Marshall Apparatus

ASPHALT INSTITUTE MS-2 : MIX DESIGN METHODS

BAB 1 UJI PENETRASI ASPAL

P ERANCAN G AN CAMP URAN ( MIX DESI G N)

1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud

Perancangan campuran (Mix design) dimaksudkan untuk menentukan proporsi campuran baik agregat kasar, agregat halus dan filler yang sesuai dengan persyaratan/spesifikasi gradasi.

1.1.2 Metode Analitis

Didasarkan rumus empiris sebagai berikut:

X =

𝑋 100 %

Dengan :

X = % butir F1 (agregat kasar) yang dicari penggabungan F = % butir F2 (agregat halus) yang lolos saringan No. 8 S = % lolos saringan No. 8 dari batas tengah spesifikasi C = % butir F1 yang lolos saringan No. 8

(3)

M O D U L 1 4 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 - 2

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

Contoh:

Ada 3 fraksi : Agregat kasar (F1), agregat halus (F2) dan filler (F3). Untuk mendapatkan gradasi yang sesuai dengan spesifikasi, maka ketiga fraksi harus digabung (secara analitis).

Tabel 1. Persen lolos ketiga fraksi

Saringan ¾” ½” 3/8” No. 4 No. 8 No. 30 No.

100

No.

200

% Spesifikasi 100 80-100 10-90 50-70 35-50 18-29 8-16 4-10 L

O L O S

F1 F2 F3

100 100 100

85 100 100

58 100 100

29 100 100

2,4 95 100

0,5 47 100

0,3 23 95

0,1 8,8 74

Dari tabel di atas kemudian, digambar grafik gradasi butir (lihat gambar 1). Dari gambar grafik gradasi butir terlihat bahwa ada perbedaan yang nyata antar butir-butir F1 dan F2 yang melewati/lolos saringan No. 8. Sebagian besar butir- butir agreat yang lolos No. 8 akan didapat dari butir F2 (agregat halus).

Langkah. 1

Tentukan % agregat kasar F1 dan agregat halus F2, sehingga didapatkan hasil gabungan butir-butir yang lolos No. 8 sebesar 42 % (batas tengah spesifikasi 35 – 50 yang lolos No. 8)

Langkah. 2

Digabung F1 dan F2 dahulu, lalu dicari % butir F1 (agregat kasar) yang lolos No.

8 yang dihitung dengan rumus seabgai berikut:

X =

𝑋 100 %

X =

,

𝑋 100 %

= 57 % (F1) Langkah. 3

Menentukan % dari butir F2 dan F3 :

Setelah didapat F1 = 57 %, maka F2 = 100 -57 = 43 %

Maka jumlah F2 yang lolos saringan No. 200 = 43 % X 8,8 = 3,8 %, berarti masih kurang, karena batas tengah spek = 7 % untuk butir lolos No. 200.

(4)

Kekurangannya butir lolos No. 200 sebesar 3,2 % ini diambilkan dari butir-butir F3 (filler)

Jadi % F3 yang dibutuhkan = ,

𝑋 100 %

= 4 %

Maka F2 = 43 – 4 = 39 % Jadi susunan gabungan butir fraksi adalah : (Agregat Kasar) F1 : 57 % (Agregat Halus) F2 : 39 % (Filler) F3 : 4 %

Tabel. 2 Gabungan Butir Fraksi

Saringan ¾” ½” 3/8” No. 4 No. 8 No. 30 No.

100

No.

200

% Spesifikasi 100 80-100 70-90 50-70 35-50 18-29 8-16 4-10 L

O L O S

F1 x 57%

F2 x 39%

F3 x 4%

Total

57 39 4 100

48,4 39

4 91,4

33,4 39

4 76,1

16,5 39

4 59,5

1,4 37,1

4 42,5

0,3 18,3

4 22,6

0,2 9,0 3,8 13,00

0,1 3,4 3,8 7,3 Dari tabel di atas dapat digambarkan grafik gradasi campuran.

