• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Budaya Positif

N/A
N/A
MUHAMMAD YUSFI YUSUF

Academic year: 2025

Membagikan "Modul Budaya Positif"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

SALAM & BAHAGIA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Shalom, Damai Sejahtera, Om Swastyastu,

Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, Rahayu

untuk kita semua di ruang virtual ini"

(2)

Elaborasi Pemahaman

Modul 1.4 Budaya Positif

Pengembang Modul :

Andri Nurcahyani, S.Pd, M.S.,

Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd

Diah Samsiati Rajasa, M.Sc., (alm)

(3)

Agenda

▪ Pembukaan dan Perkenalan

▪ Kompetensi Lulusan, Capaian Umum, dan Capaian Khusus

▪ Diskusi Pemantik

▪ Tanya Jawab dan Eksplorasi Konsep

▪ Refleksi Akhir

(4)

REC

(5)

Andri Nurcahyani, S.Pd, MS

Kapokja Pendidikan Dasar dan Menengah, Badan Akreditasi Nasional, 2024-2028

Manager of Quality Assurance Sekolah Bogor Raya

Pengembang Modul Program Pendidikan Guru Penggerak

Konsultan Modul Disiplin Positif Platform Merdeka Mengajar dan Sekolah Penggerak

Certified Coach-International Coaching Federation (ICF) USA

Pengembang Modul Supervisi Akademik Berbasis Coaching untuk Kepala Sekolah

Pengembang Modul Coaching untuk Pengawas Sekolah

Tim Penyusun Standar Kepala Sekolah, BSKAP

Pengembang Modul

Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd

Koordinator Prodi PPG UNTIRTA

Tim Pengembang Profil pelajar Pancasila

Instruktur, Pengembang Modul Program Pendidikan Guru Penggerak

Narasumber Pelatih Ahli Sekolah Penggerak

Tim Pengembang Kurikulum PPG Prajabatan

Tim Pengembang Standar Pendidik pada PAUD, Jenjang Sekolah Dasar dan Menengah

(6)

Mengenang:

Alm. Diah Samsiati (Ita) Rajasa binti Murnoto Ilyas Pengembang

Modul 1.4 Budaya Positif Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis

Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Wafat: Sabtu, 26 Agustus 2023 pk 23:30 (59 tahun)

Kita sebagai pendidik perlu dari awal menciptakan lingkungan budaya positif dari hal-hal kecil

sehingga habit [anak] untuk bertindak dan bertanggung jawab

atas tindakannya dapat tercipta.

_____________________________

Pesan terakhir Almarhumah dalam grup WA Instruktur Modul 1.4

(13 Juli 2023)

(7)

Perkenalan Instruktur Elaborasi Pemahaman

(8)

Sebagai calon guru penggerak, jika Bapak-Ibu ditanya oleh kepala dinas di lokasi sekolah Bapak Ibu:

“Modul 1.4 PGP itu bicara tentang apa/isinya apa sih? ”

dan waktu beliau hanya 2 menit, penjelasan apa yang akan Ibu-Bapak sampaikan dalam 2 menit tersebut?

Diskusi Pemantik

(9)

Kompetensi Lulusan Modul 1.4

Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut:

● Guru Penggerak memahami pentingnya mengetahui kebutuhan belajar dan lingkungan yang memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensinya secara aman dan nyaman.

● Guru Penggerak mampu menggerakkan komunitas sekolah untuk

bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang

berpihak pada murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal.

(10)

Capaian Umum Modul 1.4

● Memahami konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep budaya dan lingkungan positif di sekolah yang berpihak pada murid.

● Melakukan evaluasi dan refleksi tentang praktik disiplin dalam pendidikan Indonesia secara umum untuk mendapatkan pemahaman baru mengenai konsep disiplin positif untuk menciptakan murid dengan profil pelajar Pancasila.

● Memahami peran sebagai guru untuk membangun budaya positif dengan menerapkan konsep disiplin positif dalam berinteraksi dengan murid.

(11)

Capaian Khusus Modul 1.4

Mendemonstrasikan pemahaman CGP mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi.

Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak.

Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.

Bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid.

(12)

Lingkungan yang aman dan nyaman berbasis

disiplin positif di sekolah akan berdampak secara maksimal pada

perkembangan dan

pembentukan karakter

peserta didik.

