SALAM & BAHAGIA
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Shalom, Damai Sejahtera, Om Swastyastu,
Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, Rahayu
untuk kita semua di ruang virtual ini"
Elaborasi Pemahaman
Modul 1.4 Budaya Positif
Pengembang Modul :
Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S.,
Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd
Diah Samsiati Rajasa, M.Sc., (alm)
Agenda
▪ Pembukaan dan Perkenalan
▪ Kompetensi Lulusan, Capaian Umum, dan Capaian Khusus
▪ Diskusi Pemantik
▪ Tanya Jawab dan Eksplorasi Konsep
▪ Refleksi Akhir
REC
Andri Nurcahyani, S.Pd, MS
❏ Kapokja Pendidikan Dasar dan Menengah, Badan Akreditasi Nasional, 2024-2028
❏ Manager of Quality Assurance Sekolah Bogor Raya
❏ Pengembang Modul Program Pendidikan Guru Penggerak
❏ Konsultan Modul Disiplin Positif Platform Merdeka Mengajar dan Sekolah Penggerak
❏ Certified Coach-International Coaching Federation (ICF) USA
❏ Pengembang Modul Supervisi Akademik Berbasis Coaching untuk Kepala Sekolah
❏ Pengembang Modul Coaching untuk Pengawas Sekolah
❏ Tim Penyusun Standar Kepala Sekolah, BSKAP
Pengembang Modul
Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd
❏ Koordinator Prodi PPG UNTIRTA
❏ Tim Pengembang Profil pelajar Pancasila
❏ Instruktur, Pengembang Modul Program Pendidikan Guru Penggerak
❏ Narasumber Pelatih Ahli Sekolah Penggerak
❏ Tim Pengembang Kurikulum PPG Prajabatan
❏ Tim Pengembang Standar Pendidik pada PAUD, Jenjang Sekolah Dasar dan Menengah
Mengenang:
Alm. Diah Samsiati (Ita) Rajasa binti Murnoto Ilyas Pengembang
Modul 1.4 Budaya Positif Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis
Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
Wafat: Sabtu, 26 Agustus 2023 pk 23:30 (59 tahun)
“
Kita sebagai pendidik perlu dari awal menciptakan lingkungan budaya positif dari hal-hal kecil
sehingga habit [anak] untuk bertindak dan bertanggung jawab
atas tindakannya dapat tercipta.
_____________________________
Pesan terakhir Almarhumah dalam grup WA Instruktur Modul 1.4
(13 Juli 2023)
Perkenalan Instruktur Elaborasi Pemahaman
Sebagai calon guru penggerak, jika Bapak-Ibu ditanya oleh kepala dinas di lokasi sekolah Bapak Ibu:
“Modul 1.4 PGP itu bicara tentang apa/isinya apa sih? ”
dan waktu beliau hanya 2 menit, penjelasan apa yang akan Ibu-Bapak sampaikan dalam 2 menit tersebut?
Diskusi Pemantik
Kompetensi Lulusan Modul 1.4
Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut:
● Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman.
● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk
bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang
berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.
Capaian Umum Modul 1.4
● Memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.
● Melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.
● Memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.
Capaian Khusus Modul 1.4
● Mendemonstrasikan pemahaman CGP mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi.
● Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak.
● Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.
● Bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid.
Lingkungan yang aman dan nyaman berbasis
disiplin positif di sekolah akan berdampak secara maksimal pada
perkembangan dan
pembentukan karakter
peserta didik.
5 Kebutuhan Dasar Manusia
1. Bertahan hidup/Survival 2. Penguasaan/Kekuasaan 3. Kasih sayang/Rasa
diterima 4. Kesenangan
5. Kebebasan
5 Posisi Kontrol
Keyakinan Kelas
Teori Kontrol/Choice Theory (William Glasser)
Makna Disiplin Belajar kontrol diri dengan menggali potensi diri kita sendiri, agar tercapai tujuan mulia, yaitu
menjadi seorang yang diri kita inginkan berdasarkan
nilai-nilai yang diri kita hargai.
