• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF MOON JAE IN DALAM MEREKONSILIASI HUBUNGAN KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA MELALUI KOREAN PENINSULA PEACE INITIATIVE

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MOTIF MOON JAE IN DALAM MEREKONSILIASI HUBUNGAN KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA MELALUI KOREAN PENINSULA PEACE INITIATIVE"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

75

MOTIF MOON JAE IN DALAM MEREKONSILIASI HUBUNGAN KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA MELALUI KOREAN PENINSULA

PEACE INITIATIVE

Putri Isnaeni Monday 1*, Hamdan Nafiatur Rosyida 2

*Korespondensi: [email protected]

1,2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to discover the motives of Moon Jae In (2017-2022) in issuing the Korean Peninsula Peace Initiative (KPPI) towards North Korea. Contrary from the previous regime, KPPI emphasized the peace aspect in reconciling relations between the two countries. This research is conducted by descriptive qualitative method, then using the document study method in obtaining secondary data as a data reference. The results indicate that significant progress of process of reconciliation between the two countries through the KPPI, which is influenced by the success of previous regime of President Roh Moo-Hyun (2003-2008), as well as the ideology of democratic political parties that prioritize pacifism. In addition, South Korea's limited military capacity against North Korea, as well as the influence of Chinese and American powers helped build mutual trust that became the basis for reconciliation between North Korea and South Korea.

Keywords: Moon Jae In, North Korea, Policy, Reconciliation, South Korea

PENDAHULUAN

Terpilihnya Moon Jae In melalui pemilihan umum pada tahun 2017 membawa perubahan terkait hubungan Korea Selatan dan Korea Utara. Pada bulan Juli 2017, Moon Jae In mengeluarkan Korean Peninsula Peace Initiative (KPPI) melalui pidatonya dalam acara Korber Foundation di Berlin, Jerman(John, 2017). Kebijakan Ini bertujuan untuk menyelesaikan konflik panjang dan struktur paska perang dingin dan membentuk perdamian di Semenanjung Korea pasca Perang Korea pada 1953. Pemerintahan Moon Jae berupaya membawa hubungan kedua negara dapat berkoeksistensi dengan damai, serta mencapai kesejahteraan bersama tanpa adanya penyatuan antar kedua negara, bukan mengarah pada reunifikasi melalui absorpsi atau kejatuhan rezim Korea Utara.Hal ini dikarenakan Moon Jae In telah menyadari apabila perdamian sudah terbangun, tidak menutup kemungkinan bahwa reunifikasi dapat terjadi di masa depan (Nadhiva et al., 2019).

Moon Jae In memprioritaskan konsep ‘hidup berdampingan secara damai’ dengan Korea Utara yang disusun dalam visi yang digagasnya, yaitu Peaceful Coexistence dan Co- Prosperity, yang selanjutnya diturunkan dalam kebijakannya yang dilaksanakan secara jangka panjang dan komprehensif (long-term and comprehensive policy). Kebijakan ini dipimpin oleh Korea Selatan (led by Korea)yang menempatkan Korea Selatan menjadi kunci terbentuknya integrasi di Semenanjung Korea, serta berupaya bekerjasama dengan negara-negara tetangga serta komunitas internasional untuk mewujudakan perdamaian dan kemakmuran (peace and prosperity) di kawasan Asia Timur, serta masyarakat internasional(Ministry of Foreign Affairs, 2022).

(2)

76

Upaya menciptakan perdamian di Semenanjung Korea tidak mudah terutama semakin masifnya aktivitas nuklir yang terus dilakukan Korea Utara. Sepanjang tahun 2016, Korea Utara telah melakukan lebih dari 20 kali percobaan rudal balistik, serta pada tahun 2017, Kim Jong Un mengumumkan Korea Utara akan melakukan uji coba rudal balistik antar benua atau Inter-Continental Ballistic Missile (ICBM) (Choe, 2017). Isu nuklir Korea Utara ini disampaikan oleh Moon Jae In melalui pidatonyadi acara Korber Foundation, bahwa aktivitas terkait uji coba nuklir merupakan tantangan dalam rekonsiliasi hubungan kedua negara, serta menjadi masalah utama yang perlu diselesaikan(Jung, 2017).