(13)

5 Kebutuhan Dasar Manusia

1. Bertahan hidup/Survival 2. Penguasaan/Kekuasaan 3. Kasih sayang/Rasa

diterima 4. Kesenangan

5. Kebebasan

5 Posisi Kontrol

Keyakinan Kelas

Teori Kontrol/Choice Theory (William Glasser)

Makna Disiplin Belajar kontrol diri dengan menggali potensi diri kita sendiri, agar tercapai tujuan mulia, yaitu

menjadi seorang yang diri kita inginkan berdasarkan

nilai-nilai yang diri kita hargai.

Teori Motivasi

Nilai-nilai kebajikan Universal

Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik

1. Untuk menghindari hukuman

2 Untuk mendapatkan imbalan

5. Manajer 1. Penghukum

2. Pembuat rasa bersalah 3. Teman

4. Pemantau 3 Untuk menghargai diri sendiri

Segitiga Restitusi Menstabilkan

Identitas

Menanyakan Keyakinan

Validasi Kebutuhan Anda tidak bisa

mengontrol orang lain, hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.

Semua perilaku memiliki tujuan.

> Model berpikir menang-menang

> Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru

> Pengembangan komunitas berbasis aset/kekuatan

> Realitas (kebutuhan) kita berbeda.

> Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia.

> Setiap orang memiliki gambaran berbeda.

Budaya Positif

Transformasi Pendidikan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Pendidikan yang menuntun &

manusia merdeka

Disiplin Positif

(14)

1.Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

2.Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi 3.Keyakinan Kelas

4.Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas 5.Restitusi: 5 Posisi Kontrol

6.Restitusi: Segitiga Restitusi

Topik dalam Eksplorasi Konsep

(15)

Pertanyaan CGP

Topik 1- Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal

(16)

Pertanyaan CGP

Topik 2- Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan,

Restitusi

(17)

Pertanyaan CGP

Topik 3- Keyakinan Kelas

(18)

Pertanyaan CGP

Topik 4- Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

(19)

Pertanyaan CGP

Topik 5- 5 Posisi Kontrol

(20)

Pertanyaan CGP

Topik 6- Segitiga Restitusi

(21)

Miskonsepsi

(22)

Miskonsepsi Penjelasan

Penerapan budaya

positif berarti tidak ada aturan atau

konsekuensi.

Dalam hidup bermasyarakat, selalu ada tatanan atau aturan dengan konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan oleh anggota

masyarakat.

Dalam penerapan budaya positif, guru melatih kesadaran murid melalui pemahaman bahwa tatanan dan konsekuensi hadir untuk memberikan keselamatan dan kebahagiaan kepada diri sebagai manusia dan anggota masyarakat, sehingga tatanan tersebut

dipatuhi bukan karena takut konsekuensi, tetapi karena kesadaran diri ingin mewujudkan nilai-nilai berharga.

(23)

Miskonsepsi Penjelasan

Dengan membuat keyakinan kelas dan ditempelkan di depan kelas, maka sudah cukup.

Tidak perlu ada tindak lanjut, tidak ada

konsekuensi, tidak ada refleksi.

Kesadaran hadir dari dalam diri (internal), sementara hukuman, penghargaan (memberi hadiah dalam bentuk barang atau status), konsekuensi maupun apresiasi semuanya hadir dari luar diri yang diberikan oleh orang lain.

Untuk menghadirkan kesadaran ini dibutuhkan konsistensi dari

seluruh komunitas sekolah dan sistem pendukung untuk melakukan tindak lanjut, memastikan konsekuensi dijalankan dengan

bertanggung jawab dan diskusi / refleksi setiap saat.

Langkah-langkah dalam menghadirkan kesadaran ini merupakan salah satu contoh melatih murid dan guru dalam berpikir lambat menggunakan bagian otak luhurnya.

(24)

Miskonsepsi Penjelasan Semua

masalah yang berkaitan

dengan

budaya positif diselesaikan dengan

restitusi

Segitiga restitusi merupakan salah satu pendekatan disiplin positif untuk

menyelesaikan permasalahan siswa terkait pelanggaran aturan. Pendekatan ini menekankan pada dialog, tanggung jawab, dan pemulihan, alih-alih hukuman.