Teori Motivasi
Nilai-nilai kebajikan Universal
Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik
1. Untuk menghindari hukuman
2 Untuk mendapatkan imbalan
5. Manajer 1. Penghukum
2. Pembuat rasa bersalah 3. Teman
4. Pemantau 3 Untuk menghargai diri sendiri
Segitiga Restitusi Menstabilkan
Identitas
Menanyakan Keyakinan
Validasi Kebutuhan Anda tidak bisa
mengontrol orang lain, hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.
Semua perilaku memiliki tujuan.
> Model berpikir menang-menang
> Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru
> Pengembangan komunitas berbasis aset/kekuatan
> Realitas (kebutuhan) kita berbeda.
> Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia.
> Setiap orang memiliki gambaran berbeda.
Budaya Positif
Transformasi Pendidikan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Pendidikan yang menuntun &
manusia merdeka
Disiplin Positif
1.Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
2.Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi 3.Keyakinan Kelas
4.Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas 5.Restitusi: 5 Posisi Kontrol
6.Restitusi: Segitiga Restitusi
Topik dalam Eksplorasi Konsep
Pertanyaan CGP
Topik 1- Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal
Pertanyaan CGP
Topik 2- Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan,
Restitusi
Pertanyaan CGP
Topik 3- Keyakinan Kelas
Pertanyaan CGP
Topik 4- Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas
Pertanyaan CGP
Topik 5- 5 Posisi Kontrol
Pertanyaan CGP
Topik 6- Segitiga Restitusi
Miskonsepsi
Miskonsepsi Penjelasan
Penerapan budaya
positif berarti tidak ada aturan atau
konsekuensi.
Dalam hidup bermasyarakat, selalu ada tatanan atau aturan dengan konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan oleh anggota
masyarakat.
Dalam penerapan budaya positif, guru melatih kesadaran murid melalui pemahaman bahwa tatanan dan konsekuensi hadir untuk memberikan keselamatan dan kebahagiaan kepada diri sebagai manusia dan anggota masyarakat, sehingga tatanan tersebut
dipatuhi bukan karena takut konsekuensi, tetapi karena kesadaran diri ingin mewujudkan nilai-nilai berharga.
Miskonsepsi Penjelasan
Dengan membuat keyakinan kelas dan ditempelkan di depan kelas, maka sudah cukup.
Tidak perlu ada tindak lanjut, tidak ada
konsekuensi, tidak ada refleksi.
Kesadaran hadir dari dalam diri (internal), sementara hukuman, penghargaan (memberi hadiah dalam bentuk barang atau status), konsekuensi maupun apresiasi semuanya hadir dari luar diri yang diberikan oleh orang lain.
Untuk menghadirkan kesadaran ini dibutuhkan konsistensi dari
seluruh komunitas sekolah dan sistem pendukung untuk melakukan tindak lanjut, memastikan konsekuensi dijalankan dengan
bertanggung jawab dan diskusi / refleksi setiap saat.
Langkah-langkah dalam menghadirkan kesadaran ini merupakan salah satu contoh melatih murid dan guru dalam berpikir lambat menggunakan bagian otak luhurnya.
Miskonsepsi Penjelasan Semua
masalah yang berkaitan
dengan
budaya positif diselesaikan dengan
restitusi
Segitiga restitusi merupakan salah satu pendekatan disiplin positif untuk
menyelesaikan permasalahan siswa terkait pelanggaran aturan. Pendekatan ini menekankan pada dialog, tanggung jawab, dan pemulihan, alih-alih hukuman.
Sebelum melakukan pendekatan restitusi, pendidik seharusnya sudah
menegakkan keyakinan kelas dan konsekuensi. Namun jika keyakinan kelas dan konsekuensi pun sudah tidak efektif, maka restitusi adalah pilihan terbaik.
Penting untuk diingat bahwa segitiga restitusi tidak selalu tepat untuk semua kasus. Berikut penjelasannya:
1. Segitiga restitusi mungkin tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas khususnya untuk pelanggaran berat seperti kekerasan fisik atau vandalisme, dan pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki, seperti cedera fisik atau kerusakan properti yang parah. Diperlukan intervensi yang lebih tegas dan terstruktur untuk memastikan keamanan dan ketertiban sekolah.