(5)

M O D U L 1 4 P e r a nc a n ga n C a m pu r a n ( m ix D e s ig n)

1 - 1

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B OR A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

(6)

1.1.3 METODE GRAFIS

Sebagai contoh pada metode grafis ini ada 3 fraksi yaitu F1 (Agregat kasar), F2 (Agregat Sedang), F3 (Agregat Halus) seperti hasil analisa saringan berikut :

Saringan % Lolos A. Kasar (F1)

% Lolos A. Sedang (F2)

% Lolos A. Halus (F3)

¾”

100 100 100

½”

74 100 100

3/8” 12 90 100

No. 4 3 52 100

No.8 2,5 18 98

No. 30 2,0 4,0 55

No. 100 1,8 3,2 30

No. 200 1,5 2,0 15

Cara grafis digunakan bila pembagian butir dari masing-masing fraksi agak merata, cara grafis ini lebih mudah.

Spesifikasi yang diminta agar didapat suatu lapisan permukaan yang memenuhi syarat/padat, adalah sebagai berikut :

Saringan % lolos

Spesifikasi

% lolos

Batas tengah spesifikasi

¾”

100 100

½”

80 – 100 90

3/8” 70 – 90 80

No. 4 55 – 75 64

No.8 40 – 55 47,5

No. 30 20 – 30 25

No. 100 10 – 18 14

No. 200 4 – 10 7

LANGKAH – LANGKAH METODE GRAFIS :

a. Grafik I : Absis (sumbu X berupa % lolos) dan ordinat (sumbu Y berupa nomor saringan/% berdasarkan spesifikasi) sedang diagonal grafik adalah batas tengah spesifikasi.

(7)

M O D U L 1 4 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 - 2

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

Langkah 1 :

Gambarkan masing-masing fraksi grafik pembagian butir sesuai dengan analisa saringannya;

Langkah 2 :

Tarik garis a/ sumbu Y yang memotong garis AC dititik K hubungkan suatu garis // sumbu X memotong garis CB di titik 21% maka didapatkan prosentase dari F1 (agregat kasar) sebesar 21% yang dipakai sebagai campuran;

Langkah 3 :

Untuk garis b sama seperti diatas, sehingga akhirnya didapat untuk : F2 (agregat sedang) = 37%

F3 (agregat halus) = 42%

Hasil gabungan dari fraksi – fraksi adalah sebagai berikut :

SARINGAN 3/4” ½” 3/8” No. 4 No. 8 No. 30 No. 100 No. 200

% A. Kasar 21% 21 15,5 2,5 0,6 0,5 0,4 0,4 0,3

L A. Sedang (37%) 37 37 33 19 6,6 1,5 1,1 0,7

O A. Halus (42%) 42 42 42 42 41 23 26,6 6,3

L TOTAL 100 94,5 77,5 61,5 48,1 24,9 14,1 7,3 O Batas Tengah

Spesifikasi 100 90 80 64 47,5 25 14 7

S Spesifikasi 100 80-100 70-90 55-75 40-58 20-30 10-18 4-10 Dari tabel diatas dapat digambarkan grafik gradasinya

b. Grafik II :

membuat dua buah gambar bujur sangkar dengan AB sis sumbu X sebagai persen (%) campuran dan ordinat sumbu Y sebagai persen (%) lolos saringan untuk masing-masing grafik bujur sangkar

langkah 1 :

Masukkan data % lolos F1 pada sebelah kiri dan % lolos pada sayap kanan (lihat grafik). Kemudian hubungkan dengan garis lurus pada masing-masing nomor saringan yang sama.

