MODUL PELATIHAN MENJAHIT
Tim Penyusun :
MADU BUDI SETYANINGRUM, S.Pd RACHMI FITRIA MUSTARI, M.Pd
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PELATIHAN KERJA DINAS KETENAGAKERJAAN
KABUPATEN BANDUNG 2024
MENJAHIT PAKAIAN WANITA DEWASA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta serta pengatur alam semesta, berkat Rahmat dan Ridha-Nya dalam kemudahan penyusunan modul pelatihan ini.
Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu negara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai hal ini adalah melalui pelatihan berbasis kompetensi. Program Pelatihan Berbasis Kompetensi adalah langkah penting dalam meningkatkan kompetensi dan kualitas SDM di berbagai sektor. Dengan memiliki kompetensi, diharapkan dapat menciptakan para tenaga kerja yang profesional sesuai dengan bidangnya.
Modul ini disusun sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas yang ditetapkan. Sebagai media atau sarana pembelajaran, modul ini berisi materi serta evaluasi yang dirancang secara sistematis untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Harapan dari diterbitkannya modul ini, semoga menjadi penunjang suksesnya pelaksanaan pelatihan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompeten sesuai dengan bidangnya. Penyusun tentu sangat menyadari ketidaksempurnaan isi modul baik secara konten maupun grafis. Demi perbaiakan dan penyempurnaan modul ini, segala masukan baik berupa kritik maupun saran terhadap modul ini, akan penyusun terima dengan senang hati.
Kabupaten Bandung, Januari 2024
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………. i
DAFTAR ISI ……….. ii
PROGRAM PELATIHAN ………. iii
KURIKULUM PELATIHAN ……… iv
SILABUS PELATIHAN ……… v
BAB I MENGIKUTI PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 1 A. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja ………. 1
B. Pengetahuan yang diperlukan dalam mengikuti prosedur tempat kerja dan memberikan umpan balik tentang kesehatan dan keselamatan kerja …………. 3
C. Pengetahuan yang diperlukan dalam mengikuti prosedur tempat kerja dan memberikan umpan balik tentang kesehatan dan keselamatan kerja …………. 6
D. Teknik mengangkat yang aman ……….. 8
E. Kebersihan personil/grooming ………... 8
BAB II MEMELIHARA ALAT JAHIT ……….. 12
A. Menyiapkan alat dan tempat kerja ………. 12
B. Memelihara dan memperbaiki alat jahit dan alat bantu jahit ……….. 12
BAB III MENGUKUR TUBUH PELANGGAN SESUAI DENGAN DESAIN …………. 23
A. Menganalisa desain ………... 23
B. Menganalisa bentuk tubuh ………. 24
BAB IV MEMBUAT POLA BUSANA DENGAN TEKNIK KONSTRUKSI ……… 29
A. Menggambar pola dasar ………. 29
B. Alat gambar pola yang dibutuhkan dan cara menyiapkan tempat kerja sesuai standar ergonomic ………. 30
C. Membuat Pola Dasar ……….. 33
BAB V MEMOTONG BAHAN (CUTTING) ……… 52
A. Menyiapkan bahan yang disesuaikan dengan pesanan desain dan jumlah kebutuhan bahan ………... 52
B. Meletakkan pola diatas bahan ………... 54
BAB VI MENJAHIT DENGAN MESIN (SEWING) ………. 62
A. Menyiapkan tempat kerja ………. 62
B. Mengoperasikan mesin jahit highspeed ……… 63
BAB VII MELAKUKAN PENGEPRESAN ……… 85
A. Alat press utama dan pendukung ……….. 85
B. Alat press pendukung ……… 86
DAFTAR PUSTAKA ………. 88
iii
PROGRAM PELATIHAN MENJAHIT
Nama Pelatihan : Pembuatan Busana Wanita Jenis Program Pelatihan : Klaster Kompetensi Metode Pelatihan : Luring/ Blanded
Tujuan Pelatihan : Setelah mengikuti pelatihan ini peserta kompeten membuat busana untuk Wanita dengan baik dan benar sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).
Standar yang digunakan : SKKN Nomor 90 Tahun 2010 Persyaratan Peserta :
Pendidikan : Minimal SLTP atau sederajat Jenis Kelamin : Pria – Wanita
Umur : 18 – 35 Tahun
Kesehatan : Sehat Jasmani dan Rohani
KURIKULUM PELATIHAN
No Materi Pelatihan Kode Unit
I. Kelompok Unit Kompetensi
1.1 Mengikuti Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja GAR.CM01.003.01
1.2 Memelihara Alat Jahit GAR.CM01.004.01
1.3 Mengukur Tubuh Pelanggan Sesuai dengan Desain (Pattern Making)
GAR.CM02.002.01
1.4 Membuat Pola Busana dengan Teknik Konstruksi (Pattern Making)
GAR.CM02.003.01
1.5 Memotong Bahan (Cutting) GAR.CM02.007.01
1.6 Menjahit dengan Mesin (Sewing) GAR.CM02.008.01
1.7 Menyelesaikan Busana Dengan Jahitan Tangan (Hand Sewing)
GAR.CM02.009.01 1.8 Melakukan Pengepresan (Pressing) GAR.CM02.010.01 II Kelompok Penunjang
2.1 Soft Skill -
2.2 Produktivitas -
v
SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
I. Kelompok Unit Kompetensi
1.1 Unit Kompetensi : Mengikuti Prosedur Keselamatan Kerja
Kode Unit : GAR.CM01.004.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 8 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan
1. Mengikuti prosedur tempat kerja dan memberikan umpan balik tentang Kesehatan,
keselamatan kerja.
2. Menangani situasi darurat.
3. Menjaga standar prestasi individu.
1. Kesesuaian penanganan Kesehatan
keselamatan kerja untuk menangani situasi di tempat kerja sesuai
prosedur kesehatan.