Miskonsepsi Penjelasan
Semua masalah yang berkaitan dengan budaya positif
diselesaikan
dengan restitusi
2. Keterbatasan kognitif, kurangnya motivasi, dan pengaruh keluarga. Murid dengan keterbatasan kognitif atau intelektual, termasuk berkebutuhan khusus atau gangguan mental, mungkin kesulitan memahami proses segitiga restitusi dan mengambil tanggung jawab atas perbuatannya.
Jika murid tidak mau berubah dan tidak termotivasi untuk menyelesaikan masalah, serta ada konflik atau masalah di rumah dapat mempengaruhi perilaku murid di sekolah, sehingga segitiga restitusi mungkin tidak
menyelesaikan akar permasalahan. Untuk kasus ini, maka utamakan membina hubungan yang dapat membangun rasa percaya murid kepada guru terlebih dahulu.
Miskonsepsi Penjelasan Pilihan
tindakan yang dilakukan
murid dalam proses restitusi ditentukan
oleh guru,
bukan muncul dari kesadaran murid
Miskonsepsi bahwa guru menentukan pilihan tindakan dapat menghambat efektivitas restitusi dan berpotensi menimbulkan dampak negatif.
Pertama, restitusi bertujuan untuk menumbuhkan tanggung jawab dan kesadaran murid atas perilakunya. Jika guru memilih tindakan untuk murid, maka proses ini
kehilangan esensinya. Murid tidak belajar dari kesalahannya dan tidak terdorong untuk memperbaiki diri.
Kedua, menentukan pilihan tindakan untuk murid dapat memicu rasa tidak adil dan kebencian. Murid mungkin merasa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan, sehingga memicu perlawanan dan memperparah situasi.
Ketiga, peran guru dalam restitusi adalah sebagai fasilitator, bukan pengendali. Guru harus membimbing murid untuk memahami konsekuensi perilakunya,
mengeksplorasi pilihan yang tersedia, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Proses restitusi yang efektif harus didasarkan pada dialog, refleksi, dan partisipasi aktif murid. Dengan demikian, murid dapat mengembangkan kesadaran diri, empati, dan keterampilan problem solving yang bermanfaat bagi masa depan mereka.
Miskonsepsi
(lanjutan) Penjelasan Jika murid sudah
mendapatkan restitusi, maka ia tidak perlu lagi mendapatkan konsekuensi dari aturan yang ada
Perlu dipahami bahwa restitusi dan konsekuensi memiliki tujuan yang berbeda. Restitusi bertujuan untuk memulihkan situasi dan membangun kembali hubungan yang terdampak oleh
pelanggaran.
Konsekuensi merupakan bagian dari tatanan yang sudah ada
dalam sekolah, yang hadir dengan tujuan untuk membantu murid belajar dari kesalahannya dan mendorong mereka untuk membuat pilihan yang lebih bertanggung jawab di masa depan.
Sehingga setelah restitusi dilakukan, maka konsekuensi tetap
harus dijalani oleh murid sebagai bentuk pertanggungjawaban
dari perilaku yang sudah dilakukan murid.
