• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfometrika dan Meristika Ikan Sumatra (Puntius hexazona) di Perairan Umum Sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam

N/A
N/A
Mala

Academic year: 2024

Membagikan "Morfometrika dan Meristika Ikan Sumatra (Puntius hexazona) di Perairan Umum Sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

e-ISSN: 2722-6026

Morfometrik dan Meristik Ikan Sumatra (Puntius hexazona) di Perairan Umum Sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu

Sungai Sibam

Adi Iman Rananda1*); Windarti2); Ridwan Manda Putra2)

1Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

2Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

Corresponding author*: [email protected] Abstrak

Puntius hexazona (ikan Sumatra) adalah jenis ikan air tawar yang menghuni perairan di sekitar kawasan FPK Universitas Riau dan hulu Sungai Sibam. Sebuah penelitian bertujuan untuk menentukan P. hexazona morfometrik dan meristik di dua perairan berbeda dilakukan pada Agustus-Oktober 2019. Pengambilan sampel dilakukan 4 kali, sekali / 2 minggu. Parameter yang diukur adalah hubungan morfometrik, meristik, dan panjang-berat ikan. Jumlah ikan yang ditangkap di perairan di area kampus adalah 37 ikan dan di hulu Sungai Sibam adalah 25. Secara morfologis ikan dari kedua daerah pengambilan sampel tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Satu-satunya perbedaan adalah kecerahan warna tubuh, karena P. hexazona dari perairan di sekitar Universitas Riau lebih terang daripada ikan dari Sungai Sibam. Kelambanan ikan dari kedua daerah itu identik, D. I, 6-9 P. 8-13 V. 6-8 A. I, 4-6. Hubungan panjang-berat ikan dari perairan di sekitar Universitas Riau adalah alometrik negatif dengan b = 2,2119 untuk wanita, sedangkan yang dari Sungai Sibam adalah b = 2,5536 untuk pria dan b = 3,277 untuk wanita.

Kata kunci: Ikan Sumatra, morfometrik, meristik, Hubungan panjang-berat ikan.

Abstract

Puntius hexazona (Sumatran fish) is a type of freshwater fish that inhabit the waters around in the FPK Universitas Riau area and the upstream of the Sibam River. A study aims to determine the morphometric and meristic P. hexazona in two those different waters was conducted in August-October 2019. Sampling was carried out 4 times , once/

2 weeks. The parameters measured were morphometric, meristic and length-weight relationship of the fish. The number of fish caught in the waters in the campus area was 37 fish and in the upstream of the Sibam River was 25. The morphologically of the fish from both sampling areas has no significant difference. The only difference was the brightness of the body color, as P. hexazona from the waters around Universitas Riau was brighter than that of the fish from the Sibam River. The meristic of the fish from both area was identic, D. I, 6-9 P. 8-13 V. 6-8 A. I, 4-6. Length-weight relationship of fish from the waters around the Universitas Riauwas negative allometric with b = 2.2119 for female , while those of the Sibam River was b = 2.5536 for male and b = 3.277 for female.

Keywords: Sumatra fish, morphometric, meristic, Length-weight relationship of the fish.

(2)

e-ISSN: 2722-6026 1. PENDAHULUAN

Ikan sumatra merupakan ikan hias yang memiliki bentuk yang menarik, bertubuh kecil dan memiliki corak-corak hitam. Secara internasional ikan ini dikenal sebagai sumatra barb atau tiger barb dengan nama ilmiah Puntius hexazona (Kottelat et al., 1993). Ikan ini terdapat pada perairan umum seperti sungai, rawa, waduk dan danau. Pada awalnya ikan sumatra ditemukan di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Di Provinsi Riau ikan sumatra terdapat di perairan umum sekitar Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Riau dan di perairan Hulu Sungai Sibam.