1. Menjelaskan macam- macam symbol K3 dan pengunaannya dalam proses menjahit pakaian
2. Menyebutkan jenis- jenis dan penyebab kecelakaan kerja 3. Langkah kerja
mengatasi kondisi darurat ditempat/area kerja
4. Mengetahui posisi ergonomic dalam bekerja
1. Macam-macam alat K3 dan symbol K3 dalam menjahit pakaian.
2. SOP penggunaan alat K3 dalam menjahit pakaian.
3. Jenis-jenis bahaya diarea kerja 4. Jenis-jenis kecelakaan kerja 5. Penyebab kecelakaan kerja
6. Cara menangani situasi darurat ditempat kerja 7. Posisi ergonomi dalam bekerja
1.2 Unit Kompetensi : Mengukur Tubuh Pelanggan Sesuai Dengan Desain
Kode Unit : GAR.CM02.002.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 12 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan
1. Menganalisa desain 2. Menganalisa bentuk
tubuh 3. Mengukur
1. Ketepatan mengukur tubuh pelanggan sesuai dengan desain dan standar yang berlaku di industri
1. Membuat analisa desain 2. Membuat analisa bentuk
tubuh yang akan diukur 3. Mengambil dan
melakukan pengecekan ukuran sesuai dengan standar yang berlaku
1. Matematika terapan
2. Penggunaan dan pemeliharaan alat ukur Kesehatan dan Keselamatan Kerja
3. Pengukuran tubuh harus memperhatikan dan menerapkan peraturan K3 No. 1 tahun 1970 4. Analisa model busana dan bentuk tubuh 5. Pengetahuan standar ukuran wanita dewasa
(S,M,L dan XL)
6. Cara menentukan titik garis tubuh sesuai model pakaian
7. Cara mengambil ukuran secara sistematis 8. Cara menentukan kelonggaran ukuran sesuai
model pakaian dan keinginan pelanggan 9. Cara mengecek hasil ukuran sesuai batas
kewajaran bentuk tubuh pelanggan
vii
1.3 Unit Kompetensi : Membuat pola busana dengan teknik konstruksi
Kode Unit : GAR.CM02.003.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 36 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan
1. Menggambar pola dasar
2. Mengubah pola dasar sesuai desain
3. Memeriksa pola 4. Menggunting pola 5. Melakukan uji coba
pola
6. Menyimpan pola
1. Ketetapan kemampuan
membuat pola dasar konstruksi
berdasarkan desain ukuran serta penerapan estetika sesuai SOP
1. Membuat pola dasar sesuai ukuran 2. Merubah pola dasar 3. Memberi identitas
komponen-komponen pola
4. Menggunting sesuai garis pola
5. Melakukan uji coba pola pada dress form atau tubuh pelanggan 6. Memperbaiki bentuk
pola
7. Mengecek jumlah pola dan memberi identiitas pola
1. Pengetahuan alat pembuat pola 2. Pengetahuan tanda-tanda pola
3. Menentukan pola dasar yang sesuai dengan model pakaian
4. Membuat pola dasar
5. Mengubah pola sesuai dengan desain pakaian dan ukuran pelanggan
6. Pengetahuan arah serat dan identitas pola 7. Membuat identitas pola sesuai SOP
8. Cara melakukan pengujian pola pada dress form dan tubuh pelanggan
9. Menentukan bagian-bagian pola sesuai model pakaian
10. Menggunting pola dan memilih alat yang tepat 11. Memeriksa jumlah pola dengan teliti sesuai
desain pakaian
1.4 Unit Kompetensi : Memotong Bahan (Cutting)
Kode Unit : GAR.CM02.007.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 32 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan
1. Menyiapkan tempat kerja (meja, alat dan lain-lain)
2. Menyiapkan bahan 3. Meletakkan pola diatas
bahan 4. Memotong
5. Memindahkan tanda- tanda pola pada bahan 6. Mengemas
1. Ketepatan
pemotongan bahan sesuai bentuk pola dengan
memperhatikan efisiensi bahan dan mengemas hasil potongan bahan secara sistematis
1. Menyiapkan alat dan tempat memotong bahan
2. Menyiapkan dan memeriksa kualitas bahan
3. Meletakkan pola sesuai desain dan efisiensi bahan
4. Menentukan ukuran kampuh
5. Memotong bahan sesuai kampuh 6. Memindahkan tanda
pola sesuai kebutuhan 7. Mengemas potongan
bahan sesuai SOP
1. Pengetahuan standar tempat dan alat-alat untuk memotong pola
2. Cara mengukur kebutuhan bahan sesuai pola 3. Standar kualitas bahan
4. Teknik menyiapkan bahan sesuai karakteristik bahan
5. Pengetahuan arah serat, jenis-jenis corak dan tekstur kain
6. Cara meletakkan pola sesuai arah serat, corak dan tekstur kain dan efisien bahan
7. Menentukan ukuran kampuh sesuai jenis kain dan teknik jahit
8. Teknik memotong bahan sesuai jenis bahan 9. Teknik memindahkan tanda-tanda pola sesuai
tekstur dan warna bahan 10. Sistematika pengemasan pola
ix 1.5 Unit Kompetensi : Menjahit dengan Mesin (Sewing)
Kode Unit : GAR.CM02.008.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 80 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan
1. Menyiapkan tempat kerja dan alat 2. Menyiapkan mesin
jahit
3. Mengoperasikan mesin jahit
4. Menjahit bagian-bagian busana
1. Kesesuaian
pengoperasian mesin jahit untuk menjahit bagian-bagian busana sesuai prosedur
1. Menjahit garis lurus, lengkung, sudut, mengunci jahitan 2. Menjahit tepat pada
garis kampuh
3. Menjahit dengan hasil setikan sesuai standar 4. Menjahit bagian-bagian
busana sesuai prosedur 5. Menjahit bagian-bagian
busana dengan teknik jahit yang tepat
1. Cara menyiapkan mesin dan alat jahit
2. Teknik menjahit garis lurus, lengkung, sudut, dan mengunci jahitan
3. Macam-macam standar ukuran jahitan 4. Pengetahuan kualitas hasil jahitan
5. Cara mengatasi masalah pada hasil jahitan 6. Langkah kerja menjahit busana sesuai model
busana
7. Macam-macam teknik jahit
8. Cara menentukan teknik jahit sesuai jenis kain dan jenis busana
1.6 Unit Kompetensi : Menyelesaikan Busana Dengan Jahitan Tangan (Hand Sewing)
Kode Unit : GAR.CM02.009.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 8 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan
1. Menyiapkan tempat kerja dan alat 2. Menjahit busana
dengan alat jahit tangan 3. Memelihara dan
menyimpan alat jahit tangan
1. Ketetapan
penyelesaian busana menggunakan alat jahit tangan dengan teknik jahit yang sesuai
1. Memilih alat jahit tangan sesuai kebutuhan
2. Menyiapkan busana dan bahan pelengkap sesuai kebutuhan 3. Menjahit dengan
macam-macam tusuk dasar jahit
4. Mengerjakan jahitan tangan dengan teknik jahit yang sesuai 5. Cara memelihara alat
jahit tangan
1. Macam-macam alat jahit tangan dan fungsinya 2. Cara menyiapkan tempat, alat dan pelengkap
sesuai SOP
3. Jenis-jenis pelengkap busana
4. Macam-macam tusuk dasar jahit dan fungsinya 5. Cara menjahit dengan macam-macam tusuk dasar
jahit
6. Fungsi macam-macam teknik jahit 7. Prosedur pemeliharaan alat jahit tangan
xi 1.7 Unit Kompetensi : Melakukan pengepresan
Kode Unit : GAR.CM02.010.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 8 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan 1. Menyiapkan tempat
dan alat kerja 2. Mengerjakan
pengepresan 3. Menyerahkan
pengepresan 4. Menerapkan
keselamatan kesehatan kerja
1. Kesesuaian
pengepresan sesuai persyaratan prosuk, spesifikasi kain dan prosedur kerja
1. Pengepresan dikerjakan sesuai persyaratan / spesifikasi produk meliputu: pengaturan suhu alat/temperatur, waktu pengepresan dan hasil pengepresan sesuai standar
1. Macam-macam alat pengepresan, fungsi dan cara pemeliharaannya
2. Pengetahuan K3
3. Teknik pengepresan sesuai bahan dan fungsinya
1.8 Unit Kompetensi : Memelihara Alat Jahit
Kode Unit : GAR.CM01.004.01
Perkiraan Waktu Pelatihan : 36 JP
Metode Pelatihan : Luring/ Daring/ Blended
Elemen Kompetensi Capaian Unit Kompetensi
Kriteria Capaian Pokok Pembahasan
1. Menyiapkan mesin border komputer 2. Membuat hiasan pada
busana untuk berbagai rancangan busana 3. Memelihara dan
menyimpan alat jahit mesin bordir komputer
1. Ketepatan
pembuatan hiasan bordir dengan alat mesin bordir komputer
1. Mengoperasikan mesin bordir komputer 2. Memeriksa hasil bordir
sesuai standar setikan 3. Memelihara alat jahit mesin bordir komputer
1. Langkah memberi minyak pada mesin 2. Teknik menyalakan dan memanaskan mesin
bordir komputer
3. Cara memasang spul pada skoci
4. Cara memasang jarum pada mesin bordir
5. Cara memasang benang bordir pada mesin bordir komputer
6. Teknik mengatur jarak setikan sesuai jenis bahan 7. Konsep dasar mengidentifikasi macam-macam
motif sesuai desain
8. Membuat hiasan bordir pada bagian-bagian bahan busana (lenan rumah tangga/taplak, dan sarung bantal) dengan menggunakan teknik dan tusuk hias bordir sesuai desain
9. Memeriksa hasil bordir komputer sesuai standar setikan
10. Cara memelihara alat jahit mesin bordir komputer 11. Macam-macam alat jahit mesin bordir komputer
BAB I
MENGIKUTI PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
A. Pengertian Kesehatan, Keselamatan Kerja
Kesehatan meliputi kesehatan badan, rohaniah (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan-kelemahan lainnya.
Melalui upaya kesehatan yaitu: upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan serta upaya penunjang yang diperlukan.Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sehat tersebut mencakup:
1. Sehat secara jasmani
Sehat secara jasmani dapat dilihat secara physical (penampilan),yaitu :
a. Dapat melakukan aktifitasnya dengan baik, misalnya: makan,minum, berjalan dan bekerja;
b. Penampilannya baik, misalnya: cara berpakaian, cara berbicara, atau cara berdandan;
c. Dapat menggunakan sarana dan prasarana kerja dengan baik (sesuai aturan).
2. Sehat secara mental/rohani
Sehat secara mental/rohani dapat dilihat dari bagaimana seseorang :
a. Menentukan prioritas dengan memilah-milah apa saja yang benarbenar berguna dalam hidupnya;
b. Menghargai dan memberi hadiah diri sendiri atas tindakan, sikap dan pikiran yang positif;
c. Menjalankan hidup kerohanian secara teratur;
d. Mengasihi sesama dengan memberi bantuan baik dalam bentuk nasehat/moril atau materil;
e. Berpikir kedepan dan mencoba mengantisipasi bagaimana cara menghadapi kesulitan;
f. Berbagi pengalaman dan masalah dengan keluarga atau teman;
g. Mengembangkan jaringan sosial atau kekeluargaan.
3. Sehat secara sosial
Sehat secara sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor : Antara lain, a. Urbanisasi;
b. Pengaruh kelas sosial;
c. Perbedaan ras;
d. Latar belakang etnik;
e. Kekuatan politis; dan f. Faktor ekonomi.
Kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan mencegah pencemaran di sekitar tempat kerjanya (masyarakat dan lingkungannya). Keselamatan berasal dari kata dasar selamat. Selamat : terhindar dari bahaya, tidak mendapat gangguan, sehat tidak kurang suatu apapun(W.J.S Poerwadarminta). Keselamatan : Keadaan perihal terhindar dari bahaya, tidak mendapat gangguan, sehat tidak kurang suatu apapun. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan.
1. Tujuan Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan dalam bekerja
a. Melindungi para pekerja dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang mungkin terjadi akibat kecerobohan pekerja/siswa.
b. Memelihara kesehatan para pekerja/siswa untuk memperoleh hasil pekerjaan yang optimal.
c. Mengurangi angka sakit atau angka kematian diantara pekerja.
d. Mencegah timbulnya penyakit menular dan penyakit-penyakit lain yang diakibatkan oleh sesama kerja.
e. Membina dan meningkatkan kesehatan fisik maupun mental.
f. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada ditempat kerja.
g. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
2. Undang-undang Ketenagakerjaan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Undang-undang nomor 14 tahun 1969 pasal 9 mengutarakan bahwa : " Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan moral agama ".
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja berisi syarat keselamatan kerja, yaitu :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar laut atau radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara proses kerja.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
q. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
r. Mencegah terkena aliran listrik.
B. Pengetahuan yang Diperlukan dalam mengikuti prosedur tempat kerja dan memberikan umpan balik tentang kesehatan, keselamatan kerja
1. Situasi-situasi darurat
Bahaya adalah sumber potensial kerusakan/kerugian atau merupakan situasi yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian. Resiko berarti kemungkinan dan konsekuensi terjadinya luka atau sakit.
Dengan analisis resiko diharapkan dapatb ditemukan resiko yang belum atau tidak diketahui, sehingga dapat diambil gambaran sampai seberapa jauh pengaruh resiko tersebut terhadap kelang sungan sebuah perusahaan dan langkah-langkah apa saja yang akan diambil dalam menghadapi/mengendalikan resiko.
Setiap industri memeliki potensi akan terjadinya bahaya dan kecelakaan kerja. Namun demikian peraturan telah meminta agar setiap industri mengantisipasi dan meminimalkan bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan atau terancamnya keselamatan seseorang baik yang ada dalam lingkungan industri itu sendiri ataupun bagi masyarakat di sekitar industri.
a. Jenis-jenis bahaya.
1) Bahaya fisik : seperti kebisingan, vibrasi, temperatur dll.
2) Bahaya kimia : seperti korosif, oksidasi, karsigonesitas, ledakan dll 3) Bahaya Biologi : yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri.
4) Bahaya ergonomi : seperti tata letak dll
5) Bahaya psikologi : seperti stress kerja, beban kerja dll Bahaya ditempat kerja dapat dibagi menjadi ke dalam 4 kategori
KATEGORI JENIS BAHAYA
Mesin dan peralatan Mesin tanpa alat pelindung /pengaman, penggunaan peralatan yang tidak tepat, peralatan yang desainnya kurang tepat dan tidak bnerada dalam kondisi baik, peralatan yang mempunyai bagian yang tajam, peralatan dengan hubungan listrik yang salah.
Lingkungan kerja fisik Lantai yang tidak licin atau rata, area tempat berjalan yang kotor, ketidak rapihan dan ketidakbersihan, jalan keluar yang terhalang, kebisingan yang mengganggu, penerangan yang tidak memadai, kualitas udara dan ventilasi yang buruk, udara yang terlalu panas atau dingin, berdebu, berasap/bau.
Pekerja dan tugasnya Kelelahan, stres, kurang berpengalaman, semangat kerja, pelecehan, diskriminasi, pertambahan jam kerja tanpa istirahat yang cukup, gerakan pindah yang berulang, posisi kerja dan cara mengangkat barang yang tidak benar.
Organisasi Kurangnya kebjakan dan prosedur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja yang sesuai, pelatihan yang memadai, jadwal pelatihan yang tidak sesuai.
b. Bahaya-bahaya yang ada di area kerja dan keselamatan individu
Jangan mengotori tempat kerja atau menghalangi alur jalan dengan tumpukan pakaian atau potongan-potongan kain. Hal ini dapat menyebabkan seseorang terjatuh dan terluka.
2. Prosedur keadaan darurat sesuai SOP
Tanda bahaya adalah alat yang dibunyikan / dinyalakan baik secara otomatis (alarm) ataupun manual yang digunakan sebagai tanda untuk memberikan peringatan kepada orang-orang di sekitar sehingga akan terjadinya bahaya atau terjadi situasi darurat. Tanda bahaya yang berlaku secara umum baik ditempat kerja maupun di tempat umum adalah :
a. Alarm kebakaran.
Alat ini ditempatkan pada tempat-tempat yang dianggap perlu alat ini akan berbunyi apabila mendeteksi adanya kepulan asap yang diterimanya. Tanda bahaya yang dikeluarkan oleh alat ini biasanya berupa bunyi yang melengking dan meraung-raung.
b. Bunyi sirine ambulance.
Sirine atau bunyi yang melengking yang dipasang pada ambulance biasa juga dilengkapi dengan nyala lampu merah yang menyatakan bahwa mobil tersebut sedang membawa orang yang membutuhkan perawatan secepatnya dan bila terlambat dapat mengakibatkan meninggal.
c. Alarm kebocoran gas.
Hampir sama dengan alarm kebakaran, alat ini mendeteksi adanya kebocoran gas yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran maupun sesak pernapasan.
d. Alarm pencurian.
Alarm ini dipasang pada tempat-tempat yang tidak boleh dimasuki oleh orang yang tidak berkepentingan. Alarm ini akan bekerja apabila ada orang yang memegang barang atau
e. Suara tembakan peringatan.
Berupa suara tembakan peringatan yang dikeluarkan oleh petugas yang di arahkan keatas.
Hal ini terjadi agar pelaku kejahatan menyerahkan diri.
Bila mendapati tanda bahaya baik di tempat kerja maupun ditempat umum haruslah : a. Tenang ( jangan panik )
Pikirkan sejenak apa yang terjadi, selanjutnya secara sigap dan cepat mengambil tindakan yang sesuai dengan prosedur
b. Cepat dan tanggap
Setelah tenang sejenak pikirkan langkah berikutnya yang harus diambil dan dilakukan dengan cepat karena dalam kondisi darurat sesuatu yang tidak diinginkan sangat mungkin terjadi apabila tidak dapat di atasi dengan cepat.
c. Peduli
Kita adalah bagian dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Bila sampai sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, maka pada dasarnya hal itu juga akan merugikan kita sendiri.
Sebagai upaya untuk mengatasi kecelakaan dan gangguan kesehatan dapat juga di tempat kerja atau tempat lain yang berbahaya diberi tanda-tanda yang berupa simbol-simbol. Simbol-simbol ini pada prinsipnya mirip dengan tanda-tanda (rambu-rambu) lalu lintas, misalnya yang merupakan tanda larangan, peringatan, perintah dan anjuran. Selain itu simbol-simbol tersebut dibuat dalam warna-warna khusus dan mempunyai arti tertentu. Pada halaman berikut diberikan arti serta penggunaan dari warna-warna simbol tersebut.
ARTI WARNA-WARNA KESELAMATAN
WARNA MERAH KUNING HIJAU BIRU
ARTI
LARANGAN HATI-HATI AMAN PERINTAH BERHENTI BERBAHAYA PPPK ANJURAN WARNA
GAMBAR PUTIH HITAM PUTIH PUTIH
Kecelakaan - kecelakan kerja dapat dicegah dengan cara berikut:
1. Peraturan - peraturan, yaitu ketentuan - ketentuan yang diwajibka mengenai kondisi - kondisi kerja pada umumnya.
2. Standarisasi yaitu penetapan standar - standar resmi, misalnya meletakkan 3. Kusri sesuai dengan syarat keselamtan jenis peralatan industri dan alat alat perlindungan
diri.
4. Pengawasan yaitu tentang dipatuhinya ketentuan - ketentuan perundangan - undangan yang diwajibkan.
5. Penelitian yang bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri bahan yang berbahaya.
6. Riset media, yang meliputi terutama penilitian tentang efek - efekfisiologis patologis faktor - faktor lingkunan dan teknologi, dan keadaan - keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
7. Penilitian psikologis, yaitu menyelidiki tentang pola - pola kejiwaan yang mengakibatkan terjadi kecelakaan.
8. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis - jenis kecelakaan yang terjadi 9. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan
10. Latihan - latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja/siswa.
11. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
12. Asuransi, yaitu intesif financial untuk meningkatkanpencegahan kecelakaan.
13. Usaha keselamatan pada tingkat perusahan/sekolah, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja yang terkait dengan tata letak alat - alat praktek.