Sebelum melakukan pendekatan restitusi, pendidik seharusnya sudah

menegakkan keyakinan kelas dan konsekuensi. Namun jika keyakinan kelas dan konsekuensi pun sudah tidak efektif, maka restitusi adalah pilihan terbaik.

Penting untuk diingat bahwa segitiga restitusi tidak selalu tepat untuk semua kasus. Berikut penjelasannya:

1. Segitiga restitusi mungkin tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas khususnya untuk pelanggaran berat seperti kekerasan fisik atau vandalisme, dan pelanggaran yang mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat

diperbaiki, seperti cedera fisik atau kerusakan properti yang parah. Diperlukan intervensi yang lebih tegas dan terstruktur untuk memastikan keamanan dan ketertiban sekolah.

(25)

Miskonsepsi Penjelasan

Semua masalah yang berkaitan dengan budaya positif

diselesaikan

dengan restitusi

2. Keterbatasan kognitif, kurangnya motivasi, dan pengaruh keluarga. Murid dengan keterbatasan kognitif atau intelektual, termasuk berkebutuhan khusus atau gangguan mental, mungkin kesulitan memahami proses segitiga restitusi dan mengambil tanggung jawab atas perbuatannya.

Jika murid tidak mau berubah dan tidak termotivasi untuk menyelesaikan masalah, serta ada konflik atau masalah di rumah dapat mempengaruhi perilaku murid di sekolah, sehingga segitiga restitusi mungkin tidak

menyelesaikan akar permasalahan. Untuk kasus ini, maka utamakan membina hubungan yang dapat membangun rasa percaya murid kepada guru terlebih dahulu.

(26)

Miskonsepsi Penjelasan Pilihan

tindakan yang dilakukan

murid dalam proses restitusi ditentukan

oleh guru,

bukan muncul dari kesadaran murid

Miskonsepsi bahwa guru menentukan pilihan tindakan dapat menghambat efektivitas restitusi dan berpotensi menimbulkan dampak negatif.

Pertama, restitusi bertujuan untuk menumbuhkan tanggung jawab dan kesadaran murid atas perilakunya. Jika guru memilih tindakan untuk murid, maka proses ini

kehilangan esensinya. Murid tidak belajar dari kesalahannya dan tidak terdorong untuk memperbaiki diri.

Kedua, menentukan pilihan tindakan untuk murid dapat memicu rasa tidak adil dan kebencian. Murid mungkin merasa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan, sehingga memicu perlawanan dan memperparah situasi.

Ketiga, peran guru dalam restitusi adalah sebagai fasilitator, bukan pengendali. Guru harus membimbing murid untuk memahami konsekuensi perilakunya,

mengeksplorasi pilihan yang tersedia, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Proses restitusi yang efektif harus didasarkan pada dialog, refleksi, dan partisipasi aktif murid. Dengan demikian, murid dapat mengembangkan kesadaran diri, empati, dan keterampilan problem solving yang bermanfaat bagi masa depan mereka.

(27)

Miskonsepsi

(lanjutan) Penjelasan Jika murid sudah

mendapatkan restitusi, maka ia tidak perlu lagi mendapatkan konsekuensi dari aturan yang ada

Perlu dipahami bahwa restitusi dan konsekuensi memiliki tujuan yang berbeda. Restitusi bertujuan untuk memulihkan situasi dan membangun kembali hubungan yang terdampak oleh

pelanggaran.

Konsekuensi merupakan bagian dari tatanan yang sudah ada

dalam sekolah, yang hadir dengan tujuan untuk membantu murid belajar dari kesalahannya dan mendorong mereka untuk membuat pilihan yang lebih bertanggung jawab di masa depan.

Sehingga setelah restitusi dilakukan, maka konsekuensi tetap

harus dijalani oleh murid sebagai bentuk pertanggungjawaban

dari perilaku yang sudah dilakukan murid.

