• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Model Pengembangan Wirausaha Berbasis Potensi Lokal

N/A
N/A
Rona Hinirim

Academic year: 2025

Membagikan "Modul Model Pengembangan Wirausaha Berbasis Potensi Lokal"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Modul 4: Model Pengembangan Wirausaha Berbasis Potensi Lokal

Modul 4

Modul ini berfungsi sebagai panduan lengkap untuk siswa, pelaku bisnis, dan pemangku kepentingan lainnya dalam memahami dan menerapkan Model Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal. Tujuan utama modul ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan teknik praktis yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kewirausahaan di berbagai tempat dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada dari segi sumber daya alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Dengan memanfaatkan sumber daya alam dan keunikan lokal, perusahaan diharapkan dapat menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai tambah tinggi dan mampu bersaing di pasar domestik dan internasional.

Pengguna akan mendapatkan pemahaman tentang pentingnya pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal dan bagaimana kekuatan lokal dapat dimaksimalkan untuk meningkatkan daya saing bisnis. Modul ini juga akan mengajarkan langkah-langkah strategis yang diperlukan untuk mengembangkan kewirausahaan berbasis potensi lokal, mulai dari tahap perencanaan hingga implementasi. Di dalamnya, model pengembangan kewirausahaan yang relevan akan dijelaskan. Model ini dapat diterapkan pada berbagai jenis bisnis sambil mempertimbangkan aspek lokal. Selain itu, topik yang akan dibahas dalam modul ini adalah bagaimana mengelola kewirausahaan dengan cara yang berkelanjutan, yang mencakup elemen ekonomi, sosial, dan lingkungan, agar bisnis dapat bertahan dalam jangka panjang.

Dengan cara yang sistematis dan mudah dipahami, modul ini dirancang untuk menjadi sumber pembelajaran yang efektif dan alat yang berguna untuk proses pembelajaran serta penerapan praktis di lapangan. Diharapkan pembaca akan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang konsep kewirausahaan berbasis potensi lokal dan dapat menerapkan strategi yang tepat untuk pengembangan usaha di daerahnya masing-masing setelah mengikuti modul ini. Semoga modul ini semaksimal mungkin bermanfaat bagi seluruh pengguna dan membantu pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif, berkelanjutan, berbasis kekuatan potensi lokal.

Tujuan Kegiatan Belajar 4.

(2)

1. Memahami konsep dasar wirausaha berbasis potensi lokal.

2. Mengidentifikasi potensi lokal menggunakan pendekatan SWOT.

3. Mengetahui usaha berbasis potensi lokal di Indonesia.

4. Mengidentifikasi model pengembangan wirausaha berbasis potensi lokal.

5. Mengetahui kebijakan pemerintah dalam pengembangan wirausaha berbasis potensi lokal.

MATERI KEGIATAN BELAJAR 4.

4.1 KONSEP DASAR WIRAUSAHA BERBASIS POTENSI LOKAL

Dua tokoh penting dalam teori kewirausahaan adalah Adam Smith dan Joseph Schumpeter. Dalam The Wealth of Nations (1776), Smith menekankan bahwa pembagian kerja dan spesialisasi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan teori ini mencakup berbagai perspektif tentang bagaimana usaha dapat tumbuh dan berkembang (Smith 1776). Dengan membagi kerja, individu atau kelompok dapat lebih fokus pada pekerjaan tertentu, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan ini memungkinkan output ekonomi yang lebih besar.

Sementara itu, Dalam The Theory of Economic Development (1911) dari Joseph Schumpeter, inovasi adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Menurut Schumpeter, inovasi menghasilkan gelombang perubahan dalam perekonomian, yang kemudian mengubah tatanan pasar yang sudah ada melalui proses yang dikenal sebagai creative destruction (Schumpeter 1911). Dalam proses ini, inovasi baru menggantikan produk atau metode lama, menciptakan dinamika baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

Potensi lokal merujuk pada kearifan lokal, sumber daya alam, dan budaya yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha lokal untuk mendapatkan keunggulan dalam persaingan. Pengusaha dapat meningkatkan daya saing mereka dengan memanfaatkan potensi ini untuk membuat barang yang unik dan sulit ditiru. Kekayaan alam, seperti bahan baku pertanian, perikanan, atau mineral, adalah contoh penting. Wilayah yang kaya akan sumber daya alam dapat mengolah bahan-bahan ini menjadi produk berharga tinggi yang dapat diekspor atau dijual dengan harga tinggi di dalam negeri.

Keakraban dengan budaya lokal juga sangat penting. Tradisi, seni, dan budaya lokal dapat menambah nilai pada produk yang dibuat. Misalnya, produk kerajinan

(3)

tangan atau makanan tradisional yang mengandung elemen budaya lokal sering menarik perhatian konsumen karena unik dan nilai budayanya. Ada banyak potensi lokal yang dapat membantu orang memulai bisnis. Di sektor pertanian, komoditas seperti rempah-rempah, teh, dan kopi dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi. Kopi Gayo dari Aceh adalah contoh yang terkenal karena kualitasnya yang unggul. Di sektor perikanan, produk seperti rumput laut, udang, dan ikan juga memiliki potensi besar untuk diproses menjadi bahan baku industri atau produk makanan.

Sementara itu, kerajinan tangan seperti batik, anyaman, dan ukiran kayu adalah contoh bagaimana produk budaya lokal dapat berkembang menjadi komoditas yang memiliki nilai seni tinggi. Produk ini diminati di pasar domestik dan internasional.

Selain itu, sektor pariwisata dan budaya lokal, seperti festival budaya, tarian tradisional, dan lokasi sejarah, dapat menarik wisatawan dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

4.2 DEFINISI WIRAUSAHA BERBASIS POTENSI LOKAL

Kewirausahaan adalah kemampuan untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif yang digunakan sebagai dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses untuk menghadapi tantangan hidup (MULYADI 2011).

Adam Smith, yang dikenal sebagai bapak ekonomi, memiliki perspektif unik. Dia menganggap wirausaha sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk menanggapi perubahan ekonomi dan kemudian bekerja sebagai agen ekonomi yang mengubah produksi menjadi permintaan. Menurut ahli ekonomi perancis Jean Baptise, wirausaha adalah orang yang memiliki keterampilan dan keterampilan tertentu untuk mendirikan usaha ekonomi baru. Namun, Cantilon mengatakan bahwa wirausaha adalah seorang inkubator ide-ide baru yang terus berusaha menggunakan sumber daya secara paling efektif untuk mencapai tingkat paling tinggi (Hutagalung and Situmorang 2008).

Sedangkan potensi lokal merujuk pada semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat disebut sebagai potensi lokal. Potensi lokal adalah sumber daya manusia yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat sebagai subjek pembangunan yang

(4)

memahami masalah masyarakatnya sendiri (Hutagalung and Situmorang 2008).

Wirausaha berbasis potensi lokal adalah usaha atau aktivitas kewirausahaan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya lokal, seperti modal sosial, kekayaan alam, dan keunikan budaya. Dalam hal ini, para wirausahawan membuat produk atau layanan yang memanfaatkan kekuatan lokal untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dan internasional. Dengan memanfaatkan sumber daya, kekayaan, dan keunikan lokal, mereka menghasilkan produk atau layanan yang bernilai tambah, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Metode ini mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari usaha selain aspek ekonomi.

Teori ini sejalan dengan berbagai pendapat ahli tentang kewirausahaan, yang menjelaskan fungsi dan peran yang dimainkan oleh para wirausahawan dalam masyarakat.

Seorang ekonom Prancis, Jean Baptiste Say, mengatakan bahwa wirausahawan adalah agen yang menggabungkan berbagai alat produksi untuk menciptakan nilai dari apa yang mereka hasilkan. Dalam konteks potensi lokal, ini berarti bahwa wirausahawan harus memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya lokal, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan pengetahuan, untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Say menekankan bahwa menciptakan nilai memerlukan inovasi dan kreativitas. Ini sangat relevan untuk membangun bisnis yang berbasis potensi lokal.

Dalam definisinya tentang kewirausahaan, Thomas W. Zimmerer juga menambahkan elemen inovasi. Ia menyatakan bahwa kewirausahaan adalah penerapan inovasi dan kreasi untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan peluang yang dihadapi orang lain setiap hari. Dalam kerangka ini, wirausaha berbasis potensi lokal menerapkan inovasi pada sumber daya lokal untuk menghasilkan solusi yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian, wirausahawan tidak hanya produsen tetapi juga pemecah masalah yang responsif terhadap perubahan sosial dan ekonomi.

Selain itu menurut Andrew J. Dubrin, orang yang mengelola dan membangun perusahaan inovatif disebut wirausaha. Wirausaha berbasis potensi lokal dalam hal ini

(5)

adalah mereka yang dapat mendirikan bisnis dengan memanfaatkan kekayaan dan keunikan lokal. Kekayaan ini termasuk pemanfaatan tradisi, budaya, dan produk lokal yang dapat diubah menjadi barang dan jasa yang menarik bagi pelanggan. Metode seperti ini dapat membantu mempertahankan identitas lokal sekaligus memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan.

Berbicara tentang wirausaha berbasis potensi lokal, Joseph Schumpeter memberikan pemahaman mendalam tentang peran inovasi dalam membangun kewirausahaan ketika dia berbicara tentang wirausaha berbasis potensi lokal. Menurut Schumpeter, wirausahawan bukan hanya orang yang menjalankan bisnis seperti orang lain; mereka adalah agen perubahan yang dengan membawa inovasi besar mendobrak sistem ekonomi yang ada.

Schumpeter menekankan dalam konteks wirausaha berbasis potensi lokal bahwa wirausahawan melihat peluang yang ada di daerah tertentu dan mampu memanfaatkan sumber daya lokal secara efektif untuk menghasilkan produk, jasa, atau metode pengolahan sumber daya baru. Schumpeter menekankan bahwa wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melihat peluang di pasar yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain. Mereka tidak hanya melihat potensi yang ada dalam sumber daya yang sudah ada, tetapi juga memikirkan bagaimana sumber daya tersebut dapat diolah atau digunakan dengan cara yang kreatif untuk menghasilkan nilai baru. Inovasi dalam hal ini dapat berupa produk baru yang menggunakan bahan baku lokal, membangun organisasi atau struktur bisnis yang lebih efisien, atau memperkenalkan cara baru untuk menjalankan bisnis yang lebih sesuai dengan keadaan lokal.

Adam Smith, yang juga dikenal sebagai bapak ekonomi, memiliki perspektif unik tentang kewirausahaan. Dia mengatakan bahwa wirausahawan adalah agen ekonomi yang mengubah pasar dan mengubah permintaan menjadi produksi. Ketika berbicara tentang potensi lokal, wirausahawan adalah mereka yang dapat menemukan dan menanggapi kebutuhan masyarakat lokal, dan kemudian mengubahnya menjadi barang atau layanan yang bermanfaat. Metode seperti ini sangat penting untuk membuat perekonomian yang responsif dan berkelanjutan.

(6)

Pendapat Cantillon memasukkan aspek tambahan ke dalam definisi wirausaha.

Ia menganggap wirausahawan sebagai inkubator ide baru yang selalu berusaha menggunakan sumber daya secara optimal untuk mencapai hasil terbaik. Dalam konteks wirausaha berbasis potensi lokal, ini berarti bahwa wirausahawan harus memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan semua sumber daya yang tersedia, baik material, finansial, maupun sosial, untuk menciptakan usaha yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga bermanfaat bagi komunitas.

Dapat disimpulkan, wirausaha berbasis potensi lokal menggabungkan ide-ide dari para ahli tersebut dengan tujuan meningkatkan perekonomian lokal secara berkelanjutan dengan mengoptimalkan sumber daya lokal. Pengusaha lokal dapat mendapatkan keuntungan dari kekayaan lokal, seperti kekayaan alam dan kearifan budaya. Misalnya, sebuah daerah yang kaya akan bahan baku kerajinan tangan dapat membuat produk yang unik yang sulit ditiru oleh daerah lain.

Sektor pertanian, perikanan, kerajinan tangan, budaya, dan pariwisata lokal adalah contoh potensi lokal yang sering menjadi basis usaha. Semua ini dapat diproses menjadi produk yang bernilai tinggi. Wirausahawan dapat memanfaatkan potensi lokal untuk menciptakan nilai yang lebih besar bagi komunitas mereka dan berkontribusi pada pengembangan masyarakat, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial.

4.3 IDENTIFIKASI POTENSI LOKAL

Metode Mengidentifikasi Potensi Lokal yaitu dengan Pendekatan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) adalah alat strategis yang sangat efektif untuk menentukan potensi lokal suatu komunitas. Pendekatan ini menunjukkan kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) serta kelemahan (Weaknesses) yang perlu diperbaiki serta ancaman (Threats) yang dapat menghalangi kemajuan (Geograf 3023).

Langkah-langkah dalam analisis SWOT 1. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data melibatkan pencarian informasi terperinci tentang potensi lokal. Data ini dapat berasal dari berbagai sumber seperti statistik resmi,

(7)

survei lapangan, wawancara dengan penduduk setempat, dan penelitian yang terkait dengan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infrastruktur ekonomi. Misalnya, dalam potensi lokal berbasis sumber daya alam, data yang dikumpulkan dapat mencakup jenis tanah, cuaca, pola pengelolaan air, dan ketersediaan bahan baku lokal.

2. Penganalisisan Data

Data yang dikumpulkan dianalisis untuk menemukan pola atau hubungan yang berguna. Penggunaan teknik statistik seperti regresi, analisis korelasi, dan model spasial sering kali membantu mengidentifikasi tren dan hubungan antara faktor-faktor yang memengaruhi potensi lokal. Misalnya, analisis spasial dapat membantu menemukan area dengan potensi pertanian yang tinggi atau area yang memiliki kelemahan dalam hal akses infrastruktur.

3. Penyusunan Laporan

Setelah analisis selesai, laporan disiapkan yang mencakup identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman potensi lokal. Laporan ini akan berfungsi sebagai panduan dalam merancang strategi pembangunan yang berkelanjutan dan efektif untuk area tersebut. Strategi ini dapat mencakup investasi di sektor infrastruktur, peningkatan keterampilan lokal, atau pengembangan produk berbasis sumber daya alam.

Usaha Berbasis Potensi Lokal di Indonesia

Indonesia memiliki banyak contoh sukses pengembangan bisnis berbasis potensi lokal, yang memanfaatkan sumber daya alam, budaya, dan adat istiadat setempat. Beberapa di antaranya adalah:

1. Batik di Yogyakarta: Yogyakarta dikenal dengan seni batiknya yang sangat diapresiasi baik secara nasional maupun internasional. Batik merupakan kekuatan budaya lokal yang telah menyatu dalam perekonomian, di mana banyak masyarakat Yogyakarta yang memanfaatkan keterampilan turun-temurun dalam memproduksi batik yang bernilai seni tinggi. Hal ini tidak hanya memperkuat sektor pariwisata,

(8)

tetapi juga membuka peluang untuk mengekspor produk budaya.

2. Kopi di Gayo, Aceh: Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas Indonesia yang sangat diminati di pasar internasional. Keunggulan kopi Gayo terletak pada kualitas biji kopi yang dihasilkan dari kondisi geografis dan iklim dataran tinggi yang sangat cocok untuk tumbuhnya tanaman kopi berkualitas. Kopi Gayo menjadi salah satu contoh bagaimana daerah dengan potensi geografis tertentu dapat mengembangkan produk bernilai tinggi yang dikenal secara global.

3. Perikanan di Pantura (Pantai Utara Jawa): Wilayah Pantura memiliki potensi kelautan yang luar biasa dengan kekayaan laut yang melimpah. Banyak usaha perikanan berbasis lokal yang berkembang di daerah ini, mulai dari usaha pengolahan ikan hingga ekspor hasil laut ke berbagai negara. Sektor ini menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat setempat, sekaligus memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

Karekateristik Strategi Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal

Menurutut (Hidayat 2014) karekateristik utama strategi pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal adalah:

1. Pengembangan kewirausahaan diarahkan untuk memaksimalkan potensi lokal melalui pemanfaatan sumber daya alam dan manusia serta budayanya.

2. Pengembangan kewirausahaan dilakukan dengan menemukan kebutuhan, kapasitas sumber daya, dan pandangan masyarakat lokal. Ini berarti bahwa kewirausahaan di suatu daerah harus dapat membangun kapasitas berbagai sumber daya untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang khas daerah tersebut.

3. Pengembangan kewirausahaan dapat menghasilkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengimbangi masalah ekologis dan sosial serta aspek ekonomi yang khusus.

4. Masyarakat itu sendiri (self-determined) menentukan jenis pelatihan kewirausahaan yang berbasis potensi lokal.

5. Pengembangan kewirausahaan yang didasarkan pada potensi lokal dilakukan

(9)

dalam konteks wilayah, di mana sumber daya alam dan manusia, sebagai pelaku ekonomi, berinteraksi satu sama lain untuk membangun perekonomian masyarakat.

4.4. MODEL PENGEMBANGAN WIRAUSAHA BERBASIS POTENSI LOKAL 1. Pendekatan Ekosistem Wirausaha

Pendekatan ekosistem kewirausahaan merupakan suatu kerangka kerja yang mencakup berbagai elemen penting dalam mendukung pengembangan usaha lokal.

Menurut Isenberg (2011), ekosistem ini terdiri dari wirausahawan, pemerintah, lembaga keuangan, lembaga pendidikan, dan masyarakat yang berkolaborasi untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi wirausahawan.

Komponen Utama Ekosistem Kewirausahaan yaitu:

a) Pengusaha yaitu sebagai pelaku utama yang memanfaatkan potensi lokal untuk menciptakan produk dan layanan yang inovatif.

b) Pemerintah berperan dalam menciptakan kebijakan yang mendukung, termasuk insentif pajak, program pelatihan, dan infrastruktur yang baik.

c) Masyarakat lokal harus terlibat aktif dalam mendukung wirausahawan lokal melalui pembelian produk dan partisipasi dalam kegiatan ekonomi.

d) Lembaga Pendidikan dengan memberikan pendidikan kewirausahaan dan keterampilan yang relevan, termasuk pelatihan teknis dan manajerial.

Penelitian yang dilakukan oleh (Stam 2015) menunjukkan bahwa ekosistem yang kuat dapat meningkatkan inovasi dan pertumbuhan kewirausahaan. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem ini memungkinkan wirausahawan untuk mengakses informasi, sumber daya, dan jaringan yang dibutuhkan untuk tumbuh.

2. Model Bisnis Wirausaha Berbasis Potensi Lokal

Merancang model bisnis yang efektif merupakan langkah krusial dalam pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal. Menurut (Osterwalder, A., &

Pigneur 2010), model bisnis yang baik harus menciptakan nilai dengan memanfaatkan

(10)

sumber daya yang tersedia secara optimal.

Langkah-langkah dalam Merancang Model Bisnis:

a) Menilai sumber daya alam, budaya, dan keterampilan yang tersedia di daerah tersebut untuk mengembangkan produk atau layanan yang unik.

b) Menawarkan nilai tambah yang jelas kepada konsumen, misalnya melalui produk kerajinan tangan, makanan lokal, atau pariwisata berbasis masyarakat.

c) Mengembangkan saluran distribusi yang efektif, baik di pasar lokal maupun internasional, dengan memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan pasar.

d) Memastikan bahwa model bisnis tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga berkontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat.

Contoh yang dapat diambil adalah produk kerajinan tangan dari Bali yang memanfaatkan bahan dan tradisi seni setempat. Produk-produk ini tidak hanya mencerminkan budaya lokal tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

3. Pendekatan Inovasi

Inovasi memegang peranan penting dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk berbasis potensi lokal. Schumpeter (1942) menyatakan bahwa inovasi merupakan penggerak utama pembangunan ekonomi, termasuk dalam konteks kewirausahaan.

Aspek Inovasi dalam Kewirausahaan:

a) Inovasi Produk dengan mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada dengan teknologi modern atau desain yang menarik.

Misalnya, mengembangkan varian baru makanan tradisional dengan menggunakan bahan organik.

b) Inovasi Proses dengan mengadopsi metode produksi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti penggunaan teknologi untuk pengolahan hasil pertanian.

(11)

c) Inovasi Pemasaran dengan menerapkan strategi pemasaran yang kreatif dan memanfaatkan platform digital untuk menjangkau basis konsumen yang lebih luas.

Melalui inovasi, wirausahawan tidak hanya dapat meningkatkan kualitas dan daya saing produk, tetapi juga memperluas pasar dengan menciptakan permintaan baru.

4. Manajemen Risiko pada Usaha Lokal

Manajemen risiko merupakan bagian penting dalam pengembangan kewirausahaan lokal. Usaha lokal kerap kali menghadapi berbagai risiko, mulai dari fluktuasi harga bahan baku hingga perubahan iklim. Manajemen risiko dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu risiko strategis, risiko operasional, dan risiko finansial (Kaplan, R. S., & Mikes 2012).

Strategi Manajemen Risiko:

a) Identifikasi risiko dengan melakukan analisis menyeluruh untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul dalam operasional usaha, seperti ketergantungan pada satu jenis produk atau fluktuasi permintaan pasar.

b) Diversifikasi dengan mengembangkan portofolio produk yang bervariasi untuk mengurangi ketergantungan pada satu sumber pendapatan.

c) Asuransi dan proteksi finansial dengan mengambil polis asuransi untuk melindungi aset dan pendapatan dari risiko yang tidak terduga, seperti bencana alam atau kegagalan produksi.

d) Manajemen rantai pasokan seperti membangun hubungan yang kuat dengan pemasok lokal untuk memastikan pasokan bahan baku yang stabil dan mengurangi risiko yang terkait dengan rantai pasokan global.

CONTOH MODEL PENGEMBANGAN WIRAUSAHA BERBASIS POTENSI LOKAL

(12)

Contoh konkrit penerapan model ini yaitu di Desa Cipada, Kabupaten Bandung Barat, melalui budidaya kopi Arabika. Berikut ini adalah uraiannya:

1. Pendekatan Ekosistem Kewirausahaan

Pengembangan kewirausahaan tidak dapat dilakukan secara sendiri- sendiri, diperlukan kolaborasi antar berbagai pemangku kepentingan.

Pendekatan ekosistem kewirausahaan melibatkan pengusaha, pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan usaha.

Misalnya di Desa Cipada, pemanfaatan lahan yang subur dan kondisi geografis yang strategis telah mendukung budidaya kopi Arabika. Manajemen Bukit Senyum bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengembangkan kawasan wisata yang juga memfasilitasi budidaya kopi.

2. Model Bisnis Wirausaha Berbasis Potensi Lokal

(13)

Merancang model bisnis yang berkelanjutan dan memanfaatkan sumber daya lokal sebagai bahan utama dapat menjadi kunci keberhasilan. Desa Cipada telah mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan melalui budidaya kopi Arabika. Masyarakat menanam bibit kopi yang dipilih berdasarkan kondisi geografis dan tanah yang subur di Bukit Senyum. Panen kopi Arabika kemudian diekspor ke luar negeri, memberikan pendapatan yang signifikan bagi petani dan masyarakat setempat.1

3. Pendekatan Inovasi

Inovasi dalam produk dan layanan berbasis potensi lokal dapat meningkatkan nilai tambah dan memperluas pasar. Beberapa contoh inovasi yang dilakukan di Desa Cipada antara lain:

 Produk Paling Kreatif: Kopi Arabika di Desa Cipada diproduksi dengan cara tradisional namun dengan sentuhan inovatif agar lebih diminati wisatawan. Misalnya, kemasan kopi yang unik dan cita rasa kopi yang khas membuatnya digemari oleh pecinta kopi.

 Promosi Wisata: Objek wisata Bukit Senyum tidak hanya menawarkan pemandangan yang indah tetapi juga sarana promosi yang baik untuk menambah daya tarik wisatawan. Promosi ini melibatkan warga sekitar dalam proses promosinya, sehingga meningkatkan motivasi masyarakat dalam mengembangkan usaha pariwisata.

4. Manajemen Risiko pada Usaha Berbasis Lokal

Mengidentifikasi risiko yang mungkin dihadapi, seperti fluktuasi harga bahan baku lokal, dan strategi mitigasi untuk mengatasinya.

Di Desa Cipada, identifikasi risiko melibatkan faktor-faktor seperti cuaca buruk yang dapat memengaruhi produksi kopi dan fluktuasi harga global yang dapat memengaruhi ekspor kopi. Strategi mitigasi meliputi diversifikasi produk (misalnya, produksi teh atau sayur) dan kerja sama dengan lembaga keuangan untuk mengantisipasi fluktuasi harga bahan baku.

4.5 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN WIRAUSAHA BERBASIS

(14)

POTENSI LOKAL

1. Peran Pemerintah Pusat dan Daerah

Pemerintah pusat dan daerah memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pengembangan kewirausahaan lokal, terutama yang berbasis pada potensi lokal. Keterlibatan kedua tingkat pemerintahan tersebut sangat memengaruhi keberhasilan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:

1. Regulasi dan Kebijakan

Pemerintah menerbitkan regulasi pendukung, seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, yang memberikan kerangka hukum dan perlindungan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah. Menurut Prabowo dan Sari (2020), regulasi ini menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pertumbuhan UMKM dengan memberikan akses kepada pengusaha lokal untuk memperoleh legalitas dan perlindungan hukum yang dibutuhkan dalam menjalankan usahanya (Cabinet Secretary of Republic of Indonesia 2022).

2. Infrastruktur dan Sarana

Penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, listrik, dan internet, sangat penting untuk mendukung operasional bisnis lokal. Infrastruktur yang baik memungkinkan akses yang lebih mudah bagi pengusaha untuk mengembangkan usahanya (Malik and Mulyono 2017).

3. Insentif dan Subsidi

Pemerintah memberikan insentif berupa keringanan pajak, subsidi bunga pinjaman, dan bantuan modal untuk mendorong pertumbuhan usaha.

Misalnya, dalam program Pajak Penghasilan (PPh) Final bagi UMKM yang ditetapkan untuk membantu meringankan beban pajak pengusaha kecil dan menengah, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 24/PMK.03/2020. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (2021), insentif ini berhasil meningkatkan kontribusi UMKM terhadap PDB nasional (Tim Penyusun Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi 2019).

(15)

2. Program dan Bantuan Pemerintah

Pemerintah memberikan berbagai program dan bantuan untuk mendukung pengusaha lokal, yang berfokus pada pengembangan kapasitas dan aksesibilitas.

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Program ini memberikan akses pembiayaan dengan bunga rendah bagi pengusaha kecil dan menengah. Menurut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2021), KUR telah berhasil meningkatkan akses permodalan bagi lebih dari 10 juta wirausahawan di Indonesia yang sebagian besar merupakan UMKM berbasis lokal (JDIH BPK 2021).

2. Pelatihan Kewirausahaan

Pemerintah menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan wirausahawan dalam mengelola usahanya. Program seperti Gerakan Nasional 1000 Startup Digital memberikan pelatihan kewirausahaan yang bertujuan untuk menciptakan wirausahawan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi digital.

3. Mempermudah Akses Pasar

Pemerintah membantu wirausahawan lokal untuk mengakses pasar yang lebih luas, baik di dalam negeri maupun internasional, melalui pameran dan promosi produk. Misalnya, Trade Expo Indonesia yang diselenggarakan setiap tahun, di mana wirausahawan lokal dapat memamerkan produknya kepada calon pembeli dari luar negeri, sehingga membuka peluang ekspor yang lebih besar (Tim Penyusun Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi 2019).

3. Kerjasama Pemerintah-Swasta

Kerjasama antara pemerintah dan swasta sangat penting untuk memperkuat ekosistem wirausaha berbasis lokal. Kolaborasi ini menciptakan sinergi yang memungkinkan wirausahawan lokal tumbuh lebih cepat.

1. Kemitraan Strategis

Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk memberikan

(16)

pelatihan, pendampingan, dan akses teknologi bagi para wirausahawan lokal.

Contoh nyata adalah program Inkubator Bisnis yang melibatkan perusahaan teknologi untuk memberikan pelatihan dan pendampingan dalam mengembangkan produk berbasis teknologi.

2. Investasi Bersama

Pemerintah dan sektor swasta dapat berinvestasi bersama dalam proyek-proyek yang mendukung pengembangan bisnis lokal, seperti pengembangan pusat inkubasi bisnis. Menurut Rakhmat (2020), investasi bersama ini dapat mempercepat pengembangan UMKM dengan memberikan akses sumber daya yang lebih baik dan jaringan yang lebih luas.

3. Program CSR

Perusahaan swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memberikan bantuan modal, pelatihan, dan fasilitas bagi para wirausahawan lokal. Program CSR yang terencana dan tepat sasaran tidak hanya memberikan manfaat bagi perusahaan dalam hal reputasi tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Sulaiman dan Yulia (2021) tentang dampak program CSR terhadap pengembangan UMKM lokal.

4.6 TEKNOLOGI DAN DIGITALISASI DALAM PENGEMBANGAN USAHA LOKAL

Kemajuan teknologi secara teoritis diterima sebagai langkah kunci untuk menghilangkan hambatan perbatasan ekonomi, karena membantu meningkatkan produktivitas dan faktor efisiensi, faktor produksi ekonomi - tenaga kerja, modal, dan sumber daya lainnya serta meningkatkan penggunaan input produksi dalam proses tersebut (Prasanna dkk.,2019). Kemajuan teknologi juga mendukung pemasaran produk yang dihasilkan oleh bisnis lokal dan merupakan invasi dalam efisiensi ekonomi.

Terobosan ini merujuk pada penemuan ilmiah yang diperlukan untuk meningkatkan sistem produksi ekonomi, sementara usaha lokal memanfaatkan penemuan ini untuk memanfaatkan inovasi ilmiah baru untuk tujuan komersial. Menurut Al-Damoe, Hamid,

(17)

dan Omar (2015), tantangan kompetitif yang dihadapi oleh entitas industri dalam ekonomi global saat ini dikategorikan menjadi tiga: tantangan keberlanjutan, tantangan global, dan tantangan teknologi.

Strategi Teknologi Informasi adalah rencana komprehensif yang digunakan oleh spesialis manajemen TI untuk membimbing dan menyusun organisasi mereka. Strategi ini mempunyai dampak signifikan terhadap kinerja pengembangan usaha lokal. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, usaha lokal dapat mencapai jangkauan pemasaran yang tak terbatas, memungkinkan mereka tidak hanya menargetkan pelanggan yang lebih luas dibandingkan dengan metode tradisional tetapi juga secara signifikan mengurangi biaya pemasaran. Pengurangan ini dapat menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan pengembangan usaha lokal.

Rangkuman

Pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal bertujuan meningkatkan perekonomian lokal secara berkelanjutan dengan mengoptimalkan sumber daya lokal.

Wirausaha ini memanfaatkan sumber daya lokal, seperti kekayaan alam dan kearifan budaya, untuk menciptakan produk unik dan bernilai tinggi. Sektor-sektor seperti pertanian, perikanan, kerajinan tangan, budaya, dan pariwisata sering menjadi basis usaha.

Metode identifikasi potensi lokal menggunakan pendekatan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) yang membantu dalam menentukan kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang ada. Selain itu, pengembangan kewirausahaan dilakukan dalam konteks ekosistem yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pengusaha, pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung.

Tes Formatif Kegiatan Belajar 1 Pilihan Berganda

1. Apa yang dimaksud dengan wirausaha berbasis potensi lokal?

A. Usaha yang tidak memperhatikan sumber daya lokal B. Usaha yang mengandalkan produk impor

C. Usaha yang memanfaatkan sumber daya lokal untuk meningkatkan ekonomi D. Usaha yang hanya fokus pada keuntungan

2. Sektor mana yang sering menjadi basis usaha berbasis potensi lokal?

A. Teknologi informasi

(18)

B. Pertanian, perikanan, kerajinan tangan, budaya, dan pariwisata C. Perbankan

D. Transportasi

3. Apa langkah pertama dalam analisis SWOT?

A. Penganalisisan Data B. Penyusunan Laporan C. Pengumpulan Data D. Implementasi Strategi

4. Apa contoh produk yang dapat dihasilkan dari potensi lokal?

A. Mobil

B. Kerajinan tangan dan makanan lokal C. Elektronik

D. Pakaian impor

5. Apa yang menjadi fokus utama dalam pendekatan inovasi?

A. Mengurangi biaya

B. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk C. Memperbanyak produk yang sama

D. Menghindari perubahan

6. Apa yang harus dilakukan setelah analisis data dalam proses identifikasi potensi lokal?

A. Mengabaikan hasil B. Penyusunan Laporan C. Menghentikan penelitian D. Mempromosikan produk

7. Apa yang menjadi fokus dalam penyusunan laporan setelah analisis SWOT?

A. Mengabaikan data

B. Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman C. Mempromosikan produk luar negeri

D. Mengurangi biaya

8. Apa yang menjadi tujuan dari pengusaha lokal dalam memanfaatkan potensi lokal?

A. Menciptakan produk yang sulit ditiru B. Mengabaikan budaya lokal

(19)

C. Mengurangi kualitas produk D. Menghindari inovasi

9. Apa yang menjadi langkah kedua dalam merancang model bisnis?

A. Menawarkan nilai tambah yang jelas kepada konsumen B. Mengabaikan sumber daya lokal

C. Mengurangi biaya

D. Menggunakan produk luar negeri

10. Apa yang menjadi fokus utama dalam pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal?

A. Mengabaikan sumber daya lokal

B. Memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal C. Mengurangi biaya produksi

D. Menggunakan produk impor

11. Apa yang menjadi manfaat dari inovasi dalam kewirausahaan?

A. Mengurangi kualitas produk

B. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah C. Menghindari perubahan

D. Mengabaikan kebutuhan konsumen

12. Apa yang menjadi fokus dalam pengembangan produk berbasis potensi lokal?

A. Mengabaikan budaya lokal

B. Mengembangkan produk baru atau menyempurnakan yang ada C. Mengurangi biaya produksi

D. Menghindari inovasi

13. Apa yang menjadi contoh produk yang dihasilkan dari kekayaan alam?

A. Mobil

B. Kerajinan tangan dan makanan lokal C. Pakaian impor

D. Elektronik

14. Apa yang menjadi tujuan dari analisis SWOT dalam konteks potensi lokal?

A. Mengabaikan data

B. Menentukan potensi lokal dan merancang strategi pembangunan C. Mengurangi biaya

D. Mempromosikan produk luar negeri

(20)

15. Apa alat strategis yang digunakan untuk menentukan potensi lokal suatu komunitas?

A. Analisis PEST B. Analisis SWOT C. Analisis Porter D. Analisis BCG

16. Apa yang dimaksud dengan nilai tambah dalam konteks produk lokal?

A. Mengurangi biaya produksi

B. Meningkatkan kualitas dan daya tarik produk C. Menggunakan bahan baku murah

D. Mengurangi waktu produksi

17. Apa yang menjadi contoh produk yang dihasilkan dari sektor perikanan?

A. Mobil

B. Rumput laut, udang, dan ikan C. Pakaian

D. Elektronik

18. Apa yang menjadi contoh produk yang sulit ditiru oleh daerah lain?

A. Produk kerajinan tangan yang unik B. Elektronik

C. Mobil

D. Pakaian impor

19. Apa yang menjadi langkah pertama dalam merancang model bisnis yang efektif?

A. Menawarkan produk impor

B. Menilai sumber daya alam, budaya, dan keterampilan C. Mengurangi biaya

D. Mengabaikan kebutuhan konsumen

20. Apa yang menjadi contoh daerah yang dikenal dengan produk kerajinan tangan?

A. Jakarta B. Bali C. Surabaya D. Medan

(21)

Essai

1. Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan berbasis potensi lokal dan mengapa hal ini penting untuk pengembangan ekonomi daerah?

2. Jelaskan komponen utama dari ekosistem kewirausahaan dan peran masing- masing komponen dalam mendukung pengembangan usaha lokal.

3. Apa saja langkah-langkah yang perlu diambil dalam merancang model bisnis berbasis potensi lokal?

4. Jelaskan bagaimana pemerintah dapat mendukung pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal.

5. Bagaimana pengusaha dapat memastikan bahwa model bisnis mereka berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan?

Kunci dan Penyelesaian Jawaban Pilihan Berganda

1. C 2. B 3. C 4. B 5. B 6. B 7. B 8. A 9. A 10. B 11. B 12. B 13. B 14. B 15. B 16. B 17. B 18. A 19. B 20. B

Essai

1. Kewirausahaan berbasis potensi lokal adalah usaha yang memanfaatkan sumber daya alam, budaya, dan kearifan lokal untuk menciptakan produk dan

(22)

layanan yang unik. Hal ini penting karena dapat meningkatkan daya saing bisnis, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di daerah. Dengan memanfaatkan potensi lokal, pengusaha dapat menghasilkan produk yang sulit ditiru oleh daerah lain, sehingga meningkatkan nilai ekonomi dan pelestarian budaya lokal.

2. Komponen utama dari ekosistem kewirausahaan meliputi pengusaha, pemerintah, masyarakat lokal, lembaga keuangan, dan lembaga pendidikan.

Pengusaha berperan sebagai pelaku utama yang menciptakan produk inovatif.

Pemerintah menciptakan kebijakan dan infrastruktur yang mendukung.

Masyarakat lokal terlibat dalam mendukung usaha melalui pembelian produk.

Lembaga keuangan menyediakan akses modal, dan lembaga pendidikan memberikan pelatihan dan keterampilan yang relevan.

3. Langkah-langkah dalam merancang model bisnis berbasis potensi lokal meliputi:

a. Menilai sumber daya yang tersedia.

b. Menawarkan nilai tambah yang jelas kepada konsumen.

c. Mengembangkan saluran distribusi yang efektif.

d. Memastikan model bisnis berkontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat

4. Pemerintah dapat mendukung pengembangan kewirausahaan berbasis potensi lokal dengan menciptakan kebijakan yang mendukung, memberikan insentif pajak, menyediakan program pelatihan, dan membangun infrastruktur yang baik. Dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, pemerintah dapat membantu pengusaha lokal untuk tumbuh dan berinovasi.

5. Pengusaha dapat memastikan keberlanjutan model bisnis dengan:

a. Menggunakan sumber daya secara efisien dan bertanggung jawab.

b. Menciptakan produk yang tidak hanya menguntungkan tetapi juga memberikan manfaat sosial bagi masyarakat.

c. Mempertimbangkan dampak lingkungan dari kegiatan usaha dan berupaya untuk meminimalkan dampak negatif

Daftar Pustaka

Cabinet Secretary of Republic of Indonesia. 2022. “Sekretariat Kabinet Republik Indonesia | Pemerintah Terbitkan Perpres Pengembangan Kewirausahaan Nasional.” Cabinet Secretary of Republic of Indonesia.

Geograf. 3023. “Pengertian Analisis Potensi Wilayah: Defenisi Dan Penjelasan Lengkap Menurut Ahli.”

Hidayat, D. 2014. “Pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Potensi

(23)

Lokal Dalam Meningkatkan Kompetensi Kewirausahaan Warga Belajar Keaksaraan Usaha ….”

Hutagalung, Raja Bongsu, and Syafrizal Helmi Situmorang. 2008. Pengantar Kewirausahaan | Rockcepunk.

JDIH BPK. 2021. “PERPRES No 86.” 5700.

Kaplan, R. S., & Mikes, A. 2012. “Strategic Risk and the Smart Organization".” Harvard Business Review.

Malik, Abdul, and Sungkowo Edy Mulyono. 2017. “Pengembangan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal Melalui Pemberdayaan Masyarakat.” Journal of Nonformal Education and Community Empowerment 1(1):87–101. doi:

10.15294/pls.v1i1.15151.

MULYADI. 2011. KEWIRAUSAHAAN BERTINDAK KREATIF DAN INOFATIF. Vol. 15.

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Osterwalder, A., & Pigneur, Y. 2010. “Business Model Generation: A Handbook for Visionaries, Game Changers, and Challengers".”

Schumpeter, Joseph. 1911. The Theory of Economic Development.

Smith, Adam. 1776. The Wealth of Nations.”.

Stam, E. 2015. “Entrepreneurship, Innovation and Economic Growth".” Journal of Evolutionary Economics.

Sudirman, Eddy. 2020. “Strategi Usaha Kecil Menghadapi Digitalisasi Pemasaran.”

Jurnal Ilmu Manajemen 9(2):142. doi: 10.32502/jimn.v9i2.2554.

Tim Penyusun Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi. 2019. “Kebijakan Pengembangan Kewirausahaan.” 1–15.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Pera Perempuan Pengrajin Bambu Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber daya Alam Lokal” (Studi di Desa Timbang Lawan,

Malang, (3) mengembangkan model pembelajaran kewirausahaan sosial berbasis potensi lokal dalam meningkatkan kemandirian santri Oi pesantren Salafiyah AI-Azhar Kab.. (4)

Kecamatan ini memiliki sumber daya lokal yang berpotensi untuk mendukung pengembangan agrowisata, baik dari sumber daya alam meliputi komoditas pertanian, kondisi

Berdasarkan data dan pembahasan pada penelitian pengembangan modul mitigasi bencana berbasis potensi lokal yang terintegrasi dalam pelajaran IPA di SMP maka dapat

Skripsi yang berjudul “Pera Perempuan Pengrajin Bambu Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber daya Alam Lokal” (Studi di Desa Timbang Lawan,

Berdasarkan data dan pembahasan pada penelitian pengembangan modul mitigasi bencana berbasis potensi lokal yang terintegrasi dalam pelajaran IPA di SMP maka dapat

Dan penelitian dari Marzuki & Ramli 2017 yang berjudul “Pengembangan Modul Plantae Berbasis Guided Discovery Learning Terintegrasi Potensi Lokal untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Strategi pencapaian keseimbangan pola pangan harapan berbasis sumber daya alam lokal di Kabupaten Kaur yaitu dengan cara memanfaatkan potensi lahan dan kebiasaan mengkonsumsi pangan