• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pengendalian Gulma Lahan Basah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Modul Pengendalian Gulma Lahan Basah"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

Sastroutomo (1990), penurunan hasil akibat persaingan gulma pada budidaya kedelai dapat mencapai 10-50% pada populasi 20% populasi tanaman kedelai, oleh karena itu teknik pengendalian gulma pada budidaya kedelai sangat diperlukan. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga harus dibatasi dengan memadukannya dengan cara pengendalian lainnya. Pengendalian gulma dapat diartikan sebagai proses membatasi serangan gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat tumbuh secara produktif dan efisien.

Pada prinsipnya pengendalian gulma merupakan upaya untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Dalam pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomi) dan dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Sebelum melakukan tindakan pengendalian gulma, sangat penting untuk mengetahui cara pengendaliannya agar dapat memilih metode yang paling sesuai untuk setiap jenis tanaman budidaya dan gulma yang tumbuh di suatu areal tertentu.

Tujuan pengendalian gulma adalah untuk memerangi gulma, sehingga tercipta keseimbangan lingkungan tertentu antara gulma dan tanaman, serta menciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan tanaman budidaya atau tanaman pokok, sehingga daya saingnya terhadap gulma juga meningkat atau daya saing tanaman. tanaman tergolong tinggi. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan gulma sedemikian rupa sehingga pertumbuhannya lebih terkendali bila batas toleransi tanaman, persaingan antara gulma dan tanaman rendah, sehingga tanaman utama dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal. Gulma mempunyai sifat kompetitif yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daya saing tanaman budidaya pada semua kondisi lingkungan, sehingga pengendalian gulma diperlukan agar persaingan tanaman pokok meningkat dan dapat bersaing dengan gulma.

Pengendalian gulma harus memperhatikan teknik pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomi) dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan.

Pengendalian gulma secara fisik/mekanik

Dampak tidak langsung dari pengolahan tanah terhadap perkembangan gulma adalah hilangnya simpanan benih gulma di dalam tanah. Benih diekspos ke permukaan tanah dan berkecambah, gulma yang kemudian tumbuh otomatis terpotong dan terkubur pada operasi pengolahan tanah yang kedua. Pengendalian gulma dengan mencangkul atau membajak merupakan pengendalian yang cukup praktis terhadap gulma tahunan, dua tahunan, dan tahunan.

Pengendalian gulma dengan cara mencangkul atau membajak dapat dilakukan pada saat penggarapan lahan dan apabila pada lahan tersebut sudah terdapat tanaman budidaya maka dapat dilakukan dengan penyiangan menggunakan cangkul saja. Pemberantasan gulma tahunan/abadi dengan cara mencangkul atau membajak cukup dengan merusak/mencangkul bagian gulma yang berada diatas tanaman saja. Untuk gulma dua tahunan, kini dapat dilakukan dengan cara memusnahkan/mencangkul bagian gulma yang berada di atas tanah dan tajuk.

Penyiangan tahunan jenis ini dapat dilakukan dengan cara memusnahkan/memotong bagian gulma yang berada di atas tanah atau di bawah tanah. Menunda sampai bunga gulma muncul tidak hanya gagal untuk membongkar akar gulma secara menyeluruh, namun juga dapat menghambat pertumbuhan bibit gulma yang masih hidup, sehingga memungkinkan bibit gulma tersebut berkembang biak dan menyebar. Pengendalian gulma dengan cara ini dapat dilakukan pada gulma tahunan dan dua tahunan sebelum gulma tersebut menghasilkan benih.

Hal ini kami lakukan untuk mencegah benih gulma menyebar ke lokasi lain dan mengurangi pertumbuhan gulma dari benih gulma yang mungkin tertinggal di lahan. Namun pada gulma tahunan, menghilangkan gulma jenis ini akan mengakibatkan terpotongnya atau tertinggalnya organ reproduksi vegetatif gulma tersebut di dalam tanah. Pencabutan paling baik dilakukan sebelum benih terbentuk, sedangkan pencabutan saat gulma sudah matang akan mencegah bagian bawah gulma tercabut sehingga memungkinkannya tumbuh kembali.

Cara ini efektif untuk gulma tahunan atau dua tahunan yang tidak memiliki organ reproduksi di dalam tanah, seperti stolon dan umbi-umbian. Pembakaran gulma menyebabkan protoplasma gulma memadat akibat suhu tinggi sehingga bagian gulma akan mati. Bagian rumput alang-alang yang tidak dibakar belum tentu mati, misalnya rumput alang-alang dibakar yang hanya memusnahkan bagian atas rumput saja, karena tidak lama kemudian rumput alang-alang akan tumbuh kembali dengan bantuan stolon yang ada dibawahnya. permukaan tanah.

Kultur Teknis (Agronomis)

Pada budidaya padi sawah, pengengan secara drastis mengurangi pertumbuhan gulma karena sebagian besar gulma tidak dapat berkecambah dalam kondisi anaerobik. Pemupukan yang tepat dapat mempercepat pertumbuhan tanaman budidaya sehingga meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma. Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman sebenarnya bertujuan untuk memanfaatkan tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimal sehingga tercapai hasil yang memadai.

Pada rotasi tanaman, permukaan tanah umumnya akan selalu tertutup oleh naungan daun tanaman sehingga dapat menekan gulma. Rotasi tanaman bertujuan untuk memanfaatkan tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimal, sehingga tercapai hasil yang memadai. Pada rotasi tanaman, permukaan tanah biasanya akan selalu tertutup oleh naungan daun tanaman sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma.