(28)

Perdirjen 7327:

Model Kompetensi Kepala Sekolah Perdirjen 7328:

Model Kompetensi Pengawas Sekolah

(29)

Indikator Kompetensi KS dan PS

Indikator KS PS

1.1 Kematangan moral, emosi dan spiritual dalam berperilaku sesuai dengan

kode etik v v

1.3 Orientasi berpusat pada peserta didik v v

2.2 Kolaborasi untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan v 2.1 Kolaborasi untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang

berpusat pada peserta didik. v

2.2 Keterlibatan pemangku kepentingan untuk peningkatan mutu layanan

satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik. v 3.1 Pengembangan visi dan budaya belajar satuan pendidikan v

3.2 Kepemimpinan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik v

(30)

KS PS 1.1.3 Penerapan kode etik

dalam menjalankan tugas dan peran

sebagai kepala sekolah sebagai pengawas sekolah

1.3.1 Empati terhadap peserta didik

dalam pengambilan keputusan

dalam pendampingan kepada kepala sekolah

1.3.2 Respek terhadap hak peserta didik

dalam menjalankan peran sebagai kepala sekolah

dalam pendampingan kepada kepala sekolah

1.3.3 Kepedulian terhadap keselamatan dan keamanan peserta didik sebagai individu dan kelompok

dalam menjalankan peran sebagai kepala sekolah

dalam menjalankan peran sebagai pengawas sekolah

2.2.1 Komunikasi efektif dengan warga satuan

pendidikan yang mengarah pada peningkatan kualitas satuan pendidikan

dengan kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan pendidikan yang berpusat pada peserta didik

(31)

Indikator Kompetensi PS

2.2.2 Pengorganisasian tugas-tugas bersama warga satuan pendidikan untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan

2.2.3 Inisiatif berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama dalam peningkatan kualitas satuan pendidikan

3.1.2 Pengembangan kebiasaan belajar sebagai cerminan visi satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik

3.2.1 Kepemimpinan pembelajaran dalam membudayakan lingkungan yang aman,

nyaman, dan inklusif untuk warga satuan pendidikan

(32)

Indikator Kompetensi KS

2.2.2 Pengorganisasian tugas-tugas bersama warga satuan pendidikan untuk peningkatan kualitas satuan pendidikan

2.2.3 Inisiatif berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama dalam peningkatan kualitas satuan pendidikan

3.1.2 Pengembangan kebiasaan belajar sebagai cerminan visi satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik

3.2.1 Kepemimpinan pembelajaran dalam membudayakan lingkungan yang aman,

nyaman, dan inklusif untuk warga satuan pendidikan

(33)

Indikator Kompetensi PS

2.2.1 Pelibatan pemangku kepentingan dalam pendampingan kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat

pada peserta didik

2.2.2 Berkoordinasi secara berkala dengan pemangku kepentingan untuk

peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada

peserta didik.

(34)

Eksplorasi Konsep

(35)

Disiplin Positif dan

Nilai-nilai Kebajikan Universal

Eksplorasi Konsep 1

(36)

Perubahan Paradigma-Stimulus Respon Teori Kontrol

Bisakah kita mengontrol seseorang?

Stimulus Respon Teori Kontrol

Kita mencoba mengubah orang agar

berpandangan sama dengan kita. Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia.

Perilaku buruk dilihat sebagai suatu kesalahan. Semua perilaku memiliki tujuan.

Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda.

Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol orang lain.

Pemaksaan ada pada saat bujukan gagal. Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru.

Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang.

(37)

• Berasal dari bahasa Latin, ‘disciplina’, yang artinya belajar.

• Makna asal dari kata ini berkonotasi dengan disiplin diri dari murid-murid Socrates dan Plato.

• Disiplin diri membuat orang menggali potensinya menuju sebuah tujuan, apa yang dia hargai.

• Namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain

untuk mendapatkan kepatuhan. Kecenderungan umum adalah menghubungkan kata disiplin dengan ketidaknyamanan, bukan dengan apa yang kita hargai, atau pencapaian suatu tujuan

mulia.

Apakah makna ‘Disiplin’?

Hak Cipta @ 2005 Yayasan Pendidikan Luhur DIIZINKAN UNTUK DIPERBANYAK OLEH PELATIH BERSERTIFIKAT

(38)

Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu.

Nilai-nilai tersebut bersifat universal, dan lintas bahasa, suku bangsa, agama maupun latar belakang.

Nilai-Nilai Kebajikan Universal

(39)

Setiap perilaku/perbuatan memiliki suatu tujuan.

William Glasser pada Teori Kontrol, 1984

Nilai-Nilai Kebajikan Universal

(40)

Dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang

maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.