Perairan umum sekitar FPK UNRI dan perairan Hulu Sungai Sibam memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Perairan umum sekitar FPK UNRI (Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau) aliran air berasal dari waduk yang ada di Universitas Riau, perairan ini masih tergolong alami dan memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk menunjang kehidupan organisme didalamya. Sehingga sumber makanan, oksigen terlarut, keasaman air dan kecerahan airnya terpenuhi. Sedangkan di perairan Hulu Sungai Sibam terdapat lahan perkebunan, aktivitas pembukaan lahan dan pengerukan badan air yang menyebabkan turunnya kualitas perairan. Penurunan kualitas air tersebut disebabkan sedimentasi dan erosi sehingga perairan menjadi keruh, akibatnya penetrasi cahaya yang masuk kedalam perairan menjadi terhambat dan menyebabkan sumber makanan yang terdapat di perairan tersebut menjadi sedikit, Effendie (2002) menyatakan bahwa pengaruh kualitas air seperti oksigen terlarut, karbondioksida, keasaman perairan, alkalinitas serta nitrat dan fosfat akan mempengaruhi terhadap makanan. Kurangnya sumber makanan akan menyebabkan ikan akan menjadi kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempengaruhi morfometrik, meristik dan pola pertumbuhannya.

Perbedaan kondisi lingkungan pada kedua perairan sangat erat hubungannya dengan dengan pertumbuhan ikan, karena pengaruh kualitas air akan mempengaruhi sumber makanan pada perairan tersebut. Oleh sebab itu, kondisi ikan sumatra yang terdapat di kedua perairan tersebut diperkirakan akan berbeda. Selama ini belum ada informasi tentang kondisi morfometrik dan meristik ikan sumatra yang terdapat pada perairan umum sekitar FPK UNRI dan Hulu Sungai Sibam. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ikan sumatra pada dua perairan yang berbeda.

Sehingga dapat mengetahui lingkungan terbaik untuk ikan sumatra.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui morfometrik dan meristik ikan sumatra yang hidup pada perairan yang berbeda.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kondisi perairan yang baik untuk ikan sumatra serta informasi dasar tentang aspek biologi ikan sumatra berupa ciri morfometrik dan meristik ikan sumatra di perairan umum sekitar FPK UNRI dan Hulu Sungai Sibam.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2019 di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam. Pengamatan mengenai morfometrik dan meristik ikan sumatra dilakukan di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Sedangkan untuk pengukuran kualitas air dilakukan langsung di lapangan tempat pengambilan sampel.

(3)

e-ISSN: 2722-6026

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana perairan umum sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam dijadikan sebagai lokasi penelitian dan ikan Sumatra (P. hexazona) dijadikan sebagai objek penelitian. Data morfometrik dan meristik ikan didapat dari hasil pengamatan secara langsung terhadap ikan sampel yang dilakukan di lapangan dan laboratorium. Pada pengamatan kualitas air, sampel air diambil menggunakan botol sampel dan pengukuran nilai kualitas air dilakukan langsung di lapangan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2019 di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam. Pengamatan mengenai morfometrik dan meristik ikan sumatra dilakukan di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Sedangkan untuk pengukuran kualitas air dilakukan langsung di lapangan tempat pengambilan sampel.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana perairan umum sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam dijadikan sebagai lokasi penelitian dan ikan Sumatra (P. hexazona) dijadikan sebagai objek penelitian. Data morfometrik dan meristik ikan didapat dari hasil pengamatan secara langsung terhadap ikan sampel yang dilakukan di lapangan dan laboratorium. Pada pengamatan kualitas air, sampel air diambil menggunakan botol sampel dan pengukuran nilai kualitas air dilakukan langsung di lapangan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua perairan yang berbeda yaitu di perairan umum sekitar FPK UNRI dan Hulu Sungai Sibam. Lokasi penelitian tersebut memiliki kondisi lingkungan yang berbeda dan memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda pula, berikut kondisi umum dari masing-masing perairan.

Perairan umum sekitar FPK Universitas Riau terletak di belakang gedung Merine Center (MC) memiliki lebar ± 2-3 m dengan kedalaman ± 0,5-1 m. Kondisi perairan ini masih tergolong alami karena memiliki warna air yang jernih dengan substrat pasir berkerikil.