(8)

Langkah 2 :

Tarik garis vertical pada grafik 1 dengan jarak dari tepi F1 dengan hitugan dari grafik 1 sebagai berikut :

F1 = 𝑋 100 % = 36,2 % (dari tepi sumbu F1) F2 = 𝑋 100 % = ,

, % (dari tepi sumbu F2)

1.2 Alat dan Bahan 1.2.1 Alat

Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:

a. Tiga buah cetakan benda uji dengan diameter 101,6 mm (4inch) dan tinggi 76,2 cm (3inch) lengkap dengan pelat alas dan leher sambung;

b. Alat pengeluar benda uji

Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan, diguanakan alat pengeluar benda uji (Extruder) dengan diameter 100mm (3,95 inch);

c. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan

 Penumbuk yang mempunyai permukaan tuk rata berbentuk sislinder, dengan berat beban penumbuk 4,536 kg (± 9gr) dan tinggi jatuh bebas 457,2 mm± 15,24 mm (18 inch ± 0,6 inch);

 Landasan pemadat terdiri atas balok kayu (jati atau yang sejenis) mempunyai berat isi 0,67-0,77 kg/cm3 (dalam kondisi kering) dengan ukuran 203,2 X 203,2 X 457,2 (8 X 8 18 inch) dilapisi pelat baja berukuran 304,8 X 304,8 X 25,4 mm (12 X 12 X 1 inch) dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya;

 Pemegang cetakan benda uji.

d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperature yang mampu memanaskan campuran sampai 200ºC ± 3ºC;

e. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram kapasitas 3000 gram;

f. Perlengkapan lain :

 Wadah untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran beraspal;

 Sendok pengaduk dan spatula;

 Kompor atau pemanas (hot plate);

 Sarung tangan dari asbes,karet serta pelindung pernafasan (masker).

(9)

M O D U L 1 4 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 - 4

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

1.2.2 Bahan

a. Persiapan benda uji :

1. Keringkan agregat sampai beratnya tetap pada suhu 105oC – 110oC sekurang-sekurangnya selama 4 jam didalam oven;

2. Keluarkan agregat dari oven dan tunggu sampai beratnya tetap;

3. Pisah-pisahkan agregat kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan dan lakukan penimbangan;

4. Lakukan pengujian kekentalan aspal untuk memperoleh temperatur pencampuran dan pemadatan;

5. Panaskan agregat pada temperatur 28oC diatas temperatur pencampuran;

6. Panaskan aspal sampai mencapai kekentalan (Viscositas) yang disyaratkan untuk pekerjaan pencampuran dan pemadatan seperti diperlihatkan dalam table.

Alat uji

Kekentalan untuk

Satuan Pencampuran Pemadatan

Viskosimeter

Kinematik 170 ± 20 280 ± 30 Centistokes

Viskosimeter Saybolt

Furol 85 ± 10 140 ± 15 Detik Saybolt Furol

b. Persiapan campuran :

1. Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ±1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ±1,27 mm (2,5 ± 0,05 inch);

2. Panaskan wadah pencampur kira-kira 28oC di atas temperatur pencampuran aspal keras;

3. Masukkan agregat yang telah dipanaskan ke dalam wadah pencampur;

4. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti pada Tabel sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan; kemudian aduk dengan cepat sampai agregat terselimuti aspal secara merata

c. Pemadatan benda uji :

1. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 90ºC - 150ºC;

2. Letakkan cetakan diatas landasan pemadat dan ditahan dengan pemegang cetakan;

3. Letakkan kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran sesuai ukuran dasar cetakan;

(10)

4. Masukkan seluruh campuran kedalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran dengan spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali di sekeliling penggirannya dan 10 kali dibagian tengahnya;

5. Letakkan kertas saring atau kertas penghisap diatas permukaan benda uji dengan ukuran sesuai cetakan;

6. Padatkan campuran dengan temperature yang disesuaikan dengan kekentalan aspal yang digunakan sesuai tabel, dengan jumlah tumbukan ;

 75 kali untuk lalu lintas berat

 50 kali untuk lalu lintas sedang

 35 kali untuk lalu lintas ringan

7. Pengujian kepadatan mutlak campuran beraspal untuk lalu lintas berat dilakukan pemadatan sebanyak 400 kali tumbukan;

8. Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji, kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan dipasang kembali pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang diabalikkan tadi;