14. Kerjasama dengan pihak lain.
C. Pengetahuan yang Diperlukan dalam mengikuti prosedur tempat kerja dan memberikan umpan balik tentang kesehatan, keselamatan kerja
1. Ergonomi ini berhubungan dengan :
a) Penyelesaian pekerjaan dengan tenaga kerjanya
b) Perencanaan pekerjaan agar dapat menggunakan kemampuan manusia tanpa melebihi batasnya.
c) Perencenaan sistem Man-Machine dengan tenaga kerja, dimana manusia sebagai kerangka referensinya.
d) Pertalian antara teknologi dan ilmu biologi manusia.
2. Posisi tubuh ketika mengoperasikan mesin jahit
Bila mengoperasikan mesin jahit industri, yang paling penting untuk diperhatikan adalah posisi tubuh. Desain dan penyesuain area kerja yang benar dapat meminimalkan masalah dalam sikap tubuh yang tidak benar. Kesesuaian tempat duduk, tinggi bangku dan posisi pengendali mesin harus lebih diperhatikan.
3. Penyesuaian tempat duduk
Posisi duduk yang benar dapat membuat dan mempertahankan sikap tubuh yang sempurna dan tersangga dengan baik sehingga tidak ada otot yang tegang atau nyeri. Kursi harus disesuaikan dengan cara duduk operator pada mesin dengan kaki tepat di atas pedal. Kursi yang disesuaikan dengan benar akan menghilangkan tekanan dari bagian depan kursi pada bagian bawah pinggang. Sandaran kursi harus berada pada posisi vertikal untuk menyangga punggung dan tinggi kursi juga disesuaikan sehingga menyangga tulang belakang bagian pinggang dengan baik.
4. Tinggi meja kerja
Untuk mencegah operator mesin mengalami sakit leher, bahu dan otot punggung (disebabkan karena selalu menaikkan lengannya) maka jarak antara permukaan meja kerja atau tempat duduk hendaknya setinggi 25- 30cm di atas tempat duduk. Jarak mata ke komponen pakaian yang dijahit harus 38-40cm. Ini memungkinkan lengan bagian atas ertic ertical. Bila meja kerja terlalu rendah, maka gerakan tangan menjadi terbatas dan dapat menyebabkan sakit punggung.
5. Posisi alat pengendali mesin
Seorang penjahit dapat menderita sakit punggung bila alat pengendali mesin tidak diletakkan dengan tepat, seperti pedal atau alat pengendali yang digerakkan oleh lutut. Pedal hendaknya diletakkan pada tempat yang nyaman biasanya ditenga antara bagian depan dan bagian belakang bangku, meskipun mungkin berbeda antara satu operator dengan yang lainnya. Bila pedal diletakkan terlalu dekat dengan bagian depan, kursinya harus agak ditarik ke belakang, menyebabkan penjahit duduknya agak menjauh dari sandaran kursi. Pijakan lutut harus diletakkan sedemikian rupa sehingga lutut dapat memakainya. Bila diletakkan pada tempat yang tidak tepat, sebetulnya pijakan tersebut dioperasikan oleh pinggul. Ini berarti kaki perlu banyak bergerak dan akan menimbulkan rasa capai.
6. Pengaturan mesin jahit untuk menjaga postur operator yang benar Sudut pedal
Tinggi kursi
Sandaran kursi
Atur pedal (A) dengan sudut 15 derajat dari lantai.
: Atur ketinggian kursi (B) sehingga pada terletak sejajar
dengan alas kursi dan kedua kaki berada di atas pedal. Sudut antara telapak kaki dan paha bagian bawah (C) harus kurang lebih 90 derajat dan sudut antara paha dan betis (D) harus kurang lebih 100 derajat
: Atur sandaran kursi (E) untuk menyangga punggung bagian bawah (pinggang) pada saat operator duduk tegak.
.
Tinggi mesin (ketinggian tangan bekerja) : Pada saat mengatur ketinggian mesin dua faktor harus dipertimbangkan :
a) Visuall - operator harus dapat melihat apa yang sedang dikerjakan tanpa harus menundukkan atau menengadahkan kepala lebih dari 30 derajat sambil menjaga postur tubuh yang baik.
b) Tangan - ketinggian tangan yang bekerja adalah antara bahu dan jantung. Akan lebih baik jika meja kerja yang digunakan hampir setinggi bahu. Untuk mengatur ketinggian mesin, pertimbangan syarat 'visual atau jarak pandang' terlebih dahulu, karena hal tersebut akan berdampak pada postur tubuh dan pada 'tangan'.
D. Teknik mengangkat yang aman
Sebelum mengangkat atau memuat barang, perhatikan
Prosedur pengangkatan yang benar : 1. ambilah posisi mendekati beban
2. renggangkan kaki supaya badan seimbang 3. tekuk lutut dan luruskan punggung
4. pegang beban dengan tangan pada posisi yang aman
5. angkat beban (jaga jarak beban sedekat mungkin dengan beban) dan berdiri dengan kaki yang kokoh.
6. Ayunkan langkah ke arah yang dituju.
7. Posisi tubuh yang tepat ketika mengangkat beban berat
E. Kebersihan Personil/Grooming
Untuk mengatasi keselamatan dan kesehatan kerja secara fisik mapun psychis, maka hal itu harus dilakukan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian "Sehat" menurut WHO (World Health Organization) adalah sebagai berikut :
"Sehat" adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang baik sempurna serta bukan selalu tidak berpenyakit atau cacat.
Sehat merupakan suatu keadaan yang terdapat selama masa tumbuh dan berkembang manusia. Setiap pribadi dalam masa tumbuh kembang, selalu berusaha untuk mengadaptasi diri terhadap berbagai ketegangan (stress) dilingkungan atau tempat dimana dia berada dan bekerja sesuai dengan pola budaya lingkungan tersebut.
Pada saat bekerja, anda harus memperhatikan kebersihan dan penampilan yang sesuai
PERENCANAAN \ PERSIAPAN \ PROSES \
a. Mandi setiap hari.
Perawatan kulit secara umum ialah mandi untuk menghilangkan debu, keringat dan bau badan. Untuk menanggulangi bau badan (BB) hendaknya kita lebih teliti memperhatikan hal-hal berikut :
1) Kebersihan bagian tubuh yang ditumbuhi rambut 2) Makanan
3) Kebersihan Pakaian 4) Kosmetik anti BB
b. Memiliki rambut yang bersih dan rapih.
Rambut panjang yangh dibiarkan terurai tidak cocok untuk bekerja. Ada peraturan bahwa rambut pajang sebaiknya diikat ebelakang.Membersihkan rambut setiap hari akan membuat rambut sehat dan bersih.
c. Gunakan pakaian yang bersih dan licin.
Pakaian yang dipakai harus enak dipakai, praktis dan aman.
d. Memakai perhiasan seperlunya.
Hindari perhiasan yang bisa tersangkut pada mesin jahit/alat yang ada pada s aat bekerja.
e. Memiliki tangan dan kuku yang bersih.
Cuci tangan dengan air sabun sebelum mulai bekerja, setelah istirahat, setelah ke toilet atau setelah memegang setiap barang yang ada disekitar kita, kuku jari harus bersih dan dipotong rapih.
f. Memelihara kesehatan gigi untuk menghindari bau mulut.
Empat cara yang baik untuk menjamin kesehatan gigi : 1) Usahakan gizi yang baik
2) Menyikat gigi minimal 3 x sehari secara teratur.
3) Menyikat gigi sehabis makan.
4) Lakukan kunjungan ke Klinik gigi setiap 6 bulan.
g. Memelihara kaki.
Kaki sangat penting dalam melakukan pekerjaan. pakailah sepatu yang n yaman, yang tidak akan membuat anda tergelincir, menutupi seluruh kaki dan mengamankan kaki dari barang yang terjatuh.
h. Tidur yang cukup
Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memulihkan tenaga, dengan tidur cukup kemampuan dan ketrampilan kita meningkat. Tidurlah dalam kamar yang bersih, suasana tenang, dan cahaya lampu remang-remang.
i. Berolah raga
Olah raga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi mandi.
2. Prinsip Bekerja Dengan Aman.
a. Persiapan dan pemeliharaan area kerja.
Pemeliharaan area kerja termasuk merapihkan dan membersihkan adalah suatu proses dimana area kerja harus selalu terjaga kebersihan, kerapihan dan keteraturannya dan merupakan tanggung jawab seluruh fasilitator dan peserta diklat.
Kecelakaan yang terjadi akibat tidak terjaganya kerapihan dan kebersihan area kerja antara lain :
1) Licin, terpeleset dan jatuh karena lantai yang becek dan berminyak, terutama bila penerangannya tidak memadai.
2) Potongan-potongan dan sisa-sisa kain, barang yang dibawa dari gudang.
3) Bahaya kebakaran yang dapat ditimbulkan dari sisa-sisa produk atau bahan yang tidak disimpan dengan baik.
4) Risiko kesehatan yang timbul dari debu dan api / udara panas.
Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan area kerja harus direncanakan dengan baik. Jangan melakukannya hanya jika anda punya waktu. Rancangan area kerja yang baik memiliki peranan penting dalam melakukan pemeliharaan area kerja secara efektif.
b. Proses pemeliharaan yang baik
1) Jagalah kebersihan gang / koridor, jalan masuk dan tangga bersih agar orang dapat bebas berlalu lalang dan produk dapat dibawa dengan mudah.
2) Buanglah sampah pada tempatnya agar dapat dikosongkan dengan teratur.
3) Sediakan area penyimpanan yang sesuai dan memadai serta letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau.
4) Simpanlah barang-barang yang berat dan sering dipakai di rak penyimpanan yang tingginya sebatas pinggang agar mudah diambil dan aman.
5) Penerangan harus baik dan tidak terhalang oleh furnitur atau barang-barang lain.
6) Lantai hendaknya memiliki permukaan yang sesuai untuk bekerja dan mudah dibersihkan.
7) Cairan yang tumpah harus segera dibersihkan.
8) Mesin, perlengkapan dan peralatan harus dirawat dengan semestinya.
9) Segera melapor kepada manajer area kerja atau orang lain yang bertanggung jawab di area kerja jika terdapat mesin, alat atau perlengkapan yang rusak atau tidak dapat digunakan.
10) Bersihkan mesin secara teratur dari debu dan akumulasi lain (benang dan sebagainya).
11) Jaga gudang peralatan serta rak perlengkapan untuk mesin agar selalu bersih dan teratur. Peralatan yang sedang tidak dipakai harus dibersihkan dan disimpan kembali di gudang.
12) Bersihkan toilet dan tempat cuci secara teratur dan menyeluruh.
13) Tulis atau gambarlah tanda peringatan dan tanda bahaya dengan jelas serta letakkan tanda tersebut di tempat yang mudah terlihat.
14) Simpanlah perlengkapan P3K di tempat yang diketahui oleh semua orang, jagalah selalu kebersihannya dan periksa kelengkapan isi kota
c. Cara bekerja.
Membiasakan cara bekerja dengan baik dan benar adalah penting, agar dapat me njamin keselamatan kerja.
1) Sebelum mulai suatu pekerjaan teliti / periksa semua peralatan dan keadaan lingkungan.
2) Gunakan alat pelindung diri
3) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya 4) Perhatikan setiap langkah-langkah kerja
5) Perhatikan jenis bahan dan alat kerja yang digunakan 6) Tanyakan kepada fasilitator bila tidak mengerti
7) Laporkan segera bila terjadi kerusakan kepada yang berkompeten
8) Setelah selesai pekerjaan teliti kembali dengan membersihkan alat dan lingkungan kerja serta mengemas peralatan.
d. Menggunakan ADP (alat pelindung diri) Macam-macam alat pelindung diri (APD) : 1) Alat pelindung kepala
Manfaat :
- Melindungi rambut pekerja supaya tidak terjerat mesin yang berputar - Melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan kimia - Melindungi dari benturan, tertimpa benda
Contoh : Topi pelindung, helmet, caping dan lain-lain.
2) Pelindung mata Manfaat :
- Melindungi mata dari percikan bahan kimia, debu, radiasi, panas,bunga api.
- Untuk melindungi mata dari radiasi.
Contoh : Kaca mata dengan / tanpa pelindung samping, goggless, tameng muka dan lain-lain.
3) Masker hidung (respirator).
Berfungsi untuk mengamankan pekerja dari gangguan pernafasan terhadap kotoran/debu atau bahan kimia.
4) Alat penutup telinga.
Berfungsi untuk melindungi telinga dari kebisingan 5) Pelindung tangan
Perlindungan terhadap anggota tubuh yang satu ini meliputi perlindungan terhadap bahaya seperti :
- Melindungi
- Temperatur yang ekstrim, baik terlalu panas / terlalu dingin - Zat kimia kaustik
- Benda-benda berat atau tajam
BAB II
MEMELIHARA ALAT JAHIT
A. Menyiapkan Alat dan Tempat Kerja
Tempat kerja adalah bagian penting dari sebuah usaha yang bepengaruh pada kenyamanan dan keselamatan kerja. Tempat kerja yang nyaman dan aman akan berpengaruh pada produktifitas karyawan. Pembagian tempat kerja pada lingkungan pembuatan busana trediri dari tempat kerja memotong kan dan tempat kerja yang digunakan untuk menjahit. Tempat kerja harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan peralatan kerja yang akan digunakan dan memenuhi persyaratan tempat kerja yang ergonomis. Semua peralatan kerja harus tertata rapid an efisien yang ditempatkan pada tempat - tempat khusus, misalnya kotak, kardus, dan lemari.
Pada penataan tempat kerja harus memperhatikan hal - hal sebagai berikut:
a. Memperhatikan kegunaan atau fungsi dari tempat kerja tersebut
b. Memperhatikan kapasitas pegawai dalam setiap ruangan atau tempat kerja
c. Memperhatikan kondisi ruangan ( ventilasi udara ), dengan suhu ruangan diatur 25 derajat celcius
d. Memperhatikan kondisi penerangan yang disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukak e. Memperhatikan tekanan udara dalam ruang kerja
f. Alat & bahan diempatkan sesuai dengan kegunaan g. Menyediakan ruangan istirahat (rest room)
h. Memperhatikan penempatan ruangan ganti, kamar kecil i. Senantiasa menjaga kebersian tempat kerja
B. Memelihara dan Memperbaiki Alat Jahit dan Alat Bantu Jahit 1. Alat jahit diidentifikasi sesuai fungsinya dan dilakukan inventarisasi.
Mesin Jahit adalah suatu alat yang digunakan untuk menjahit dengan segala perlengkapannya. Mesin jahit merupakan alat pokok yang paling penting dalam ketrampilan menjahit. Mesin jahit banyak diperdagangkan dengan berbagai tipe dan merk serta kegunaannya.
Adapun macam-macam alat jahit adalah : a. Alat Menjahit pokok
Alat menjahit pokok merupakan peralatan menjahit utama yang pertama kali harus dipersiapkan karena digunakan secara langsung pada proses menjahit. Peralatan menjahit tersebut meliputi mesin jahit dan peralatan pendukung lainnya. Semua peralatan jahit-menjahit tersebut sering disebut pula sebagai piranti menjahit.
Berdasarkan penggunaannya peralatan menjahit dibagi dalam 2, yaitu : alat menjahit pokok dan alat menjahit pendukung. Contoh peralatan menjahit pokok diantaranya adalah :
a) Mesin Jahit Industri
Mesin jahit industry adalah mesin jahit yang digunakan di industry pakaian jadi, yang digunakn untuk produksi dalam jumlah yang besar. Mesin ini disebut pula sebagai mesin jahit high speed atau mesin jahit dengan kecepatan tinggi. Biasanya hanya digunakan untuk menjahit lurus.
Mesin Jahit High Speed a) Mempersiapkan mesin
Pertama-tama, hubungkan stop kontak pada aliran listrik. Bila ingin menghidupkan mesin, tekan tombol on dan untuk mematikan mesin tekan tombol off.
b) Mengisi kumparan
Isilah spul pada penggulung spul yang terdapat di samping kanan mesin. Cara pengisiannya seperti gambar di bawah ini.
c) Memasukkan kumparan ke dalam rumah kumparan
Cara memasukkan kumparan ke dalam rumah kumparan hampir sama caranya dengan mesin jahit manual, lihat gambar di bawah ini:
d) Memasukkan rumah kumparan ke dalam mesin
Cara memasukkan rumah kumparan ke dalam mesin hampir sama dengan mesin-mesin jahit lainnya.
e) Memasang Jarum
Caranya sama seperti mesin jahit semi otomatis, yang lubang jarumnya menghadap ke depan. Dengan demikian, benang dimasukkan dari arah depan ke belakang.
f) Memasang benang atas
Untuk memasang benang atas pada mesin jahit high speedini dapat diliha pada gambar di bawah ini:
g) Mengeluarkan benang bawah
Cara mengeluarkan benang bawah hampir sama dengan mesin- mesin jahit lainnya, yakni sama seperti mesin jahit manual.
h) Mengatur jarak setikan
Untuk mengatur jarak setikan, pilih pengatur jarak setikan yang sesuai dengan hasil setikan yang diinginkan.
i) Memulai menjahit
Letakkan bahan yang akan dijahit di bawah sepatu mesin, lalu tekan tombol on untuk menghidupkan mesin dan kemudian injak pedal untuk menjalankan mesinnya.
b) Mesin Jahit Penyelesaian
Mesin jahit penyelesaian dapat disebut sebagai mesin jahit khusus. Mesin jahit jenis ini hanya digunakan untuk satu macam penyelesaian jahitan saja. Misalnya , mesin obras yang digunakan khusus untuk penyelesaian tiras (pinggiran busana)
c) Alat menjahit pendukung
Alat menjahit pendukung adalah semua peralatan menjahit yang secara tidak langsung membantu dalam proses jahit menjahit. Dengan bantuan alat-alat penunjang ini, maka dapat memperlancar dan mempermudah pekerjaan menjahit.