Sungai Sibam merupakan salah satu anak dari Sungai Siak yang teletak di Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki. Bagian Hulu Sungai Sibam berada di Kelurahan Labuh Baru, Kecamatan Tampan. Sedangkan bagian Hilir Sungai Sibam berada di Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki. Sungai ini memiliki panjang ± 8 km yang langsung bermuara ke Sungai Siak. Sungai Sibam memiliki kedalaman sekitar 60-70 cm, substrat berpasir dan berlumpur.

Adapun perbedaan kondisi kedua perairan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik lingkungan perairan umum sekitar FPK UNRI dan Hulu Sungai Sibam selama penelitian

Perairan umum sekitar FPK UNRI Hulu Sungai Sibam

- Kondisi lingkungan masih alami - Terdapat aktivitas perkebunan kelapa sawit, pembukaan lahan dan pengerukan badan air - Aliran air berasal dari waduk UNRI dengan

pH=6 - Aliran air berasal dari rawa-rawa gambut di sekitar

sungai dengan pH=5

(4)

e-ISSN: 2722-6026 - Banyak ditumbuhi vegetasi air contoh : enceng

gondok, kangkung dan juga pepohonan - Sekitar perairan gersang akibat pengerukan badan air

- Substrat pasir dan kerikil - Substrat pasir berlumpur

- *Suhu 27-280C - *Suhu 28-290C

- *Kecerahan 50-56 cm - *Kecerahan 17,5-27,5 cm

*=Berdasarkan data primer

Tabel 1 dapat diketahui bahwa kondisi lingkungan yang terdapat di kedua perairan berbeda, dimana perairan umum sekitar FPK UNRI dapat dikategorikan baik untuk mendukung kehidupan biota didalamnya, hal ini sesuai pendapat Hutagalung (2015) yang menyatakan bahwa perairan umum di UNRI memiliki kondisi lingkungan yang masih alami, menyebabkan banyak organisme didalamnya seperti ikan, moluska, krustasea dan tumbuhan air. Sementara perairan Hulu Sungai Sibam telah mengalami pencemaran. Hal ini didukung oleh pendapat Hatauruk (2015) yang menyatakan bahwa perairan Sungai Sibam terganggu kualitasnya, akibat erosi dan perairan menjadi keruh, sehingga mempengaruhi kehidupan organisme di perairan tersebut.

Hasil Tangkapan Ikan

Gambar 2. Jumlah tangkapan ikan sampel (SIBAM)

Pada Gambar 1 dan 2 terlihat bahwa ikan sumatra (P. hexazona) yang banyak tertangkap adalah di perairan umum sekitar FPK UNRI, yaitu 37 ekor. Sedangkan yang tertangkap di Hulu Sungai Sibam sebanyak 25 ekor. Hal ini disebabkan kualitas perairan yang berbeda sehingga mempengaruhi jumlah tangkapan ikan. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air selama penelitian perairan umum sekitar FPK UNRI memiliki pH 6, suhu 27- 280C dan kecerahan 50-56 cm dimana kualitas perairan ini masih mendukung kehidupan

0 1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4

Jumlah (Ekor)

Minggu Ke-

Betina Jantan

0 1 2 3 4 5

1 2 3 4

Jumlah (Ekor)

Minggu Ke-

Betina Jantan

(5)

e-ISSN: 2722-6026

ikan. Lesmana dan Daelani (2019) menyatakan bahwa kualitas air sangat menentukan kesehatan dan pertumbuhan ikan di perairan.

Sementara di perairan Hulu Sungai Sibam kondisi lingkungannya sudah tercemar.

Di sekitar sungai tersebut terdapat pembukaan lahan pemukiman dan pengerukan badan air, sehingga perairan menjadi tercemar dan keruh. Gusrina (2008) menyatakan bahwa air yang keruh dapat menyebabkan rendahnya daya ikat oksigen, berkurangnya batas pandang ikan, selera makan ikan rendah dan ikan sulit bernafas karena insangnya tertutup oleh partikel-partikel lumpur. Hal ini didukung oleh pendapat Sidiq (2015) yang menyatakan bahwa hubungan parameter lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan.

Morfometrik Ikan Sumatra (P. hexazona)

Karakter morfometrik ikan sumatra (P. hexazona) yang diukur pada penelitian ini ada 26 karakter termasuk panjang total (PT). Panjang total dipilih sebagai “acuan” untuk dibandingkan dengan 25 karakter lainnya (Affandi et al., 1992).

