• Tidak ada hasil yang ditemukan

era Perempuan Pengrajin Bambu Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "era Perempuan Pengrajin Bambu Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam Lokal"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEREMPUAN PENGRAJIN BAMBU DALAM

MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA DENGAN

MEMANFAATKAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM

LOKAL

(Studi deskriptif di Desa Timbang Lawan, Kec. Bahorok, Kab Langkat)

Diajukan oleh:

NARI ROLINON B MANALU

080901009

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul ’Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam Lokal, yang berada di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Dalam hal ini penulis ingin melihat faktor–faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan pengrajin baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Para perempuan di desa tersebut beraktifitas mulai pagi hari hingga sore hari bahkan sampai malam hari, namun bukan berarti mereka mengabaikan tugas mereka sebagai Ibu Rumah Tangga (peran domestik). Disektor publik mereka melakukan pekerjaan sebagai pekerja industri rumah tangga yaitu sebagai pengrajin bambu. Walaupun mereka bekerja sepanjang hari, namun itu bukanlah unsur keterpaksaan dari suami, tetapi dengan kesadaran mereka ingin membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah para Ibu Rumah Tangga yang merupakan warga desa Timbang Lawan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

(3)

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugrahNya yang di berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pera Perempuan Pengrajin Bambu Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber daya Alam Lokal” (Studi di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat) disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Bapak prof. DR. dr. Syahril pasaribu, DTM&, M.Sc.(CTM)Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan fakultas ilmu soaial dan ilmu politik dan para pembantu dekan serta seluruh staf pegawai dan administrasi.

3. Ibu Drs. Lina Sudarwati, M. Si selaku ketua departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik.

4. Bapak Drs. T. Ilham saladin selaku sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Drs. Sismudjito, M. Si selaku dosen wali penulis.

6. Bapak/ Ibu dosen dan staf pengajar Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis dapat menjadikan bekal nantinya dapat penulis terapkan ditengah – tengah masyarakat.

7. Kawan – kawan seperjuangan Angkatan 2008.

(5)

Nanda, kharisma. Serta seluruh kawan – kawan yang tidak tersebut namanya disini.

8. Kawan – kawan kos lama sejajaran Jalan Pembangunan USU. Maurin, Kak Esra, Kak Evy, Headhi, Agus, Yuni, Tien, Eva Zuupe, Friska.

9. Kawan – kawan mahasiswa Departemen Sosiologi serta seluruh kawan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

10.Bang Hendrik di Bukit Lawang yang selalu memberikan dukungan. Mudah – mudahan semua motivasi semangat yang diberikan kapada penulis, menjadi pahala yang selalu dilipat gandakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dikemuduan hari. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan September 2013

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….. i

ABSTRAKS.………..v

DAFTAR ISI………..………..vi

DAFTAR TABEL……….………viii

BAB I PENDAHULUAN……….1

I.I. Latar Belakang………..………..1

1.2. Perumusan Masalah……….……….………6

1.3. Tujuan Penulisan………..……….6

1.4. Manfaat Penelitian……….………...6

1.5. Defenisi Konsep………..…………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….………..…….9

2.1. Teori Stuktural Fungsional...9

2.2. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan………...……….11

2.3. Peran Perempuan Dalam Pemanfaatan Lingkungan………..…....……….12

2.4. Peran Perempuan Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga……….13

2.5. Pengaruh Pengelolaan Alam Terhadap Mutu Lingkungan...14

BAB III METODE PENELITIAN....………...20

(7)

3.2 Lokasi Penelitian……..………...………...20

3.3 Unit Analisis dan Informan...21

3.4 Tehnik Pengumpulan Data...21

3.5 Interpretasi Data...23

3.6 JadwalPelaksanaan………....………..24

3.7. Keterbatasan Penelitian………..31

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian...………...…....……...…...25

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian……….………..25

4.1.1. Keadaan Geografis Desa……….…………..…………...25

4.1.2. Penduduk...………...……….25

4.1.3. Sarana dan Prasarana………...………...30

4.1.4.AsetPerumahan…………...………...30

4.2. Profil Informan………...………...………...32

BAB 5. Temuan dan Interpretasi Data…………...…...45

5.1. Gambaran Umum Peran Perempuan...45

5.2 Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga....50

5.3 Bentuk Peran Perempuan Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarganya...56

5.4 Pembagian Kerja Pada Rumah Tangga Pengrajin Bambu…...62

5.5Beban Ganda Perempuan Pengrajin Bambu……...………...65

5.6.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perempuan Pengrajin Bamb...68

5.7. Menjadi Pengrajin Tidak Membutuhkan Keahlian...……71

5.8. Kondisi Ekonomi Keluarga Pengraji...……72

(8)

5.11. Sistem Patriarki Pada Perempuan Pengrajin Bambu...79

5.12. Pemanfaatan Bambu...79

BAB V PENUTUP………...……….………81

1.1.Kesimpulan……….………...81

1.2.Saran……….……….…………...…...81

DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN ………...………... DAFTAR TABEL Tabel 3.1.Jadwal Pelaksanaan Penelitian………...………...24

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Timbang Lawan …………...26

Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama …….…………...27

Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku…….………...28

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian………...29

Tabel 4.5. Jumlah Rumah Berdasarkan Kategori Jenis Dingding Rumah ...32

(9)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul ’Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Dengan Memanfaatkan Potensi Sumber Daya Alam Lokal, yang berada di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Dalam hal ini penulis ingin melihat faktor–faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan pengrajin baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Para perempuan di desa tersebut beraktifitas mulai pagi hari hingga sore hari bahkan sampai malam hari, namun bukan berarti mereka mengabaikan tugas mereka sebagai Ibu Rumah Tangga (peran domestik). Disektor publik mereka melakukan pekerjaan sebagai pekerja industri rumah tangga yaitu sebagai pengrajin bambu. Walaupun mereka bekerja sepanjang hari, namun itu bukanlah unsur keterpaksaan dari suami, tetapi dengan kesadaran mereka ingin membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga sehari – hari.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif dengan penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah para Ibu Rumah Tangga yang merupakan warga desa Timbang Lawan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data yang didapat dari hasil observasi, wawancara, dan diinterpretasikan berdasarkan dukungan kajian pustaka sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat perempuan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat. Kreatifitas pengrajin bambu ini sangat identikdengan masalah-masalah sosial terutama di bidang sosial ekonomi. Kehidupan sosial ekonomi yang sulit dialami masyarakat tani di desa ini mendorong kaum perempuan menjadi pengrajin bambu untuk menopang kehidupan perekonomian keluarga mereka. Dengan posisi perempuan menjadi pengrajin bambu, maka diharapkan pendapatan perekonomian keluarga mereka akan bertambah.

(11)

Desa Timbang Lawan merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani,dan sebagian besar perempuannya bekerja sebagai pengrajin bambu yang sering disebut masyarakat dengan industri rumah tangga gunauntuk menambah penghasilan keluarga mereka. Mereka memposisikan dirinya menjadi pengrajin bambu karena bambu mudah diolah. Bambu tersebut merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya yang memiliki banyak jenis dan sangat gampang didapatkan dari tempat tinggal mereka, bahkan diantara mereka ada yang menanam bambu karena pertumbuhan yang sangat cepat.

Keunggulan desa ini dibanding desa lain ialah, sebagian besarkaum perempuannya berperan dalam menambah penghasilan setiap keluarga. Namun secara sosial, mereka (pengrajin bambu) yang menggeluti profesi ini ialah masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah. Ada perempuan yang lebih memilih profesi pengrajin ini menjadi penghasilan utamanya dan ada juga perempuan yang menjalankan profesi ini sebagai penghasilan sampingan karena adanya lahan yang ia jadikan sebagai penghasilan utamanya. Pendidikan masyarakat didesa ini masih tergolong rendah yaitu, SMA, SMP, SD.