Contoh alat-alat penunjang diantaranya adalah sebagai berikut : a) Alat pengukur.
Alat mengukur adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil ukuran badan dalam pembuatan busana. Alat pengukur tersebut sering disebut sebagai pita ukuran atau metlin/meteran. Untuk mengambil ukuran badan tersebut diperlukan pula veterban yang berfungsi untuk menandai tempat mengambil ukuran
b) Alat pembuat pola
Alat pembuat pola adalah alat yang digunakan untuk membuat pola pakaian.
Membua pola pakaian biasanya dilakukan pada kertas, baik yang berukuran kecil maupun besar. Pola yang berukuran kecil (skala kecil) biasanya di buat pada kertas kecil pula (buku pola yang berukuran kuarto/buku kostum), sedangkan pola yang berukuran besar (skala satu) dibuat pada pada kertas yang lebar.
Dengan demikian, peralatan untuk membuat pola diantaranya adalah penggaris meter biasa maupun penggaris pola pakaian (dress marker ruler), pensil hitam, pensil merah biru, kertas payung, kertas doorslag dll. Penggaris pola pakaian (dress marker ruler) adalah macam-macam penggaris yan digunakan untuk mempermudah dalam membuat bentuk pola pada busana.
c) Alat Pemotong
Alat pemotong adalah peralatan menjahit yang digunakan untuk memotong kain/bahan pada saat membuat pakaian. Contoh alat pemotong kain di antaranya adalah gunting kain, gunting kertas, gunting zig-zag, gunting benang, cutter dan gunting listrik. Gunakan gunting-gunting tersebut sesuai dengan fungsinya agar gunting tetap dalam kondisi yang baik. Gunting kain hanya untuk memotong kain, dan gunting kertas hanya dipakai untuk menggunting kertas. Gunting zig- zag, biasanya digunakan untuk penyelesaian tiras kain. Gunting benang digunakan untuk memotong benang pada saat proses menjahit. Gunting listrik digunakan untuk memotong kain dalam ukuran yang besar dan biasanya banyak digunakan oleh industri-industri busana yang besar pula. Usahakan gunting selalu dibersihkan dan tidak boleh jatuh.
alat memotong (a) gunting kertas (b) gunting kain (c) gunting bordir (d) gunting zig zag (e) gunting benang
Cara menggunakan alat potong tersebut sebagai berikut.
• Untuk gunting kain, letakkan bahan pada tempat yang datar, dan guntinglah kain tersebut dengan tangan (kain tidak boleh diangkat). Tangan kiri digunakan untuk menahan bahan agar tidak bergerak.
Cara penggunaan gunting kain
• Untuk gunting benang, biasanya digunakan untuk memotong tiras benang dan memotong lubang kancing, memotong bagian-bagian yang kecil dll. Caranya, pegang gunting dengan tangan kanan (ibu jari masuk ke lubang jari bagian atas dan jari telunjuk masuk ke lubang bagian bawah). Selanjutnya peganglah benda yang akan digunting dengan tangan kiri.
Cara penggunaan gunting benang
• Untuk gunting kertas, caranya seperti seperti gunting kain. Perbedaanya benda yang dipotong dapat diangkat dan digerakkan.
• Alat potong listrik biasanya digunakan pada industri busana jadi. Dengan alat potong ini, maka akan dihasilkan jumlah potongan pakaian dalam jumlah yang banyak. Caranya, bahan disusun berlapis-lapis, ada pun panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan yang telah ditentukan. Letakkan jiplakan pola di atas bahan, beri alat pemberat di atas bahan agar tidak bergeser.
Selanjutnya sambungkan stop kontaknya pada aliran listrik. Potonglah kain dengan alat pemotong tersebut sesuai dengan pola yang dibuat. Lakukan pemotongan ini secara perlahan- lahan agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam memotongnya.
d) Alat pemberi Tanda
Alat pemberi tanda adalah semua peralatan menjahit yang digunakan untuk memindahkan garis-garis pola pada kain. Alat-alat untuk memberi tanda tersebut di antaranya adalah rader, karbon jahit, kapur jahit dan pensil kapur. Rader adalah alat untuk memindahkan garis pola pada kain/bahan, agar garis pola dapat pindah pada kain. Untuk itu dibutuhkan karbon jahit. Rader ada 2 macam, yaitu rader
bergerigi dan tidak bergerigi. Rader ada 2 macam, yaitu rader bergerigi dan tidak bergerigi. Rader bergerigi digunakan untuk kain-kain yang agak tebal, sedangkan rader tidak bergerigi digunakan untuk kain-kain yang tipis. Rader biasanya terbuat dari logam dengan pegangan kayu serta ada yang terbuat dari plastik dengan roda dari besi
Karbon jahit dipergunakan saat merader kain/bahan. Warna karbon jahit bermacam-macam, selanjutnya pilihlah warna yang berbeda dengan warna kain agar kelihatan warna karbonnya pada kain. Karbon jahit terbuat dari kapur dan lilin, yang terbuat dari kapur lebih mudah hilang dibandingkan yang terbuat dari lilin. Hindari pemakaian karbon mesin tik, karena bekasnya sukar dihilangkan.
Kapur jahit ada yang berbentuk lempengan maupun pensil. Dalam penggunaannya perlu kehati-hatian karena kadang-kadang bekas kapur ini sulit dihilangkan, untuk itu perlu dicoba terlebih dahulu. Kapur jahit ini biasa digunakan untuk memberi tanda pada bahan-bahan yang tebal. Warna kapur jahit pun bermacam-macam, untuk penggunaannya pilih kapur jahit yang berbeda dengan warna kainnya
Alat pemberi Tanda : (a)kapur jahit, (b)karbon jahit, (c) pensil kapur, (d)rader Cara penggunaan alat pemberi tanda:
• Pensil kapur digunakan untuk memberi tanda/detil pada busana, misalnya letak saku, letak lubang kancing dll. Caranya, seperti memegang pensil. Bila perlu, gunakan penggaris agar tandanya lebih jelas. Untuk menghilangkan bekas kapur, hapuslah dengan sikat kecil yang terdapat pada bagian atas pinsil.
• Kapur jahit berfungsi sama, yaitu untuk memberi tanda pada bahan, bedanya kapur jahit berbentuk lempengan sedangkan pensil kapur berbentuk pensil. Cara penggunaannya sama seperti pensil kapur.
• Rader bergerigi dan tidak bergerigi cara penggunaanya adalah sama.
Perbedaannya adalah bahan atau kain yang akan dirader. Rader bergerigi untuk kain yang agak tebal, sedangkan rader tidak bergerigi digunakan untuk kain yang tipis. Cara penggunaanya, pegang rader dengan tangan kanan, tekan, dan doronglah roda rader tersebut sesuai dengan garis pola.
• Karbon jahit, digunakan untuk memindahkan garis pola pada kain. Gunakan warna karbon jahit yang berbeda dengan kainnya. Terdapat dua cara dalam menggunakannya. Pertama, letakkan karbon di antara dua bahan (bagian buruk kain) dengan cara dilipat (bagian yang tidak berkapur berhadapan). Kedua, lipatlah kain sehingga bagian baik kain saling berhadapan, kemudian letakkan karbon di atas (di bawah garis pola) dan bawah kain.
e) Alat-alat Pelengkap Menjahit
Selain alat menjahit pokok dan alat menjahit pendukung, di dalam menjahit atau membuat pakaian diperlukan alat pelengkap menjahit. Fungsi alat pelengkap ini adalah agar pekerjaan jahit menjahit tidak terhambat atau lancar. Alat-alat pelengkap menjahit di antaranya adalah jarum tangan, jarum pentul, bidal, pendedel, dan bantalan jarum. Jarum tangan adalah jarum yang digunakan untuk pekerjaan menjahit yang menggunakan tangan, misalnya pekerjaan mengelim atau menjelujur. Jenis jarum tangan yang baik adalah yang berkepala kuning emas pada lubangnya. Ukuran jarum tangan ini bermacam-macam dari yang halus sampai yang kasar. Jarum kasar untuk bahan yang kasar dan jarum halus untuk bahan yanghalus serta tenunannya rapat. Jarum tangan yang baik adalah licin, tidak berkarat, bentuknya panjang/ramping dan tidak mudah patah
Jarum pentul biasanya digunakan untuk menyemat kain. Bagian kepala biasanya berbentuk bulat besar atau kecil yang terbuat dari plastic atau logam dan bagian ujungnya terbuat dari logam dengan mata jarum yang runcing dan tajam. Jarum pentul yang berkualitas baik adalah bagian kepalanya berbentuk bulat besar serta logam jarumnya panjang. Hal itu menandakan alat tersebut lebih tajam, tidak mudah berkarat dan memudahkan pada saat menyematnya.
Bidal adalah tudung jari yang digunakan untuk melindungi jari dari tusukan pangkal jarum pada waktu menjahit dengan tangan. Tudung jari terbuat dari logam, bentuknya seperti tudung yang bagian atasnya berlekuk-lekuk untuk menahan pangkal jarum. Pilihlah bidal yang sesuai dengan besar jari tengah agar cocok dalam pemakaiannya.
Pendedel atau disebut juga alat pembuka jahitan digunakan untuk membuka jahitan yang salah. Slain itu dapat juga digunakan untuk memotong lubang kancing yang dibuat dengan mesin
Bantalan jarum digunakan untuk meletakkan jarum pentul dan jarum tangan agar tidak tercecer. Bantalan jarum ini dapat dibuat sendiri atau beli yang sudah jadi.
Biasanya isi bantalan jarum tersebut berupa kapuk/kapas atau sisa-sisa dari kain perca sehingga mudah untuk ditusuk jarum. Bentuknya berupa bantalan dalam ukuran yang kecil. Kadang- kadang bantalan jarum tersebut dibuat dalam bentuk gelang.
f) Attachment
Attachment adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu pada saat menjahit dengan menggunakan mesin jahit. Attachment ini biasanya berbentuk sepatu mesin. Contoh attachment diantaranya adalah sepatu retsluiting, sepatu kelim gulung, sepatu melipit, sepatu mengelim, setikan hias (zig-zag), sepatu untuk merompok, sepatu untuk mengerut, dll.
Sepatu retsluiting ada 2 macam, yaitu sepatu retsluiting biasa yang mempunyai satu kaki dan terbuat dari logam. Sepatu retsluiting jepang terbuat dari plastic, di tengahnya terdapat lubang untuk tempat masuk dan keluarnya jarum dan di bawahnya terdapat 2 jalur tempat gigi retsluiting.
Sepatu kelim terbuat dari logam, di bagian tengahnya terdapat alat spiral untuk menggulung kain.Sepatu lubang kancing terbuat dari logam, bentuknya bermacam-macam, mulai dari ukuran yang kecil sampai yang besar.
Cara memasang sepatu-sepatu ini sama, yaitu dengan cara melepaskan terlebih dahulu sepatu mesin sebelumnya. Setelah itu, baru pasangkan sepatu-sepatu mesin yang diinginkan tersebut dengan cara melonggarkan sekrup sepatu mesin. Selanjutnya, sekrup sepatu dikencangkan kembali bila sepatu-sepatu tersebut telah terpasang dengan baik
g) Alat mengepres
Alat mengepress adalah alat yang digunakan untuk memberikan bentuk yang tetap pada bagian-bagian busana dengan cara disetrika. Dengan demikian, alat yang dibutuhkan untuk pengepressan ini adalah macam- macam setrika, ironing press, bantalan setrika dan papan setrika.
Ironing press berbentuk persegi panjang seperti papan setrika. Pada bagian bawah terdapat papan press yang dilapisi dengan kain putih yang tidak mudah terbakar. Bagian atas terdapat lempengan logam untuk pengepress
Setrika yang digunakan adalah setrika biasa maupun setrika uap. Bila
bagian sisi kanan terdapat tempat untuk meletakkan setrika dan di bagian bawah terdapat kaki sebagai penyangga papan setrika.
Bantalan setrika adalah bantalan yang digunakan untuk membantu proses menyetrika atau mengepress. Bentuknya bermacam-macam bergantung dari fungsinya, misalnya bantalan untuk lengan, bahu dan lain-lain. Papan setrika digunakan pada saat akan menggosok kain dengan menggunakan setrikaan.
h) Alat Mengepas
Alat mengepas adalah alat yang digunakan untuk mengepas busana sebelum busana itu jadi. Hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan ukuran dan bentuk badan pemakainya. Alat mengepas tersebut di antaranya adalah boneka pas dan cermin. Boneka pas dibuat dalam berbagai ukuran (S, M, L) baik untuk anak, wanita maupun pria yang panjangnya sebatas panggul. Umumnya boneka pas dibuat dari fiberglass yang dilapisi kain sehingga mudah bila disemat dengan jarum.
Cermin pas digunakan untuk membantu melihat apakah busana yang sudah dibuat tersebut sudah sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan pemakainya. Pada umumnya cermin pas berbentuk persegi panjang agar Nampak seluruh badan. Biasanya terdapat kaki untuk memudahkan memindahkannya
2. Alat jahit dan alat bantu jahit diperiksa dan dilakukan pencatatan/dokumentasi tentang kondisi alat.
Pemeliharaan alat jahit dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Pra pemeliharaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk persiapan administrasi pemeliharaan.
b. Pemeliharaan pencegahan meliputi kegiatan harian, kegiatan periodik dan kegiatan insidentil.
1) Pra pemeliharaan
Administrasi alat merupakan proses pendayagunaan peralatan yang ada diruang praktek untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
2) Inventarisasi
• Daftar inventaris alat yang diletakkan / ditempel pada ruang praktek.
• Daftar inventaris alat yang ditempelkan pada almari alat
• Daftar inventaris alat yang diletakkan di kotak alat 3) Peminjaman alat
Peminjaman alat dapat dilakukan dengan menggunakan bon peminjaman atau dengan mengisi buku peminjaman alat.
4) Pennyimpanan
Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat :
• Mudah dilihat dan dikontrol
• Mudah diambil bila akan dipergunakan
• Tersusun dengan teratur dan rapi sebaiknya disusun diatas rak almari
• Aman tidak mudah hilang, jatuh atau rusak
BAB III
MENGUKUR TUBUH PELANGGAN SESUAI DENGAN DESAIN
A. Menganalisa Desain 1. Analisis Desain
Analisa desain yaitu pemahaman konsep desain. Yang dimaksud pemahaman disini adalah pemahaman perbandingan bagian-bagian dan bentuk keseluruhan dari suatu model pakaian supaya dapat disesuaikan dengan bentuk tubuh orang yang akan menggunakannya. Misalnya : Menentukan letak dan besar saku, menentukan besar/lebar kerah
2. Kriteria analisis desain
Dalam menganalisa desain kita bisa mengamati dari gejala-gejala atau ciri- ciri dari desain itu sendiri seperti :
3. Gejala perspekti
Desain apakah berupa sketsa atau foto, ada yang lurus kedepan, sikap dengan gaya menyamping ataupun sikap membelakangi lensa, dengan gaya tersebut satu desain pakaian ada kala dapat dilihat dengan jelas dan ada kalanya meragukan terutama pada saat menoleh ke kiri atau ke kekanan. Jika desain seperti ini jika diperhatikan maka bagian kiri atau kanannya tidak sama, bagian yang dekat dengan mata lebih besar dari pada yang letaknya agak jauh, semakin jauh jarak semakin kecil letaknya. Hal ini disebabkan gejala perspektif dalam pandangan mata, sedangkan bila dilihat lurus kedepan bagian kiri dan kanan sama. Jadi dalam menganalisa model hal-hal tersebut di atas perlu diperhatikan agar tidak salah dalam memahami desain.
4. Siluet
Dengan melihat dan mengamati siluet dari busana kita dapat menaksir dan menentukan wujud bahan dari busana itu sendiri. Siluet yang tegang dan mengembang dengan garis sisi yang lurus, menandakan bahannya tebal dan kaku, bila sisinya lengkung atau bawah baju/rok agak bergelombang maka bahan yang digunakan adalah lembut. Siluet yang melangsai kebawah selain menandakan bahannya lembut juga dapat dilihat arah benangnya yang memanjang kebawah dan bila lebih bergelombang pinggirnya berarti arah benang diagonal dan sebagainya.
5. Teknik penyelesaian busana.
Teknik penyelesaian suatu busana sangat menentukan kualitas dari busana itu sendiri, kesalahan dalam menganalisa desain akan menjadi kesalahan dalam teknik penyelesaiannya.
Seperti ada desain dengan kantong klep, kemudian dibuat dengan klep palsu (tanpa kantong), dilihat dari bentuk sama tapi kualitas dari busana itu sendiri akan turun dari yang semestinya.
