• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONOGRAF KONSUMSI SAYUR BUAH REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MONOGRAF KONSUMSI SAYUR BUAH REMAJA "

Copied!
78
0
0

Teks penuh

Buku ini juga akan memberikan informasi komprehensif mengenai update terkini faktor-faktor penentu konsumsi buah dan sayur berdasarkan teori kognitif sosial. Konsumsi buah dan sayur di Indonesia masih belum memenuhi anjuran (96,8%) yaitu 3-4 porsi sayur dan 2-3 porsi buah per hari. Berbagai bentuk intervensi telah dilakukan untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur selama bertahun-tahun, namun hal ini masih terbatas pada peningkatan pengetahuan.

Bahwa praktis setiap hari ketersediaan sayuran buah di perkotaan lebih besar dibandingkan di semi pedesaan. Tidak terdapat hubungan antara ketersediaan buah dan sayur di rumah dengan konsumsi buah dan sayur pada remaja baik di pedesaan maupun perkotaan.Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh orang tua dengan konsumsi buah dan sayur pada kelompok pedesaan dan perkotaan. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh teman sebaya dan konsumsi buah dan sayur pada kelompok pedesaan, namun tidak pada kelompok perkotaan.

Latar belakang

Dalam merancang intervensi yang tepat untuk mengatasi rendahnya konsumsi ini, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur perlu dianalisis. Selama bertahun-tahun, berbagai bentuk intervensi untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur telah dilaksanakan, namun hanya sebatas peningkatan pengetahuan.9,10 Faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur antara lain usia, jenis kelamin, dan status ekonomi orang tua.11, 12 Faktor lainnya, seperti pengetahuan, sikap, ketersediaan buah dan sayur, paparan media, pengaruh orang tua, masukan orang tua, pendapatan orang tua, efikasi diri dan preferensi. Teori ini mengambil pendekatan teori kognitif sosial yang mencakup tahapan perubahan (prakontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan, dan pemeliharaan), interaksi antara faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan, serta kerangka kerja yang menggambarkan faktor-faktor penentu perubahan perilaku yang diperkirakan akan terjadi di kemudian hari. menjadi data masukan untuk strategi intervensi konsumsi buah dan sayur yang disesuaikan dengan tingkat promosi konsumsi sayur.18,19,20.

Dari segi akses dan ketersediaan sayuran buah-buahan berbeda di wilayah perdesaan, semi perkotaan, dan perkotaan yang diwakili oleh perdesaan dan perkotaan. Penelitian di Yogyakarta menunjukkan bahwa konsumsi sayur dan buah-buahan sedikit banyak lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan.21 Namun jika membandingkan 2 wilayah perkotaan yang berbeda, terdapat perbedaan kemampuan mengakses pangan sehingga hal ini menjadi bias, sehingga menjadi bias. Perlu dilakukan analisa pada wilayah yang sama yaitu wilayah Jakarta dan kondisi pedesaan dan perkotaan khususnya pada kelompok remaja, dimana kelompok remaja merupakan masa emas untuk menanamkan perilaku sehat sebelum memasuki usia dewasa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Sayur dan Buah pada Remaja di Perdesaan dan Perkotaan Jakarta (Pendekatan Teori Kognitif Sosial)”.

Tujuan

Konsumsi Sayur dan Buah

Survei konsumsi pangan merupakan penilaian kualitatif dan kuantitatif terhadap konsumsi pangan terkait status gizi individu, keluarga, dan kelompok penduduk22. Menurut Gibson23, konsumsi pangan rumah tangga adalah makanan dan minuman yang tersedia untuk dikonsumsi oleh suatu rumah tangga atau kelompok keluarga. Terdapat beberapa metode survei konsumsi makanan yang ada saat ini, antara lain: Food Recall 24 Hours merupakan metode survei konsumsi makanan yang berfokus pada kemampuan subjek dalam mengingat makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam terakhir.

Metode penimbangan makanan merupakan suatu metode penelitian untuk menilai konsumsi makanan yang menitikberatkan pada penimbangan makanan dan minuman yang diinginkan serta sisanya dikonsumsi dalam satu kali makan oleh subjek. Metode registrasi pangan merupakan suatu metode penelitian untuk menilai konsumsi pangan, yang dilakukan dengan mencatat konsumsi makanan dan minuman subjek dalam jangka waktu tertentu. Metode kuesioner frekuensi makanan merupakan suatu metode survei untuk menilai konsumsi makanan, yang dilakukan dengan memberikan informasi jumlah pengulangan konsumsi makanan dan minuman subjek pada waktu tertentu.