(12)

pemukiman pedesaan. Bambu menjadi tanaman serbaguna bagi masyarakat pedesaan. Di Desa Timbang Lawan muncul suatu komunitas perempuan dalam membangun perekonomian, ini merupakan fenomena yang sangat menarik untuk dicermati. Komunitas perempuan ini melihat bahwa mereka dapat terlibat dalam melakukan suatu aktifitas-aktifitas yang terkait dengan masalah-masalah sosial ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan bambu untuk diolah menjadi suatu kerajinan dan menghasilkan nilai ekonomi. Sedangkan alasan pilihan untuk memanfaatkan bambu adalah karena bambu merupakan hasil potensi alam yang dapat diperoleh dan dekat dari lingkungan tempat tinggal mereka. Sebagian besar masyarakat Desa Timbang Lawan tersebut mayoritasnya adalah bertani, beternak dan sebagian perempuan atau kaum wanita mempunyai kesibukan tersendiri, yaitu sebagai pengrajin bambu guna untuk meningkatkan ekonomi bagi keluarga mereka. Itu merupakan warisan dari orangtua mereka yang sejak dahulu digeluti, dan mereka jadikan hasil pengrajin tersebut sebagai penghasilan sampingan mereka, sementara penghasilan utama ialah hasil dari pertanian suami mereka.

(13)

Perempuan di Desa Timbang Lawan yang bekerja menempatkan kaum perempuan ini untuk mempunyai peran yang seimbang dengan laki-laki dalam membangun kehidupan rumah tangga. Ini membuat nilai kemampuan seorang perempuan tidak hanya tinggi di mata keluarga akan tetapi, juga di mata masyarakat.

(14)

rumah tangga tidak hanya terlihat pada sumbangan ekonomi yang diberikan oleh kegiatan ini, tetapi juga berkaitan dengan peran industri rumah tangga dalam menumbuhkan kegiatan pasar dan peredaran barang dipedesaan. Industri rumah tangga yang demikian merupakan pemicu didalam memunculkan berbagai bentuk kegiatan ekonomi. Ketiga, industri rumah tangga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur ekonomi pedesaan dimana keberadaannya memiliki hubungan fungsional didalam peningkatan kesejahteraan penduduk desa dalam keutuhan sistem ekonomi pedesaan. Oleh karena itu industri rumah tangga merupakan indikator penting dalam melihat kesejahteraan masyarakat desa. Keberadaan industri rumah tangga disini dapat dilihat sebagai kegiatan alternatif

dalam usaha masyarakat dalam upaya memaksimalkam kesejahteraan (Suratiyah, 1996: 6 ).

(15)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana peran perempuan pengrajin bambu dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Timbang Lawan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui peran perempuan pengrajin bambu dalam meningkatkan ekonomi keluarga di Desa Timbang Lawan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.4.1. Manfaat teoritis

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi, seperti sosiologi gender dan sosiologi pedesaan.

2. Untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Menjadi sumbangan pemikiran untuk para pekerja perempuan.

(16)

1.5. Defenisi Konsep

1.5.1. Peran

Peran ialah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri kita dengan keadaan.

1.5.2. Peran Perempuan

Peran perempuan dalam banyak komunitas adat di Indonesia sangat penting. Mereka melahirkan dan turut membesarkan generasi, menanamkan nilai-nilai, sampai berkontribusi dalam perekonomian keluarga. Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

1.5.3. Sumber Daya Alam Lokal

(17)

1.5.4. Peran Publik Perempuan.

Suatu peran yang dikonstruksiksan secara sosial terhadap perempuan yang memilikiperan dalam sektor formal, yang terkait dengan kerja produksi. Dimana perempuan juga memiliki peran dalam membantu suami mencari nafkah.

1.5.5. Peran Domestik Perempuan.

Suatu peran yang dikonstruksikan secara sosial terhadap perempuan yang memiliki peran dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga, yang dianggab sebagai kodrat perempuan.

1.5.6. Ekonomi Keluarga.

Ekonomi keluarga adalah penghasilan yang didapat oleh anggota keluarga guna untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

1.5.7. Penghasilan Utama.

Penghasilan utama merupakan pendapatan yang paling di nomor satukan dan diandalkan oleh keluarga

1.5.8. Penghasilan Sampingan.

(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori struktural fungsional

Peran perempuan pengrajin dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan memanfatkan sumber daya alam lokal. Aliran fungsionalisme struktural atau sering disebut aliran fungsionalise, adalah mazhab arus utama (mainstream ) dalam ilmu sosial yang dikembangkan oleh Robert K. Merton dan Talcot Parsons.Teori ini sesungguhnya sangat sederhana, yakni bagaimana memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang berkaitan (agama, pendidikan, struktur publik, sampai rumah tangga). Masing-masing bagian secara terus-menerus mencari keseimbangan (equilibrium) dan harmoni. Adapun interelasi terjadi karena adanya konsensus. Pola yang non-normatif dianggap akan melahirkan gejolak (Fakih, 2004:80).

(19)

Terwujudnya kesetaran gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya alam tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan.

Teori struktural fungsional pada dasarnya mempelajari masyarakat dengan memperhatikan truktur fungsinya (Ritzer 2008:118). Salah satu tokoh yang menganalisis teori fungsionalisme atau struktural fungsional adalah parsons dengan konsep AGIL. Parsons yang dimulai dengan empat fungsi enting untuk semua sistem”tindakan”, terkenal dengan skema AGIL, suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditunjukkan kearah pemenuh kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Menurut Parson ada empat fungsi penting diperlukan semua sistem (A) adaption,(G) Goal attainment, (I) Integration, (L) Latensi atau pemeliharaan pola. Secara bersama – sama, keempat imperatif fungsional ini dikenal sebagai skema AGIL. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat fungsi yaitu:

(20)

fasilitas yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk berbagai tujuan individu.

b. Goal attainment (pencapaian tujuan), sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubunganan ketiga fungsi penting lainnya.

c. Integration (interaksi) adalalah merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia, dimana mereka bekerja sama untuk menghindari konflik dan merupakan persyaratan fungsional yang mengatur hubungan – hubungan antar komponen dalam masyarakat. Dalam integrasi ini dapat tumbuh ikatan yang bersifat emosional dan solidaritas.

d. Latency (latency atau pemeliharaan pola), peningkatan dan penegasan komitmen terhadap nilai – nilai moral.

(21)

2.2. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan

Dalam tahapan hubungan manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Dalam kehidupan kelompok misalnya, Ibnu Khaldun menyatakan bahwa bentuk-bentuk persekutuan hidup manusia muncul sebagai akibat interaksi iklim, geografi dan ekonomi. Ketiga bagian dari lingkungan itu juga bersifat sangat menentukan corak temperamen manusia (Rachmad K 2008: 30 ).

Jumlah manusia di muka bumi terus meningkat setiap tahunnya sehingga tidak mengherankan bila terjadi peningkatan sumber daya alam yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan hidup manusia.

2.3. Peran Perempuan Dalam Pemanfaatan Lingkungan.

(22)

Kerusakan lingkungan adalah perbuatan manusia yang sadar atau tidak sadar, langsung maupun tidak langsung mengakibatkan rusaknya suatu lingkurngan. Ilmu lingkungan bisa secara obyektif dan subyektif untuk kepentingan manusia. Tidak dapat disangkal bahwa manusia berperan sebagai obyek tetapi pada waktu yang sama bisa juga berperan sebagai subjek. Sebenarnya jika sumber daya alam dimanfaatkan kalau hanya mengikuti kebutuhan masing-masing secara individu, ia akan memiliki kemampuan meregenerasi dengan sendirinya. Hanya yang terjadi, penggunaan sumber daya alam tidak memerhatikan daya dukung lingkungan, akibatnya lingkungan rusak dimana-mana dan besar kemungkinan tidak terselamatkan. Persoalan ini logis terjadi. Jumlah populasi manusia yang meningkat,jelas akan diikuti meningkatnya konsumsi atas sumber daya alam manusia. Memang tidak mudah untuk menyatakan siapa sebenarnya yang pertama-tama dan utama harus bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan lingkungan yang sekarang ini bisa dinyatakan telah masuk ke area krisis.

2.4. Peran Perempuan dalam Peningkatan Ekonomi Keluarga

(23)

emosional,dan keibuan. Sementara laki-laki dianggab kuat, rasional, jantan, perkasa. Dan masing-masing ciri dari sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan.

Pada masyarakat yang ada di negara berkembang, dalam kenyataannya tidak hanya laki-laki dan tidak dapat menggandalkan laki-laki sepenuhnya yang menjadi pencari nafkah. Ketika negara semakin miskin, tekanan terhadap perempuan untuk turut dalam mencari uang semakin intensif. Namun, pada kondisi seperti itu pula kaum perempuan dipaksa menyiapkan dirinya untuk memperoleh upah yang murah, baik dalam pertanian, pabrik, atau sebagai pekerja rumah tangga. Hal ini karena adanyapembagian kerja secara seksual yang mengandung makna bahwa perempuan kerap dipandang sebagai pencari nafkah sekunder dalam keluarga, sedangkan laki-laki penafkah utama tanpa memandang fakta apakah memang begitu kenyataannya. Dalam kenyataannya, di negara-negara selatan kerja yang dilakukan oleh sebagian besar perempuan miskinlah yang memungkinkan keluarga mereka dapat tetap bertahan hidup: semakin miskin suatu keluarga semakin bergantung pada produktifitas ekonomi seorang perempuan (Mosse, 2002: 46).

(24)

2.5. Pengaruh Pengelolaan Alam Terhadap Mutu Lingkungan.

Ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kesetabilan sosial tertentu disebut daya dukung lingkungan. Singkatnya, daya dukung lingkungan ialah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup. Penyebaran sumber daya alam di bumi ini tidaklah merata letaknya. misalnya ada bagian bagian bumi yang sangat kaya akan mineral, ada pula yang tidak. Ada yang baik untuk pertanian ada pula yang tidak baik. Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional antara lain sebagai berikut :

1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.

2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).

3. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta pendaurulangan (recycling).

4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.

(25)

melihat semua manusia dan segala aktifitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam lokal dan global. Artinya terdapat dialektis antara penindasan terhadap perempuan dan penindasan terhadap alam. Terdapat beberapa aliran dan organisasi yang melandasi gerakan ekofeminisme, secara umum ekofeminis sepakat bahwa kerusakan alam semesta ini akibat dari apresi yang dilakukan manusia yang berpaham androsentrisme atau patriarkhi.

Terlepas dari banyaknya ragam, argumentasi dan aliran ekofeminisme secara umum semua ekofeminisme yakin bahwa manusia saling berhubungan satu sama lain, dan berhubungan juga dengan yang selain manusia, seperti alam. Namun sayangnya tidak setiap manusia menyadari keterhubungan itu, ada ego dan kepentingan diri yang lebih didahulukan, akibat manusia kerap melakukan kekerasan terhadap satu sama lainnya dan juga terhadap alam. Akibatnya banyak terjadi tragedi kemanusiaan dan juga krisis ekologi.

(26)

yang terkait dengan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam telah memperoleh manfaat dari kepemimpinan yang baik di tingkat nasional danjuga dari jaringan organisasi masyarakat sipil yang aktif di seluruh nusantara yang difokuskan pada masalah-masalah lingkungan, dengan pengalaman advokasi yang signifikan. Namun, memperbaiki pendekatan pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam di Indonesia tidaklah mudah.

(27)

Macam-macam sumber Daya Alam:

Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya. a. Berdasarkan sifat

Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, air, dan tanah, karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi (pulih kembali).

2. Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable), misalnya: minyak tanah, gas bumi, batu tiara, dan bahan tambang lainnya.

3. Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari, energi pasang surut, dan energi laut.

b. Berdasarkan potensi

Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.

1. Sumber daya alam materi: merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya, batu, besi, emas, kayu, serat kapas, rosela, dan sebagainya.

2. Sumber daya alam energi: merupakan sumber daya alam yang dimanfaatkan energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas bumi, air terjun, sinar matahari, energi pasang surut laut, kincir angin, dan lain-lain.

(28)

c. Berdasarkan jenis

Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut :

1. Sumber daya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber daya alam fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa benda-benda mati. Misalnya : bahan tambang, tanah, air.

2. Sumber daya alam hayati (biotik); merupakan sumber daya alam yang berupa makhluk hidup. Misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, dan manusia.Pandangan orang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memang berbeda-beda karena antara lain dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pertimbangan kebutuhan, sosial budaya, dan waktu.Semakin tinggi tingkat pemenuhan kebutuhan untuk kelangsungan hidup, maka semakin baik pula mutuhidup.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriprtif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain serta holistik dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Meleong, 2006:6). Dengan menggunakan metode kualitatif maka peneliti akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi dan data yang jelas serta terperinci mengenai peran perempuan pengrajin bambu dalam meningkatkan ekonomi keluarga dengan memanfaatkan hasil potensi alam lokal di desa Timbang Lawan,kec Bahorok.Kab Langkat, serta melihat kendala-kendala apa saja yang ditemui perempuan pengrajin bambu dalam pemanfaatan potensi alam lokal tersebut.

3.2. Lokasi Penelitian

(30)

3.3. Unit Analisis dan Informan

1. Unit Analisis

Sasaran penelitian tidak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret menggambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun oranglain yang memahami objek penelitian (Bungin,2007:76). Yang menjadi unit analisis pada penelitian ini adalah seluruh perempuan pengrajin bambu di di Desa timbang Lawan,serta beberapa informan tambahan untuk memperkuat data tambahan untuk penelitian seperti suami dan sanak saudara perempuan pengrajin bambu di Timbang Lawan.

2. Informan

Adapun informan yang menjadi sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

Perempuan pengrajin bambu di dedesa Timbang Lawan ( perempuan yang sudah menikah. Yang dilakukan dengan cara snowball (bola salju). Teknik ini merupakan teknik penentuan sample terhadap penelitian dengan mengikuti informasi-informasi dari sample sebelumnya.

3.4. Teknik pengumpulan data

(31)

a. Data primer

1. Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera matayang dibantu dengan panca indera lainnya. Metode observasi adalah metode pngumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pegamatan dan penginderaan (Bungin,2007:117). Proses pengamatan ini dilakukan kepada hak-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Dengan melalui observasi peneliti dapat melihat bagaimana peran perempuan pengrajin bambu dilapangan.

2. Wawancara mendalam.

Secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan infoman terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.(Bungin,2007:108).

Dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada responden terkait dengan peran perempuan pengrajin bambu di Desa Timbang Lawan.

b. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian

(32)

dari website internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini tentunya terkait dengan peran perempuan pengrajin bambu yang memanfaatkan hasil potensi alam lokal.

4. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengolahan data. Setelah data terkumpul dalam catatan lapangan, dokumentasi resmi, gambar, foto dan sebagainya. Maka akan dilakukan pengolahan, analisis dan penafsiran. Data yang diperoleh dari lapangan tadi berupa hasil observasi dan wawancara. Kemudia peneliti akan menyederhanakan serta mengedit data tersebut agar lebih mudah dipahami. Data yang telah dikumpulkan kemudian akan disusun sedemikian rupa. Kemudian data tersebut akan diinterpretasikan secara kualitatif.

(33)

4.1. Jadwal kegiatan

No Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pra observasi

2 Acc penelitian

3 Penyusunan proposal penelitian

4 Seminar desain penelitian

5 Revisi proposal penelititn

6 Penelitian lapangan dan interprestasi Data

7 Penulisan laporan akhir

8 Bimbingan

(34)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN PROFIL INFORMAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Wilayah Desa.

Desa Timbang Lawan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan

Bahorok, Kabupaten Langkat. Dengan luas desa 4.233 Ha. Ketinggian Desa Timbang

Lawan adalah 75 - 125 m di atas permukaan laut. Secara umum Desa Timbang Lawan

berbatasan dengan Desa Perkebunan Bukit Lawang (desa wisata). Untuk mencapai Desa

Timbang Lawan jarak yang harus ditempuh adalah 10km dari ibukota kecamatan atau 25

menit perjalanan. Sedangkan, dari Medan menuju Desa Timbang Lawan waktu

perjalanan adalah sekitar ± 3 jam.

Desa Timbang Lawan masuk dalam wilayah Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Perkebunan Bungara Estate. Sebelah Selatan : Desa Laudamak.

Sebelah Timur : Kelurahan pekan bahorok. Sebelah Barat : Desa Timbang Lawan.

4.1.2 Penduduk.

(35)

Tabel 1

Komposisi Penduduk Timbang Lawan

Desa Timbang Lawan memiliki 9 dusun, namun pengrajin bambu hanya ditemukan di dusun tujuh.

DUSUN JLH KK L P JLH JIWA

Dusun 1 176 orang 312 orang 339 orang 652 orang Dusun 11 104 orang 186 orang 178 orang 364 orang Dusun 111 72 orang 167 orang 166 orang 333 orang Dusun 1V 61 orang 137 orang 132 orang 269 orang

Dusun V 32 orang 82 orang 75 orang 157 orang

(36)

Komposisi penduduk Bukit Lawang dapat dibagi berdasarkan beberapa aspek sebagai berikut:

a. Komposisi penduduk berdasarkan agama.

Tabel 2

Komposi.si Penduduk Berdasarkan Agama

NO. Agama Jumlah

1. Islam 4.105 orang

2. Kristen 128 orang

Jumlah total 4233 orang

Sumber: Data Kependudukan desa Timbang lawan Thn 2011

(37)

b. Komposisi penduduk berdasarkan suku Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Sumber: Data Kependudukan Desa Timbang lawan 2011

Dari data di atas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang bersuku melayu merupakan kelompok suku mayoritas dengan jumlah 2.021 orang, kemudian suku jawa sebanyak 1.735 orang, suku karo sebanyak 251 orang, suku Minang sebanyak 101 orang, suku Aceh 61, Suku Batak 42 0rang dan suku Banjar sebanyak 22 orang. Perbedaan suku yang ada pada masyarakat Timbang Lawan menjadikan Timbang Lawan semakin kaya dengan keberagaman budaya.

NO SUKU JUMLAH

1 Melayu 2.021 orang

2 Jawa 1.735 orang

3 Karo 251 orang

4 Minang 101 orang

5 Aceh 61 orang

6 Batak 42 orang

7 Banjar 22 orang

(38)

c. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian Tabel 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 977 orang

2. Buruh tani 564 orang

3. Pegawai Negeri Sipil 25 orang 4. Pengrajin Industri Rumah Tangga 365 orang 5. Pedagang Keliling 85 orang

13. Pensiun PNS/TNI/POLRI 16 orang 14. Pengusaha kecil dan menengah 160 orang 15. Dukun kampung terlatih 4 orang 16. Jasa pengobatan alternative 25 orang 17. Karyawan perusahaan swasta 105 orang

JUMLAH 2354

Sumber: Data Kependudukan Desa Timbang Lawan 2011

(39)

peternak, dukun kampung terlatih, bidan, perawat, pembantu Rumah Tangga, pengusaha kecil dan menengah, jasa pengobatan alternatif dan karyawan perusahan swasta.

4.1.3. Sarana dan Prasarana a. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat Timbang Lawan adalah sepeda motor. Selain itu, di desa ini juga telah tersedia prasarana transportasi yakni becak motor, mini bus, bus dan jalan yang beraspal sehingga untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan mobil maupun sarana transportasi umum seperti bus atau mikrolet. Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai desa ini dari Medan adalah dengan menggunakan bus “Pembangunan semesta” karena searah dengan wisata bukit Lawang, naik dari terminal pinang baris atau dapat pula dengan menggunakan mini bus L300 yang juga berada di terminal pinang baris. Tarif untuk jasa transportasi ini sangat terjangkau yaitu untuk bus besar Rp.12.000,- perorang.

b. Sarana Penerangan

(40)

c. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Timbang Lawan belum memadai, namun di Timbang Lawan telah tersedia 1 unit TK (Taman Kanak-kanak), 1 unit SD (Sekolah Dasar), 2 unit MIS, 1 unit SMP( sekolah Menengah Pertama ) dan MTs.S.

d. Sarana Peribadatan

e. Untuk sarana tempat ibadah, masyarakat desa timbang Lawan yang beragama islam dapat memenuhi sholat mereka di masjid. Terdapat 5 unit masjid, 6 unit Musholla dan 1 unit Gereja di Timbang Lawan.

f. Sarana Kesehatan

Desa Perkebunan Bukit Lawang memiliki fasilitas kesehatan, walaupun

jumlahnya tidak banyak. Untuk sarana kesehatan, desa memiliki , 1 unit Puskesmas, 4

unit tempat persalinan rumah praktek bidan, 1 unit toko obat, 1 orang bidan, 2 orang

perawat.. Selain itu, masyarakat juga memiliki 1 tempat dukun terlatih atau lebih dikenal

dengan dukun patah.

g. Sarana komunikasi

Sarana komunikasiSarana komunikasi yang dapat digunakan di Timbang lawan adalah telepon genggam. Hal ini karena telah masuknya sinyal untuk telepon genggam yang disediakan oleh beberapa provider kartu telepon. Meskipun begitu hanya beberapa sinyal provider tertentu yang cukup baik, seperti Telkomsel dan Indosat.

4.1.4 Aset perumahan

(41)

Tabel 5

Jumlah Rumah Berdasarkan Kategori Jenis Dinding Rumah

Dinding Rumah Jumlah rumah

Tembok 265 unit

Kayu 430 unit

Bambu 250 unit

JUMLAH 945 unit

Sumber: Data Kependudukan Desa Timbang Lawan 2011

Berdasarkan tabel diatas jumlah masyarakat yang rumahnya berdinding kayu dan bambu lebih banyak dengan tebok, dimana yang berdinding tembok sebanyak 265 unit, sedangkan yang berdindingkan kayu sebanyak 430 unit, dan yang berdindingkan bambu sebanyak 250 unit.

4.2. Profil Informan

1. Nama : Mahzarani Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

(42)

tempuh yang sangat jauh, sehingga ia harus membutuhkan bantuan suaminya untuk pengangkutan bambu dari hutan sampai rumah, pengangkutan bambu tersebut menggunakan sepeda motor. Penebangan bambu dari hutan dilakukan dengan sistem tebang pilih, karena bambu yang mereka gunakan biasanya bambu yang sudah tua.

Beliau menggeluti pekerjaan ini sekitar 10 tahun yang lalu , alat yang digunakan ialah pisau dan pisau tokokan. Suami beliau bekerja sebagai petani (deres), peranan beliau sebagai pengrajin bambu karena ini merupakan hobinya yang dapat dikembangkan dan menambah pendapatan rumah tangga dan membantu suami dalam memenuhi ekonomi. Pengrajin ini beliau ketahui dari orang tuanya, sehingga dengan gampang beliau mengerjakannya tanpa ada pelatihan khusus dari pemerintah. Beliau memilih pekerjaan ini karena tidak merasa terganggu dengan pekerjaan rumah tangga, dan dapat ia kerjakan kapan saja dia mau, tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Keuntungan yang diperoleh bekiau dari bambu tersebut sekitar Rp 20.000 dari setiap batang bambu.

2. Nama : Ela Umur : 37 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Karo

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

(43)

dengan penelitian, beliau mempunyai 1 orang anak yang sudah duduk dibangku SD. Alasan beliau memnpunyai anak hanya satu orang karena beliau mengikuti program pemerintah yang disebut dengan KB ( keluarga berencana) Suami beliau bekerja disalah satu bengkel di desa timbang lawan, sedangkan beliau bekerja sebagai pengrajin bambu. Semenjak beliau menikah dengan salah seorang penduduk desa timbang lawan maka beliau memposisikan dirinya sebagai pengrajin bambu karena ingin membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, bagi beliau pekerjaan pengrajin ini merupakan pekerjaan utama baginya selain gampang dikerjakan juga tidak mengganggu pekerjaan rumah lainnya bahkan malam hari pun bisa dikerjakan. Dengan gampang beliau dulunya langsung mengerti dan paham dengan pekerjaan ini karena melihat tetangganya yang baru sedang mengerjakan kerajinan bambu tersebut. Beliau sangat bersyukur karena adanya kerajinan ini karena dikerjakan dengan tanpa unsur keterpaksaan sehingga beliau dapat membagi waktunya dengan baik.

(44)

3. Nama : Anizar Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

(45)

4. Nama : As Umur : 32

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu As merupakan salah satu perempuan pengrajin bambu yang mempunyai dua orang anak. Suami Beliau bekerja sebagai buruh tani. Keikutsertaan ibu ini menjadi pengrajin bambu karena ini merupakan pekerjaan yang sudah menjadi turun temurun. Bekerja sebagai perempuan pengrajin bambu sejak usia 12 tahun beliau ikut mengerjakan bambu tersebut. Selain itu, karena keterbatasan pendidikan yang hanya tamatan sekolah menengah pertama, maka dengan pertimbangan itu beliau memutuskan dirinya untuk menjadi pengrajin bambu. Setelah menikah Ibu As tetap melanjutkan kegiatannya senagai pengrajin bambu, suaminya juga mendukung pekerjaannya tersebut. Ibu As melakukan kegiatan tersebut setiap hari, bahkan malam hari, selagi stok bambu masih ada hingga bisa menghasilkan Rp 300.000 setiap minggu. Tetapi dengan pekerjaan tersebut beliau bukan berarti meninggalkan pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan rumah dan mengurus anak.

(46)

melalui sungai, dari sungai diangkut dengan menggunakan sepeda motor sampai kerumah.

5. Nama : Arlianti Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

Ibu Arlianti merupakan salah satu perempuan pengrajin bambu yang mempunyai satu orang anak. Walaupun hanya mempunyai satu orang anak namun tanggungannya tetap saja b banyak karena Ayah dan Ibunya yang sudah tua memilih tinggal bersamanya, sementara suami beliau hanya bekerja sebagai petani. Beliau menjadi pengrajin sekitar 30 tahun yang lalu sampai sekarang. Beliau mengetahui pekerjaan pengrajin bambu ini sejak beliau kecil, karena sering melihat orang tuanya yang sedang bekerja sebagai pengrajin bambu juga,dan bagi keluarganya ini merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun, selain itu, gampang dikerjakan, tidak terlalu melelahkan, dan bisa dikerjakan setiaap saat, tergantung dengan stok bambu yang tersedia, karena mudah untuk dikerjakan maka beliau juga mengharapkan bantuan dari anak beliau yang masih berumur 12 tahun.

(47)

sungai, namun jarak tempuh dari rumah cukup lama yang bahkan masyarakat tetangga juga sering membeli bambu dari beliau.

6. Nama : Fatmawati Umur : 58

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SD.

Ibu Fatmawati merupakan warga desa Timbang Lawan.Ia mempunyai 7 orang anak diantaranya 5 orang yang sudah berumah tangga dan 2 orang yang baru tamat SMA. Suaminya bekierja sebagai pedagang pekanan, beliau mengerjakan kerajinan tersebut dibantu dengan anak – anak beliau. Walaupun suami beliau mempunyai waktu luang beliau tidak mengharapkan bantuan dari suaminya, seperti perempuan pengrajin lainnya yang bisa mengharapkan suaminya untuk membelah bambu, dikarenakan suami beliau tidak mahir dalam pemotongan dan pembelahan bambu. Sehingga beliau mengerjakannya dengan mandiri.

(48)

pekerjaan rumah, setelah selesai mengurus rumah dan anak maka beliau melanjutkan kegiatannya dengan kegiatan menokok bambu, beliau menggeluti pekerjaan ini sudah lebih dari 20 tahun, kerajinan ini sangat beliau nikmati karena menghasilkan uang yang jumlahnya lumayan banyak menurutnya.beliau bisa mendapat keuntungan Rp. 200.000 setiap minggu.

7. Nama : Ilah Umur : 33

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

(49)

500 biji dengan harga Rp 6000/ikat. Beliau menjual kerajinannnya setiap hari sabtu, namun uang yang diterima sebagai hasil dari toke diserahkan pada hari minggu karena didesa ini ada sistem saling percaya antara pengrajin dan langganan.

Selama beliau bekerja sebagai pengrajin bambu beliau tidak pernah mendapat kendala-kendala dalam mengerjakan kegiatannya hanya saja bambu sangat sulit ditemukan dengan kaitan banjir bandang yang pernah melanda sungai sehingga harga bambu naik dari Rp 2000 menjadi Rp 6000/ batang. Padahal sebelum banjir bandang, beliau dengan gampang mendapatkan bambu karena disepanjang sungai bambu tumbuh dengan suburnya.

8. Nama : Ayu Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SD

(50)

dibantu oleh suaminya dan hari sabtu adalah hari penjualan hasil kerajinan kepada toke yang datang ke desa Timbang Lawan. Beliau mengumpulkan hasil kerajinannya setiap minggunya sekitar Rp 400.000 sehingga beliau merasa kebutuhan rumah tangganya tercukupi. Beliau mendapati kendala yang dirasakan pada saat pencarian bambu karena saat ini sudah banyak lahan yang di alihfungsikan dari tanaman bambu sekarang sudah ditanami kelapa sawit, beliau juga berharap agar pembudidayaan bambu segera dilakukan oleh pemerintah, jangan sempat bambu nantinya menjadi musnah dikawasan daerah desa timbang lawan tersebut.

9. Nama : Nurmalawati Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Suku : Aceh

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

(51)

malam hari pun beliau selalu memberi waktunya untuk mengolah bambu tersebut, sebelum melakukan pekerjaan kerajinan tersebut, beliau terlebih dahulu untuk mengurusi anak dan pekerjaan rumah, usaha beliau untuk mendapatkan uang tidak sia – sia, beliau bisa mengumpulkan hasil kerajinannya sekitar Rp 1000.000 lebih setiap minggunya, dan hasil kerajinannya bisa beliau tabung untuk biaya anak saat sekolah nanti, maka pekerjaan pengrajin ini merupakan pekerjaan utama bagi keluarganya, dan penghasilan tambahannya ialah usaha tani suami beliau.

Beliau mendapat keuntungan sekitar Rp 30.000/ tiap batang bambu, namun alat yang digunakan sangatlah sederhana, alat yang digunakan beliau ialah untuk memotong bambu digunakan gergaji, untuk membelah bambu digunakan pisau, untuk menghaluskan bambu disebut dengan nama pisau tokokan. Untuk saat ini beliau belum ada menghadapi kendala-kendala. Beliau menjual hasil kerajinannya kepada toke yang datang ke Desa Timbang Lawan tersebut. Ukuran bambu yang beliau kerjakan bermacam-macam, masing – masing ukurannya ialah 13 cm, 43 cm, dan 48 cm.

10. Nama : Yus Umur : 30 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku : melayu

Pekerjaan : Pengrajin bambu Pendidikan : SMP

(52)

utama bagi keluarga beliau. Beliau memilih pekerjaan ini karena awalnya beliau ingin membantu suami, selain itu beliau tidak mau tinggal diam dirumah hanya bermalas – malasan saja. Tetapi seiring berjalannya waktu pekerjaan tersebut menjadi hoby bagi beliau, dan sulit untuk ditinggalkan karena pengerjaannya tidak ada ikatan dan aturan dari siapapun, tergantung pekerjanya, jika banyak dikerjakan, maka banyak pula penghasilan yang didapat dan sebaliknya jika sedikit bambu yang diproduksi maka sedikit pula penghasilan yang didapat setiap minggunya.