Berbeda dengan pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Park Geun Hye (2013- 2016) yang cenderung menerapkan denuklirisasi sebagai syarat dalam menjalin hubungan, Moon Jae Inberupaya merekonsiliasi hubungan dengan jalan damai melalui mengadakan kerjasama untuk menekan aktivitas nuklir Korea Utara. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi Moon Jae Inuntuk tetap melanjutkan rekonsiliasi secara damai dengan Korea Utara di tengah meningkatnya aktivitas nuklir.

TINJAUAN TEORITIS

Menurut William D. Coplin, untuk mengetahui alasan dari sikap suatu negara maka perlu mengetahui alasan para pemimpin negara membuat keputusan tersebut. Dalam kajian Hubungan Internasional, hal tersebut dapat dikaji menggunakan teori pengambilan keputusan atau Decision Making Process Theory. Coplin menjelaskan terdapay tiga konsiderasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan terkait kebijakan luar negeri(Coplin & Marbun, 2003), antara lain:

a. Politik Domestik, yaitu proses pengambilan keputusan yang bersumber dari perilaku manusia di dalam suatu negara, dapat berupa suatu sistem politik negara secara keseluruhan atau aktor-aktor politik yang mempengaruhi para pembuat kebijakan (policy influencers).Input-input yang dapat berupa dukungan maupun tuntutan membentuk kondisi dalam negeri atau politik dalam negeri yang mana akan memberi pengaruh terhadap keputusan suatu negara. Coplin menjelaskan faktor politik domestik merupakan sebuah proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor budaya serta identitas atau tingkah laku individu. Dengan demikian, faktor kebudayaan serta perilaku manusia dalam konteks ini adalah perilaku seluruh sistem politik dalam suatu negara atau bisa juga perilaku kepala negara itu sendiri. Kepala negara atau presiden memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap proses pengambilan keputusan karena kepala negara merupakan bagian dari politik domestik.

b. Kapabilitas Militer dan Ekonomi, serta Geopolitik suatu negara untuk menentukan kepentingan nasional. Para policy influencers perlu melihat batasan-batasan ekonomi dan militer yang dimiliki oleh negaranya sebelum menentukan kebijakan luar negeri. MenurutCoplin, kemampuan militer berkepentingan dalam mempertahankan kedaulatan negara, mampu menghadapi ancaman baik internal maupun eksternal, serta melindungi keamanan masyarakatnya.

c. Konteks Internasional, yaiu pengaruh dari kebijakan luar negeri negara lain di lingkup internasional. Dengan kata lain, pengaruh negara lain yang memiliki

(3)

77

kepentingan terhadap masalah tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan terkait kebijakan luar negeri suatu negara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatifyang bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan secara rinci terkait masalah yang akan diteliti.

Penelitian deskriptif berusaha menjawab pertanyaan ‘siapa, apa, dimana, kapan, atau berapa’, sehingga dapat memberikan gambaran tentang suatu fenomena di sebuah negara.

Sedangkan penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi seperti perilaku, motivasi, persepsi pada subjek yang diteliti (Moleong, 2007).Selanjutnya, studi dokumen digunakan penulis dalam mengumpulkan literatur yang relevan dengan topik yang dibahas. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua yang tersedia, yang terdiri dari buku, skripsi, jurnal nasional maupun internasional dan berita daring, serta situs laman resmi pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan pada masa pemerintahan Moon Jae In. Batasan waktu pada penelitian ini adalah tahun 2017- 2019 dimana Moon Jae In menggagas KPPI dan mendapat respon positif dari Korea Utara.

Sedangkan batasan materi berfokus pada motif Moon Jae In dalam menggagas kebijakan KPPI dalam bidang politik domestik, kapasitas militer internal, dan pengaruh internasional.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam tulisan ini, penulis akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi Moon Jae In dalam mengambil kebijakan terkait rekonsiliasi dengan Korea Utara berdasarkan tiga konsiderasi yang dijelaskan oleh William D. Coplin melalui teori pengambilan keputusan yaitu, politik domestik, kapabilitas militer, serta konteks internasional.

Politik Domestik

Terpilihnya Moon Jae In yang berasal dari Partai Demokrat Korea (Deobeuro Minjudang) memilik pengaruh signnifikan terhadap pengambilan keputusan Moon Jae In.

Partai Demokrat Korea didirikan oleh Kim Dae Jung pada tahun 1995 ini memegang teguh terhadap nilai-nilai persamaan, perdamaian, kebebasan,sehingga mengimplementasikan nilai terebut ketika melakukan perdamaian dengan Korea Utara(Lestari, 2021). Sesuai dengan agenda utama Partai Demokrat Korea yaitu mendukung dan membujuk Korea Utara untuk melakukan denuklirisasi san membangun perdamian di Semenanjung Korea, maka pendekatan lunak (soft way) terhadap Korea Utara digalakkan oleh Moon Jae In dengan cara mendukung reunifikasi serta menjalin hubungan melalui kerjasama (Rosykhiani, 2018).

Kunci kebijakan Moon Jae In terhadap Korea Utara adalah menciptakan perdamian dan kemakmuran yang berkelanjutan. Pemerintahan Moon tidak hanya berfokus terhadap denuklirisasi Semenanjung Korea namun melihat potensi Korea Utara sebagi mitra.

Pemerintahan Moon juga berupaya melibatkan masyarakat Korea dalam menjalankan kebijakannya. Moon Jae In tidak akan membawa hubungan kedua negara mengarah pada reunifikasi melalui absorpsi atau kejatuhan rezim Korea Utara melainkan merekonsiliasi hubungan kedua negara kearah perdamian. Rekonsiliasi dengan Korea Utara merupakan sebuah proses yang bertujuan menciptakan kondisi Korea Selatan dan Korea Utara dapat berkoeksistensi dengan damai, serta mencapai kesejahtraan bersama tanpa adanya

(4)

78

penyatuan antar kedua negara. Moon Jae In menyadari apabila perdamaian sudah terbangun, tidak menutup kemungkinan bahwa reunifikasi dapat terjadi di masa depan.

Dengan ini fokus dan tujuan utama pemerintah Moon Jae In adalah tercapainya perdamaian diantara kedua negara (Syafira, 2021).

Kebijakan yang digagas oleh Moon Jae In secara tidak langsung berorientasi pada kebijakan pemerintahan Kim Dae Jung serta Roh Moo Hyun.Secara historis, upaya normalisasi kedua negara mulai digalakan pada masa pemerintahan Kim Dae Jung tahun 1998-2003 melalui kebijakan Sunshine Policy. Sunshine Policy merupakan sebuah kebijakan diplomatik yang ditujukan pemerintah Korea Selatan terhadap Korea Utara dalam kaitannya dengan upaya reunifikasi Korea. Kebijakan ini mengutamakan pendekatan secara damai dengan menjalin kerjasama ekonomi dan kemanusiaan, serta mengedepankan rekonsiliasi yang akan berujung pada reunifikasi Korea. Kebijakan yang digagas oleh Kim Dae Jung ini berupaya untuk mengubah pandangan bahwa Korea Utara bukanlah musuh.

Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea melalui kerjasama serta rekonsiliasi antar Korea Selatan dan Korea Utara (Putri, 2015). Melalui kebijakan Sunshine Policy, hubungan antar kedua negara mencapai puncaknya dimana The Inter-Korean Summit diselenggarakan pada bulan Juni 2000. Konfrensi ini menjadi titik balik hubungan kedua negara setelah kedua negara mengalami konflik yang panjang.

Dalam konfrensi ini menghasilkan kesepakatan The June 15thJoint Declaration atau dikenal sebagai South-North Joint Declaration. Dalam konfrensi ini, Kim Dae Jung sebagai Presiden Korea Selatan dan Kim Jong Il sebagai Presiden Korea Utara bersepakat untuk memperbaiki hubungan kedua negara melalui berbagai ikatan kerjasama. Selain itu konfrensi ini menghasilkan penandatanganan bersama dan kesepakatan antar kedua pihak untuk mempromosikan rekonsiliasi, kerja sama, dan reunifikasi di semenanjung Korea (Hidayati, 2015).

Pada pemerintahan Presiden Roh Moo Hyun, kebijakan Sunshine Policy ini kembali digunakan namun terdapat perubahan nama menjadiPolicy of Peace and Prosperityyangbertujuan menyelasaikan permasalahan antara kedua negara melalui cara damai, serta membangun komunitas ekonomi antar Korea sehingga dapat menciptakan kemakmuran serta perdamaian di wilayah Timur Laut Asia (Sari, 2020). Meskipun kebijakan Sunshine Policy disambut positif, namun hubungan kedua negara kembali menurun pada masa pemerintahan Presiden Roh Moo Hyun (2003-2008). Timbulnya ancaman terkait krisis nuklir Asia Timur pasca ditemukannya program Highly Enriched Uranium (HEU) sebagai program pengembangan nuklir oleh utusan Amerika, James Kelly, dalam kunjungannya ke Pyongyang pada 2002, sehingga memicu terbentuknya Six-Party Talks pada tahun 2003(Manyin, Mark et al., 2021). The Six-Party Talksmerupakan perundingan multilateral yang beranggotakan enam negara, yaitu Rusia, Amerika, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Korea Utara yang dilakukan pada tahun 2003-2007.

Perundingan multilateral ini bertujuan untuk menyelesaikan krisis nuklir milik Korea Utara melalui jalur negoisasi. Namun perundingan ini tidak sepenuhnya mempengaruhi hubungan kedua negara, sehingga Presiden Roh Moo Hyun melakukan kunjungan ke Pyongyang pada tahun 2007 untuk membahas rekonsiliasi serta kerjasama ekonomi dengan Korea Utara (Bestari, 2017).

Keberhasilan Kim Dae Jung dan Roh Moo Hyun sebagai pioneer dalam merekonsiliasi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara menjadi faktor pendorong

(5)

79

kebijakan Moon Jae In terhadap Korea Utara. Moon Jae Inmelihat keberhasilan serta nilai- nilai perdamaian yang dipegang oleh Partai Demokrat Korea dalam menentukan kebijakan pemerintahannya terhadap Korea Utara. Dalam masa kampanye, Moon Jae In juga mengadopsi nilai-nilai tersebut dengan mengutarakan pendekatan yang lebih damai kepada Korea Utara pasca ketegangan atas program rudal balistik dan senjata nuklir (McCurry, 2017). Ia juga menyampaikan bahwa pada pemerintahan sebelumnya cenderung mengejar reunifikasi melalui penyerapan serta asumsi keruntuhan Korea Utara dengan cepat, yang mana hal ini memerlukan biaya yang besar sehingga masyarakat Korea Selatan kurang mendukung adanya reunifikasi terutama pada kalangan muda (Time, 2017). Melalui pengalaman tersebut, Moon Jae In menyimpulkan bahwa reunifikasi Korea Selatan dan Korea Utara merupakan proses yang panjang dan bertahap, sehinggga reunifikasi sebagai tujuan akhir dapat dimulai melalui rekonsiliasi hubungan sebagai langkah awal, yang tidak lepas dari pandangan masyarakat Korea Selatan.

Jika dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, gagasan Moon Jae In justru mendapat respon positif oleh Korea Utara. Hal ini didukung dengan keputusan Korea Utara untuk memulihkan jalur komunikasi antar Korea yang disampaikan dalam pidatonya pada Session of the Supreme People’s Assemblypada 2018. Kim Jong Un menyebutkan, tujuan pemulihan jalur komunikasi antar kedua negara ini dilakukan untuk memulihkan hubungan antar Korea dan menyelesaikan permasalahan terkait perdamian di Semenanjung Korea.