Perdirjen 7327:
Model Kompetensi Kepala Sekolah Perdirjen 7328:
Model Kompetensi Pengawas Sekolah
Indikator Kompetensi KS dan PS
Indikator KS PS
1.1 Kematangan moral, emosi dan spiritual dalam berperilaku sesuai dengan
kode etik v v
1.3 Orientasi berpusat pada peserta didik v v
2.2 Kolaborasi untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan v 2.1 Kolaborasi untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik. v
2.2 Keterlibatan pemangku kepentingan untuk peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik. v 3.1 Pengembangan visi dan budaya belajar satuan pendidikan v
3.2 Kepemimpinan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik v
KS PS 1.1.3 Penerapan kode etik
dalam menjalankan tugas dan peran
sebagai kepala sekolah sebagai pengawas sekolah
1.3.1 Empati terhadap peserta didik
dalam pengambilan keputusan
dalam pendampingan kepada kepala sekolah
1.3.2 Respek terhadap hak peserta didik
dalam menjalankan peran sebagai kepala sekolah
dalam pendampingan kepada kepala sekolah
1.3.3 Kepedulian terhadap keselamatan dan keamanan peserta didik sebagai individu dan kelompok
dalam menjalankan peran sebagai kepala sekolah
dalam menjalankan peran sebagai pengawas sekolah
2.2.1 Komunikasi efektif dengan warga satuan
pendidikan yang mengarah pada peningkatan kualitas satuan pendidikan
dengan kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan pendidikan yang berpusat pada peserta didik
Indikator Kompetensi PS
2.2.2 Pengorganisasian tugas-tugas bersama warga satuan pendidikan untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan
2.2.3 Inisiatif berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama dalam peningkatan kualitas satuan pendidikan
3.1.2 Pengembangan kebiasaan belajar sebagai cerminan visi satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik
3.2.1 Kepemimpinan pembelajaran dalam membudayakan lingkungan yang aman,
nyaman, dan inklusif untuk warga satuan pendidikan
Indikator Kompetensi KS
2.2.2 Pengorganisasian tugas-tugas bersama warga satuan pendidikan untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan
2.2.3 Inisiatif berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama dalam peningkatan kualitas satuan pendidikan
3.1.2 Pengembangan kebiasaan belajar sebagai cerminan visi satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik
3.2.1 Kepemimpinan pembelajaran dalam membudayakan lingkungan yang aman,
nyaman, dan inklusif untuk warga satuan pendidikan
Indikator Kompetensi PS
2.2.1 Pelibatan pemangku kepentingan dalam pendampingan kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat
pada peserta didik
2.2.2 Berkoordinasi secara berkala dengan pemangku kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada
peserta didik.
Eksplorasi Konsep
Disiplin Positif dan
Nilai-nilai Kebajikan Universal
Eksplorasi Konsep 1
Perubahan Paradigma-Stimulus Respon Teori Kontrol
Bisakah kita mengontrol seseorang?
Stimulus Respon Teori Kontrol
Kita mencoba mengubah orang agar
berpandangan sama dengan kita. Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan. Semua perilaku memiliki tujuan.
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.
Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.
• Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya belajar.
• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato.
• Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, apa yang dia hargai.
• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain
untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau pencapaian suatu tujuan
mulia.
Apakah makna ‘Disiplin’?
Hak Cipta @ 2005 Yayasan Pendidikan Luhur DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT
Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu.
Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang.
Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan.
William Glasser pada Teori Kontrol, 1984
Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang
maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.
Diane Gossen, 1998
Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.
● Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.
● Mandiri
● Bernalar Kritis
● Berkebinekaan Global
● Bergotong royong
● Kreatif
Nilai-Nilai Kebajikan Universal
Eksplorasi Konsep 2
Teori Motivasi, Hukuman dan
Penghargaan, Restitusi
Setuju/Tidak Setuju
1. Hukuman di sekolah dapat mendisiplinkan anak.
2. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau
membersihkan halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak.
3. Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
4. Membuat anak merasa bersalah memberi dampak lebih ringan
dibanding menghukum
Motivasi Internal Tujuan Disiplin Positif
3. Untuk menghargai diri sendiri
Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?
Teori Motivasi Perilaku Manusia
Motivasi Eksternal
2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi Apa yang akan saya dapatkan apabila saya
melakukannya?
Motivasi Eksternal
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman Apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?
“Merdeka” menurut Ki Hajar Dewantara
“...merdeka itu artinya;
tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri…”
(Ki Hajar Dewantara, Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka
Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)
DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN
Bahwa penghargaan berlaku ‘sama’ dengan hukuman, dalam arti meminta atau membujuk seseorang melakukan sesuatu untuk
memenuhi suatu tujuan tertentu dari orang yang meminta/membujuk.
Dorongannya eksternal dan akan ada faktor ketergantungan. Beberapa dampak dari pemberian penghargaan.