Diane Gossen, 1998

Nilai-Nilai Kebajikan Universal

(41)

Nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.

● Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.

● Mandiri

● Bernalar Kritis

● Berkebinekaan Global

● Bergotong royong

● Kreatif

Nilai-Nilai Kebajikan Universal

(42)

Eksplorasi Konsep 2

Teori Motivasi, Hukuman dan

Penghargaan, Restitusi

(43)

Setuju/Tidak Setuju

1. Hukuman di sekolah dapat mendisiplinkan anak.

2. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau

membersihkan halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak.

3. Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak.

4. Membuat anak merasa bersalah memberi dampak lebih ringan

dibanding menghukum

(44)

Motivasi Internal Tujuan Disiplin Positif

3. Untuk menghargai diri sendiri

Saya akan menjadi orang yang seperti apa bila saya melakukannya?

Teori Motivasi Perilaku Manusia

Motivasi Eksternal

2. Untuk mendapatkan imbalan dari orang lain/institusi Apa yang akan saya dapatkan apabila saya

melakukannya?

Motivasi Eksternal

1. Untuk menghindari ketidaknyamanan/hukuman Apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya?

(45)

“Merdeka” menurut Ki Hajar Dewantara

  “...merdeka itu artinya;

tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi  juga cakap buat memerintah diri sendiri…”

(Ki Hajar Dewantara, Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka

Cetakan Kelima, 2013, Halaman 469)

(46)

DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN

Bahwa penghargaan berlaku ‘sama’ dengan hukuman, dalam arti meminta atau membujuk seseorang melakukan sesuatu untuk

memenuhi suatu tujuan tertentu dari orang yang meminta/membujuk.

Dorongannya eksternal dan akan ada faktor ketergantungan. Beberapa dampak dari pemberian penghargaan.

_________________

Alfie Kohn (1993)

(47)

Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Penghargaan > menghukum

Penghargaan > mengurangi ketepatan

Penghargaan > tidak efektif

Penghargaan > merusak hubungan Penghargaan menurunkan kualitas

Penghargaan mematikan kreativitas

Penghargaan mengurangi motivasi intrinsik

DIHUKUM OLEH PENGHARGAAN

(48)

Bentuk Program Kebajikan (Apresiasi)

Dalam memberikan apresiasi (pengakuan) perlu diingat beberapa hal:

● Beri pengakuan secara khusus.

● Beri pengakuan secara pribadi.

● Beri pengakuan kepada semua murid (bergantian).

● Beri pengakuan secara konsisten.

● Fokus pada proses.

(49)

Contoh Pengakuan/Apresiasi Kebajikan

Pembuka Nilai Kebajikan Situasi

Kemarin saya

perhatikan- -rasa empatimu

besar sekali- -pada saat menolong murid baru di kelas kita.

Saya menghargai- -kepedulianmu-

-pada saat kamu membantu

teman-temanmu di tugas kelompok.

Terima kasih untuk- -rasa tanggung jawabmu-

-pada saat kamu memungut

kertas-kertas yang

berserakan di lantai.

(50)

TINDAKAN GURU

HUKUMAN ATAU KONSEKUENSI 1. Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat

lagi”, karena terlambat ke sekolah. HUKUMAN

2. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di

sekolah. HUKUMAN

3. Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan

masker ke sekolah HUKUMAN

4. Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret. KONSEKUENSI 5. Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada

saat belajar. KONSEKUENSI

6. Meminta murid tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah

karena tidak mengenakan sepatu hitam. HUKUMAN

7. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit

untuk pelajaran PJOK. KONSEKUENSI

(51)

TINDAKAN GURU

HUKUMAN ATAU KONSEKUENSI 1. Mencatat 100 kali di dalam buku kalimat, “Saya tidak akan terlambat

lagi”, karena terlambat ke sekolah. HUKUMAN

2. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat hadir di

sekolah. HUKUMAN

3. Murid diminta untuk ‘push up’ 15 kali karena tidak menggunakan

masker ke sekolah HUKUMAN

4. Menggantikan kertas tugas teman yang telah dicoret-coret. KONSEKUENSI 5. Membersihkan tumpahan air di meja tulis karena tersenggol pada

saat belajar. KONSEKUENSI

6. Meminta murid tidak mengenakan sepatu seharian di sekolah

karena tidak mengenakan sepatu hitam. HUKUMAN

7. Lari mengelilingi lapangan basket 2 kali karena terlambat 10 menit

untuk pelajaran PJOK. KONSEKUENSI

(52)
(53)
(54)