Penanaman rapat agar kanopi tanaman segera menutupi ruang kosong merupakan cara pengendalian gulma yang efektif. Pemupukan yang tepat merupakan salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma. Pengurangan kepadatan tanaman dari jarak tanam 25 x 25 cm menjadi 15 x 25 mampu menurunkan pertumbuhan gulma lebih dari 30% dan berkorelasi dengan peningkatan hasil kedelai.

Mulsa akan mempengaruhi cahaya yang mencapai permukaan tanah dan menyebabkan matinya tunas gulma dan beberapa gulma dewasa. Tanaman polong-polongan (leguminosae) biasa digunakan sebagai tanaman penutup tanah karena selain cepat tumbuh sehingga cepat menutupi tanah, juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau. Ciri penting yang diperlukan tanaman penutup tanah adalah harus mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga mampu menekan gulma.

Jika vegetasi terlalu lebat, sebaiknya dikendalikan dengan menebang atau membongkarnya dan menggantinya dengan penutup tanah lain. Penggunaan tanaman penutup tanah untuk mencegah pertumbuhan gulma berbahaya, terutama rumput, merupakan metode pemuliaan teknis yang dianggap paling berhasil di perkebunan. Sifat penting yang dibutuhkan oleh tanaman penutup tanah adalah harus mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan dan tidak bersaing dengan tanaman utama.

Pengendalian Gulma Secara Hayati (Biologi)

Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup segala upaya pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan berdasarkan ilmu hayati (biologi). Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan tanaman penutup tanah polong-polongan (LCC) terkadang juga dimasukkan sebagai pengendalian hayati. Pengendalian gulma secara hayati merupakan suatu cara pengendalian dengan menggunakan musuh alami seperti hama (serangga), penyakit (patogen), jamur dan lain sebagainya untuk menekan pertumbuhan gulma.

Pemberantasan gulma secara total bukanlah tujuan pengendalian hayati karena dapat memusnahkan agen hayati lainnya. Dalam pengendalian secara alami, selain musuh alami sebagai pengendali hayati, masih terdapat iklim dan habitat sebagai faktor pengendalian non hayati. Sedangkan pengendalian hayati melibatkan campur tangan manusia untuk mengendalikan gulma dengan memanipulasi musuh alaminya.

Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit diterapkan dalam praktik karena memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dan serangkaian pengujian dalam jangka waktu yang lama (bertahun-tahun) sebelum suatu agen pengendali hayati dilepaskan untuk mengendalikan. suatu spesies gulma. Dasar pengendalian hayati adalah adanya musuh alami di alam yang dapat menekan berbagai spesies gulma. Pengendalian gulma secara hayati adalah pengendalian gulma dengan memanfaatkan organisme lain baik berupa hewan atau tumbuhan tingkat rendah sampai tinggi, misalnya: jamur, bakteri, tumbuhan/tumbuhan tingkat tinggi, hewan ternak/ternak.

Pengendalian gulma dimungkinkan karena setiap jenis tumbuhan (gulma) secara alami mempunyai musuh alami tertentu. Pengendalian gulma ini dilakukan dengan menekan populasi gulma yang mempunyai musuh alami sampai tingkat tertentu, sehingga keberadaan gulma tidak lagi merugikan secara ekologis dan ekonomi. Langkah-langkah yang harus diambil dalam pengendalian gulma secara biologis adalah dengan menyelidiki faktor-faktor eksternal yang memerlukan identifikasi akurat terhadap gulma dan negara asalnya.

Mengingat musuh alami yang akan digunakan untuk pengendalian adalah organisme pemakan tumbuhan, maka wajar jika terdapat kekhawatiran yang besar terhadap kemungkinan status musuh alami seiring berjalannya waktu akan berubah menjadi agen perusak (hama) tanaman budidaya. Pengujian ini dikatakan berhasil apabila agen melakukan aktivitas pada salah satu tanaman uji, khususnya pada gulma sasaran. Pasca pelepasan musuh alami, sangat perlu dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi dengan tujuan untuk mengidentifikasi hambatan adaptasi dan pemantapan populasi agen pengendali.

Tingkat keberhasilan pengendalian gulma biasanya diukur dengan mengurangi populasi ke tingkat yang secara ekonomi kurang/tidak merugikan kepentingan manusia pada umumnya atau kepentingan pengelola lahan gulma yang dikelola untuk kegiatan ekonomi secara khusus. Pengendalian gulma secara biologis (biologis) adalah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, misalnya serangga, jamur, ternak, ikan, dan sebagainya.

Pengendalian Gulma secara Kimiawi

Pengendalian Gulma Secara Terpadu

Untuk mengendalikan jenis gulma dominan yaitu gulma berdaun sempit digunakan herbisida pasca tumbuh yang bekerja sebagai racun sistemik spektrum luas dan mengandung bahan aktif Isopropylamine glisofat 486 g/l. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan cara budidaya berulang-ulang dengan traktor, penyiangan manual dengan alat/sepatu (“kesrik‖) dan alat pemotong rumput. Teknik pengendalian gulma secara mekanis umumnya cukup baik untuk beberapa jenis gulma tahunan, namun pada kondisi tertentu juga efektif untuk gulma tahunan.

Selain untuk mengendalikan gulma, pengolahan tanah juga dilakukan untuk memelihara tanaman yang sudah masuk skema agar pertumbuhan tanaman dapat optimal.

Pengendalian Gulma dengan Upaya Pemanfaatannya

Bahan penutup tanah berupa mulsa atau serasah, misalnya Mimosa invisa, Imperata cylindrica, Ageratum conyzoides, Amaranthus spinosus. Sebagai bahan obat tradisional misalnya Amaranthus spinosus sebagai obat untuk menghancurkan lendir dan bisul, Mimosa invisa sebagai penawar/anti racun ular, Akar Imperata cylindrica sebagai obat herbal.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait