• Tidak ada hasil yang ditemukan

motif anak putus sekolah pada keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "motif anak putus sekolah pada keluarga"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIF ANAK PUTUS SEKOLAH PADA KELUARGA MENENGAH KE ATAS DI NAGARI TEBING-TINGGI (Studi Kasus : Anak dari Keluarga Menengah ke atas di Nagari

Tebing Tinggi Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya)

ARTIKEL

DODY GULYANDA PUTRA NPM. 10070234

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

"Motif School Children In middle Family to top Dropout in Nagari Tebing- Tinggi,(Case Study: Children from middle class families up in Nagari Tebing-Tinggi,

Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya)"

Dody Gulyanda Putra *Dian Kurnia Anggreta, M.Si **Yanti Sri Wahyuni, M.Pd**

Pogram Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Children drop out of school in the middle to upper family and the family has more assets in the family to make ends meet. At the family has a vast rubber plantation on average 3 or 4 hectares family. Besides lifestyle more luxurious dropouts. The purpose of research is to describe the motives of school children in the family of upper middle-High in Nagari Tebing-Tinggi.

Theory to analyze the data in this research is the theory of social action of Alfret Schurtz. This study uses a descriptive approach to the research. In this study, the determination of the informants was done by using purposive sampling, while the informants in this study the number of informants 20 informants. The data used in this research are secondary and primary data.

The unit of analysis is the individual with the data analysis by Miles and hubarman analysis model, which consists of four stages, namely 1) The collection of data, 2) reduction of data, 3) Presentation of data, 4) Withdrawal conclusion. Based on the research that has been done about the motives of children and families upper middle school dropout in Nagari Tebing-Tinggi can be concluded that: 1) because of motive: a) Dissadvantage interest in school, b) lazy school, c) The lack of attention from parents , 2) In order motive: a) The notion of school is not the only way to get a job, b) Difficulty get a job.

Keyword : Motif School Children In Family Secondary to top Dropout in Nagari Tebing-Tinggi, (Case Study: Children from middle class families up in Nagari Tebing- Tinggi.

(4)

PENDAHULUAN

Pendidikan salaha satu sektor yang terpenting untuk meningkatkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas serta memiliki pengetahuan yang berlandaskan tujuan pendidikan. Jika kita lihat pada Undang-Undang Pendidikan pada No.20 Tahun 2003 bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif, mengembangkan potensi peserta didik yang memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, akhlak yang mulia, berkepribadian cerdas serta memiliki kecerdasan serta emosional (Permendiknas, 2003: 3)

Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system pemerintah nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa yang merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia (Permendiknas, 2003:

48).

Salah satu factor yang sangat penting dalam mencapai pendidikan lebih tinggi adalah keluarga, dimana keluarga merupakan sumber dana bagi anak untuk mendapatkan pendidikan itu sendiri. Namun tidak semua keluarga yang dapat memberikan pendidikan tinggi bagi anak-anaknya. Hanya keluarga yang berasal dari keluarga golongan menengah keatas atau pada keluarga kaya serta mempunyai aset untuk masa akan dating untuk bisa menyekolahkan anak-anaknya. Jika kita cermati secara seksama bahwa, anak-anak dari keluarga menengah kebawah untuk mencicipi pendidikan yang lebih tinggi termasuk minim, karena ketiadaan dana dari keluarganya, padahal mereka berprestasi dalam bidang pendidikan.

Bahkan pengangguran dan kemiskinan, antara lain dengan pembekalan peserta didik dengan mata pelajaran keterampilan, kesenian, dan olahraga (Gunawan,2000: 69). Pada jenjang pendidikan SMA dan SMP berjumlah 53 orang yang putus sekolah dan tidak mau menikmati dunia pendidikan yang lebih tinggi. Ditemukan anak putus sekolah pada keluarga menengah keatas dan keluarga teresebut mempunyai aset yang lebih didalam keluarganya untuk memenuhi kehidupan hidup. Pada keluarga tersebut mempunyai 3 atau 4 hektar perkepala keluarga. Mempunyai tambang emas sendiri dan memakai tanah sendiri untuk mencari emas, memiliki sawah 2 atau3 hektar milik sendiri, an sebagainya. Selain itu anak tersebut difasilitasi dengan dibelikan motor, mobil dengan jumlah anak yang difasilitasi motor 8 orang dan mobil 2 orang.

Hal ini yang melatar belakangi peneliti untuk melihat motif anak dari keluarga menengah keatas yang putus sekolah.