Pada perairan umum sekitar FPK UNRI kisaran ukuran ikan jantan yakni 23,25- 47,83 mm dan ikan betina 27,49-57,86 mm. Sementara pada perairan Hulu Sungai Sibam kisaran ukuran ikan jantan 32,49-42,90 mm dan ikan betina 26,76-48,84 mm.

Ikan berukuran kecil berkisar antara 23,25-27,25 mm terdapat di dua perairan tersebut, tetapi ukuran terkecil ini lebih banyak didapati di perairan umum sekitar FPK UNRI. Sedangkan ikan yang berukuran besar berkisar antara 53,25-57,25 mm hanya terdapat di perairan umum sekitar FPK UNRI berjumlah 3 ekor.

Gambar 4. Kelas Ukuran ikan dari kedua perairan

Berdasarkan Gambar 4 pada kelompok IV dengan kelas ukuran ikan berkisar 38,25-42,25 mm paling banyak tertangkap pada kedua perairan. Fadhlullah (2018) menyatakan bahwa anak-anak sumatra hidup di daerah yang berarus lemah, dasar lumpur dan keruh dengan kedalaman 5-10 m. Pada kelompok V,VI dan VII dengan kelas ukuran berkisar 43,25-57,86 mm mengalami penurunan jumlah ikan, terutama di Hulu Sungai Sibam yang hanya tertangkap 1 ikan saja. Hal ini disebabkan ikan sumatra yang mulai tumbuh dewasa mengalami fase ruaya untuk mencari tempat berkembangbiak dan memijah (mencari tempat memijah/spwaning ground) ke bagian hilir. Hal ini didukung pendapat Pratama (2018) yang menyatakan bahwa ikan sumatra memijah dan menetaskan telur-telurnya di daerah hilir sungai pada musim penghujan, larva hidup di daerah tersebut sampai berukuran ± 1 cm, kemudian beruaya ke danau-danau dan anak-anak sungai.

Berbeda dengan perairan umum sekitar FPK UNRI yang tidak memiliki hulu dan hilir,

0 2 4 6 8 10 12 14

I II III IV V VI VII

Jumlah Ikan

Kelompok

FPK SIBAM

(6)

e-ISSN: 2722-6026 sehingga ikan tersebut berkembangbiak pada lokasi yang relatif sama dan berpotensi mudah tertangkap.

Setiap karakter morfometrik ikan tersebut dilihat hubungan dan proporsinya terhadap panjang total (PT). Pola pertumbuhan dan Proporsi karakter terhadap panjang total (PT) menunjukan 4 pola, pada perairan umum sekitar FPK yakni pola petumbuhan isometrik ikan jantan dan betina sama, pola petumbuhan allometrik negatif ikan jantan dan betina sama, pola petumbuhan isometrik pada ikan betina dan allometrik negatif pada ikan jantan, allometrik positif pada ikan benita dan allometrik negatif pada ikan jantan.

Sedangkan di Hulu Sungai Sibam terdapat 5 pola yakni pola petumbuhan isometrik ikan jantan dan betina sama, pola petumbuhan allometrik negatif ikan jantan dan betina sama, pola petumbuhan isometrik pada ikan betina dan allometrik negatif pada ikan jantan, pola pertumbuhan isometrik ikan betina dan allometrik positif ikan jantan, pola pertumbuhan allometrik negatif ikan betina dan allometrik positif pada ikan jantan.

Keeratan hubungan antara karakter yang diukur terhadap panjang total dapat dilihat dari nilai r, pada perairan umum sekitar FPK UNRI memiliki nilai r berkisar 0,28-0,97 dan Hulu Sungai Sibam berkisar 0,67-0,99. Hal ini sesuai dengan pernyataan Syafriadriman (2006) jika nilai r=0 berarti tidak ada hubungan, 0-0,5 berartti korelasi lemah, 0,5-0,8 berarti korelasi sedang, 0,8-1 berarti kuat atau erat. Panjang semua karakter yang diukur baik jantan maupun betina terhadap panjang total menunjukkan hubungan yang beragam, hubungan tersebut di tunjukkan oleh nilai r yang berfariasi. Dari kedua kedua perairan tersebut ikan jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Morfologi ikan sumatra jantan dan betina Meristik Ikan Sumatra (P. hexazona)

