• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB 5. Temuan dan Interpretasi Data

5.2 Peran Perempuan Pengrajin Dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga

peran yang lebih besar atau menyeluruh dari perempuan adalah pekerjaan rumah tangga (reproduksi). Pekerjaan laki-laki adalah pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan atau pekerjaan mencari nafkah. Namun dalam kenyataannya tidak sedikit perempuan yang juga mempunyai peran dalam pekerjaan yang memberi nafkah itu, seperti bidang pertanian, perikanan, perdagangan kecil, industri kecil. Dalam bidang industri kecil, khususnya pada keluarga pengrajin bambu, pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga pengrajin terbagi menjadi dua sektor: dalam sektor produksi dan pemasaran, pria dominan pada pengambilan bahan mentah.

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan produksi dari proses pemotongan bambu dan proses distribusinya ke toke merupakan salah satu bentuk penguasaan proses mata rantai ekonomi. Ketertarikan perempuan untuk terlibat dalam kerajinan bambu juga merupakan salah satu bentuk peran produksi yang dilakukan perempuan dalam proses penguasaan sumber daya alam lokal berupa bambu juga merupakan salah satu hal yang menarik untuk diteliti. Seperti hasil dari wawancara berikut ini:

Rasanya punya kesenangan sendiri kalau mengerjkan kerajinan ini,

apalagi menjualnya pun tidak capek, toke yang datang untuk membeli kerajinan kami. tapi tergantung tenaga juga, kalau sanggup mengerjakan

banyak, banyak hasil uangnya.” ( Ilah )

walaupun kami merasa capek, tetapi itu bukan hambatan kepada kami, karena capeknya setimpal dengan hasil yang kami peroleh, lumayan hasilnya. gelar saja kami tidak ada, tapi kalo pendapatan kami melebihi

gaji PNS.” (Nurmalawati)

Perempuan yang bekerja dalam sektor domestik juga harus melakukan peran transisi dalam menopang kegiatan ekonomi keluarga. Dalam hal ini peneliti ingin melihat faktor–faktor yang menjadi alasan keikutsertaan perempuan dalam melakukan kegiatan pengrajin baik dari aspek ekonomi dan non ekonomi. Dengan adanya perubahan peran perempuan dari peran tradisional menjadi peran transisi dalam keluarga juga peneliti ingin melihat peran perempuan pengrajin dalam produksi dan bambu berupa dengan tetap menjaga peran tradisional dari perempuan tersebut sebagai ibu rumah tangga. Faktor ekonomi yang merupakan salah satu pendorong keterlibatan perempuan sebagai pengrajin. Seperti hasil wawancara berikut ini:

Banyak atau sedikitnya hasil yang didapat itu merupakan hasil kerja

saya, kalau rutin dikerjakan hasilnya lumayan tetapi kalau mengerjakannya tidak serius, hasilnya sedikit juga, lumayanlah untuk menambah penghasilan keluarga saya.”( Yus ).

Pada umumnya kedudukan dan peranan perempuan pada zaman dahulu menduduki tempat kedua dalam masyarakat. Kedudukan perempuan lebih rendah bila dibandingkan dengan laki-laki. Hal seperti ini hanya ditemukan dikalangan masyarakat biasa tapi banyak juga ditemukan pada masyarakat kalangan atas. Kadang-kadang dibedakan antara pengertian-pengertian kedudukan dengan

kedudukan sosial, untuk lebih jelasnya dapat dijabarkan bahwa kedudukan diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan, adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tak dapat dipisah- pisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian, tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang, harus dibedakan dengan posisi atau tempatnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat merupakan unsur yang statis yang menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Kaum perempuan memiliki kodrat kehidupan yang berupa: kodrat perempuan sebagai ibu, sebagai istri, sebagai individu perempuan, dan sebagai anggota masyarakat. Setiap unsur kodrat yang dimiliki memerlukan tanggung jawab yang berbeda dengan peran dirinya sebagai anggota masyarakat, dan akan berbeda pula dengan peran dirinya sebagai individu. Meskipun demikian masing- masing unsur tersebut tidak boleh saling bertentangan.