TEORI PENELITIAN

Menurut Schurtz tindakan objektif para aktor tidak muncul begitu saja, tetapi dia akan melalui suatu proses panjang untuk dievaluasi dengan mempertimbangkan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan norma etika agama atas dasar tingkat kemampuan pemahaman sendiri sebelum tindakan itu dilakukan (Wirawan, 2012:134).

Alfret Schurtz mengemukakan bahwa tindakan manusia didasarkan kepada situasi sosial, dimana individu berada didalamnya. Schurtz sangat menekankan adanya interpretasi makna yang akan menimbulkan motivasi dalam pergaulan sosial.

Menurutnya tindakan manusia menjadi hubungan sosial bila manusia memberi makna atau arti pada tindakannya itu sebagai sesuatu yang mempunyai arti. Untuk itu Schurtz membagi motif-motif yang mempengaruhi tindakan manusia ke dalam dua bagian yakni: Because motive, yaitu motif yang timbul akibat pengalaman masa lalu individu sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini pengalaman masa lalu dijadikan oleh individu sebagai sesuatu yang mendorong individu untuk bertindak. In Order motive, yaitu motif yang timbul karena melihat adanya nilai-nilai tertentu terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan (Wirawan, 2013: 136).

Schurtz menyarankan, agar dalam menerapkan pendekatan fenomenologis, peneliti hendaknya tidak memiliki kepentingan apapun.

Untuk mendapatkan hasil yang meyakinkan, pengamat akan berperan sebagai partisipan dalam dunia sosial. Sikap netralitas ini tercermin dari kemampuan peneliti dalam melakukan refleksi posisi, situasi, dan pengalamannya dalam dunia sosial. Bahwa seorang peneliti untuk tidak bias pengalaman. Fenomenologi hadir untuk memahami makna subjektif manusia yang diatributkan pada tindakan-tindakanya dan sebab-sebab objektif serta konsekuensi dari tindakanya itu (Wirawan, 2013:

142).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan dekriptif berupa kata- kata baik berupa tertulis maupun tidak tertulis yang dapat diamati dan diarahkan pada latar belakang secara individu dan holistik. Pendekatan penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang bersifat mendalam secara kompleks. Tujuannya, agar penulis dapat memahami sejauh mana motif anak dari keluarga menengah ke atas putus sekolah (Moleong, 2010: 6).

Pengumpulan data penulis mengarahkan pada tujuan penelitian yang berhubungan berbagai

(5)

aspek kehidupan pada anak yang putus sekolah dikalangan keluarga menengah ke atas. Fenomena yang terjadi merupakan motif anak terhadap dunia pendidikan. Maka pendekatan kualitatif bisa menjawab secara mendalam atas peristiwa yang terjadi pada anak keluarga menengah ke atas. Untuk mendapatkan informan penelitian, ada dua cara menentukan informan penelitian dalam kualitatif adalah yang pertama mekanisme disengaja disebut juga dengan purposive yaitu sebelum melalukan penelitian para peneliti menetapkan kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh orang yang akan dijadikan sumber informasi, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan peneliti telah mengetahui orang-orang yang akan dijadikan informan. Kedua mekanisme gelinding bola salju disebut juga dengan snowballing yaitu informan-informan penelitian di peroleh dilapangan berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, bukan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Afrizal, 2014: 140-141).

Para informan diperoleh ketika penulis berada dilapangan tanpa kriteria informan yang jelas yang telah ditetapkan sebelum turun ke lapangan. Makin lama seseorang melakukan penelitian semakin banyak pula orang yang berhasil diwawancarai.

Maka penulis menggunakan pemilihan informan melalui teknik purposive, Purposive merupakan pengambilan dengan sengaja, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Informan dijadikan sebagai sumber informasi yang mengetahui permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap dan sampel yang selektif. Teknik ini digunakan karena penulis memiliki kriteria informan yang akan diwawancarai.

Adapun kriteria informan pada penelitian ini adalah:

a. Anak yang putus sekolah mulai dari umur 11 tahun sampai 19 tahun, sudah menganggur selama 2 tahun sebanyak 10 orang di Kenagarian Tebing-Tinggi.

b. Orang tua dari masing-masing anak yang berpenghasilan menengah ke atas di Jorong Koto, Jorong Ranah Lintas, Jorong Batang Tabek, Jorong Padang Sari dan Jorong Sido Mulyo Kenagarian Tebing-Tinggi, Sebanyak 10 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Putus sekolah secara umum dapat diartikan sebagai orang/anak ataupun yang keluar dalam suatu sistem pendidikan sebelum mereka menamatkan pendidikan sesuai dengan jenjang waktu sistem persekolahan yang diikuti. Dengan demikian putus sekolah dapat pula diartikan tidak tamat/gagal dalam belajar ketingkat lanjut.

Nagari Tebing-Tinggi kebanyakan masyarakatnya bekerja mengolah lahan perkebunan, adanya perkebunan karet, setiap harinya masyarakat mengambil karet tersebut dilahan miliknya masing- masing, selain itu juga ada beberapa masyarakat

berkebun kelapa sawit miliknya sendiri dan ada juga sebahagian mencari orang lain untuk mengolah lahan kelapa sawitnya tersebut, dari situlah terdapat beberapa anak yang putus sekolah di Nagari Tebing- Tinggi bekerja membantu orang tuanya mengelola lahan perkebunan tersebut.

Adapun motif anak di kalangan menengah ke atas yang putus sekolah berdasarkan Because Motif adalah adanya pengaruh dari lingkungan masyarakat. Ke dua In Order Motif, yaitu motif yang timbul karena melihat adanya nilai-nilai tertentu terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan seperti motif dari lingkungan kelurga, motif dari lingkungan sekolah dan motif dari tidak adanya kemauan dari anak tersebut. Motif- motif inilah yang melatar belakangi anak- anak di Nagari Tebing- Tinggi di kalangan menengah ke atas putus sekolah.

5.1 Profil Informan

Profil informan adalah gambaran identitas informan yaitu anak yang putus sekolah mulai dari umur 11 tahun sampai 19 tahun, sudah menganggur selama 2 tahun sebanyak 10 orang di kenagarian tebing-tinggi. Orang tua dari masing-masing anak yang berpenghasilan menengah ke atas di jorong koto, jorong ranah lintas, jorong batang tabek, jorong padang sari dan jorong sido mulyo kenagarian tebing-tinggi, sebanyak 10 orang, dimana informan tersebut telah sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya sehingga data yang diperoleh menjadi lebih akurat dan terpecaya.

Tabel 5.1. Data Informan

No Anak

Putus Sekolah

Jenjang Pendidikan Putus Sekolah

Orang Tua

1. Candra SMA Sari

2. Dani SMA Mawardi

3. Prengki SMP Jasril

4. Verdi SMP Erna

5. Robi SMA Mardianis

6. Af SMP Ibrahim

7. Debi SMP Sulaiman

8. Diki SMP Jhon

9. Tega SD Asnita

10. Roki SMP M.Jamil

Sumber: data primer penelitian, 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa anak yang putus sekolah pada jenjang pendidikan SD berjumlah 1 orang di kelas V. Pada tingkatSMP anak putus sekolah berjumlah 6 orang mereka putus sekolah pada kelas VII, dan ada juga yang putus sekolah kelas VIII, pada jenjang pendidikan SMA anak putus sekolah berjumlah 3 orang mereka berhenti kebanyakan di kelas X. Jika dilihat pada tabel 5.1 diatas dapat kita simpulkan bahwa anak yang putus sekolah dominan pada tingkat SMP yaitu sebanyak 6 orang.

(6)

5.2 Kondisi Ekonomi Keluarga Anak-Anak Putus Sekolah

Orang tua mempunyai peran terhadap keberhasilan perkembangan anak, peran orang tua tidak hanya pada pemberian meteri tetapi juga memberikan perhatian dan kasih sayang, dan tugas tersebut adalah tanggung jawab kedua orang tua, di Nagari Tebing-Tinggi terdapat orang tua yang dari segi ekonomi mampu memberikan pendidikan yang layak karena orang tua berpenghasilan 3 juta sampai 8 juta perbulan termasuk keluarga yang mampu dalam memberikan pendidikan yang layak. Di Nagari Tebing-Tinggi terdapat anak yang putus sekolah.

Faktor penyebab yang dikerenakan oleh kondisi ekonomi di kelurga anak yang putus sekolah tersebut. Dalam keluarga menengah ke atas cenderung timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pembiayaan hidup anak, sehingga anak sering dilibatkan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sehingga merasa terbebani dengan masalah ekonomi ini sehingga mengganggu kegiatan belajar dan kesulitan mengikuti pelajaran dan merasa malas. Beda lainnya di Nagari Tebing-Tinggi banyak anak-anak dikalangan keluarga menengah ke atas mengalami putus sekolah, hal ini disebabkan karena adanya pengalaman masa lalu dan adanya tindakan anak tersebut pada masa depannya.

5.3 Gambaran Umum Aktifitas Anak Setelah Putus Sekolah

Nagari Tebing-Tinggi kebanyakan masyarakatnya bekerja mengolah lahan perkebunan, adanya perkebunan karet, setiap harinya masyarakat mengambil karet tersebut dilahan miliknya masing- masing, selain itu juga ada beberapa masyarakat berkebun kelapa sawit miliknya sendiri dan ada juga sebahagian mencari orang lain untuk mengolah lahan kelapa sawitnya tersebut, dari situlah terdapat beberapa anak yang putus sekolah di Nagari Tebing- Tinggi bekerja membantu orang tuanya mengelola lahan perkebunan tersebut, mereka memulai aktifitas untuk bekerja mrngolah lahan tersebut dari jam 07.00 pagi sampai sore, sehingga karet yang didapatkan dikumpulkan terlebih dahullu setiap minggunya, seterusnya mereka baru mendapatkan hasil dari bekerja kerasnya untuk kebutuhan hidup yang mewah

5.4 Motif Anak Putus Sekolah dari Keluarga Menengah keatas di Nagari Tebing Tinggi.

Adapun motif anak di kalangan menengah ke atas yang putus sekolah berdasarkan Because Motif adalah adanya pengaruh dari lingkungan masyarakat. Ke dua In Order Motif, yaitu motif yang

timbul karena melihat adanya nilai-nilai tertentu terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan seperti motif dari lingkungan kelurga, motif dari lingkungan sekolah dan motif dari tidak adanya kemauan dari anak tersebut. Motif- motif inilah yang melatar belakangi anak- anak di Nagari Tebing- Tinggi di kalangan menengah ke atas putus sekolah.

5.4.1 Because of motive

Because motive, yaitu motif yang timbul akibat pengalaman masa lalu individu seperti sering bolos, kurangnya minat untuk sekolah dan tidak adanya perhatian dari orang tua, serta hal yang mereka lakukan tidak ketauan oleh orang tuanya.

Dalam hal ini pengalaman masa lalu dijadikan oleh individu tersebut sebagai sesuatu yang mendorong indivindu untuk bertindak dan melakukannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini:

5.4.1.1 Kurang Minat Sekolah

Anak usia wajib belajar semestinya mengebu-gebu ingin menuntut ilmu pengetahuan, namun sudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik maka keinginan besekolah seorang anak secara tidak langsung sedikit demi sedikit berkurang, ditambah lagi kurangnya perhatian orang tua akan membuat tidak memperdulikan sekolah lagi serta karena ikut-ikutan dengan teman sebaya seperti cabut di jam pelajaran yang disebabkan karena malas belajar.

Begitu juga di Nagari Tebing-Tinggi anak- anak yang putus sekolah di keluarga menengah ke atas, motifnya karena kurangnya minat untuk sekolah, apalagi fasilitas yang diberikan orang tua sangat berlebihan seperi Motor, Mobil, karena diberikan fasilitas mobil, motor tadi anak dari kalangan keluarga menengah ke atas menghabiskan waktunya untuk menikmati fasilitas seperti balap- balapan mereka merasa tidak gaul. Apabila anak tersebut telah memiliki segala kemewahan akibatnya mereka sering keluyuran tanpa arah dengan apa apa yang dimilikinya. Hal inilah yang membuat mereka untuk malas sekolah.

5.4.1.2 Bolos Sekolah

Bolos sekolah merupakan keadaan dimana siswa tidak datang kesekolah untuk mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya pada jam yang ditetapkan. Faktor penyebab siswa bolos sekolah segala yang menjadi alasan yang ada kaitannya dengan kegiatan belajar sehingga siswa tidak hadir disekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah. Faktor lainnya terlihat pada prilaku dan kebiasaan siswa yang memang tidak suka belajar. karena kebiasaan tersebut yang membuat siswa diberhentikan yang dikarenakan bolos sekolah dan jarang masuk.

5.4.1.3Tidak Adanya Perhatian Orang Tua Merupakan lembaga pendidikan yang utama dan utama berlangsung secara wajar dan informal serta melalui media permainan. Keadaan

(7)

keluarga berlainan satu sama lain, ada keluarga yang meneangah ke atas, ada keluarga menengah ke bawah, ada keluarga besar (banyak anggota keluarganya) dan ada pula keluarga yang kecil.

Dalam keluarga yang bermacam macam seperti inilah yang membawa pengaruh terhadap pendidikan dan minat untuk bersekolah, apabila kurangnya perhatian dari orang tua cendrung akan menimbulkan berbagai masalah, makin tumbuh besarnya anak, maka perhatian orang tua semakin diperlukan juga dengan cara dan variasi dan sesuai kemampuan. Putusnya anak untuk bersekolah salah satu motif penyebabnya adalah kurangnya perhatian dari orang tua.

Begitu juga di Nagari Tebing-Tinggi terdapat banyak anak yang putus sekolah dari kalangan keluarga menengah ke atas disebabkan oleh kurangnya perhatian dari orang tua karena itu menyebabkan mereka untuk berhenti sekolah yang disebabkan tidak adanya perhatian orang tua kepada anak tersebut.

5.4.2 In Order motive

In Order motive, yaitu motif yang timbul karena melihat adanya nilai-nilai tertentu terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan Motif dari luar individu adalah karena adanya yang mempengaruhi anak putus sekolah dari luar seperti sekolah bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan pekerjaan, sulit untuk mengakses pekerjaan pada sektor formal, hal itulah yang membuat anak berhenti sekolah disebabkan anak telah senang dalam kehidupan yang mereka jalani saat anak tersebut diberi kebebasan dalam hidupnya, untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada uraian berikut ini:

5.4.2.1. Sekolah Bukan Satu-Satunya Jalan Untuk Mendapatkan Pekerjaan

Di Nagari Tebing-Tinggi pada keluarga menengah pada anak-anak mereka yang putus sekolah yang hanya sampai duduk di SMP dan SMA saja, padahal keluarga mereka termasuk keluarga yang berpenghasilan menengah keatas, orang tua bahkan mampu untuk membiayai anak nya sampai keperguruan tinggi tetapi tidak adanya minat buat mereka untuk bersekolah, mereka berfikir sekolah bukan jalan satu-satunya jalan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi mereka, anak-anak yang putus sekolah tersebut bisa mendapatkan pekerjaan yang mudah mendapatkan uang, dengan mengolah lahan perkebunan milik orang tua mereka sendiri, untuk bekerja mengolah lahan ini tidak membutuhkan sekolah tinggi agar bisa sukses, tetapi dengan mengolah lahan miliknya mereka bisa sukses dan bisa mudah mendapatkan pendapatan yang tinggi.

5.4.2.2 Sulit Untuk Mengakses Pekerjaan Pada Sektor Formal

Ketika seorang anak masuk dunia formal yaitu lingkungan sekolah mereka harus bisa membawa beban emosional yang berpotensi menghalanginya anak tidak melanjutkan pada dunia pendidikan lagi. Padahal pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap orang bahkan orang akan berlomba-lomba untuk mencari pendidikan setinggi- tingginya guna bisa mendapatkan pekerjaan yang layak yang sesuai dengan keahlian yang didapatkan pada saat menuntut ilmu. Biarpun sudah bersekolah setinggi-tingginya masih sulit untuk mengakses pekerjaan pada sektor formal oleh karena itu pendidikan formal ini sangat dibutukan oleh setiap orang beda lainnya dengan anak-anak di Nagari Tebing-Tinggi pada kalangan keluarga menengah keatas bahwa sekolah setinggi-tingginya tidak juga akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan dan menjadi orang yang berguna.

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa motif anak putus sekolah pada keluarga menengah ke atas di Nagari Tebing-Tinggi adalah

1. Motif dari diri individu yaitu: a).Kurangnya minat bersekolah, b).Bolos sekolah, c) Tidak adanya perhatian dari orang tua.

2. Motif dari luar individu yaitu: a) Sekolah bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan pekerjaan, b) Sulit mengakses pekerjaan pada sektor formal walaupun pendidikan tidak juga membuat orang berguna, karena banyak yang menganggur.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan sarannya, yaitu:

1. Bagi anak yang putus sekolah sangat disayangkan pada zaman sekarang tidak bersekolah, apalagi orang tuanya mampu menyekolahka sampai sarjana atau lebih dari pada itu.

2. Bagi orang tua anak yang putus sekolah lebih mengontrol pergaulan anaknya dan tidak berlebihan memberikan fasilitas yang membuat anak tersebut lebih memilih kesibukan mereka dari pada bersekolah.

(8)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Zen, Zelhendri, Syafril dkk. 2012. Pengntar Pendidikan. Padang: Suka Bina Press.

Permendiknas. 2003.

Gunawan, Ary. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana.

Moleong, J Lexy. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Remaja Rosda Karya. Bandung.

Afrizal. 2008. Pengantar Metode Penelitian kualitatif dari Pengertian Sampai Penulisan laporan. Padang: Laboratorium Sosiologi FISIP UNAND.

Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara

(9)

Referensi

Dokumen terkait

The Correlation Coefficient (R) has a function to observe the closeness between two variables and can be obtained the correlation value (R) = R2 = 0.718057 which is 0.847382 so

A B S T R A K Jumlah produsen krupuk dalam skala produksi yang besar baik di dalam maupun diluar negeri semakin tahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan akan