Hasil dari pengukuran meristik Berdasarkan hasil penelitian dari kedua perairan jumlah meristik ikan sumatra yang didapatkan dari pengukuran sebanyak 62 ekor tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sumatra untuk meristik sirip ikan sumatra tidak memiliki jari-jari lemah mengeras, hanya terdapat jari-jari lemah dan jari-jari keras. Pada pengamatan meristik tidak ada perbedaan antara jantan dan betina, untuk melihat lebih jelas jumlah meristik ikan sumatra dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan Meristik Ikan Sumatra

No. Jenis Karakter Meristik Jumlah

FPK SIBAM

1 Jumlah sisik Di depan sirip punggung 8-13 8-13

Di keliling badan 14-23 14-23

Di keliling batang ekor 5-7 5-7

Di linea lateralis 18-24 18-24

(7)

e-ISSN: 2722-6026

2 Jumlah jari-jari sirip punggung Keras 1 1

Lemah 6-9 6-9

3 Jumlah jari-jari sirip dada Lemah 8-13 8-13

4 Jumlah jari-jari sirip perut Lemah 6-8 6-8

5 Jumlah jari-jari sirip anus Keras 1 1

Lemah 4-6 4-6

6 Jumlah jari-jari sirip ekor Lemah 9-14 9-14

Berdasarkan pengamatan karakter meristik ikan sumatra diketahui bahwa ikan tersebut memiliki jari-jari lemah dan jari-jari keras. Didapatkan jari-jari sirip masing- masing berjumlah D. I, 6-9 P.8-13 V.6-8 A.I, 4-6. Sisik di depan sirip punggung 8-13, di keliling badan 14-23, di keliling batang ekor 5-7 dan di linea lateralis 18-24. Hutauruk (2015) menyatakan bahwa ikan sumatra memiliki enam buah pita berwarna hitam melintang pada sisi lateral tubuh ikan, memiliki rumus jari-jari sirip yaitu D. I, 8-9; P.6- 7; V.7; A. 6. Putra et al. (2014) menyatakan bahwa sirip ikan berperan sangat penting dalam penentuan gerak ikan.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan perkembangan serta bentuk dan susunannya. Beberapa faktor tersebut antara lain, suhu, cahaya, gas-gas terlarut seperti oksigen terlarut, karbondioksida bebas dan amoniak. Ciri meristik seperti jumlah jari-jari sirip, baris linea lateralis dan tapis insang dapat bervariasi terkait dengan kondisi lingkungan (Raharjo et al., 2011). Bentuk tubuh ikan sumatra dapat dilihat pada Gambar 6 berikut.

Gambar 6. Sketsa Morfologi Ikan Sumatra (P. hexazona) Pola Pertumbuhan Ikan Sumatra (P. hexazona)

Hubungan panjang total (PT) dan berat ikan yang tertangkap adalah sebagai berikut : kisaran panjang ikan sumatra yang tertangkap di perairan umum sekitar FPK UNRI yaitu 23,25-57,86 mm dengan kisaran berat 0,2185-1,7864 g dan di perairan Hulu Sungai Sibam memiliki kisaran panjang total 26,76-48,84 mm dengan kisaran berat 0,2231-1,7098 g. Untuk melihat hubungan panjang total dan berat tubuh ikan sumatra dapat dilihat pada gambar 5.

(8)

e-ISSN: 2722-6026

Gambar 5. Grafik Hubungan Antara Panjang Total dengan Berat Tubuh (FPK)

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Panjang Total dengan Berat Tubuh (SIBAM).

Nilai b dari persamaan panjang berat adalah 2,2119 untuk ikan betina dan 2,5536 untuk ikan jantan pada perairan umum sekitar FPK UNRI. Dimana nilai b yang didapat dari masing-masing ikan lebih kecil dari 3 atau disebut allometrik negatif yang berarti pertambahan panjang lebih cepat dibanding pertambahan berat. Sedangkan nilai b dari persamaan panjang berat di perairan Hulu Sungai Sibam untuk ikan betina yaitu 3,277 dan ikan jantan 2,1191. Artinya nilai b yang didapatkan untuk ikan betina lebih besar dari 3 atau disebut juga allometrik positif yang berarti pertambahan berat lebih cepat dari dibanding pertambahan panjang. Pada ikan jantan nilai b lebih kecil dari 3 atau disebut allometrik negatif dimana petambahan panjang lebih cepat dibanding pertambahan berat.

Muchlisin et al. (2010) menyatakan bahwa besar kecilnya nilai b dipengaruhi oleh perilaku ikan, misalnya ikan yang berenang aktif menunjukkan nilai b yang lebih rendah bila dibandingkan dengan ikan yang berenang pasif. Hal ini terkait dengan alokasi energi yang dikeluarkan untuk pergerakan dan pertumbuhan.

Betina y = 0.0003x2.2119

R² = 0.8483 r=0.92

Jantan y = 8E-05x2.5536

R² = 0.8515 r=0.92

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 20 40 60 80

Berat(gr)

Panjang Total(mm)

Berat/PT

Berat(gr)mcB Berat(gr)mcJ Power (Berat(gr)mcB) Power (Berat(gr)mcJ)

Betina y = 6E-06x3.277

R² = 0.9644 r=0.98 Jantan y = 0.0004x2.1191

R² = 0.4756 r=0.69

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 20 40 60

Berat(gr)

Panjang Total(mm)

Berat/PT

Berat(gr)sbmB Berat(gr)sbmJ Power (Berat(gr)sbmB) Power (Berat(gr)sbmJ)

(9)

e-ISSN: 2722-6026

Bila dikaitkan dengan makanan, kondisi habitat ikan sumatra di perairan umum sekitar FPK UNRI memiliki ketersediaan makanan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai b lebih kecil dari 3, yaitu karena kualitas perairan yang mendukung dan alami. Sementara pada perairan Hulu Sungai Sibam nilai b cenderung berbeda antara ikan jantan dan betina, nilai b pada ikan betina lebih besar dari 3 yang berarti pergerakan ikan aktif unuk mencari makan dan nilai b pada ikan jantan lebih kecil dari 3 atau perenang pasif. Hal ini terjadi karena ketersediaan makanan yang tidak stabil di perairan tersebut.

Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas air pada penelitian ini dilakukan di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam. Parameter yang diamati yaitu parameter fisika (suhu, kecerahan dan kedalaman) dan parameter kimia (pH, oksigen terlarut dan karbondioksida bebas). Data kualitas air di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau dan Hulu Sungai Sibam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Satuan Lokasi

Baku Mutu Perairan umum Sekitar FPK UNRI Hulu Sungai Sibam

Fisika

Suhu ºC 27-28 28-29 Deviasi 3

Kecerahan cm 50-65 17,5-27,5 -

Kedalaman cm 55-80 120-153 -

Kimia

pH - 6 5 6-9

O2 Terlarut mg/L 4,6-4,8 3,4-3,8 4

CO2 Bebas mg/L 12,22-12,50 15,18-17,29 -

Berdasarkan Tabel 5, suhu yang diperoleh dari kedua lokasi penelitian masih dapat mendukung pertumbuhan ikan sumatra, hal ini sesuai dengan pendapat Amalia (2016) yang menyatakan bahwa kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan sumatra adalah 26-27ºC.

Hasil pengukuran kecerahan yang diperoleh di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau cukup tinggi dan di Hulu Sungai Sibam rendah. Hal ini dikarenakan warna air di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau jernih, sehingga tidak ada yang menghambat intensitas cahaya matahari masuk ke dalam perairan. Sedangkan di Hulu Sungai Sibam warna airnya coklat, sehingga intensitas cahaya matahari terhambat masuk ke dalam perairan. Boyd dalam Putriani (2013) menyatakan bahwa kecerahan suatu perairan yang sangat baik untuk produktivftas perairan dan mendukung kelangsungan hidup ikan dan organisme akuatik lainnya adalah >60 cm. Dapat dikatakan bahwa kecerahan di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau mendukung untuk kelangsungan hidup ikan sumatra dibandingkan dengan di Hulu Sungai Sibam.