Apa itu ‘Restitusi’?

restitusi/res·ti·tu·si/ /réstitusi/ n

1 ganti kerugian; pembayaran kembali;

2 penyerahan bagian pembayaran yang masih bersisa;

3 Dok penyesuaian spontan kepala bayi dengan badannya sesudah kepala keluar dari rahim ibu.

____________

KBBI web.id

(55)

Apa itu ‘Restitusi’?

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka dapat

kembali ke kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.

______________

Gossen, 2004

(56)

Apa itu ‘Restitusi’?

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang

mengajarkan murid untuk mencari solusi atas masalah mereka, dan membantu murid untuk berpikir:

> ingin menjadi orang seperti apa mereka (tujuan mulia), dan

> bagaimana mereka memperlakukan orang lain.

_____________

Gossen, 2004

(57)

9 Ciri-ciri Restitusi

1. Belajar dari kesalahan, bukan menebus kesalahan.

2. Memperbaiki hubungan.

3. Menawarkan, bukan memaksa.

4. Restitusi diri adalah cara terbaik.

5. Menuntun untuk melihat ke dalam diri.

6. Mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan.

7. Berfokus pada karakter bukan tindakan.

8. Berfokus pada solusi.

9. Mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya.

(58)

Eksplorasi Konsep

Keyakinan Kelas

(Unit Pembelajaran 3)

(59)

Mengapa tidak peraturan saja?

Mengapa harus keyakinan Kelas?

● Mengapa kita memiliki peraturan harus menggunakan helm bila mengendarai kendaraan roda dua?

● Mengapa kita memiliki peraturan membuang sampah di tempatnya?

● Mengapa kita memiliki peraturan harus datang tepat waktu pada saat mengikuti pelatihan?

Untuk mendukung motivasi intrinsik, kembalikan ke nilai-nilai/

keyakinan-keyakinan, karena akan lebih menggerakkan seseorang

dibandingkan mengikuti serangkaian peraturan-peraturan.

(60)

Peraturan Keyakinan kelas/nilai kebajikan yang dituju

Selalu kembalikan buku ke tempatnya Tanggung jawab

Dilarang Mengganggu Orang Lain Menghormati Orang Lain dan Diri Sendiri Hadir di sekolah 15 menit sebelum pembelajaran

dimulai Menghormati Orang Lain, Komitmen pada Tujuan (Berkomitmen)

Dilarang Melakukan Kekerasan Keselamatan, Menghormati Orang Lain.

Dilarang Menggunakan Narkoba Kesehatan

Bergantian atau menunggu giliran Menghormati orang lain, Kesabaran Gunakan masker Kesehatan, Keselamatan, Kepedulian Jangan berlari di kelas atau koridor Keselamatan, Keamanan, Kepedulian

(61)

Budaya Positif

Lingkungan Positif

Keyakinan Kelas

Peraturan Kelas

(62)
(63)

Mari diskusi

Apa pendapat Anda tentang fenomena ini sehubungan dengan konsep keyakinan kelas yang telah kita

pelajari? Apabila ada sekolah yang membelinya, apa yang hilang dari tujuan pembuatan keyakinan

kelas?

(64)
(65)

Eksplorasi Konsep 4

Kebutuhan Dasar Manusia &

Dunia Berkualitas

(66)

Kebutuhan Dasar Manusia

Penguasaan

Kasih Sayang dan Rasa Diterima

Kebebasan Kesenangan

Bertahan Hidup

(67)

Perilaku Siswa Memukul teman yang menghinanya.

Kebutuhan yang Mungkin Berusaha Dipenuhi

KEKUASAAN/POWER

Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi kebutuhan KEKUASAAN tanpa

melakukan kekerasan?

(68)

Perilaku Siswa Menyebarkan gosip tentang teman sekelas Kebutuhan yang

Mungkin Berusaha Dipenuhi

Cinta dan kasih sayang (Kalau saya

menjelek-jelekan orang lain, mungkin ada orang yang akan suka sama saya.)

Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi

kebutuhan CINTA dan kasih sayang tanpa

merusak reputasi orang lain?

(69)

Perilaku Siswa Menjatuhkan teman saat teman sedang berjalan di lorong sekolah.

Kebutuhan yang Mungkin berusaha Dipenuhi

SENANG (Hanya bercanda!).

Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi

kebutuhan SENANG tanpa menyakiti orang

lain?

(70)

Perilaku Siswa Mengganggu di kelas.

Kebutuhan yang Mungkin Berusaha Dipenuhi

KEBEBASAN (Bebaskan saya!).

Pertanyaan pada Siswa Apakah ada cara untuk memenuhi kebutuhan KEBEBASAN tanpa mengganggu

pembelajaran semua orang?

(71)

Eksplorasi Konsep 5

5 Posisi Kontrol

(72)

MOTIVASI

IDENTITAS GAGAL

(Kontrol dari Luar) IDENTITAS BERHASIL/SUKSES

(Kontrol dari Luar)

IDENTITAS BERHASIL/SUKSES

(Kontrol Diri)

Menghindari Hukuman Mengharapkan Imbalan atau

Ketergantungan pada Orang Lain Menghargai Diri Sendiri PENGHUKUM PEMBUAT ORANG

MERASA BERSALAH TEMAN PEMANTAU MANAJER

GURU BERBUAT

Menghardik Menunjuk-nunjuk

Menyakiti Menyindir

Berceramah dan mengatakan:

“Seharusnya…”

“Ibu kecewa…”

Membuatkan alasan-alasan untuk

muridnya.

Menghitung dan

mengukur Mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

GURU BERKATA

“Kalau kamu tidak melakukannya, awas ya!

Rasakan!”

“Seharusnya kamu sudah tahu. Ibu lelah sekali mengatakannya. Ibu

stress…”

“Ayolah, lakukan demi Ibu…”

“Masa kamu tidak mau, ingat tidak Ibu pernah

bantu…”

“Apa peraturannya?”

“Apa yang kita yakini?

Apa yang bisa kau kerjakan untuk memperbaiki

masalah ini?”

HASIL

Memberontak Menyalahkan orang lain

Berbohong

Menyembunyikan Menyangkal

Berbohong Ketergantungan Menyesuaikan diri, bila

diawasi Menguatkan pribadi

KAITAN DENGAN DUNIA BERKUALITAS

Murid meletakkan guru di

luar Dunia Berkualitas Murid meletakkan guru di dalam Dunia Berkualitas

Murid meletakkan guru di sebagai orang yang sangat penting di Dunia

Berkualitas

Murid meletakkan guru peraturan dan hukum di

dunia Berkualitas

Murid meletakkan dirinya sebagai individu yang positif dalam Dunia Berkualitas

MURID BERKATA

“Ah, biarkan saja.

Nanti juga marah-marah

lagi.” “Maafkan saya.” “Saya pikir Bapak/Ibu teman saya. Ternyata

begitu.”

“Berapa banyak bintang yang saya harus peroleh?”

“Berapa halaman yang harus saya tulis?”

“Bagaimana caranya saya bisa memperbaiki

keadaan?”

DAMPAK PADA

MURID Mengulangi kesalahan Merasa rendah diri Lemah, tidak mandiri, tergantung

Menitikberatkan pada konsekuensi atau hadiah

untuk dirinya.

Mengevaluasi diri, bagaimana cara memperbaiki diri?

(73)

Bergerak antara

Kalau kamu tidak……

Saya akan _______________

(Diberi hukuman untuk membuat tidak nyaman)

Apa yang kamu yakini? Bagaimana memperbaiki masalah ini?

_______________

(Memperbaikinya. Kiat berdua mendapatkan apa yang kita butuhkan )

Peraturan Pemantau

Konsekuensi/Hadiah

Nilai-nilai Manajer Memperbaikinya

(74)

Latihan

Pernyataan-pernyataan Siapa yang Mengatakan?

1. “Saya kecewa sekali dengan kamu…” Pembuat orang merasa bersalah 2. “Kamu tidak pernah benar

melakukannya….” Penghukum

3. “Ayolah, lakukan demi Ibu/Bapak…” Teman 4. “Apakah kamu mau mendapatkan stiker

bintang hari ini?” Pemantau

5. “Bagaimana kamu bisa menyelesaikan

masalah ini?” Manajer

6. “Kamu selalu yang paling terakhir…” Penghukum

(75)

Eksplorasi Konsep 6

Segitiga Restitusi

(76)

Segitiga Restitusi

Validasi Kebutuhan

(77)

Menstabilkan Identitas

Guru Berkata:

❏ Berbuat salah itu hal yang manusiawi

❏ Tidak ada manusia yang sempurna

❏ Bapak/Ibu juga pernah buat salah

❏ Kita pasti bisa menyelesaikan permasalahan ini

❏ Bapak/Ibu tidak tertarik untuk mencari tahu siapa yang benar, siapa yang salah, Bapak/Ibu lebih tertarik untuk menyelesaikan masalahnya.

❏ Kalau kamu menyalahkan dirimu sendiri terus menerus, apakah kamu bersikap baik pada dirimu sendiri?

Untuk membuat anak yang merasa gagal

karena berbuat salah menjadi positif terhadap

dirinya

(78)

Validasi

Kebutuhan

Guru Berkata:

❏ Kamu bisa saja kan melakukan hal yang lebih buruk, tapi kamu tidak melakukannya kan?

❏ Kamu pasti punya alasan mengapa melakukannya

❏ Apa yang penting bagi kamu?

❏ Kamu boleh tetap berusaha menjaga sikap itu, tapi tambahkan sikap yang lain, yang baru,

❏ Maukah kamu belajar cara lain untuk mendapat yang kamu butuhkan tanpa harus memukul?

❏ Apakah kamu bisa melakukan dengan lebih baik besok lagi?

Membantu siswa mengenali basic need/kebutuhan yang ingin dipenuhinya ketika melakukan kesalahan itu.

Pada dasarnya setiap tindakan manusia tujuannya adalah

memenuhi basic needs, apakah itu power, freedom, love

and belonging, fun atau survival

(79)

Menanyakan Keyakinan

Guru Berkata

❏ Apa nilai yang kita percaya di kelas/sekolah kita?

❏ Nilai-nilai universal apa yang telah kita sepakati?

❏ Kelas yang ideal itu seperti apa sih?

❏ Kamu ingin jadi anak seperti apa?

❏ Apa yang kamu rasakan? Ketika kamu melakukan itu, kamu menjadi orang yang seperti apa?

 

Anak melihat kesalahannya dihubungkan dengan norma sosial dan nilai-nilai yang mendasari

manusia berinteraksi dengan orang lain.

(80)

Intervensi 30 detik

Intervensi ini bisa membantu murid kembali ke tujuan semula, dengan cukup singkat dan dengan cara non-konfrontatif.

● Apakah kamu ingin berbuat lebih baik?

● Apakah saat ini kamu sedang menjadi orang yang kamu inginkan?

● Apakah kamu dapat mengubah perilaku/sikap kamu saat ini menjadi perilaku/sikap yang lebih membantu?

● Apakah wajar membuat kesalahan? Bisakah kita memperbaikinya?

● Apa yang kamu lakukan saat ini sesuai (ok)?

● Kapan kamu siap untuk mulai?

● Peraturannya apa?

● Sepertinya kamu punya masalah, saya bisa bantu apa?

● Saat ini kamu seharusnya berbuat apa?

● Apa yang bisa saya bantu agar kamu bisa melakukannya?

● Apakah saya bisa bantu kamu agar dapat segera mulai?

● Apakah tugas kamu saat ini?

● Bagaimana kamu ingin diperlakukan pada kegiatan ini? Bisakah kamu melakukannya?

● Apa yang kamu inginkan, peraturannya apa?

(81)

Refleksi

1. Jika Anda sebagai Kepala Sekolah, Apa kebijakan di sekolah saat ini yang akan Anda ubah karena tidak sesuai dengan konsep modul 1.4? Dan Apa kebijakan baru yang akan Anda terapkan sesuai dengan konsep modul 1.4?

2. Jika Anda sebagai pengawas sekolah, bagaimana Anda mengetahui sekolah yang Anda dampingi sudah

menerapkan disiplin positif atau belum? Apa yang akan Anda

lakukan agar KS yang anda dampingi menerapkan dan atau

menguatkan budaya positif di sekolahnya?

Referensi

Dokumen terkait