6. Warna dan corak bahan
Gambar desain pada majalah mode tidak selalu memakai warna sehingga penyimak mode perlu menaksir warna dan corak untuk suatu desain. Sebaiknya kita mencari suatu desain yang cocok untuk bahan yang telah kita beli. Misalnya desain busana yang ramai kita kombinasikan dengan warna yang lembut sehingga lebih serasi dengan corak dan warna yang menyolok.
7. Ciri-ciri desain / Detail
Ciri-ciri khusus pada busana dapat kita amati untuk menentukan desain yang benar karena
terlihat sama atau serupa tapi sebenarnya konstruksinya berbeda, seperti contoh desain berikut: Kerah setali dengan kerah river, perbedaannya terletak pada garis sambungan pada kerah bagian muka dan kalau dilihat dari belakang yaitu pada kerah tengah belakang mempunyai sambungan untuk kerah setali, sedangkan kerah river tidak mempunyai sambungan .
Ciri-ciri blus yang mempunyai kampuh pinggang dan yang tidak berkampuh pinggang. Ciri- ciri blus yang berkampuh pinggang dibawah ikat pinggang terdapat lipit kup atau kerutan, diatasnya polos. Untuk yang tidak memakai kampuh pinggang di atas ataupun dibawah ikat pinggang sama, pakai kerutan atau tanpa kerutan dan pakai lipit atau tidak pakai lipit.
8. Belahan / opening :
Contoh : Apakah pembuka di samping / didepan / dibelakang, memakai kancing / tutup tarik.
Bahan (fabrik) Bahan yang digunakan, misalnya: katun polyster dll. Kesempatan Contoh : pakaian kerja, pesta, rekreasi, santai, dll
B. Menganalisa Bentuk Tubuh Bentuk Tubuh
Sebelum merancang model pakaian terlebih dahulu perlu mengetahui bentuk tubuh seseorang yang akan dibuatkan pakaian. Bentuk tubuh manusia sangat beragam. Berikut Proporsi bentuk tubuh manusia:
1 2 3 4 5
Proporsi Bentuk Tubuh Keterangan Gambar:
Gambar 1 : Bentuk Badan Ideal Gambar 2 : Bentuk Badan Dada Lebar Gambar 3 : Bentuk Badan Panggul Lebar
Gambar 4 : Bentuk Badan Perut dan Panggul Lebar Gambar 5 : Bentuk Badan Dada Lebih Besar dari Panggul
Mengambil ukuran badan seseorang terlebih dahulu harus mempersiapkan alat keperluan mengambil ukuran yaitu, pita ukuran (centimeter), piterban, mistar, dan alat tulis. Seseorang yang akan diukur sebaiknya menggunakan pakaian yang pas dibadan agar ukuran badan nampak jelas. Posisi badan seseorang saat mengambil ukuran digambarkan sebagai berikut:
Posisi Badan Saat mengambil ukuran Keterangan Gambar:
1. Panjang Bahu 2. Garis Leher 3. Panjang Muka 4. Lebar Muka
5. Batas Garis Pinggang 6. Batas Pergelangan 7. Batas Garis Panggul 8. Batas Panjang Rok
Mengambil ukuran merupakan langkah awal proses penciptaan busana setelah membuat desain model. Sebelum melaksanakan pengukuran badan perlu mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk kelancaran dalam pengambilan ukuran. Alat yang dibutuhkan adalah buku ukuran, alat tulis pulpen, pita pengukur (centimeter), Mistar sebagai alat bantu dalam pengukuran panjang sisi dan peterban.
Saat proses pengambilan ukuran, posisi badan seseorang yang akan diukur perlu dipastikan selalu dalam keadaan berdiri tegak agar ukuran yang diambil nantinya tepat. Berikut adalah cara mengambil ukuran yang disertai dengan gambar:
1. Lingkar Badan (LB)
Diukur pas sekeliling badan terbesar melalui dada melingkar kebelakang, ditambah 3 cm
2. Linggkar Pinggang (L.Pi)
Diukur pas sekeliling pinggang diberi sedikit kelonggaran (1 cm
3. Linggkar Panggul (L.Pa)
Diukur dengan pas bagian panggul terbesar kemudian ditambahkan 3 cm.
Untuk mengambil ukuran selanjutnya yaitu tinggi panggul, pita ukuran saat menggambil ukuran linggkar panggul agar jangan dilepas salah satu ujungnya untuk melanjutkan ukuran tinggi panggul.
4. Tinggi Panggul (T.Pa)
Dari batas lingkar panggul, pita ukuran ditarik keatas sampai batas pinggang. Dapat juga mengukur dari batas pinggang kebawah sampai dengan batas panggul terbesar
Diukur dari lubang leher ke bawah sampai batas peterban (pinggang)
6. Lebar Muka
Diukur pas melintang diatas dada dari batas kerung lengan kanan ke batas keryng lengan kiri
7. Panjang Punggung (P.Pu) Diukur dari tulang leher belakang sampai batas pinggang.
8. Lebar Punggung (L.Pu) Diukur kurang lebih 10 cm dari tulang leher belakang, kemudian pita ukuran (centimeter) ditarik melintang dari batas lengan kanan kebatas lengan kiri.
9. Panjang Bahu (P.Ba)
Diukur dari bahu tertinggi sampai dengan bahu terendah
10. Panjang Sisi (P. Si)
mistar lalu letakkan setinggi-tingginya dibawah ketiak, dari batas atas mistar diukur kebawah samping pinggang dikurangi 2 cm
11. Tinggi Dada (T.Da)
Diukur dari batas pinggang keatas sampai dengan puncak dada (payudara).
12. Panjang Lengan (PL)
Diukur dari bahu terendah sampai dengan panjang lengan yang dikehendaki. Apabila mengukur lengan panjang, tangan dibengkokan sedikit lalu diukur dari puncak lengan
ke bawah mengikuti lengkungan tangan
13. Linggkar Panggkal Lengan (Ling. P. Lgn) Diukur licin pada pangkal lengan tepat dibawah ketiak kemudian ditambahkan kelonggaran 4 centimeter.
14. Linggkar Bawah Lengan (Ling. B. Lgn) Diukur sekeliling bawah lengan diberi kelonggaran sesuai yang diinginkan
15. Linggkar Kerung Lengan (LKL) Diukur sekeliling linggar lengan lengan, kemudian di tambah 2-3 cm atau dengan memasukkan 2-3 jari tangan pada bagian atas/bahu.
16. Tinggi Kepala Lengan
Diukur dari bahu terendah sampai batas pita pengukur yang dilingkarkan pada panggkal lengan.
17. Panjang Rok/Celana
Diukur dari batas pinggang sampai dengan panjang rok yang dikehendaki
BAB IV
MEMBUAT POLA BUSANA DENGAN TEKNIK KONSTRUKSI
A. Menggambar Pola Dasar
Pembuatan Pola merupakan hal yang sangat penting dalam membuat suatu busana dan baik tidaknya busana yang dikenakan dibadan seseorang sangat dipengaruhi oleh kebenaran pola itu sendiri. Pola busana yang berkualitas akan menghasilkan busana yang enak dipakai, indah dipandang dan bernilai jual tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan bagi si pemakai.
Kualitas pola busana akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1. Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh sipemakai, hal ini mesti didukung oleh kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan garis tubuh serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh sipemakai.
2. Kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk lengan, kerah dan lain sebagainya, untuk mendapatkan garis pola yang luwes mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecekan ukuran.
3. Ketepatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton manila atau kertas koran.
4. Kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan keterangan setiap bagian-bagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan belakang, tanda arah benang/seratkain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh dan tiras, tanda kelim dan lain sebagainya;
5. Kemampuan dan ketelitian dalam menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama sebaiknya disimpan pada tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantong-kantong plastik, diarsipkan dengan memberi yang namanya disebut Tiket Order yang berisikan nomor, nama dan tanggal dan bila perlu dilengkapi dengan buku katalog.
Menurut M.H Wancik (Bina Busana Buku 2,2006:40) pengertian pola dalam bidang menjahit adalah potongan kain atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat pakaian. Selanjutnya Porrie Mulyawan (1994:133) mengemukakan pola merupakan ciplakan bentuk badan yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti dipakai sebagai contoh untuk menggunting pakaian seseorang, ciplakan bentuk badan ini disebut pola dasar.
Tanpa pola pembuatan busana tidak akan teruwujud dengan baik, maka dari itu jelaslah bahwa pola memegang peranan penting di dalam membuat busana karena dengan adanya pola, akan dapat mempermudah para pencinta busana untuk mempraktekkan kegiatan jahit menjahit secara tepat dan benar.
Ada beberapa macam pola yang dapat digunakan dalam membuat busana, diantaranya ialah pola konstruksi dan pola standar. Masing-masing pola ini digambar dengan cara yang berbeda, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu: