• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Asuhan Kebidanan BBL, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah

N/A
N/A
Aprodhita Anggraini Putri

Academic year: 2025

Membagikan "Modul Asuhan Kebidanan BBL, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MODUL BAHAN AJAR

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

(3)

MODUL BAHAN AJAR

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,

BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

Penulis :

1. Aprodhita Anggraini Putri 2. Eka Putri Nurhikmah Hidayati 3. Fanisa Salsabila Putri

4. Jesica Claudia 5. Melina Hidayah 6. Siti Fatimah

MODUL BAHAN AJAR

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

Oleh :

(4)

1. Aprodhita Anggraini Putri 2. Eka Putri Nurhikmah Hidayati 3. Fanisa Salsabila Putri

4. Jesica Claudia 5. Melina Hidayah 6. Siti Fatimah

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memuji kebesaran Allah SWT dan atas kehendak-Nya pula akhirnya Modul Mata Kuliah Asuhan Kebidanan BBL, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah ini dapat diselesaikan dan ada di hadapan para mahasiswa. Modul ini sebagai tambahan bacaan selain buku-buku sejenis yang telah terbit dan disusun berdasarkan Kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi untuk mahasiswa Program Sarjana Terapan.

Tujuan kami menyusun modul ini adalah memberikan deskripsi yang jelas, akurat, dan dapat dipahami mengenai Asuhan BBL, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Kami

(5)

berharap agar mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan, semakin mudah dalam memahami mata kuliah Asuhan BBL, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama pada BBL,Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.

Kami berharap agar modul praktik ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk mempelajari Asuhan Kebidanan BBL, Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Semoga dengan bimbingan Allah SWT, modul ini bisa bermanfaat untuk perkembangan ilmu Kebidanan dan mahasiswa menjadi Bidan yang berakhlak mulia, bermartabat, kreatif,mandiri dan profesional. Jazakumullahu Khairan.

DAFTAR BAHAN AJAR TOPIK 1 :

Kegiatan Belajar 1 :

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

PERTUMBUHKEMBANGAN NEONATUS ( POIN 3 A) 1. Masa Neonatal

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah serta oraganorgan tubuh mulai berfungsi. Saat lahir berat badan normal dari ibu yang sehat berkisar 3000 gr - 3500 gr, tinggi badan sekitar 50 cm, berat otak sekitar 350 gram. Pada sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pada masa neonatal ini, refleks-refleks primitif yang bersifat fisiologis akan muncul. Diantaranyarefleks moro yaitu reflek merangkul, yang akan menghilang pada usia 3--5 bulan; refleks menghisap

(11)

(sucking refleks); refleks menoleh (rooting refleks); refleks mempertahankan posisi leher/kepala (tonick neck refleks); refleks memegang (palmar graps refleks) yang akan menghilang pada usia 6--8 tahun. Refleks-refleks tersebut terjadi secara simetris, dan seiring bertambahnya usia, refleks-refleks itu akan menghilang. Padamasa neonatal ini, fungsi pendengaran dan penglihatan juga sudah mulai berkembang.

2. Masa Bayi

Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Umur 5 bulan berat badan anak 2x berat badan lahir dan umur 1 tahun sudah 3x berat badan saat lahir. Sedangkan untuk panjang badannya pada 1 tahun sudah satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat.

Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah 50%. Oleh karena itu perlu pemberian gizi yang baik yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.

Pada tiga bulan pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping. Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kiri- kanan saat telungkup.

Setelah usia lima bulan anak mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup, dan sebaliknya berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet/menangis pada suasana tidak menyenangkan. Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup untuk menjangkau benda- benda di sekitarnya.

Sekitar usia sembilan bulan anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa bantuan. Bila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih

(12)

sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing akan membuat cemas (stranger anxiety) demikian juga perpisahan dengan ibunya.

Pada usia 9 bulan sampai dengan 1 tahun, anak mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukulmukul mainan, dan memberikan benda yang dipegang bila diminta.Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada masa bayi terjadi perkembangan interaksi dengan lingkungan yang menjadi dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan memperoleh perkembangan interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan masalah sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.

B. STIMULASI DETEKSI PERTUMBUH DAN PERKEMBANGAN ( POIN 3 B) 1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kemenkes R.I, 2012). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I, 2012). 2. Teori Perkembangan Setelah Anda mempelajari tentang pengertian pertumbuhan dan perkembangan maka selajutnya Anda perlu juga memahami beberapa teori perkembangan pada masa balita.

2. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalahsebaga berikut:

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perkembangan.

(13)

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda– beda baik dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta kepandaiannya. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembangan pun demikian terjadi peningkatan baik memori, daya nalar dan lain-lain.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh, terjadi menurut dua hukum yang tetap yaitu sebagai berikut:

1. Perkembangan terjadi lebih dulu didaerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal),

2. Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

f. Perkembangan memeiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Misalnya, anak mampu membuat lingkaran dulu sebelum mampu membuat kotak.

3. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling memerlukan perhatian dan menentukan kualitas seseorang dimasa mendatang adalah pada masa anak, karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak sudah dimulai sejak dalam kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini sesuai dengan pengertian

(14)

anak menurut WHO yaitu sejak terjadinya konsepsi sampai usia 18 tahun. Pada dasarnya dalam kehidupan manusia mengalami.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri -ciri tersebut adalahsebaga berikut:

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan dan pertumbuhan berjalan secara bersamaan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perkembangan.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal akan menentukan perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Pada setiap anak mempunyai kecepatan yang berbeda– beda baik dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta kepandaiannya. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat maka perkembangan pun demikian terjadi peningkatan baik memori, daya nalar dan lain-lain.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh, terjadi menurut dua hukum yang tetap yaitu sebagai berikut:

1. Perkembangan terjadi lebih dulu didaerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal)

2. Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

g. Perkembangan memeiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Misalnya, anak mampu membuat lingkaran dulu sebelum mampu membuat kotak.

(15)

5. Periode Tumbuh Kembang Anak

a. Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode: a. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.

b. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari. Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat adalah:

1. Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana kesehatan yang memadai.

2. Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk melahirkan.

3. Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat menenangkan perasaan ibu Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi yang dilahirkannya.

4. Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.

b. Masa post (pasca) neonatalumur 29 hari sampai 11 bulan.

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makana pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana

(16)

kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.

c. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubunganhubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga bersosialisasi. Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla tidak dideteksl apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia dikemudian hari.

d. Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).

Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir. Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak

(17)

mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak. Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak. Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain. Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya, agar dapat dllakukan intervensl dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan.

6. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur a. Usia 0-3 Bulan

1. Mengangkat kepala setinggi 45

2. Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.

3. Melihat dan menatap wajah anda.

4. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

5. Suka tertawa keras.

6. Beraksi terkejut terhadap suara keras.

7. Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.

8. Mengenal ibu dengan penglihatanm penciuman, pendengaran, kontak.

b. Usia 3-6 Bulan

1. Berbalik dari telungkup ke terlentang.

2. Mengangkat kepala setinggi 90

3. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.

4. Menggenggam pensil.

5. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.

(18)

6. Memegang tangannya sendiri.

7. Berusaha memperluas pandangan.

8. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.

9. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.

10. Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri.

c. Usia 6-9 Bulan

1. Duduk (sikap tripoid - sendiri)

2. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.

3. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.

4. Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain.

5. Memungut 2 benda, masing-masing lengan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan.

6. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.

7. Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata.

8. Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.

9. Bermain tepuk tangan/ciluk baa.

10. Bergembira dengan melempar benda.

11. Makan kue sendiri d. Usia 9-12 Bulan

1. Mengangkat benda ke posisi berdiri.

2. Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.

3. Dapat berjalan dengan dituntun.

4. Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.

5. Mengenggam erat pensil.

6. Memasukkan benda ke mulut.

7. Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan.

8. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.

9. Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja.

10. Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.

11. Senang diajak bermain “CILUK BAA”.

(19)

12. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali.

e. Usia 12-18 Bulan

1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan.

2. Membungkung memungut mainan kemudian berdiri kembali.

3. Berjalan mundur 5 langkah.

4. Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata

“mama”

5. Menumpuk 2 kubus. * Memasukkan kubus di kotak.

6. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkannatau menarik tangan ibu.

7. Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.

f. Usia 18-24 Bulan

1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.

2. Berjalan tanpa terhuyung-huyung.

3. Bertepuk tangan, melambai-lambai.

4. Menumpuk 4 buah kubus.

5. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.

6. Menggelindingkan bola kearah sasaran.

7. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.

8. Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.

9. Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri g. Usia 24-36 Bulan

1. Jalan naik tangga sendiri.

2. Dapat bermain dengan sendal kecil.

3. Mencoret-coret pensil pada kertas.

4. Bicara dengan baik menggunakan 2 kata.

5. Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.

6. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.

7. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta.

(20)

8. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.

9. Melepas pakiannya sendiri h. Usia 36-48 Bulan

1. Berdiri 1 kaki 2 detik.

2. Melompat kedua kaki diangkat.

3. Mengayuh sepeda roda tiga.

4. Menggambar garis lurus.

5. Menumpuk 8 buah kubus.

6. Mengenal 2-4 warnah.

7. Menyebut nama, umur, tempat.

8. Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan.

9. Mendengarkan cerita.

10. Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.

11. Mengenakan celana panjang, kemeja baju.

i. Usia 48-60 Bulan

1. Berdiri 1 kaki 6 detik.

2. Melompat-lompat 1 kaki.

3. Menari. * Menggambar tanda silang.

4. Menggambarlingkaran.

5. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.

6. Mengancing baju atau pakian boneka.

7. Menyebut nama lengkap tanpa di bantu.

8. Senang menyebut kata-kata baru.

9. Senang bertanya tentang sesuatu.

10. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.

11. Bicara mudah dimengerti.

12. Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya.

13. Menyebut angka, menghitung jari.

14. Menyebut nama-nama hari.

15. Berpakian sendiri tanpa di bantu.

(21)

16. Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

j. Usia 60-72 Bulan 1. Berjalan lurus.

2. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.

3. Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap 4. Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.

5. Menggambar segi empat.

6. Mengerti arti lawan kata.

7. Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.

8. Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.

9. Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10 * Mengenal warna- warnia

10. Mengungkapkan simpati.

11. Mengikuti aturan permainan.

12. Berpakaian sendiri tanpa di bantu.

IMUNISASI DAN VAKSINASI dan KIPI (POIN 4) 1. Pengertian Imunisasi

Suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif thd suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menimbulkan sakit atau hanya menimbulkan sakit ringan.

2. Tujuan Imunisasi

Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorg dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar.

Konsep Imunitas: Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yg terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yg dihasilkannya, yg bekerja secara kolektif dan terkoordinir utk melawan benda asing spt kuman-kuman penyakit atau racunnya yg masuk ke dalam tubuh.

(22)

3. Jenis Imunisasi

a. Imunisasi Aktif : Pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dgn tujuan merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri.

Contohnya : imunisasi polio, campak

b. Imunisasi Pasif : Penyuntikan sejumlah antibodi sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.

Contoh : ATS (Anti serum tetanus) pada orang yg alami luka, bayi baru lahir mendpt bbrp antibodi dari ibunya mll plasenta.

4. Vaksin Yang di Anjurkan di Indonesia

a. MR (Measles, Mumps, Rubella) : Memberi kekebalan aktif thd campak, gondok dan rubella.

b. Hib (haemophilus influenza tipe B) : memberi kekebalan thd bakteri Hib yg dpt sebabkan meningitis

c. Varisela : memberi kekebalan aktif thd cacar air.

d. Hepatitis A : memberi kekebalan secara simultan thd infeksi virus hep A.

e. Demam tipoid: memberi kekebalan aktif thd penyakit demam tipoid 5. Jenis Imunisasi Yang di Wajibkan di Indonesia

a. BCG (Bacillus Calmette-Guérin) b. Hepatitis B

c. DPT d. Polio e. Campak 6. Vaksi dan Imunisasi

Vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) system imun di dalam tubuh. Vaksinasi sebagai upaya pencegahan primer yang sangat handal, untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.

