• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 14 PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)

N/A
N/A
474 977 Maria Credisia I N T A

Academic year: 2024

Membagikan "MODUL 14 PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)

BAB 14 PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN) 1.1 Maksud dan Tujuan

1.1.1 Maksud ...

1.1.2 Tujuan ...

1.2 Alat dan Bahan ...

1.2.1 Alat ...

1.2.2 Bahan ...

1.2.3 Sketsa Alat dan

1.3 Pelaksanaan ...

1.4 Perhitungan ...

1.5 Pelaporan ...

1.6 Contoh Hasil Perancangan Campuran (Mix Design)

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS GADJAH MADA

© 2014

PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN)

14 PERANCANGAN CAMPURAN (MIX DESIGN) ...

Maksud dan Tujuan ...

...

... Error! Bookmark not defined.

...

...

...

Sketsa Alat dan Bahan ...

...

...

...

rancangan Campuran (Mix Design)Error! Bookmark not defined.

M O D U L 1 4

... 1

... 1

... 1

Error! Bookmark not defined. ... 2

... 2

... 2

... 3

... 4

... 5

... 5 Error! Bookmark not defined.

(2)

MODUL 15

(SNI 6753:2008) Uji Ketahanan Campuran Beraspal Terhadap Kerusakan Akibat Rendaman.

BAB 1 UJI PENETRASI ASPAL

UJI KE TAH AN AN CAMP URAN BE RAS P AL TERH AD AP KE RUS AK AN AK IB AT REN DAM AN

1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud

Standar ini menetapkan persiapan benda uji dan pengukuran perubahan kekuatan tarik diametral yang didapat dari akibat penjenuhan dan pembasahan dari benda uji campuran beraspal.

1.1.2 Tujuan

Hasil pengujian ini bisa digunakan untuk memprediksi kepekaan terhadap pengelupasan (stripping) pada umur pelayanan dan untuk mengevaluasi larutan bahan tambah anti stripping lain yang ditambahkan pada aspal atau bahan gembur lain, seperti kapur tohor atau semen portland, yang ditambahkan pada agregat.

(3)

M O D U L 1 5 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 5 - 2

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

1.2 Alat dan Bahan 1.2.1 Alat

Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut:

1. Bejana vakum (vacuum container), dan pompa vakum (vacuum pump) sesuai dengan ASTM D 2041 termasuk dengan manometer dan alat pengukurnya (vacuum gauge).

2. Timbangan dan bak perendam sesuai dengan AASHTO T 166.

3. Bak perendam dengan temperatur rendaman sebesar (60 ± 1)oC.

4. Peralatan untuk Pengujian Marshall.

1.2.2 Bahan

Persiapan benda uji :

1. Persiapan benda uji yang dipadatkan di laboratorium

2. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram.

3. Diameter dari benda uji adalah 100 mm dengan tebal (63 ± 2,5) mm atau diameter 150 dengan tebal (95 ± 5) mm. Untuk campuran dengan ukuran butir lebih besar dari 25 mm digunakan benda uji berdiameter 150 mm dan tebal (95 ± 5)mm.

4. Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC diatas suhu pencampuran.

5. Panaskan juga aspal sampai suhu pencampuran

6. Campur agregat dengan aspal sesuai kadar aspal yang telah ditentukan, aduklah sampai agregat terselimuti aspal secara merata.

7. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk kemudian panaskan cetakan. Hal ini untuk mencegah penurunan suhu campuran aspal dan agregat sewaktu dimasukkan ke dalam cetakan.

8. Lakukan pemadatan sesuai dengan metoda pemadatan campuran beraspal.

9. Setelah agak dingin lepaskan benda uji dari cetakan secara perlahan- lahan.

10. Biarkan benda uji selama kira-kira 24 jam

11. Buat sekurang-kurangnya 6 benda uji, 3 untuk pengujian kering dan 3 untuk pengujian setelah pengkondisian

12. Setelah 24 jam benda uji siap dilakukan pengujian.

(4)

1.2.3 Sketsa Alat dan Bah

1.1 Sketsa Alat dan Bahan

1.1 Alat Penguji dan Benda Uji (sumber : Google.com)

1.2 Sketsa Pengujian (Sumber : Google.com)

(5)

M O D U L 1 5 P e r a nc a n g a n C a m p u r a n ( m ix D e s ig n )

1 5 - 4

B U K U P A N D U A N P R A K T I K U M L A B O R A T O R I U M T E K N I K T R A N S P O R T A S I Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - UGM

1.3 Pelaksanaan

1. Pengkondisian Benda Uji

a) Ukur tebal benda uji dengan ketelitian 0,1 mm.

b) Timbang benda uji.

c) Simpan benda uji pada wadah Vakum (vaccum container) yang ditunjang oleh spacer setinggi sekurang-kurangnya 25 mm dari dasar wadah.

d) Kemudian lakukan pengisapan pada wadah vakum sebesar 13 kPa – 67 kPa selama 5 menit sampai dengan 10 menit.

e) Isi wadah vakum dengan air suling pada temperatur ruangan sehingga benda uji terendam sedalam paling kurang 25 mm diatas permukaan benda uji.

f) Setelah itu lepaskan tekanan dan biarkan benda uji terendam selama 5 menit sampai dengan 10 menit.

g) Keluarkan benda uji dari wadah vakum dan masukkan kedalam water bath (bak perendam) selama 24 jam dengan suhu 60 ± 0,5 oC.

h) Setelah perendaman 24 jam keluarkan benda uji dari bak perendam dan biarkan sampai mencapai suhu ruang (± 25oC).

i) Setelah itu benda uji siap untuk dilakukan pengujian..

2. Persiapan benda uji kering.

a) Kelompok untuk pengujian kering disimpan pada temperatur ruangan sampai dengan saat pengujian dilakukan.

b) Kondisikan benda uji dengan suhu 25 ± 2 oC selama 30 menit.

c) Benda uji siap untuk dilakukan pengujian.

1.3.1 Cara Pengujian

a. Pengujian kekuatan tarik tak langsung (Indirect Tensile Strength) dilakukan untuk kedua jenis benda uji baik benda uji kering maupun yang telah dikondisikan pada temperatur pengujian (25 ± 0,5)OC.

b. Benda uji kemudian diletakkan diantara beban-beban strip. Setelah itu benda uji dan beban-beban strip diletakkan diantara plat pengujian.

Kemudian diberikan beban dengan kecepatan diambil konstan yaitu sebesar 50 mm per menit. Beban diberikan sepanjang diameter dari benda uji.

c. Catat kuat tekan maksimum yang terjadi, kemudian pembebanan dilanjutkan sampai terjadinya retak vertical.

d. Keluarkan benda uji dan kemudian dicoba untuk ditekan dengan tangan pada daerah retak sampai terbelah.

e. Setelah itu lihat permukaan dalam yang terbelah dari benda uji dan lihat kondisi kemungkinan adanya keretakan atau pecahnya agregat.

(6)

Secara visual estimasi tingkat kerusakan akibat perendaman dalam skala 0 sampai dengan 5 (angka 5 menunjukkan keruskan stripping paling parah).

1.4 Perhitungan

Untuk menghitung hasil pengujian di gunakan rumus berikut a.

St =

Dengan pengertian

St adalah kekuatan tarik kPa;

P adalah beban maksimum N;

t adalah tebal benda uji, mm;

D adalah diameter benda uji, mm.

b. Rasio kekuatan tarik sebagai berikut :

Rasio Kekuatan Tarik (RKT) = S2

Dengan pengertian :

S1 adalah kekuatan tarik rata dari contoh uji kering, kPa;

S2 adalah kekuatan tarik rata-rata dari contoh uji yang telah dikondisikan, kPa

1.5 Pelaporan

Perihal yang dicantumkan dalam pelaporan adalah : 1. Jumlah benda uji untuk masing-masing kondisi;

2. Rata-rata rongga untuk masing-masing kondisi 3. Kekuatan tarik masing-masing benda uji;

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui nilai kekuatan tarik tak langsung (tensile strength) material campuran AC (Asphalt Concrete) menggunakan spesimen yang dipadatkan dengan alat pemadat Roller

Tahap selanjutnya melakukan pengujian kekuatan tarik pada 3 spesimen yang telah dilakukan tempering untuk mengetahui nilai dari ultimate tensile strength (UTS), dimana

Setelah proses perlakuan panas dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian kekuatan tarik pada spesimen untuk mengetahui nilai dari ultimate tensile strength (UTS) dari

Menentukan pengaruh antara jumlah tumbukan dalam pemadatan (50 Kali dan 75 Kali) terhadap kekuatan tarik campuran HRS-B (Hot Rolled Sheet) menggunakan alat ITS (Indirect

Pengujian tarik dilakukan untuk menentukan sifat-sifat mekanis material antara lain kekuatan tarik dan regangan. Benda uji dipasang pada penjepit atas dan bawah pada alat uji

Pengujian tarik berguna untuk mengetahui kekuatan tarik (tensile strength) masing-masing sampel dengan melihat beban tarik maksimal yang diterima dan Pengujian kuat tarik

Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kekuatan uji tarik ( tensile strengh) dan uji mikro untuk mengetahui seberapa besar kemampuan Magnesium

Kuat tarik tidak langsung (Indirect Tensile Strength) adalah kemampuan lapis perkerasan untuk menahan beban berupa tarikan yang terjadi pada arah horizontal.. Uji