9. Permukaan benda uji yang sudah dibalikkan tadi ditumbuk kembali dengan jumlah tumbukan yang sama;

10. Sesudah dilakukan pemadatan campuran, lepaskan pelat alas dan pasang pada alat pengeluar benda uji pada permukaan ujung benda uji tersebut;

11. Keluarkan dan letakkan benda uji pada permukaan yang rata dan diberi tanda pengenal serta biarkan selama kira-kira 24 jam pada temperature ruang;

12. Bila diperlukan untuk mendinginkan benda uji, dapat digunakan kipas angina;

13. Setelah 24 jam benda uji siap dilakukan pengujian.

(11)

1.2.3 Sketsa Alat dan Bahan

Gambar 1.

Penumbuk

P e r a n c a n g a n C a m p u r an ( m ix D e s ig n )

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan

Sketsa Alat dan Bahan

Gambar 1.1 alat penumbuk

Cetakan (Mould

M O D U L 1 4 P e r an c a n g a n C a m p u r a n ( m i x D e s ig n )

1 - 6

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

Mould)

(12)

1.3 Pelaksanaan Pemeriksaan Campuran

Pengujian ini meliputi pengukuran stabilitas dan pelelehan (Flow) suatu campuran beraspal dengan butir agregat berukuran maksimum 25,4 mm (1 in).

1.3.1 Peralatan

a. Alat Marshall yang terdiri dari :

 Kepala penekan (Breaking Head) berbentuk lengkung, dengan jari- jari bagian dalam 50,8 mm (2inch);

 Dongkrak pembebanan (Loading Jack) yang digerakkan secara elektrik dengan kecepatan pergerakan vertikal 50,8 mm/menit (2 Inch/menit);

 Cincin penguji (Proving Ring) dengan kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg dilengkapi arloji (Dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm (0,001 inch);

 Arloji pengukur pelelehan (Flow) dengan ketelitian 0,25 mm (0,1inch) beserta pelengkapnya.

b. Pengangas air (Water Bath) dengan kedalaman 152,4 mm (6 inch) yang dilengkapi dengan temperature yang dapat menjaga temperature air pada suhu 60oC ± 1ºC;

c. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram;

d. Thermometer gelas untuk pengukur temperature air dalam pengangas dengan sensitivitas sampai 0,2 ºC.

1.3.2 Persiapan Pengujian

a. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel,

b. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm (0,04 inch);

c. Timbang benda uji;

d. Rendam benda uji dala air selam kira-kira 10 menit pada temperatur ruang;

e. Timbang benda uji didalam air untuk mendapatkan isi dari benda uji;

f. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan.

1.3.3 Cara Pengujian

Lamanya waktu yang diperlukan dari angkatnya benda uji diangkatnya benda uji dari pengangas air sampai tercapainya beban maksimum saat pengujian tidak boleh melebihi 30 detik.

a. Rendamlah benda uji dalam pengangas air selama 30 ± 5 menit dengan temperatur tetap 60ºC ± 1ºC;

(13)

M O D U L 1 4 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 - 8

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

b. Untuk mengetahui indeks perendaman, benda uji direndam dalam pengangas air selama 24 jam dengan temperatur tetap 60ºC ± 1ºC;

c. Keluarkan benda uji dari pengangas air dan letakkan dalam bagian bawah alat penekan uji marshall;

d. Pasang bagian atas alat penekan benda uji Marshall diatas benda uji dan letakkan seluruhnya dalam mesin uji marshall;

e. Pasang arloji pengukur pelelehan pada kedudukannya diatas salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji (Sleeve) dipegang teguh pada bagian atas kepala penekan;

f. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dianaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji;

g. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan nol;

h. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50,8 mm (2 inch) per menit sampai pembebanan maksimum tercapai, untuk pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum tekan dan catat pembebanan maksimum (Stabilitas) yang dicapai. Untuk benda uji dengan tebal tidak sama dengan 63,5 mm, beban harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti diperlihatkan pada tabel.

i. Catat nilai pelelehan yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.