(23)

Prosedur vaksinasi mulai dari penyiapkan dan membawa vaksin, mempersiapkan anak dan orangtua, tehnik penyuntikan yang aman, pencatatan, pembuangan limbah, sampai pada tehnik penyimpanan dan penggunaan sisa vaksin dengan benar. Penjelasan kepada orangtua serta pengasuhnya sebelum dan sesudah vaksinasi perlu dipelajari pula. Pengetahuan tentang kualitas vaksin yang masih boleh diberikan pada bayi/anak perlu mendapat perhatian. Ukuran jarum, lokasi suntikan cara mengatasi ketakutan pada anak dan rasa nyeri pada anak perlu diketahui.

Vaksinasi perlu dicatat dengan lengkap termasuk keluhan kejadian ikutan pasca vaksinasi. Dengan prosedur vaksinasi yang benar diharapkan akan di peroleh kekebalan yang optimal, penyuntikan yang aman, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang minimal, serta pengetahuan dan kepatuhan orangtua pada jadwal vaksinasi. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi : Dari sebagian kecil penyakit yang telah ditemukan vaksinnya hanya 7 yang diupayakan pencegahannya melalui program imunisasi.

7. Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

a. BCG: 2 mggu pasca imunisasi timbul bisul di bekas tempat suntikan mngalami ulserasi 2-4 bulan

b. Hepatitis B: langsung timbul demam yang tidak tinggi, tempat penyuntikan timbul bengkak, nyeri sendi dan mual

c. DTP: demam tinggi & rewel, tempat suntik kemerahan, nyeri & bengkak selama 2 hari

d. DT: bekas suntikan kemerahan, bengkak dan nyeri e. Polio oral: jarang menimbulkan reaksi

f. Campak & MMR: 12 hari pasca suntik demam tidak tinggi, erupsi kemerahan tidak menular, pilek.

8. Jadwal Imunisasi

a. BCG 1 kali - Bayi (0-11 bulan)

b. DPT 4 kali (DPT 1, 2, 3, 4) 4 minggu Bayi (2-11 bulan c. Polio 3 kali (polio 1, 2, 3) 4 minggu Bayi, 2-11 bulan d. Campak I kali - Anak (9-11 bulan)

(24)

e. DT 2 kali 4 minggu Anak kelas 1 SD (wanita).

(25)

KONSEP DASAR NEONATUS DENGAN MASALAH YANG LAZIM TIMBUL A. Muntah

1. Pengertian

Muntah adalah proses reflek yang sangat terkoordinasi yang mungkin didahului dengan peningkatan air liur. Muntah adalah keluamya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan

(26)

kontraksi lambung dan abdomen. Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi. Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke lambung, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.

2. Patofisiologis

Suatu keadaan dimana anak/ bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, kadang- kadang sampai sleuruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi refleks yang dikoordinasi dalam medulla oblongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran penceranaan, penyakit intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

3. Penyebab

Penyebab muntah ditinjau dari sifat muntah adalah:

a. Keluar cairan terus menerus, kemungkinan disebabkan oleh obstruksi oesofagus b. Muntah proyektil kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus

c. Muntah hijau kekuningan ,kemungkinan disebabkan oleh obstruksi dibawah ampula vateri

d. Muntah segera setelah lahir dan menetap, kemungkinan disebabkan oleh tekanan intra cranial tinggi atau obstruksi usus.

Penyebab muntah ditinjau dari waktunya:

a. Pada masa neonatus. Kelainan kongenotal saluran pencernaan, paralisis palatum,atresia esophagus, kalasia, akalasia, iritasi pada lambung (mekoneum, amnion, darah)

b. Setelah masa neonatus. Pada masa ini penyebab muntah makin banyak dan makin sulit. Faktor yang predisposisi adalah:

1) Faktor psikogenik

(27)

2) Faktor infeksi, appendicitis, peritonitis, adnexitis, hepatitis dan infeksi traktus akut

3) Faktor lain: invaginasi, kelainan intra cranial, kelainan endokrin, reflex.

4. Tanda dan gejala

a. Keluar bahan muntahan lewat mulut b. Dapat terjadi kehilangan cairan.

c. Bila minum terjadi ketosis, yang menyebabkan asidosis sehingga menjadi shock.

d. Bila muntah hebat, terjadi ketegangan otot dinding perut, perdarahan konjunctiva, rupture esophagus dan aspirasi muntah.

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan muntah adalah:

a. Kaji factor penyebab dan sifat muntah

b. Beri suasana tenang dan menyenangkan pada saat menyusui. Hindari menyusui sambil berbaring atau tergesa-gesa.

c. Perlakukan bayi dengan baik.

d. Segera miringkan tubuh bayi pada saat muntah untuk mencegah aspirasi ke paru- paru.

e. Lanjutkan pemberian ASI , bila muntah berhenti.

f. Bila muntah tetap berlanjut, segera kolaborasi dengan tim medis 6. Peran Bidan

Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik dalam mengatasi masalah muntah pada bayi yaitu bidan harus segera memberikan pengetahuan dan penjelasan kepada keluarga sang bayi terutama ibu bahwa muntah bukanlah suatu keadaan yang harus diatasi dengan rasa kepanikan melainkan harus ditangani dengan asuhan yang tepat. Ibu dianjurkan untuk tidak panik akan tetapi harus dapat menangani sendiri ketika bayi muntah di rumah. Oleh karena itu bidan harus menjelaskan cara dan teknik menangani bayi yang muntah agar tidak terjadi salah asuhan sehingga tidak menimbulkan dampak yang fatal pada gumoh bayi tersebut. Kemudian bidan juga perlu memberi tahu kepada ibu apabila bayi muntah proyektik/menyemprot harus segera diperiksakan agar dapat dirujuk ke rumah sakit.

(28)

B. Gumoh

1. Pengertian

Gumoh atau regurgitasi adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusu dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai kontraksi ada dinding lambung.

Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah bayi menyusu dan jumlahnya hanya sedikit tanpa disertai kontraksi pada dinding lambung. Hal ini merupakan hal yang biasa terjadi pada bayi berusia 0-6 bulan, terutama bayi yang mendapatkan ASI. Gumoh biasanya terjadi karena bayi menelan udara pada saat menyusu.

2. Penyebab

Gumoh terjadi pada bayi karena katup antara lambung dan esophagus (kerongkongan) belum sempurna. Gumoh ini merupakan keadaan yang normal dan biasa terjadi pada bayi berusia 0 sampai 6 bulan (FK Universitas Indonesia, 1998).

Ada beberapa hal yang menyebabkan gumoh:

a. Belum sempurnanya katup antara lambung dan kerongkongan (lemahnya tonus otot sfingter), sehingga susu yang diminum mudah keluar kembali.

b. Posisi menyusui yang tidak tepat.

c. Terlalu banyak minum susu, padahal kapasitas lambung masih sedikit, sehingga tidak mampu menampung susu yang masuk.

d. Aktivitas yang berlebihan, menangis atau menggeliat pada saat disusui, sehingga susu keluar kembali.

3. Patofisiologi

Pada keadaan gumoh biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang-kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-

(29)

anak yang lebih besar. kebanyakan gumoh terjadi pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya.

4. Hal – Hal Yang Perlu Diwaspadai

Walaupun gumoh tidak membahayakan, tetapi keadaan tertentu harus diwaspadai oleh ibu atau bidan, antara lain jika gumoh terjadi lebih dari lima kali sehari atau jika isi gumoh bercampur dengan darah.

5. Penatalaksanaan

Gumoh Dapat Dicegah dengan Cara : a. Memperbaiki Teknik Menyusui

Posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui adalah badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan mulutnya dihadapkan pada puting susu ibu, leher bayi harus sedikit ditengadahkan, bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala yang sedikit tengadah dapat dipertahankan. Posisi bibir bawah bayi paling sedikit 1,5 cm dari pangkal puting susu, bayi harus mengulum sebagian besar areola puting ke dalam mulutnya, bukan hanya ujung puting susu.

Hal ini akan memungkinkan bayi menarik sebagian dari jaringan payudara masuk ke dalam mulutnya dengan lidah dan rahang bawah.

Apabila diposisikan dengan benar, sinus laktiferus akan berada di dalam rongga mulut bayi. Puting susu akan masuk sejauh langit langit lunak (velum palatimun) dan bersentuhan Web dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan merangsang refleks menghisap.

b. Sendawakan Bayi Sesaat Setelah Minum

Selesai minum bayi jangan langsung ditidurkan tetapi perlu disendawakan terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri) dengan kepala bersandar dipundak ibu, kemudian punggung bayi ditepuk perlahan lahan sampai terdengar suara bersendawa.

2) Menelungkupkan bayi di pangkuan ibu, lalu usap atau tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa.

c. Penatalaksanaan Gumoh

(30)

1) Bersikaplah tenang pada saat bayi sedang gumoh.

2) Segera miringkan badan bayi agar cairan tidak masuk ke paru-paru.

3) Bersihkan segera sisa gumoh dengan tissue atau lap basah hingga bersih.

4) Jika isi gumoh keluar melalui hidung, cukup bersihkan hidung dengan cotton bud, jangan menyedot menggunakan mulut karena akan menyakiti bayi dan rentan menularkan penyakit.

5) Tunggu beberapa saat jika ingin memberikan ASI lagi.

C. Oral Trush 1. Pengertian

Oral Trush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Oral thrush disebut dengan oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi tetapi seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian semakin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik.

2. Etiologi

Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar. Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap. Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.

(31)

Oral thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarahKeadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus.

3. Tanda dan Gejala

a. Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan b. Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu

c. Mukosa mulut mengelupas

d. Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah.

e. Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.

4. Komplikasi

Pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan. Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.

5. Penatalaksanaan a. Medik

Memberikan obat antijamur, misalnya :

1) Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula.

Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.

2) Nystatin tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus

(32)

dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.

b. Keperawatan

Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai. Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.

Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya. Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut. Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut. Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum. Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.

6. Pencegahan

a. Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi

b. Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu dalam mulut bayi

c. Pemeliharaan payudara kebersihan mulut dan perawatan payudara

(33)

D. Diaper Rush 1. Pengertian

Diaper rush atau ruam popok merupakan peradangan kulit yang terjadi pada area bokong dan selakangan. Ruam popok biasanya ditandai dengan warna kemerahan pada area yang terkena iritasi, terasa gatal dan lecet lecet ringan.

Hampir semua bayi mengalami diaper rush terutama pada bayi yang menggunakan popok sepanjang hari setiap harinya. Ruam popok adalah radang/infeksi kulit di sekitar area popok seperti paha dan pantat pada bayi, yang umumnya disebabkan terpaparnya kulit bayi pada zat amonia yang terkandung dalam urin atau feses bayi dalam jangka waktu lama. Area popok pada bayi tak dapat dihindariakan bersentuhan dengan sedikit bakteri pada basis tertentu.

Bahkan mengganti dan membersihkan secara teratur kadang masih bisa gagal mengangkat bakteri-bakteri tersebut sehingga pada akhirnya mengakibatkan ruam popok pada bayi.

Ruam popok ialah kondisi iritasi yang terjadi pada bagian tubuh bayi yang tertutup popok. Luka memerah yang terdapat pada beberapa bagian tubuh bayi ini amat mengganggu pertumbuhan sang buah hati jika tak ditindak lanjuti. Ruam popok merupakan ruam kemerahan pada kulit bayi. Sebagian besar ruam popok terjadi di bagian pantat atau pinggang bayi. Kontak berkepanjangan dengan urin dan feses merupakan salah satu penyebab utama munculnya ruam popok. Ruam bisa semakin parah jika terjadi gesekan antara kulit bayi dengan popok.

Ruam popok biasa terjadi pada bayi. Ruam ini disebabkan oleh iritasi kulit pada bagian yang terkena kontak lama dengan air kencing atau feses didalam popok anak. Ruam popok juga bisa disebabkan oleh infeksi jamur candida. Jamur ini akan menimbulkan ruam berwarna merah pada lipatan-lipatan kulit dan bintik- merah kecil. Ruam popok juga dapat disebabkan oleh bakteri, tetapi kasusnya jarang terjadi.

(34)

2. Penyebab

Penyebab terjadinya diaper rush antara lain: kurangnya kebersihan pada kulit, jarang mengganti popok setelah bayi BAK/BAB, suhu lingkungan yang lembab, serta adanya reaksi alergi terhadap karet, plastik, deterjen (Sembiring. 2019).

Pemakaian popok yang terlalu lama menyebabkan kulit bayi menjadi lembab sehingga mudah terjadi iritasi.Banyak substansi yang dapat mengiritasi kulit bayi Anda, termasuk air kemih dan tinja, beberapa produk pencuci pakaian, pencucian popok yang tidak bersih, atau bahan kimia yang digunakan pada beberapa popok sekali pakai. Untuk mencegah atau merawat ruam popok yang disebabkan oleh air kemih, popok yang dipakai bayi harus sering diganti, kemudian bersihkan daerah yang tertutup popok dengan air setiap kali penggantian popok, dan hindari pemakaian celana plastik yang menahan kelembapan. Jika anda mencuci sendiri popok bayi Anda, Anda dapat mengurangi iritasi akibat deterjen dengan membilas ekstra popok tersebut atau memakai deterjen yang lebih lembut. Untuk mengurangi jumlah ammonia yang tertahan pada popok, tambahkan secangkir cuka ke dalam ember popok atau air bilasannya.

Perawatan lain untuk ruam popok mencakup memilih jenis popok yang lain, mengeringkan bokong bayi yang sudah bersih dengan pengering rambut yang dipasang pada panas sedang, atau mengulaskan salep pada kulit yang bersih, kering, dan teriritasi. Hindari obat ruam popok yang mengandung oksida seng, yang akan menutupi ruam popok ini dengan lapisan putih.

3. Gejala Diaper Rush

Gejala yang dialami bayi ketika terserang ruam popok adalah:

a. Umumnya terjadi pada balita dibawah tiga tahun yang masih sering menggunakan popok

b. Kulit menjadi kemerahan disekitar daerah yang menggunakan popok (untuk kondisi ruam yang ringan)

(35)

c. Ketika semakin parah, akan menimbulkan bintil-bintil merah, bengkak, terkadang menjadi basah, bersisik, dan mengalami luka atau lecet.

d. Bayi akan menjadi rewel karena dia merasa gatal dan merasakan nyeri ketika buang air kecil atau buang air besar

4. Penanganan

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi diaper rush, antara lain:

a. Menjaga kebersihan area selakangan pada bayi dengan rutin mengganti popok setiap selesai BAB/BAK agar mengurangi pajanan urin dan feses.

b. Basuh menggunakan air hangat saat mengganti popok kemudian keringkan dengan menggunakan handuk.

c. Hindari menggunakan tisu basah/produk berbahan kimia untuk membersihkan BAB bayi, supaya tidak timbul iritasi.

d. Oleskan secara tipis krim pelindung pada kulit bayi

e. Hindari penggunaan baby oil dan lotion dalam pengobatan ruam popok.

f. Menggunakan popok yang tidak ketat pada bayi.

g. Perbanyak waktu pajanan area ruam dengan udara, dengan tidak menggunakan popok pada siang hari.

h. Jangan menggunakan popok sepanjang malam tanpa menggantinya, minimal satu kali mengganti popok pada malam hari.

. Seborrhea

Pengertian

(36)

Seborrhea merupakan peradangan pada kulit berupa timbulnya sisik biasanya terjadi pada kulit kepala, wajah dan bagian tubuh lainnya. Seborrhea ditandai dengan noda berwarna kuning, berminyak dan bersisik yang mengeras sehingga terlihat seperti kerak pada kulit kepala (cradle cap), alis, bulu mata dan telinga bayi.

Seborrhea atau dermatitis seboroik biasanya mulai muncul pada 1 minggu sctelah kelahiran dan bahkan dapat menctap selama berbulan bulan yang dapat mengenai lipatan kulit, area popok dan kulit kepala.

Penyebab

Penyebab dari Seborrhea belum diketahui secara pasti, tetapi sejenis jamur yaitu pityrosporum ovale mungkin merupakan faktor penyebab Seborrhea. Meskipun jamur ini merupakan flora normal kulit, bila jumlahnya berlebih ataupun karena respon imun host yang abnormal, maka dapat bermanifestasi sebagai Seborrhea.

Beberapa ahli yang menyatakan beberapa faktor penyebab seborrhea, yaitu sebagai berikut.

1. Faktor hereditas, yaitu bisa disebabkan karena adanya faktor keturunan dari orang tua.

2. Intake makanan yang tinggi lemak dan kalori.

3. Asupan minuman beralkohol.

4. Adanya gangguan emosi.

Tanda dan Gejala

Tidak gatal, kulit merah dan skuama berminyak, flouresensi berupa sisik yang berlemak dan eritema, terdapat di daerah kulit kepala, belakang telinga, ketiak, daerah popok terkena sampai usia 8 bulan.

Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yaitu faktor yang mendasai untuk terjadinya seborrhea.

Yang menjadi faktor predisposisi seborrhea . antara lain sebagai berikut:

1. Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan 2. Infeksi pityroporum ovale

3. Infeksi oleh candida atau stapilococcus

4. Hipersensitif terhadap bakteri ataupun antigen epidermal 5. Kelainan neurotransmitter (misalnya pada penyakit parkinson)

(37)

6. Respon emosional terhadap stress atau kelelahan 7. Proliferasi epidermal yang menyimpang

8. Diet yang abnormal

9. Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, cimetidin, dan neuroleptik) 10. Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)

11. Imunodefisiensi Manifestasi Klinis

Lesi berupa eritema, sekuama berminyak agak kekuningan, berbatas agak kurang tegas. Bentuk yang ringan adalah pitiriasis sika (ketombe, dandruff) yang hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan kasar. Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides, dapat disertai eritema dan krusta tebal.

Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian verteks dan frontal, disebut alopesia seboroika. Pada bentuk yang berat terhadap bercak-bercak berskuama dan berminyak, disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikular, dan leher. Pada daerah dahi batasnya sering cembung.

Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup krusta kotor dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debris epitel yang lekat pada kulit disebut cradle cap.

Pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak skuama kekuningan. Dapat pula terjadi blefaritis, yakni pinggiran kelopak mata merah disertai skuama halus.

Tempat predileksi adalah kepala, dahi, glabela, telinga posaurikular, liang telinga luar, leher, lipatan nasolabial, daerah sterna, areola mammae, lipatan di bawah mammae pada wanita, interskapural, umbilikalis, lipatan paha dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung dan dahi kelainan dapat berupa papul.

Dermatitis seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas dapat menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit leiner.

Asuhan pada neonatus dan bayi baru lahir dengan Seborrhea

Menganjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan bayi, terutama di bagian kepala.

(38)

Penatalaksanaan neonatus dan bayi baru lahir dengan seborrhea

Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut. Setelah sisik menghilang, cukup dicuci dua kali/minggu.

Kini banyak sediaan krim, losion, dan sampo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc pyrithione, selenium sulfide, dan belerang.

Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebabnya.

Aplikasi Manajemen kebidanan pada bayi dengan seborrhea

Menurut Helen varney (1997), manajemen asuhan kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dan urutan logis dan perilaku yang di harapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan keterampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.

Proses manajemen kebidanan Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 (tujuh ) langkah yaitu sebagai berikut:

1. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Pada langkah pertama ini semua informasi akurat dan lengkap dikumpulkan dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data di lakukan: Anamnese meliputi: melakukan tanya jawab kepada ibu untuk memperoleh data meliputi: riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar, data sosial ekonomi dan psikologi. Tahap ini merupakan langkah yang menentukan langkah berikutnya.

Kelengkapan data yang sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar

(39)

atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya.

2. Langkah II : Identifikasi diagnosa/Masalah aktual

Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah berdasarkan interprestasi yang akurat terhadap data-data yang telah di kumpulkan. Data dasar yang sudah di kumpulkan di interprestasi sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena masalah tidak dapat di defenisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah seborrhea ditegakkan berdasarkan interprestasi data dasar yang di kumpulkan

3. Langkah III : Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan membutuhkan pencegahan. Bidan di harapkan waspada dan bersiap mencegah diagnosis/masalah potensial terjadi. Pada bayi seborrhea maka perlu di lakukan antisipasi terjadinya infeksi lain, dimana infeksi terjadi karena kurangnya dalam pencegahan infeksi.

4. Langkah IV : Melaksanakan Tindakan Emergency atau Kolaborasi Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya segera melakukan konsultasi atau melakukan kolaborasi bersama kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.

Pada kondisi bayi dengan seborrhea, penyakit ini mungkin untuk dapat mengakibatkan infeksi lain yang membuat seborrhea tidak kunjung sembuh maka perlu dilakukan tindakan emergency.

5. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh

(40)

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh dan ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanan terhadap masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Adapun penatalaksanaan seborrhea yaitu: 1) Gunakan emolin (krim berair) atau hidrocortison 0,5 % atau 1 % 2) Kulit kepala di urut dengan minyak, kemudian di keramas dengan shampo secara lembut 3) Jika resisten gunakan asam salisil 1 % dalam krim mengandung air

6. Langkah VI : Pelaksanaan (implementasi)

Rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah lima dilaksanakan secara efisien dan aman. perencanaan ini dilakukan oleh bidan dan oleh klien.

7. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang di berikan. Meliputi apakah asuhan yang telah diberikan sesuai diagnosa atau masalah.

F. Furunkel 1. Definisi

Furunkel (boil) merupakan peradangan akut pada folikel rambut dan sekitarnya, membentuk nodul nyeri, biasanya didahului atau berkembang dari folikulitis superfisialis dan sering berkembang menjadi abses. Biasanya sering terjadi pada daerah bokong, leher, aksila, badan, dan tungkai.

2. Etiologi

Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut yang disebabkan oleh infeksi, rangsangan kimia, atau cedera fisik. Etiologi folikulitis beragam, termasuk folikulitis oklusi akibat penyumbatan yang disebabkan oleh paparan produk topikal yang menghalangi pembukaan folikel rambut, yang menyebabkan peradangan, dan folikulitis Malassezia, yang disebabkan oleh Malassezia furfur (juga dikenal sebagai Pityrosporum ovale) dan muncul sebagai papula merah gatal di dada, bahu, atau

(41)

punggung. Folikulitis bakteri, yang merupakan infeksi bakteri di dalam folikel rambut yang biasanya muncul sebagai pembengkakan merah dengan atau tanpa pustula di atas lubang folikel. Tanpa pengobatan, folikulitis bakteri dapat sembuh dalam tujuh sampai 10 hari atau dapat berkembang menjadi bisul; untuk beberapa kasus folikulitis, terutama yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, antibiotik oral dapat diberikan selama tujuh sampai 10 hari. Folikulitis bakterial dan bisul rentan terjadi di area kulit yang terkena gesekan, oklusi, dan berkeringat, seperti leher, wajah, aksila, dan bokong.

Staphylococcus aureus adalah patogen folikulitis dan bisul yang paling umum.

Namun, patogen gram negatif termasuk spesies Klebsiella, Enterobacter, dan Proteus dapat menggantikan flora gram positif pada kulit wajah, selaput lendir hidung, dan daerah sekitarnya, menyebabkan folikulitis gram negatif dan bisul. Folikulitis disebabkan oleh kontaminasi Pseudomonas aeruginosa dari air yang tidak diolah di sauna atau pusaran air.

Orang-orang tertentu terkena furunkulosis berulang (yaitu furunkel yang memiliki kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebar di antara anggota keluarga). Bisul berulang adalah gangguan yang mengganggu yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kolonisasi S aureus di nares anterior berperan penting dalam asal muasal furunkulosis kronis atau rekuren.

Infeksi bakteri di dalam folikel rambut menyebabkan karbunkel. Organisme penyebab yang paling umum adalah Staphylococcus aureus dan sering melibatkan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap methicillin. Kadang-kadang, karbunkel dapat disebabkan oleh bakteri anaerob, terutama pada kasus yang berulang dan melibatkan daerah anogenital.