_________________
Alfie Kohn (1993)
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Penghargaan > menghukum
Penghargaan > mengurangi ketepatan
Penghargaan > tidak efektif
Penghargaan > merusak hubungan Penghargaan menurunkan kualitas
Penghargaan mematikan kreativitas
Penghargaan mengurangi motivasi intrinsik
DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN
Bentuk Program Kebajikan (Apresiasi)
Dalam memberikan apresiasi (pengakuan) perlu diingat beberapa hal:
● Beri pengakuan secara khusus.
● Beri pengakuan secara pribadi.
● Beri pengakuan kepada semua murid (bergantian).
● Beri pengakuan secara konsisten.
● Fokus pada proses.
Contoh Pengakuan/Apresiasi Kebajikan
Pembuka Nilai Kebajikan Situasi
Kemarin saya
perhatikan- -rasa empatimu
besar sekali- -pada saat menolong murid baru di kelas kita.
Saya menghargai- -kepedulianmu-
-pada saat kamu membantu
teman-temanmu di tugas kelompok.
Terima kasih untuk- -rasa tanggung jawabmu-
-pada saat kamu memungut
kertas-kertas yang
berserakan di lantai.
TINDAKAN GURU
HUKUMAN ATAU KONSEKUENSI 1. Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambatlagi”, karena terlambat ke sekolah. HUKUMAN
2. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di
sekolah. HUKUMAN
3. Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan
masker ke sekolah HUKUMAN
4. Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret. KONSEKUENSI 5. Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada
saat belajar. KONSEKUENSI
6. Meminta murid tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah
karena tidak mengenakan sepatu hitam. HUKUMAN
7. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit
untuk pelajaran PJOK. KONSEKUENSI
TINDAKAN GURU
HUKUMAN ATAU KONSEKUENSI 1. Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambatlagi”, karena terlambat ke sekolah. HUKUMAN
2. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di
sekolah. HUKUMAN
3. Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan
masker ke sekolah HUKUMAN
4. Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret. KONSEKUENSI 5. Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada
saat belajar. KONSEKUENSI
6. Meminta murid tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah
karena tidak mengenakan sepatu hitam. HUKUMAN
7. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit
untuk pelajaran PJOK. KONSEKUENSI
Apa itu ‘Restitusi’?
restitusi/res·ti·tu·si/ /réstitusi/ n
1 ganti kerugian; pembayaran kembali;
2 penyerahan bagian pembayaran yang masih bersisa;
3 Dok penyesuaian spontan kepala bayi dengan badannya sesudah kepala keluar dari rahim ibu.
____________
KBBI web.id
Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka dapat
kembali ke kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.
______________
Gossen, 2004
Apa itu ‘Restitusi’?
Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang
mengajarkan murid untuk mencari solusi atas masalah mereka, dan membantu murid untuk berpikir:
> ingin menjadi orang seperti apa mereka (tujuan mulia), dan
> bagaimana mereka memperlakukan orang lain.
_____________
Gossen, 2004
9 Ciri-ciri Restitusi
1. Belajar dari kesalahan, bukan menebus kesalahan.
2. Memperbaiki hubungan.
3. Menawarkan, bukan memaksa.
4. Restitusi diri adalah cara terbaik.
5. Menuntun untuk melihat ke dalam diri.
6. Mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.
7. Berfokus pada karakter bukan tindakan.
8. Berfokus pada solusi.
9. Mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.
Eksplorasi Konsep
Keyakinan Kelas
(Unit Pembelajaran 3)
Mengapa tidak peraturan saja?
Mengapa harus keyakinan Kelas?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan roda dua?
● Mengapa kita memiliki peraturan membuang sampah di tempatnya?
● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti pelatihan?
Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembalikan ke nilai-nilai/
keyakinan-keyakinan, karena akan lebih menggerakkan seseorang
dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.
Peraturan Keyakinan kelas/nilai kebajikan yang dituju
Selalu kembalikan buku ke tempatnya Tanggung jawab
Dilarang Mengganggu Orang Lain Menghormati Orang Lain dan Diri Sendiri Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran
dimulai Menghormati Orang Lain, Komitmen pada Tujuan (Berkomitmen)
Dilarang Melakukan Kekerasan Keselamatan, Menghormati Orang Lain.
Dilarang Menggunakan Narkoba Kesehatan
Bergantian atau menunggu giliran Menghormati orang lain, Kesabaran Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan, Kepedulian Jangan berlari di kelas atau koridor Keselamatan, Keamanan, Kepedulian
Budaya Positif
Lingkungan Positif
Keyakinan Kelas
Peraturan Kelas
Mari diskusi
Apa pendapat Anda tentang fenomena ini sehubungan dengan konsep keyakinan kelas yang telah kita
pelajari? Apabila ada sekolah yang membelinya, apa yang hilang dari tujuan pembuatan keyakinan
kelas?
Eksplorasi Konsep 4
Kebutuhan Dasar Manusia &
Dunia Berkualitas
Kebutuhan Dasar Manusia
Penguasaan
Kasih Sayang dan Rasa Diterima
Kebebasan Kesenangan
Bertahan Hidup
Perilaku Siswa Memukul teman yang menghinanya.
Kebutuhan yang Mungkin Berusaha Dipenuhi
KEKUASAAN/POWER
Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi kebutuhan KEKUASAAN tanpa
melakukan kekerasan?
Perilaku Siswa Menyebarkan gosip tentang teman sekelas Kebutuhan yang
Mungkin Berusaha Dipenuhi
Cinta dan kasih sayang (Kalau saya
menjelek-jelekan orang lain, mungkin ada orang yang akan suka sama saya.)
Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi
kebutuhan CINTA dan kasih sayang tanpa
merusak reputasi orang lain?
Perilaku Siswa Menjatuhkan teman saat teman sedang berjalan di lorong sekolah.
Kebutuhan yang Mungkin berusaha Dipenuhi
SENANG (Hanya bercanda!).
Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi
kebutuhan SENANG tanpa menyakiti orang
lain?
Perilaku Siswa Mengganggu di kelas.
Kebutuhan yang Mungkin Berusaha Dipenuhi
KEBEBASAN (Bebaskan saya!).
Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi kebutuhan KEBEBASAN tanpa mengganggu
pembelajaran semua orang?
Eksplorasi Konsep 5
5 Posisi Kontrol
MOTIVASI
IDENTITAS GAGAL
(Kontrol dari Luar) IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
(Kontrol dari Luar)
IDENTITAS BERHASIL/SUKSES
(Kontrol Diri)
Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau
Ketergantungan pada Orang Lain Menghargai Diri Sendiri PENGHUKUM PEMBUAT ORANG
MERASA BERSALAH TEMAN PEMANTAU MANAJER
GURU BERBUAT
Menghardik Menunjuk-nunjuk
Menyakiti Menyindir
Berceramah dan mengatakan:
“Seharusnya…”
“Ibu kecewa…”
Membuatkan alasan-alasan untuk
muridnya.
Menghitung dan
mengukur Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
GURU BERKATA
“Kalau kamu tidak melakukannya, awas ya!
Rasakan!”
“Seharusnya kamu sudah tahu. Ibu lelah sekali mengatakannya. Ibu
stress…”
“Ayolah, lakukan demi Ibu…”
“Masa kamu tidak mau, ingat tidak Ibu pernah
bantu…”
“Apa peraturannya?”
“Apa yang kita yakini?
Apa yang bisa kau kerjakan untuk memperbaiki
masalah ini?”
HASIL
Memberontak Menyalahkan orang lain
Berbohong
Menyembunyikan Menyangkal
Berbohong Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila
diawasi Menguatkan pribadi
KAITAN DENGAN DUNIA BERKUALITAS
Murid meletakkan guru di
luar Dunia Berkualitas Murid meletakkan guru di dalam Dunia Berkualitas
Murid meletakkan guru di sebagai orang yang sangat penting di Dunia
Berkualitas
Murid meletakkan guru peraturan dan hukum di
dunia Berkualitas
Murid meletakkan dirinya sebagai individu yang positif dalam Dunia Berkualitas
MURID BERKATA
“Ah, biarkan saja.
Nanti juga marah-marah
lagi.” “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman saya. Ternyata
begitu.”
“Berapa banyak bintang yang saya harus peroleh?”
“Berapa halaman yang harus saya tulis?”
“Bagaimana caranya saya bisa memperbaiki
keadaan?”
DAMPAK PADA
MURID Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, tergantung
Menitikberatkan pada konsekuensi atau hadiah
untuk dirinya.
Mengevaluasi diri, bagaimana cara memperbaiki diri?
Bergerak antara
Kalau kamu tidak……
Saya akan _______________
(Diberi hukuman untuk membuat tidak nyaman)
Apa yang kamu yakini? Bagaimana memperbaiki masalah ini?
_______________
(Memperbaikinya. Kiat berdua mendapatkan apa yang kita butuhkan )
Peraturan Pemantau
Konsekuensi/Hadiah
Nilai-nilai Manajer Memperbaikinya
Latihan
Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?
1. “Saya kecewa sekali dengan kamu…” Pembuat orang merasa bersalah 2. “Kamu tidak pernah benar
melakukannya….” Penghukum
3. “Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…” Teman 4. “Apakah kamu mau mendapatkan stiker
bintang hari ini?” Pemantau
5. “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan
masalah ini?” Manajer
6. “Kamu selalu yang paling terakhir…” Penghukum
Eksplorasi Konsep 6
Segitiga Restitusi
Segitiga Restitusi
Validasi Kebutuhan
Menstabilkan Identitas
Guru Berkata:
❏ Berbuat salah itu hal yang manusiawi
❏ Tidak ada manusia yang sempurna
❏ Bapak/Ibu juga pernah buat salah
❏ Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini
❏ Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar, siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan masalahnya.
❏ Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?
Untuk membuat anak yang merasa gagal
karena berbuat salah menjadi positif terhadap
dirinya
Validasi
Kebutuhan
Guru Berkata:
❏ Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan?
❏ Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya
❏ Apa yang penting bagi kamu?
❏ Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang baru,
❏ Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus memukul?
❏ Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?
Membantu siswa mengenali basic need/kebutuhan yang ingin dipenuhinya ketika melakukan kesalahan itu.
Pada dasarnya setiap tindakan manusia tujuannya adalah
memenuhi basic needs, apakah itu power, freedom, love
and belonging, fun atau survival
Menanyakan Keyakinan
Guru Berkata
❏ Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita?
❏ Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati?
❏ Kelas yang ideal itu seperti apa sih?
❏ Kamu ingin jadi anak seperti apa?
❏ Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi orang yang seperti apa?
Anak melihat kesalahannya dihubungkan dengan norma sosial dan nilai-nilai yang mendasari
manusia berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi 30 detik
Intervensi ini bisa membantu murid kembali ke tujuan semula, dengan cukup singkat dan dengan cara non-konfrontatif.
● Apakah kamu ingin berbuat lebih baik?
● Apakah saat ini kamu sedang menjadi orang yang kamu inginkan?
● Apakah kamu dapat mengubah perilaku/sikap kamu saat ini menjadi perilaku/sikap yang lebih membantu?
● Apakah wajar membuat kesalahan? Bisakah kita memperbaikinya?
● Apa yang kamu lakukan saat ini sesuai (ok)?
● Kapan kamu siap untuk mulai?
● Peraturannya apa?
● Sepertinya kamu punya masalah, saya bisa bantu apa?
● Saat ini kamu seharusnya berbuat apa?
● Apa yang bisa saya bantu agar kamu bisa melakukannya?
● Apakah saya bisa bantu kamu agar dapat segera mulai?
● Apakah tugas kamu saat ini?
● Bagaimana kamu ingin diperlakukan pada kegiatan ini? Bisakah kamu melakukannya?
● Apa yang kamu inginkan, peraturannya apa?
Refleksi
1. Jika Anda sebagai Kepala Sekolah, Apa kebijakan di sekolah saat ini yang akan Anda ubah karena tidak sesuai dengan konsep modul 1.4? Dan Apa kebijakan baru yang akan Anda terapkan sesuai dengan konsep modul 1.4?
2. Jika Anda sebagai pengawas sekolah, bagaimana Anda mengetahui sekolah yang Anda dampingi sudah
menerapkan disiplin positif atau belum? Apa yang akan Anda
lakukan agar KS yang anda dampingi menerapkan dan atau