Berdasarkan hasil pengukuran bahwa kedalaman yang diperoleh dari kedua lokasi penelitian cukup sesuai dengan batas optimum kedalaman untuk habitat ikan sumatra.

Pescod dalam Sitorus (2009) menyatakan bahwa perairan yang baik untuk organisme berkisar 74-125 cm, hal ini disebabkan daya tembus sinar matahari masih dapat tembus pada kedalaman tersebut, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH di perairan umum sekitar FPK Universitas Riau lebih mendukung untuk kehidupan ikan sumatra dibandingkan dengan di Hulu Sungai Sibam. Hal ini sesuai dengan pendapat Amalia (2016) yang menyatakan

(10)

e-ISSN: 2722-6026 bahwa kisaran pH optimal ikan sumatra untuk dapat hidup dengan baik yaitu 6,6-6,9.

Hasil pengukuran oksigen terlarut yang diperoleh selama penelitian masih dapat mendukung kehidupan ikan sumatra. Hal ini sesuai dengan pendapat Wardana dalam Sitorus (2009) yang menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut minimum untuk mendukung kehidupan organisme perairan secara normal adalah 2 mg/L.

Hasil pengukuran CO2 bebas menunjukkan bahwa kedua perairan tersebut masih mendukung bagi kehidupan ikan sumatra. Hal ini sesuai dengan pendapat Fajri dan Agustina (2014) yang menyatakan bahwa kandungan karbodioksida bebas sebesar 10 mg/L atau lebih masih dapat ditolerir oleh ikan bila kandungan oksigen perairan juga cukup tinggi. kebanyakan spesies dari biota akuatik masih dapat hidup pada perairan yang memiliki kandungan CO2 bebas sebesar 60 mg/L.

4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Jumlah ikan sumatra yang tertangkap selama penelitian adalah 62 ekor, 37 ekor dari perairan umum sekitar FPK UNRI dan 25 ekor dari perairan Hulu Sungai Sibam.

Hampir semua karakter morfometrik yang diukur pada ikan jantan maupun betina dari kedua perairan memiliki hubungan yang erat terhadap panjang total (r=0,99). Tidak terdapat perbedaan morfologi yang signifikan pada ikan dari kedua perairan, kecuali pada kecerahan warna tubuh. Warna tubuh ikan sumatra di perairan umum sekitar FPK UNRI lebih cerah dibandingkan perairan Hulu Sungai Sibam. Meristik ikan sumatra dari kedua perairan tidak berbeda, yaitu memiliki sirip lengkap dengan rumus D. I, 6-9 P.8-13 V.6- 8 A.I, 4-6. Ikan sumatra yang berada di perairan umum sekitar FPK UNRI lebih besar dan panjang dari pada yang ikan sumatra yang terdapat di perairan Hulu Sungai Sibam.

Hubungan pola pertumbuhan panjang dan berat ikan sumatra dari kedua perairan juga berbeda, dimana hubungan pola pertumbuhan ikan di perairan umum sekitar FPK UNRI adalah b=2,2119 untuk ikan betina dan b=2,5536 untuk ikan jantan (allometrik negatif).

Sedangkan dari Hulu Sungai Sibam adalah b=3,277 (betina, allometrik positif) dan b=2,1191 (jantan, allometrik negatif). Kualitas air di lokasi penelitian masih mendukung untuk kehidupan ikan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang dosmetikasi ikan sumatra (P.

hexazona) untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal guna sebagai data komersil.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D. S. Safei, M. F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Ikhtiologi : Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Amalia, F. I. 2016. Pemijahan Ikan Sumatraa dengan Menggunakan Sistem Induksi.

Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor. (Tidak Diterbitkan).

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan, Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.

(11)

e-ISSN: 2722-6026

Fahmi, M. R., R. Ginanjar, R. V. Kusumah. 2015. Keragaman ikan hias di lahan gambut Cagar Biosfer Bukit-Batu, Propinsi Riau. Jurnal Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Depok, Jawa Barat.

Fahmi, M. R., S. Z. Musthofa, A. Permana, M. Zamroni, dan R. Ginanjar. 2016.

Perkembangan Larva dan Ekologi ikan “Six-Banded Tiger Barb” (Desmopuntius hexazona Weber dan de Beaufort, 1912) di Cagar Biosphere Bukit Batu Riau, Jurnal Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, 8(2):65-76.

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. PT Macanan jaya cemerlang. Jakarta.

Hutauruk, L. C. C. 2015. Diversity of Fish Species in the Sibam River Pekanbaru Riau.

Jurnal Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

Kottelat, M., A. J. Whitten, S.N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Freswater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi-Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Editions.

Mayr, E. 1977. Population, Species, and Evolution an Abridgment of Animal Spescies and Evolution. The Belknap Press of Harvard University Press Cambridge, Massachusetts and London. England.

Muchlisin, Z. A. 2010. Diversity of Freshwater Fishes in Aceh Province, Indonesia with Emphasis on Several Biological Aspects of the Depik (Rasbora tawarensis) an Endemic Species in Lake Laut Tawar. Disertasi Ph.D Universiti Sains Malaysia, Penang.

Puspita, N. 2012. Penambahan Tepung Kepala Udang dalam Pakan Terhadap Pigmentasi Ikan Koi (Cyprinus carpio) Jenis Kohaku. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, 1: 31-38.

Putra, R. M., C. P. Pulungan, Windarti, D. Efizon. 2014. Diktat Kuliah Biologi Perikanan.

Pekanbaru.

Putriani, R. B. 2013. Studi Komperatif Aspek Biologi Reproduksi Ikan Sepat Mutiara (Trichogaster leeri) dari Rawa Banjiran Sungai Tapung dan Waduk FAPERIKA Universitas Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

(Tidak Diterbitkan).

Raharjo, M. F., D. S. Sjafei, Affandi, R. Sulistiono. 2011. Ikhtiologi. Lubuk Agung, Bandung.

Sidiq, H. A., Usman, T. E. Y. Sari. (2015). Pengaruh Parameter Lingkungan Terhadap Hasil Tangkapan Gill Net di Korong Manggopoh Dalam Nagari Ulakan Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Universitas Riau. Pekanbaru.

Sitorus, M. 2009. Hubungan Nilai Produktivitas Primer dengan Konsentrasi Klorofil a dengan Faktor Fisika Kimia di Perairan Danau Toba, Balige. Sumatera Utara.

Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Syafriadriman, 2006. Teknik Pengelolaan Data Stastistik. MM Press. Pekanbaru. 278 Hal.

Referensi

Dokumen terkait

Status kondisi perairan di sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palabuhan Ratu bagi kehidupan ikan sidat adalah sebagai berikut: Sungai Cimaja bagian hulu dan hilir memiliki

Sungai Bingei memiliki beberapa jenis ikan yang khas antara lain ikan jurung ( Tor tambroides ), ikan lemeduk ( Puntius javanicus ) dan ikan baung ( Mystus nemurus CV), jenis

Analisis Komponen Utama parameter kualitas air perairan bagian hulu Sungai Cileungsi menunjukkan bahwa parameter yang paling berperan pada setiap stasiun berbeda-beda,

Status kondisi perairan di sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palabuhan Ratu bagi kehidupan ikan sidat adalah sebagai berikut: Sungai Cimaja bagian hulu dan hilir memiliki

Dari penelitian yang telah dilakukan di perairan sungai Sangkir Anak Sungai Rokan Kiri ditemukan jumlah total jenis-jenis ikan yang tertangkap selama penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan di perairan sungai Sangkir Anak Sungai Rokan Kiri ditemukan jumlah total jenis-jenis ikan yang tertangkap selama penelitian

Hasil penelitian diperoleb babwa komposisi basil tangkapan trawl berdasarkan kelompok komoditas di perairan barat Sumatra, babwa kelompok ikan demersal merupakan

Sejauh ini data mengenai pengukuran morfometrik dan meristik jenis-jenis ikan dikawasan muara sungai sugihan sumatera selatan masih sangat kurang dan belum terdokumentasi