Staphylococcus aureus biasanya dapat ditemukan pada kulit utuh paling sering di daerah intertriginosa seperti selangkangan, aksila, bokong, dan leher. Itu juga bisa hadir di nares. Staphylococcus aureus dapat dipindahkan ke lokasi anatomis lain melalui garukan. Ketika penghalang kulit rusak atau terganggu, bakteri dapat menginokulasi folikel rambut. Setelah diinokulasi, bakteri dapat berkembang biak dan menyebabkan folikulitis, furunkel, dan/atau karbunkel (Papadakis dkk, 2020).

3. Gejala Klinis

(42)

Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi tergantung dari beratnya penyakit. Namun, gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah :

a. Nyeri pada daerah ruam

b. Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritmatosa yang berbentuk kerucut dan memiliki pustule

c. Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nektorik yang dapat pecah membentuk fistel dan keluar melalui lobus minoris resistenstae

d. Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan sendirinya.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada furunkel dan karbunkel terdiri atas (Craft, 2012, James et al., 2016).

1). leukositosis biasanya didapatkan pada furunkulosis berat atau karbunkel;

2). pemeriksaan histopatologis farunkel menunjukkan infiltrat polimortonuklear di dermis can lemak subkutis, sedangkan pada karbunkel didaptakan abses malipe, dipisahkan oleh trabeluka jaringan ikat, didapatkan infiltrat di dermis dan sepanjang lepi folikel rambut.

3). pemeriksaan Gram dari pus menunjukkan kumpulan kokus Cram positif kultur di dapatkan pertumbuhan S. aureus.

4. Komplikasi

Furunkel bisa menyebabkan komplikasi berupa sepsis dan meningitis. Jika furunkel terdapat di bibir atas dan pipi bisa menyebabkan thrombosis sinus kavernosus. Karbunkel juga bisa menyebabkan sepsis (Craft, 2012; James et al., 2016).

5. Terapi

A. Furunkulosis Akut

Terapi furunkulosis akut adalah sebagai berikut:

1). Jika furunkulosis ringan cukup dilakukan kompres hangat.

2). Secara umum tidak diperlukan antibiotik oral.

(43)

3). Indikasi pemberian antibiotik selain dilakukan drainase adalah demam tinggi, lesi lebih besar dari 5 cm, atau terletak di lokasi kritis atau sulit untuk terjadi drainase, furunkel multipel, atau tanda dan gejala yang menetap setelah dilakukan drainase. Furunkel di dalam meatus akustikus eksternus, bibir atas, dan hidung Insisi dan drainase umumnya hanya dilakukan jika terapi antibiotik gagal. Pada kasus tersebut, oral antibiotik harus diberikan. Kompres hangat dengan larutan salin bisa dilakukan.

4). Jika lesi baru dan terjadi radang akut, insisi harus benar-benar dihindari, dan dilakukan kompres hangat dan pemberian antibiotik oral.

Furunkel atau karbunkel yang disertai selulitis atau disertai demam sebaiknya diterapi dengan antibiotik sistemik. Pilihan antibiotik untuk furunkulosis akut adalah :

a. Penicillinase-resistant, penicillin atau sefalosporin generasi pertama secara oral dosis 1-2 gram/hari, sesuai dengan tingkat keparahan kasus,

b. Jika dicurigai atau terbukti penyebabnya adalah strain yang resistan terhadap methicillin dan vankomisin diobati dengan trimetoprimsulfamethazole dosis ganda 2 kali sehari, clindamycin 300-450 mg 3 kali sehari, atau doxycycline atau minocycline 100 mg dua kali sehari, c. Pasien dengan infeksi stafilokokus tidak responsif terhadap pengobatan biasa ini, harus dicurigai strain resistan antibiotik dan diperiksaan kepekaan terhadap antibiotic

d. Mupirocin krim diaplikasikan ke nares anterior setiap hari selama 5 hari e. Ketika furunkel menjadi terlokalisir dan menunjukkan fluktuasi, indikasi untuk dilakukan insisi dan drainase

Untuk infeksi berat atau infeksi di area berbahaya, antibiotik dengan dosis maksimal diberikan melalui rute parenteral Community associated Methycilline Resisstant Staphylococcus aureus (CA-MRSA) patut dicurigai pada semua infeksi purulent yang parah: Vankomisin 1,0-2,0 gram intravenous per hari dalam dosis terbagi atau agen anti-CA-MRSA. Terapi antibiotik diberikan selama 7 hari (Craft, 2012, Deleo, 2010).

(44)

Jika lesi besar, nyeri, dan terdapat fluktuasi perlu dilakukan insisi dan drainase. Jika terjadi kekambuhan atau terjadi komplikasi disertai dengan komorbiditas, perlu dilakukan pemeriksaar kultur Terapi antibiotik sebaiknya dilanjutkan sampai keradangan menyembuh dan didapatkan hasil kultur, Drainase dilakukan untuk mencegah autoinokulasi (Craft, 2012; Deleo, 2010).

B. Furunkulosis Kronik

Kekambuhan bisul dapat diantisipasi dengan pengobatan, selama tidak ada penyakit predisposisi yang mendasarinya. Salah satu faktor terpenting dalam pencegahan kekambuhan adalah menghindari autoinokulasi. Karier di hidung merupakan predisposisi furunkulosis kronis. Kontaminasi dari daerah perianal dan intertriginosa juga perlu diperhatikan. Pencegahan dalam upaya untuk memutus siklus furunkulosis berulang antara lain pencucian klorheksidin rutin dengan perhatian khusus pada daerah aksila, selangkangan, dan perianal; pencucian alas tidur dan pakaian setiap hari yang sering, dan sering mencuci tangan.

Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel tergantung dari keadaan penyakit yang dialaminya. Asuhan yang lazim diberikan adalah:

1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh dengan sendirinya

2. Pemeliharaan kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya

3. Pengobatan topical, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakkan nodul kompres hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam untuk mencegah penularan ke daerah lainnya

4. Jangan memijit furunkel terutama di daerah hidung dan bibir atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogen

5. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hidung atau telinga maka dapat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi.

6. Jika memungkinkan dapat membuka bisul dengan cara a. Berikan penjelasan apa yang akan dilakukan

(45)

b. Minta seseorang untuk memegangi anak

c. Ambillah sebuah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul dengan segera pada puncaknya saja. Kemudian masukkan penjepit dalam luka dan bukalah penjepitnya. Dengan cara ini, akan membuka jalan keluar untuk nanah tanpa mengganggu sesuatu, pisau bedah jangan sampai masuk ke dalam karena dapat melukai pembuluh darah dan syaraf

d. Pemberian analgetik misalnya aspirin atau paracetamol untuk mengatasi nyeri

e. Tutuplah luka dengan kain kasa kering, usahakan agar satu sudut dari kassa dimasukkan agar tetap terbuka

f. Bersihkan alat

Terapi antibiotika dan antiseptic diberikan tergantung kepada luas dan beratnya penyakit. Misalnya dengan pemberian achromyem 250 mg 3 atau 4 kali per hari Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam jumlah banyak maka kenali faktor prediposisi adanya diabetes militus.

G. Miliariasis Pengertian

Adalah penyakit kulit yang timbul akibat obstruksi duktus kelenjar keringat ekrin (acrosyringoma) sehingga timbul aliran balik keringat ke epidermis dan dermis. Miliaria sering disebut juga biang keringat oleh masyarakat awam. Miliaria dapat terjadi di segala usia, pada laki-laki atau wanita. Neonatus memiliki risiko lebih tinggi mengalami miliaria karena duktus kelenjar keringat ekrin yang belum berkembang sempurna. Miliaria banyak ditemukan di daerah beriklim tropis, dengan udara yang panas dan lembap. Miliaria terbagi menjadi beberapa jenis sesuai letak obstruksi duktus, yakni miliaria kristalina, miliaria rubra, dan miliaria profunda. Miliaria rubra adalah jenis miliaria yang paling banyak ditemukan, terutama pada neonatus dan juga pada orang dewasa yang tinggal di daerah beriklim tropis.

Lesi miliaria rubra yang mengalami superinfeksi bakteri dapat menimbulkan gambaran miliaria pustulosa. Keluhan pasien miliaria adalah munculnya papul, vesikel, atau pustul kecil-kecil pada kulit dapat berwarna kemerahan, putih, atau sama seperti warna kulit. Miliaria paling sering muncul di daerah kepala, leher, dada, punggung atas, ketiak, dan daerah inguinal.

Diagnosis

(46)

Miliaria ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang dermoskopi berguna untuk membantu diagnosis apabila gambaran miliaria tidak khas atau pada pasien berkulit gelap. Pemeriksaan biopsi bermanfaat membantu diagnosis untuk gambaran miliaria yang menyerupai lesi kulit lain. Pemeriksaan laboratorium tidak perlu dikerjakan secara rutin karena hasilnya kurang bermakna untuk mendiagnosis ataupun mengubah tata laksana miliaria.

Penatalaksanaan

Asuhan Kebidanan pada miliaria adalah dengan menghindari aktivitas yang menyebabkan keringat berlebihan dan menghindari udara panas. Penatalaksanaan lain juga meliputi anjuran untuk mengenakan pakaian dari bahan yang sejuk dan menyerap keringat, mandi lebih sering, melakukan eksfoliasi kulit, dan mengatasi demam bila ada. Miliaria kristalina bersifat self-limiting dan akan berkurang dalam waktu 24 jam. Miliaria rubra umumnya memerlukan medikamentosa berupa kortikosteroid potensi ringan-sedang. Antibiotik topikal diperlukan untuk kasus miliaria pustulosa.

H. Obstipasi

1. Definisi Obstipasi

Necel (Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa Latin: Ob berarti in the way = perjalanan dan Stipare berarti to compress = menekan. Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut. Sebab dari obstipasi ada 2 yaitu:

a. Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus b. Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.

2. Macam-macam Obstipasi Obstipasi ada dua macam:

a. Obstipasi obstruksi total

(47)

Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.

b. Obstipasi obstruksi parsial

Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.

Obstipasi didiagnosa melalui cara:

1). Anamnesis

Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan baik feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesis ditujukan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi.

2). Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan abdomen standar seperti inspeksi, auskultasi, perkusi,dan palpasi untuk melihat apakah ada massa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon bisa terjadi akibat hernia inguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifikasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum. Penanganan obstipasi

3. Perawatan medis

Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit.

a. Operasi

Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.

(48)

b. Diet

Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapa diberikan makanan cair dan obat-obatan.

I. SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) Pengertian

Adalah kematian mendadak pada bayi yang tidak diketahui penyebabnya. SIDS dikenal juga dengan istilah crib death atau cot death, karena sering terjadi ketika bayi sedang tidur. Namun, tidak menutup kemungkinan SIDS juga terjadi ketika bayi sedang tidak tidur. SIDS adalah salah satu penyebab utama kematian bayi, terutama usia 2–4 bulan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa SIDS disebabkan oleh gangguan pada metabolisme dan gangguan irama jantung (aritmia). Akan tetapi, banyak kasus SIDS yang tidak diketahui penyebab pastinya.

Penyebab SIDS

Penyebab SIDS belum diketahui secara pasti. Namun, ada dugaan bahwa kematian mendadak ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

1. Mutasi atau kelainan pada gen 2. Gangguan di otak

3. Berat badan lahir rendah 4. Infeksi paru

Selain beberapa kondisi di atas, risiko terjadinya SIDS juga terkait dengan faktor-faktor berikut:

a. Posisi tidur

Posisi tidur menyamping atau telungkup dapat membuat bayi sulit bernapas, terutama jika ditidurkan di permukaan atau kasur yang terlalu empuk.

b. Suhu ruangan

Referensi

Dokumen terkait

pendokumentasian asuhan kebidanan. c) Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir meliputi pengkajian,. merumuskan diagnose kebidanan, merencanakan

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.R UMUR 29..

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL), DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI,.. SERTA ASUHAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA

Karya Tulis Ilmiah “ ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR ( BBL ), NIFAS, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA ( KB ) PADA NY.S

Diare merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun anak-anak. Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali

Dengan demikian, asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur sehingga bayi tidak dapat memasukkan

Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP Menurut Thomas, adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim

Laporan kasus asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan persalinan normal dan asuhan kebidanan pada bayi baru