1. Peran Tradisional

Peran ini merupakan semua pekerjaan rumah, dari membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak serta segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Bila ditinjau secara luas tentang peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga, perempuan telah memberikan peranannya yang sungguh mahal dan penting artinya dalam pembentukan keluarga sejahtera. Tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dan lebih rendah antara ibu dengan ayah. Pekerjaan-pekerjaan ibu rumah tangga dalam mengatur rumah, memasak, mencuci, serta membimbing dan mengasuh anak tidak dapat diukur dengan nilai uang. Ibu merupakan figur yang paling menentukan dalam membentuk pribadi anak. Hal ini disebabkan keterikatan anak terhadap ibunya sudah berawal sejak anak masih dalam kandungan. Di dalam rumah tangga pengrajin juga masih terdapat sangat dominan peran perempuan yang tetap menjalankan tanggung jawab mengurus keperluan rumah tangganya. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

Biasanya setiap pagi sebelum memulai pekerjaan mengolah bambu,

terlebih dahulu ibu memasak untuk sarapan anak – anak dan suami ibu. Setelah anak – anak pergi ke sekolah, baru ibu mulai mengerjakan pekerjaan ibu, biasanya ibu memulainya dari jam 8 pagi kemudian istirahat jam 12 siang, setelah itu ibu lanjut lagi mengerjakan kerajinan jam 2 sampai malam hari.”(Ayu)

2. Peran Transisi

Peran transisi ini merupakan peran perempuan yang juga mengarah atau terbiasa bekerja untuk mencari nafkah. Partisipasi tenaga kerja perempuan atau ibu-ibu disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya bidang pertanian dalam

memenuhi kebutuhan pokoknya tenaga kerja. Perempuan dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada. Sedangkan dibidang industri yang membuka peluang bagi para perempuan untuk bekerja karena dengan berkembangnya industri berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi perempuan sehingga terbukalah kesempatan kerja bagi perempuan. Dalam penelitian ini dapat dilihat alasan keterlibatan perempuan dalam masalah ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja mencari nafkah sebagai pengrajin bambu. Hal ini terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut :

“Bila saya tidak bekerja sebagai pengrajin, rasanya waktu itu sayang sekali, terbuang begitu saja, jadi lebih baik ibu mengambil kesibukan sendiri, dimana kesibukan tersebut sangat bermanfaat bagi keluarga saya, lumayanlah untuk biaya anak sekolah.”(Ilah)

Hal ini juga diperkuat oleh penuturan informan berikut ini:

Ibu sangat bersyukur dengan adanya kerjaan ini, karena tidak

menghalangi pekerjaan rumah, seperti mengurus anak, memasak dan lain sebagainya. Kerajinan tersebut bisa dikerjakan sembari melakukan pekerjaan rumah.”(Ayu).

Kegiatan perempuan pengrajin dalam peningkatan ekonomi banyak terkonsentrasi pada sektor informal. Mereka memiliki cara-cara atau terobosan- terobosan yang sangat berarti dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi keluarga mereka. Bias jender dalam kehidupan ekonomi keluarga sudah tampak kabur karena para istri juga dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari hasil tani, namun mereka juga ikut terlibat dalam kegiatan mencari nafkah.

Ini tergambar sangat jelas pada masyarakat yang ada di Desa Timbang lawan, dimana beberapa perempuan memiliki penghasilan yang berbeda-beda. dapat dilihat dari hasil wawancara berikut

Begini dek kalau bicara soal kenapa ibu ikut berperan sebagai pencari

nafkah itu lebih disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga ibu yang menurun, terlebih lagi untuk biaya anak-anak sekolah dan juga keperluan rumah tangga lainnya. Ibu rasa dengan hanya mengandalkan penghasilan dari suamiitu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga ibu, makanya ibu memilih jalan jadi pengrajin bambu.”(Nurmalawati)

Kesetaraan gender yang terjadi pada masyarakat desa Timbang lawan dimana adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.

Adapun yang menjadi motivasi para pengrajin untuk ikut terjun melakukan kegiatan ekonomi yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan rumah tangga. 2. Memanfatkan keterampilan yang ia miliki. 3. Merasa bertanggung jawab terhadap keluarga.

5.3. Bentuk Peran Perempuan Dalam Peningkatan Ekonomi Keluarganya

Dokumen terkait