Social Cognitive Theory

Konstruk teori sosial-kognitif ini diterapkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi sayur dan buah. Teori ini telah banyak digunakan dalam intervensi gizi dan program promosi kesehatan, dan juga telah banyak digunakan dalam penelitian yang menyelidiki faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan asupan sayur pada anak-anak dan remaja19,28.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur

Faktor lain seperti pengaruh orang tua dan ketersediaan sayur dan buah di rumah juga mempengaruhi konsumsi sayur dan buah pada remaja17. Kurangnya konsumsi sayur dan buah dapat menyebabkan remaja karena alasan tertentu tidak mempunyai rasa percaya diri (self-ability) untuk mengkonsumsi sayur dan buah35. Dalam penelitian Lestari (2012) ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi sayur dan buah, seseorang dengan pendapatan dan status ekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah12.

Rata-rata anak makan sayur dan buah karena anggota keluarga atau orang tuanya makan sayur dan buah. Dalam penelitian Lestari (2012), remaja yang kebiasaan orang tuanya lebih jarang makan sayur dan buah12. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan orang tua mengenai konsumsi sayur dan buah pada remaja, sehingga nampaknya peran orang tua sangat penting terhadap kebiasaan makan sehat remaja.

Kerangka konsep

Memang benar, tidak makan buah-buahan dan sayur-sayuran tampaknya menjadi hal yang lumrah di kalangan siswa yang berpartisipasi (Cullen et al., 2000). Hubungan antara keyakinan normatif (yaitu, apa yang diyakini anak-anak tentang keyakinan orang lain mengenai konsumsi makanan) dan pilihan makanan sehat telah dipelajari di kalangan orang dewasa40.

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Populasi dan Sampel

Untuk mengantisipasi heterogenitas di setiap wilayah, jumlah sampel dikalikan dengan koefisien desain efek cluster yaitu total 2 x 105 sehingga jumlah sampel minimal 210 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling dengan terlebih dahulu menghitung jumlah populasi yang akan dipilih sebagai sampel kemudian dipilih secara acak.

Variabel penelitian

Instrumen penelitian

Pengumpulan data

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner dikoreksi, diperiksa dan diseleksi terlebih dahulu kelengkapannya, seperti kelengkapan pengisian dan kesalahan pengisian. Tahap ini dilakukan pada saat Anda masih berada di lokasi penelitian untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner telah diisi secara lengkap dan jelas. Tahapan ini dilakukan untuk mengecek kembali data yang dimasukkan untuk memastikan tidak ada kesalahan pada data, baik dalam pengkodean maupun kesalahan ketik, sehingga data dapat dianalisis.

Untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan analisis chi-square dan korelasi ordinal spearman dengan batas kepercayaan yang digunakan adalah p-value = 0,05. Untuk mengetahui faktor-faktor penentunya digunakan analisis regresi logistik dengan memasukkan faktor-faktor yang memiliki p-value minimal 0,25 dalam analisis.

Hasil

Tidak ada daerah pedesaan di DKI Jakarta, sehingga digunakan daerah semi pedesaan. Kelompok semi pedesaan nampaknya lebih banyak memperoleh informasi melalui sanak saudara (keluarga, sahabat, dan kerabat) dibandingkan kelompok perkotaan. Berdasarkan tahapan SOC diketahui sebagian besar subjek mencapai tahap pemeliharaan, dilanjutkan dengan tahap tindakan, sedangkan sisanya terbagi dalam tahap persiapan, kontemplasi, dan prakontemplasi pada saat mengonsumsi buah dan sayur.

Dalam arti lain, tahap pemeliharaan menyatakan bahwa perilaku makan sayur berada pada tahap sudah dilaksanakan dan menjadi suatu kebiasaan. Mayoritas responden menyatakan akses terhadap buah dan sayur dekat dan mudah dijangkau 29,8%, sedang 29,8%, jauh namun dapat dijangkau dengan berjalan kaki 18,2%, jauh namun dapat diakses dengan mobil 19,6%, lainnya terpencil dan tidak mudah dijangkau. Penyimpanan buah dan sayur sebagian besar berada di lemari es, selebihnya di lemari tertutup atau rak terbuka.

Efikasi diri, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, dan konsumsi serat lebih besar pada kelompok perkotaan. Rata-rata konsumsi sayur buah dan serat pada kelompok perkotaan lebih tinggi dibandingkan kelompok pedesaan (Tabel 5), kecuali konsumsi sayur, rata-rata asupan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan. Berdasarkan Tabel 6, diperoleh hasil bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi serat remaja adalah pengaruh orang tua dan teman pada kelompok pedesaan, sedangkan pada kelompok perkotaan faktor yang mempengaruhi konsumsi serat remaja adalah pengaruh teman sebaya.

Berdasarkan tabel 7 diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur di kalangan remaja adalah pengaruh orang tua dan pengaruh teman pada kelompok pedesaan, sedangkan pada kelompok perkotaan faktor yang mempengaruhi konsumsi buah-buahan. dan sayur mayur pada remaja merupakan pengaruh orang tua dan kesukaan sayur. Berdasarkan Tabel 8 dan 9, diperoleh hasil bahwa faktor penentu konsumsi buah dan sayur di perkotaan adalah pengaruh orang tua dan preferensi sayur dengan nilai OR masing-masing sebesar 4,807 dan 2,596. Di pedesaan, pengaruh orang tua dan pengaruh teman menjadi faktor penentu utama, dengan nilai OR masing-masing sebesar 2,556 dan 2,351.

Namun angka R2 pada kedua persamaan tersebut hanya sebesar 14% dan 12%, angka tersebut sangat kecil sehingga tidak menutup kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi asupan buah dan sayur.

Pembahasan

Kelompok semi pedesaan juga memiliki akses lebih besar terhadap buah-buahan dan sayur-sayuran di toko buah dibandingkan di perkotaan. Pada kelompok perkotaan, faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur remaja adalah pengaruh orang tua dan preferensi sayur. Faktor yang mempengaruhi konsumsi buah dan sayur pada remaja adalah pengaruh orang tua dan pengaruh teman di kelompok pedesaan.

Menurut Franko dkk (2013) salah satu tantangan dalam memenuhi asupan buah dan sayur adalah pengaruh keluarga dan teman sebaya yang meliputi pertanyaan. Saat saya bersama teman, makan buah dan sayur membuat saya malu” dan “Keluarga saya tidak suka buah dan sayur,” Kepercayaan teman sebaya bahwa makan buah dan sayur itu baik belum tentu mempengaruhi konsumsi buah dan sayur36. Dukungan keluarga dan teman sebaya berhubungan signifikan dengan konsumsi buah dan sayur, namun hanya pada kelompok mayoritas.

Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur adalah dengan meningkatkan keterlibatan teman sebaya, terutama dalam hal manfaat dari konsumsi buah dan sayur itu sendiri. Hal ini juga didukung oleh fakta bahwa sayur buah disiapkan dan disajikan pada tabel 39, 37. Faktor yang mempengaruhi konsumsi sayur buah pada penelitian ini adalah efikasi diri, ketersediaan sayur buah, faktor dukungan keluarga, juga dukungan. faktor untuk teman.

Pengetahuan dasar dan persepsi diri terhadap hidup sehat yang didukung oleh lingkungan terutama teman dan keluarga dapat meningkatkan konsumsi buah dan sayur. Dalam penelitian di Korea, efikasi diri pada tingkat Tindakan/Pemeliharaan merupakan faktor penting yang menentukan kebiasaan konsumsi buah dan sayur. Edukasi gizi menggunakan media audio visual tentang pola konsumsi buah-sayuran pada remaja SMP di Jakarta Timur.

Dampak pendidikan gizi menggunakan ceramah dan video animasi terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku tentang sarapan pagi serta konsumsi buah dan sayur.

Gambar

Grafik 2. Kerangka Konsep
Grafik 2. Alur pengambilan subyek

Referensi

Dokumen terkait

Введение В данной статье хотим обратить внимание читателей на некоторые особенности погре- бального культа, которые были обнаружены в процессе исследования памятника, а также по-