(53)

Matriks Data Informan

Informan Suku Keterampilan Pendidikan Cara Mendapatkan Bambu 1. Mahzarani Melayu Pengrajin bambu SMP Memunyai kebun bambu sendiri 2. Ela Karo Pengrajin bambu SMP Membeli bambu

3. Anizar Melayu Pengrajin bambu SMP Membeli bambu 4. As Melayu Pengrajin bambu SMP Membeli bambu

5. Arlianti Melayu Pengrajin bambu SMP Mempunyai kebun bambu sendiri 6. Fatmawati Melayu Pengrajin bambu SD Membeli bambu

(54)

BAB V

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

5.1. Gambaran Umum Peran Perempuan Pengrajin Bambu

Berdasarkan data di lapangan yang didapatkan dari hasil wawancara dengan para informan, perempuan pengrajin bambu di desa Timbang Lawan ialah para ibu – ibu rumah tangga yang tidak tinggal diam dan tidak hanya mengharapkan penghasilan dari suami mereka, namun bukan berarti mereka lalai dan meninggalkan tugas domestik mereka sebagai orang tua dari anak – anaknya. Peran domestik mereka harus tetap diutamakan seperti mengurus anak dan mengurus rumah, setelah semua selesai barulah mereka melanjutkan kegiatan mereka sebagai pengrajin bambu. Begitulah kegiatan mereka untuk setiap harinya. Berikut ini ada beberapa contoh nyatanya dikehidupan perempuan pengrajin desa Timbang Lawan.

5.1.1 Dalam Lingkungan Keluarga (Rumah Tangga)

(55)

Begitu bangun dari tidur mereka telah dihadapkan dengan setumpuk tugas yang harus dilakukan.

Aliran fungsionalisme yang berkaitan dengan penelitian ini sesungguhnya sangat sederhana, yakni bagaimana memandang masyarakat sebagai sistem yang terdiri atas bagian yang berkaitan dengan agama, pendidikan, struktur publik, sampai kepada pengurusan rumah tangga. Seperti hasil wawancara berikut :

“Pada umumnya ibu-ibu yang ada di desa ini dek biasanya memulai

kegiatan rumah tangga sekitar pukul 05.00 WIB. Mulai dari menyiapkan makanan untuk semua anggota keluarga, termasuk bekal suami di ladang, perlengkapan sekolah anak, dan bersih-bersih rumah, ini semua merupakan

tugas yang pertama kali dikerjakan. Memasak atau mengolah bahan mentah menjadi bahan yang siap dihidangkan untuk dimakan anggota

keluarga merupakan tugas kedua yang harus dikerjakan. Tugas ini dikerjakan sebelum anak anak pergi kesekolah.” ( As )

(56)

karena keterlibatan mereka biasanya hanya terbatas bila kebetulan si Ibu membutuhkan sejumlah bahan yang perlu dibeli di warung atau di pasar.

Membersihkan peralatan dapur dan peralatan makan yang kotor setelah dipergunakan juga merupakan tugas utama para wanita terutama para ibu rumah tangga. Pencucian biasanya cukup dilakukan secara sederhana pula yang dilalukan disumur luar rumah masing - masing,. Seperti hasil wawancara berikut :

“Pekerjaan rumah tangga yang cukup berat dilakukan oleh kebanyakan

para perempuan Desa Timbang itu dek mencuci pakaian anggota rumah tangga termasuk pakaian sendiri. Kalau kita mau bandingkan antara pekerjaan yang lain dengan pekerjaan mencuci pakaian, pekerjaan inilah

yang termasuk paling berat karena banyak menguras tenaga yang cukup besar juga dek.” ( Fatmawati )

(57)

Pekerjaan mengasuh anak-anak pada dasarnya tidaklah mempunyai batas akhir. Tetapi pekerjaan ini mulai berkurang setelah anak-anak mulai berkeluarga. Akan tetapi, pada banyak keluarga di masyarakat Timbang lawan tidaklah demikian, karena banyak diantara anak-anak yang telah berkeluarga ternyata belum mampu membangun rumah tangganya sendiri. Masih banyak diantara keluarga baru yang masih menjadi satu rumah dengan orang tuanya. Pada kondisi seperti ini, selain harus mengurus anak-anaknya sendiri, para ibu rumah tangga terkadang juga harus mengurus cucunya bila kebetulan anaknya sedang bekerja. Menjaga kebersihan dan keteraturan rumah juga merupakan pekerjaan yang sebagian besar harus dilakukan oleh ibu rumah tangga. Salah satu cara menjaga kebersihan rumah adalah dengan menyapu lantai. Bentuk kotoran umum berada dilantai debu bambu yang mengakibatkan gatal bila terkena dengan kulit, seperti hasil wawancara berikut ini:

“Bila memiliki waktu senggang lantai rumah biasanya disapu dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Pekerjaan tugas-tugas rumah

tangga biasanya ibu dibantu oleh anak-anak terutama anak-anak perempuan, setelah pulang sekolah.”(Arlianti)

5.1.2 Dalam Lingkungan Masyarakat

Perempuan pengrajin bambu selain melaksanakan tugas kerumahtanggaan dan membantu mencari penghasilan tambahan bagi kebutuhan hidup keluarganya, mereka juga masih aktif dalam kegiatan-kegaiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan tersebut berupa

(58)

terlihat dari jumlah peserta yang mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Rata-rata ibu-ibu di Desa Timbang lawan menilai bahwa kegiatan-kegiatan diatas memiliki kontribusi yang tidak dapat diremehkan bagi peningkatan kesejahteraan keluarga pengrajin.

Kegiatan perwiritan kontribusinya lebih bersifat spiritual seperti pemenuhan kebutuhan siraman rohani, peningkatan pengetahuan agama dan ketenangan jiwa. Kegiatan arisan yang dilaksanakan oleh ibu-ibu di desa Timbang lawan biasanya bertujuan untuk memberikan keterampilan tambahan bagi ibu-ibu di desa sehingga dapat mereka manfaatkan untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:

“Di desa ini kebetulan ada arisan keluarga dilakukan sekali dalam satu, ibu senang apabila mengikuti arisan yang berupa uang karena kalau uang

dapat digunakan untuk menambah kebutuhan sehari-hari ibu, mulai dari biaya sekolah anak sampai kepada kebutuhan makan untuk keluarga ibu, maka dari itu dek ibu berinisiatif untuk mencari kegiatan yang mampu

membantu perekonomian keluarga ibu.”(Ela)

(59)

5.2. Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga

Peran yang tertuju pada perempuan dan alokasi ekonomi mengarah adanya peran yang lebih besar atau menyeluruh dari perempuan adalah pekerjaan rumah tangga (reproduksi). Pekerjaan laki-laki adalah pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan atau pekerjaan mencari nafkah. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit perempuan yang juga mempunyai peran dalam pekerjaan yang memberi nafkah itu, seperti bidang pertanian, perikanan, perdagangan kecil, industri kecil. Dalam bidang industri kecil, khususnya pada keluarga pengrajin bambu, pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga pengrajin terbagi menjadi dua sektor: dalam sektor produksi dan pemasaran, pria dominan pada pengambilan bahan mentah.

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan produksi dari proses pemotongan bambu dan proses distribusinya ke toke merupakan salah satu bentuk penguasaan proses mata rantai ekonomi. Ketertarikan perempuan untuk terlibat dalam kerajinan bambu juga merupakan salah satu bentuk peran produksi yang dilakukan perempuan dalam proses penguasaan sumber daya alam lokal berupa bambu juga merupakan salah satu hal yang menarik untuk diteliti. Seperti hasil dari wawancara berikut ini:

Rasanya punya kesenangan sendiri kalau mengerjkan kerajinan ini,

apalagi menjualnya pun tidak capek, toke yang datang untuk membeli

kerajinan kami. tapi tergantung tenaga juga, kalau sanggup mengerjakan

banyak, banyak hasil uangnya.” ( Ilah )

(60)

walaupun kami merasa capek, tetapi itu bukan hambatan kepada kami, karena capeknya setimpal dengan hasil yang kami peroleh, lumayan

hasilnya. gelar saja kami tidak ada, tapi kalo pendapatan kami melebihi

gaji PNS.” (Nurmalawati)

Perempuan yang bekerja dalam sektor domestik juga harus melakukan peran transisi dalam menopang kegiatan ekonomi keluarga. Dalam hal ini peneliti ingin melihat faktor–faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan pengrajin baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Dengan adanya perubahan peran perempuan dari peran tradisional menjadi peran transisi dalam keluarga juga peneliti ingin melihat peran perempuan pengrajin dalam produksi dan bambu berupa dengan tetap menjaga peran tradisional dari perempuan tersebut sebagai ibu rumah tangga. Faktor ekonomi yang merupakan salah satu pendorong keterlibatan perempuan sebagai pengrajin. Seperti hasil wawancara berikut ini:

Banyak atau sedikitnya hasil yang didapat itu merupakan hasil kerja

saya, kalau rutin dikerjakan hasilnya lumayan tetapi kalau mengerjakannya tidak serius, hasilnya sedikit juga, lumayanlah untuk

menambah penghasilan keluarga saya.”( Yus ).

(61)

kedudukan sosial, untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan bahwa kedudukan diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tak dapat dipisah-pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian, tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

(62)

1. Peran Tradisional

Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Bila ditinjau secara luas tentang peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga, perempuan telah memberikan peranannya yang sungguh mahal dan penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah antara ibu dengan ayah. Pekerjaan-pekerjaan ibu rumah tangga dalam mengatur rumah, memasak, mencuci, serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur dengan nilai uang. Ibu merupakan figur yang paling menentukan dalam membentuk pribadi anak. Hal ini disebabkan keterikatan anak terhadap ibunya sudah berawal sejak anak masih dalam kandungan. Di dalam rumah tangga pengrajin juga masih terdapat sangat dominan peran perempuan yang tetap menjalankan tanggung jawab mengurus keperluan rumah tangganya. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

Biasanya setiap pagi sebelum memulai pekerjaan mengolah bambu,

terlebih dahulu ibu memasak untuk sarapan anak – anak dan suami ibu. Setelah anak – anak pergi ke sekolah, baru ibu mulai mengerjakan

pekerjaan ibu, biasanya ibu memulainya dari jam 8 pagi kemudian istirahat jam 12 siang, setelah itu ibu lanjut lagi mengerjakan kerajinan jam 2 sampai malam hari.”(Ayu)

2. Peran Transisi

(63)

memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja. Perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada. Sedangkan dibidang industri yang membuka peluang bagi para perempuan untuk bekerja karena dengan berkembangnya industri berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi perempuan sehingga terbukalah kesempatan kerja bagi perempuan. Dalam penelitian ini dapat dilihat alasan keterlibatan perempuan dalam masalah ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja mencari nafkah sebagai pengrajin bambu. Hal ini terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

“Bila saya tidak bekerja sebagai pengrajin, rasanya waktu itu sayang

sekali, terbuang begitu saja, jadi lebih baik ibu mengambil kesibukan sendiri, dimana kesibukan tersebut sangat bermanfaat bagi keluarga saya,

lumayanlah untuk biaya anak sekolah.”(Ilah) Hal ini juga diperkuat oleh penuturan informan berikut ini:

Ibu sangat bersyukur dengan adanya kerjaan ini, karena tidak

menghalangi pekerjaan rumah, seperti mengurus anak, memasak dan lain sebagainya. Kerajinan tersebut bisa dikerjakan sembari melakukan

pekerjaan rumah.”(Ayu).

(64)

sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari hasil tani, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah.

Ini tergambar sangat jelas pada masyarakat yang ada di Desa Timbang lawan, dimana beberapa perempuan memiliki penghasilan yang berbeda-beda. dapat dilihat dari hasil wawancara berikut

Begini dek kalau bicara soal kenapa ibu ikut berperan sebagai pencari

nafkah itu lebih disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga ibu yang menurun, terlebih lagi untuk biaya anak-anak sekolah dan juga keperluan rumah tangga lainnya. Ibu rasa dengan hanya mengandalkan penghasilan

dari suamiitu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga ibu, makanya ibu memilih jalan jadi pengrajin bambu.”(Nurmalawati)

Kesetaraan gender yang terjadi pada masyarakat desa Timbang lawan dimana adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.

Adapun yang menjadi motivasi para pengrajin untuk ikut terjun melakukan kegiatan ekonomi yaitu:

(65)

5.3. Bentuk Peran Perempuan Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarganya

Peran perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di desa Timbang lawan diwujudkan dalam ketiga perannya baik dalam lingkungan rumah tangga, dalam bidang ekonomi, maupun dalam masyarakat. Peran perempuan dalam lingkungan rumah tangga meliputi kegiatan mulai dari mencuci, menyapu, memasak dan membersihkan rumah sampai mengurus anak-anaknya. Pekerjaan ini tidak dihargai dengan nilai uang, tetapi besar pengaruhnya terhadap pencapain kesejahteraan keluarga. Kegiatan ini mereka lakukan sebelum melakukan aktivitas diluar rumahnya, walaupun kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga, namun kegiatan iperempuan masih memiliki porsi yang cukup tinggi. Sebelum melakukan aktivitas dalam bidang ekonomi, perempuan telah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya terlebih dahulu, maka tidak aneh lagi jika seorang ibu bangun tidur lebih pagi dari suaminya.

(66)

ibu sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai upaya istri untuk mendapatkan nafkah tambahan karena dari para suami menyadari ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dikarenakan oleh penghasilan mereka yang kecil.

Pada umumnya diketahui bahwa keuangan keluarga pada keluarga pengrajin biasanya dipegang oleh perempuan. perempuan berperan untuk mengatur pengeluaran keluarga agar penghasilan keluarga dapat tercukupi. Suami biasanya akan menyerahkan seluruh penghasilannya kepada istri agar dikelola oleh istrinya termasuk dalam hal perbekalan dan keperluan-keperluan lainnya.

Penentuan keputusan dalam keluarga berkaitan dengan penggunaan uang penghasilan keluarga sepenuhnya diatur oleh kaum ibu tetapi harus sepengetahuan dan persetujuan suami. Hanya saja untuk keperluan dapur diserahkan sepenuhnya kepada istri tanpa harus menunggu persetujuan suami. Namun, pengeluaran untuk membeli baju anak, keperluan peralatan sekolah anak biasanya diserahkan kepada istri dengan persetujuan suami, tetapi untuk pendidikan anak, pembelian barang elektronik, peralatan mengolah bambu, keputusan untuk berobat semuanya keputusan akhirnya ditangan suami. Istri dalam hal ini hanya dimintai pertimbangan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara berikut:

Kalau soal belanja keperluan dapur ibu dek, bapak tidak mau ikut

mengurusi urusan tersebut, tapi biasanya saya yang ngomong sama bapak.

Bapak biasanya mengurusi anak mau disekolahkan dimana, lebaran beli baju dimana, sama misalnya ada anggota keluarga yang sakit, bagaiamana

(67)

Kaum pria hanya bersifat membantu jika ia mengerjakan pekerjaan domestik sehingga tidak ada paksaan bagi kaum pria untuk mengerjakannya tetapi didasarkan pada kesadaran dari individu yang bersangkutan. Mengasuh, mendidik, menjaga dan mengarahkan anak-anak adalah tanggung jawab dari ibu karena posisinya sebagai pemangku turunan dalam hal membina kesejahteraan keluarga. Tanggung jawab tersebut secara langsung menempatkan kaum perempuan sebagai pihak yang bertugas membina kewajiban generasi-generasi penerus dalam keluarga masing-masing yang merupakan kelompok-kelompok yang terjun dalam masyarakat. Penyiapan makan, membersihkan dan menjaga kerapihan rumah termasuk perabotan rumah tangga serta menjaga kebersihan dan kerapihan pakaian segenap anggota keluarga adalah kewajiban dari seorang ibu termasuk melayani suami. Jika kita melihat bahwa begitu beratnya beban dari seorang ibu untuk membina sebuah keluarga yang sejahtera di dalam rumah tangga nelayan, maka hal itu terkesan merupakan wujud dari pengabdian istri terhadap suami.

Kewajiban dan tanggung jawab yang begitu berat dibebankan kepada para kaum ibu ini di karenakan oleh suami jarang berada di rumah. Profesi suami sebagai seorang buruh tani pada akhirnya menuntut suami untuk selalu berada di luar rumah. Hanya sedikit waktu yang dapat digunakan oleh seorang buruh tani untuk berkumpul dengan keluarganya. Kondisi ini mendorong para istri untuk lebih aktif di dalam keluarga karena ibu harus menjalankan peran ayah dan ibu secara sekaligus.

(68)

Kondisi yang berkembang tersebut kemudian mendapatkan legitimasi dari masyarakat yang berupa nilai-nilai dan pandangan-pandangan mengenai rekonstruksi dari sosok ibu yang ideal bagi masyarakat. Pandangan ini melihat bahwa tugas pokok seorang perempuan sebagai ibu adalah pemelihara dan pengatur rumah tangga. Perempuan sebagai pemelihara dan pengatur rumah tangga harus berusaha sepenuh hati agar keluarga sebagai sendi masyarakat akan berdiri tegak, megah, aman, tentram dan sejahtera, agar dapat hidup berdampingan dengan dan di dalam masyarakat ramai. Sebagai Ibu, Ia juga menciptakan suasana persahabatan, kekeluargaan dengan keluarga-keluarga lainnya dalam lingkungan dimana ia hidup.

Rekonstruksi dari tugas pokok perempuan sebagai seorang ibu diatas pada akhirnnya membebankan kepada seorang ibu tanggung jawab dan kewajiban yang besar dalam mengelola sebuah rumah tangga. Seorang ibu harus mengerjakan semua pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga sendirian tanpa dibantu oleh suami karena itu adalah tanggung jawabnya sebagai pemelihara dan pengatur rumah tangga. Inilah yang sebenarnya terjadi di desa Timbang lawan berdasarkan pendeskripsian mengenai peran ganda perempuan dalam keluarga masyarakat pesisir . Ibu akan merasa sangat terbantu ketika ia memiliki anak perempuan karena, ia akan memiliki teman sekerja dalam membagi beban pekerjaan rumah tangganya.

(69)

tersebut. Keharusan yang terjadi lebih terlihat sebagai suatu pemaksaan terhadap diri perempuan karena itu adalah suatu yang mutlak menjadi tanggung jawab perempuan.

(70)

peralatan makan yang kotor, mencuci dan menyetrika pakaian seluruh anggota keluarga, mengasuh anak, melayani suami dan membersihkan rumah.

Mereka menyerahkan semua penghasilan yang mampu mereka peroleh kepada istri tanpa memperdulikan bahwa cukup atau tidak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Keadaan ini terjadi karena para suami beranggapan bahwa hanya itu yang dapat mereka peroleh dari pekerjaan mereka sebagai buruh tani dan sebagainya yang harus mereka syukur. Tetapi, bagaimana reaksi para perempuan, Inilah peran tambahan yang harus dijalankan sesuai dengan konsep diri wanita Indonesia yaitu peran wanita sebagai pencari nafkah tambahan.

(71)

5.4. Pembagian Kerja Pada Rumah Tangga Pengrajin Bambu.

Pengaturan atau pengelolaan rumah tangga merupakan tugas utama para perempuan pengrajin, khususnya para ibu rumah tangga. Kegiatan ini seolah-olah tidak mengenal waktu dalam pelaksanaannya. Tugas ini antara lain berkaitan dengan penyiapan makan dan minum bagi segenap anggota keluarga seperti mengasuh, mendidik, menjaga, dan mengarahkan anak-anak terutama bagi yang belum dewasa mengurus, membersihkan dan membereskan rumah termasuk perabot rumah tangga dan menjaga kebersihan dan kerapian pakaian segenap anggota keluarga. Melihat tugas kerumah tanggaan yang harus dipikul oleh seorang ibu rumah tangga tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. Begitu bangun dari tidur mereka telah dihadapkan dengan setumpuk tugas yang harus dilakukan.

Meskipun pada beberapa sistem perekonomian perempuan dapat mengkombinasikan fungsi subsistem dan memelihara anak. Dalam pengambilan bambu dihutan yang jaraknya sangat jauh dari pemukinan warga dengan menyebrangi sungai.,Sulit bagi perempuan ikut terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, perempuan biasanya di batasi pada kegiatan-kegiatan saat melakukan kerajinan, dimana pekerjaan itu tidak akan bertentangan dengan pengurusan anak dan pekerjaan rumah. Peran perempuan pengrajin sangat dibutuhkan dalam peningkatan ekonomi keluarga di desa Timbang Lawan. Hal ini dapat terlihat dari wawancara berikut ini.

“Keterlibatan ibu dalam pengrajin , karena tidak menghalangi pekerjaan

rumah, kerjaannya tidak terlalu berat, dan gampang ngerjainya, tidak ada

(72)

Hal yang sama juga di pertegas oleh informan berikut ini:

pande – padelah mengatur waktu, terkadang dibantu sama anak, kadang

– kadang kalau ibu lagi ada kerjaan kerajinan ini anak saya yang masak.

Lumayanlah hasilnya bisa bantu suami untuk mencari uang.”(Fatimah)

Hal ini seperti wawancara berikut ini:

kegiatan kerajinan ini tidak banyak resikonya, hanya saja debu bambu

bisa menyebabkan jadi batuk, dan penggunaan pisau pada saat membelah bambu, menggunakan pisau itu harus hati – hati, kalau tidak bisa jadi tangan yang terbelah.”( Arlianti )

(73)

pengrajin menurut mereka lebih menjanjikan dibanding dengan pekerjaan lainnya. Menjadi pengrajin adalah hal yang sudah mereka anggap menjadi pekerjaan yang terbiasa mereka lakukan, karena hobi atau mencari uang tambahan untuk ditabung. Untuk itu, selain faktor ekonomi, faktor kebiasaan juga menyebabkan para perempuan di desa ini memilih menjadi pengrajin.

Untuk peran domestik, seperti mengurus anak dan membersihkan rumah juga menjadi tugas mereka, Namun ada juga yang mengalihkan pekerjaan ini kepada anak mereka yang sudah mulai dewasa. Untuk proses distribusi para perempuan pengrajin di desa ini juga ada yang mendistribusikannya langsung kepada toke yang ada didesa tersebut atau toke khusus yang datang ke desa Timbang Lawan. Seperti penuturan wawancara berikut ini:

“Perempuan pengrajin bambu di desa ini hanya sebagai pengolah bambu

saja, toke bambu setiap hari sabtu datang kerumah - rumah jadi kami tidak capek membawanya ke pasar.”(Ayu)

5.5 Beban Ganda Perempuan Pengrajin Bambu

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Pengembangan Potensi Wisata Sumber Daya Alam Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat di Pantai Talugawu Desa Banuagea Kabupaten

model Pengelolaan Kawasan Wisata Eerbasis Masyankat sebagai Upaya Penguatan Ekonomi Lokal dan Pelestarian Sumber Daya Alam di Kabupaten Karanganyar yang disebut

10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DALAM PENMGEMBANGAN EKONOMI LOKAL MELALUI PENGELOLAAN EKOWISATA PANTAI TIRTAMAYA INDRAMAYU BERBASIS POTENSI SUMBER DAYA DAERAH

REVITA ARDYANI, Peningkatan Peran-ekonomi Perempuan dalam Memenuhi Pendapatan Keluarga Melalui Pendayagunaan Kelembagaan Lokal (Studi Kasus Keluarga yang Terkena PHK di

Menyatakan bahwa skripsi ini berjudul Peningkatan Pemberdayaan Perempuan Dalam Usaha Ekonomi Keluarga (Studi di Lembaga Perkumpulan Perempuan Usaha Mikro Daya

115 - 122 HTTPS://JURNAL.FP.UNILA.AC.ID/INDEX.PHP/JPFP ISSN: 2829-2243 PRINT, ISSN: 2829-2235 ONLINE 115 Pengembangan Ekonomi Kreatif Potensi Sumber Daya Alam Singkong di Desa

Gambar 3 Pemaparan Materi mengenai Potensi Produk Lokal Kegiatan yang kedua yang dilakukan oleh tim adalah memberikan materi mengenai pemanfaatan bambu yang terdapat di lingkungan