1.4 Perhitungan

Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan persamaan berikut :

a. Kadar aspal total : 𝑋100

b. Berat kepadatan (ton/m3) :

c. Hitung perkiraan awal kadar aspal rencana :

Pb =0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FA) + Konstanta Dimana :

Pb = Perkiraan kadar aspal rencana awal CA = Agregat kasar

FA = Agregat halus

FF = Bahan pengisi (Filler)

Konstanta = kira kira 0,5 – 1 untuk laston dan 1 – 2 untuk lataston

(14)

d. Berat jenis maksimum campuran beraspal (Gmm) Diuji dengan metode AASHTO T 209 – 1990 e. Berat jenis efektif agregat : Gse =

Dimana :

Gse = berat jenis efektif agregat

Gmm = berat jenis maksimum campuran (AASHTO T 209 – 1990) Pmm = persen berat total campuran (=100)

Pb = kadar beraspal berdasarkan berat jenis maksimum campuran yang Diuji dengan metode AASHTO T 209 – 1990

Gb = berat jenis aspal

f. Berat jenis maksimum campuran dengan kadar aspal campuran yang berbeda :

Gmm = Dimana :

Gmm = berat jenis maksimum

Pmm = persen berat total campuran (=100) Ps = persen agregat terhadap total campuran GSe = berat jenis efektik agregat

Gb = berat jenis aspal

Pb = kadar aspal total, persen terhadap berat total campuran g. Berat jenis agregat curah :

𝑃1 + 𝑃2 + ⋯ … … … … . . 𝑃𝑛 + … … … . Dimana :

GSb = berat jenis agregat curah

P1,P2,Pn = persentase masing-masing fraksi agregat G1,G2,Gn = berat jenis masing-masing fraksi agregat

(15)

M O D U L 1 4 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 - 1 0

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

h. Penyerapan aspal : Pba = 100 𝐺𝑏 Dimana :

Pba = penyerapan aspal

GSe = berat jenis efektif agregat Gsb = berat jenis curah agregat Gb = berat jenis aspal

i. Kadar aspal efektif : Pbe = Pb - P100 ba Ps

Dimana :

Pbe = kadar aspal efektif, persen terhadap berat total campuran Pb = kadar aspal total, persen terhadap berat total campuran Ps = persen agregat terhadap total campuran

Pba = penyerapan aspal, persen terhadap berat agregat j. Rongga diantara mineral agregat :

VMA = 100 - Gmb X Ps

Gsb

Dimana :

VMA = rongga diantara mineral agregat, persen terhadap volume total campuran

Gsb = berat jenis curah agregat

Gmb = berat jenis curah campuran padat (AASHTO T – 166) Ps = persen agregat terhadap berat total campuran

Pb = kadar aspal total, persen terhadap berat total campuran k. Rongga dalam campuran;

VIM = 100 Gmm – Gmb Gmm

Dimana :

VIM = rongga didalam campuran, persen terhadap volume total campuran

Gmb = berat jenis curah campuran padat (AASHTO T – 166) Gmm = berat jenis maksimum campuran

(16)

l. Rongga terisi aspal

VFB = 100 (VMA – VIM) VMA Dimana :

VFB = rongga terisi aspal, persen terhadap VMA

VMA = rongga diantar mineral agregat, persen terhadap volume total campuran

VIM = rongga didalam campuran, persen terhadap volume total campuran m. Stabilitas (kg);

Pembacaan arloji tekan dikalikan dengan hasil kalibrasi cincin penguji serta angka korelasi beban

n. Pelelehan :

Dibaca pada arloji pengukur pelelehan.

(17)

M O D U L 1 4 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 - 1 2

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

TABEL RASIO KORELASI STABILITAS

Isi benda uji (cm3) Tebal benda uji (mm) Angka korelasi

200 – 213 25,4 5,56

214 – 225 27,0 5,00

226 – 237 28,6 4,55

238 – 250 30,2 4,17

251 – 264 31,8 3,85

265 – 276 33,3 3,57

277 – 289 34,9 3,33

290 – 301 35,5 3,03

302 – 316 38,1 2,78

317 – 328 39,7 2,50

329 – 340 41,3 2,27

341 – 353 42,9 2,08

354 – 367 44,4 1,92

368 – 379 46,0 1,79

380 – 392 47,6 1,67

393 – 405 49,2 1,56

406 – 420 50,8 1,47

421 – 431 52,4 1,39

432 – 443 54,0 1,32

444 – 456 55,6 1,25

457 – 470 57,2 1,19

471 – 482 58,7 1,14

483 – 495 60,3 1,09

496 – 508 61,9 1,04

509 – 522 63,5 1,00

523 – 535 65,1 0,96

536 – 546 66,7 0,93

547 – 559 68,3 0,89

560 – 573 69,9 0,86

574 – 585 71,4 0,83

586 – 598 73,0 0,81

599 – 610 74,6 0,78

611 – 625 76,2 0,76

(18)

1.5 Pelaporan

Perihal yang dicantumkan dalam pelaporan adalah : a. Berat jenis agregat;

b. Berat jenis aspal;

c. Temperatur pencampuran, pemadatan dan pengujian (ºC) dalam bilangan bulat;

d. Kadar aspal dalam campuran, dilaporkan dalam bilangan decimal, satu angka dibelakang koma;

e. Kepadatan dilaporkan dalam ton/m f. Berat jenis maksimum campur

g. Rongga terisi aspal, dua angka dibelakang koma;

h. Rongga diantara mineral agregat, dua angka dibelakang koma;

i. Stabilitas, dilaporkan dalam satuan kg, bilangan bulat;

j. Pelelehan, dilaporkan dalam satuan mm (millimeter), satu ang koma;

k. Tanggal, identitas benda uji dan penanggung jawab.

Perihal yang dicantumkan dalam pelaporan adalah :

Temperatur pencampuran, pemadatan dan pengujian (ºC) dalam bilangan Kadar aspal dalam campuran, dilaporkan dalam bilangan decimal, satu angka Kepadatan dilaporkan dalam ton/m3, tiga angka dibelakang koma;

Berat jenis maksimum campuran, tiga angka dibelakang koma;

Rongga terisi aspal, dua angka dibelakang koma;

Rongga diantara mineral agregat, dua angka dibelakang koma;

Stabilitas, dilaporkan dalam satuan kg, bilangan bulat;

Pelelehan, dilaporkan dalam satuan mm (millimeter), satu angka dibelakang Tanggal, identitas benda uji dan penanggung jawab.

Temperatur pencampuran, pemadatan dan pengujian (ºC) dalam bilangan Kadar aspal dalam campuran, dilaporkan dalam bilangan decimal, satu angka

ka dibelakang

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kadar aspal residu optimum, temperatur pemadatan ideal dan perbandingan karakteristik CPHMA yang dipadatkan secara dingin

Laporan Akhir Kajian Properties dan Toleransi Bahan Campuran Beraspal Panas dan Dingin serta Kajian tentang Aspal PG, Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan

(Raharjo et al., 2016) meneIiti tentang pengaruh suhu pemadatan campuran untuk perkerasan lapis antara (AC-BC).(Raya et al., 2015) meneliti tentang variasi temperatur

Kadar aspal hasil ekstraksi dari campuran ACWC yang diambil dari AMP dibandingkan dengan kadar aspal hasil ekstraksi dari campuran ACWC yang diambil dari belakang mesin

https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/JTSIP 1 ANALISIS PERBANDINGAN HASIL EKSTRAKSI KADAR ASPAL PADA CAMPURAN ASPAL AC-BC TERHADAP DESIGN MIX FORMULA Agung Wahyudi, Marwan Lubis, M