Tindakan Korea Utara ini tidak dilakukan tanpa alasan, dikarenakan keputusan Kim Jong Un untuk membuka kembali jalur komunikasi ini merupakan langkah startegis Korea Utara untuk mencari keuntungan ekonomi dari Korea Selatan (Shin, 2021). Semenjak itu, hubungan kedua negara mengalami beberapa kemajuan yang positif dibawah pemerintahan Moon Jae In. Berbanding terbalik pada pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Park Geun Hye pada 2014 ketika mengumumkan kebijakan Trust Politic yang menempatkan unifikasi antar kedua negara mendapat kritik keras dari Korea Utara. Pada saat itu, Korea Utara menilai penyatuan antar Korea justru mengarah kepada keruntuhan Korea Utara, serta penyatuan yang dipimpin oleh Korea Selatan melalui penyerapan sistem Korea Selatan, sehingga merugikan Korea Utara. Moon Jae In yang melihat kelemahan dari kebijakan ini akhirnya memutuskan untuk menggunakan jalan damai sebagai bagian dari politik domestik yang diciptakannya.

Kapabilitas Militer

Setelah pelantikan Moon Jae In, pada 15 Mei 2017, Korea Utara kembali meluncurkan Hwasong-12 yang merupakan rudal balistik jarak menengah atau Intermediate-Range Missile (IRBM) serta ICBM Hwasong-14 pada Juli 2017 (Missile Defense Project, 2021). Aktivitas nuklir yang terus dilakukan oleh Korea Utara mendorong Moon Jae In untuk mengadakan pertemuan dengan Amerika. Keputusan Moon Jae In untuk mengadakan pertemuan dengan Trump tidak lepas dari pengaruh Amerika terhadap keamanan Korea Selatan. Melalui pertemuan yang dilakukan pada 30 Juni 2017, Amerika dan Korea Selatan setuju untuk bekerjasama dalam mengkoordinasikan langkah-langkah terkait penyelesaian masalah nuklir Korea Utara. Moon Jae In menekankan pentingnya memperluas aliansi dengan Amerika dalam menghadapi sikap provokatif Korea Utara.

Amerika juga menekankan Korea Selatan untuk mempertahankan 28.500 tentara Amerika yang berada di Korea Selatan sebagai bagian dari pencegahan AS terhadap Korea Utara (Kun, 2017). Berdasarkan Joint Statement yang dihasilkan dari pertemuan ini, kedua negara

(6)

80

sepakat untuk menguatkan aliansi yang memungkinkan Korea Selatan untuk memegang kendali operasional berdasarkan kondisi pada masa perang. Selain itu Korea Selatan akan memperoleh bantuan militer yang bertujuan untuk mempertahankan diri dari ancaman nuklir Korea Utara melalui Interoperable Kill-Chain, Korean Air and Missile Defense (KAMD) serta sistem aliansi lainnya (Office of the Federal Register, 2017)

Sepanjang tahun 2017, Korea Utara telah melakukan uji penerbangan rudal ICBM pertama pada bulan Juli dan uji coba rudal IRBM di atas Jepang pada bulan Agustus dan September. Aktivitas nuklir terus berlanjut hingga pada 28 November 2017 yang meningkatnya ketegangan di Kawasan Asia Timur, sehingga memicu Korea Selatan dan Amerika kembali melakukan latihan gabungan. Selanjutnya, Korea Selatan dan Amerika meluncurkan latihan militer bersama dengan angkatan udara yaituThe Five-Fay Vigilant Ace Exercise. Latihan gabungan ini mencakup 12.000 personel militer serta 230 pesawat tempur dari kedua negara, sekaligus merupakan respon Korea Selatan terhadap tindakan provokasi Korea Utara, serta mempertahankan keamanan Korea Selatan (Neuman, 2017).

Kemampuan militer Korea Selatan tidak lepas dari pengaruh Amerika sebagai negara aliansi. Berdasarkan Institute Riset Perdamian Internasional Stockholm, Korea Selatan telah menerima bantuan militer dari Amerika berupa 40 Tank M1 Abrams, 800 personil tambahan serta kendaraan tempur M2 Bradley. Selain itu sepanjang tahun 2010- 2016 Amerika telah memberikan bantuan dalam penjualan senjata sebesar $5 Miliyar dan hamper sebesar $36 Miliyar atau 2,2 % pengeluaran anggran militer Amerika terhadap Korea Selatan (Amalia, 2020). Meskipun cukup bergantung pada aliansi dengan Amerika, Korea Selatan telah mencoba membangun kekuatan militernya agar tidak bergantung dengan angkatan bersenjata Amerika. Kekuatan militer milik Korea Selatan menjadi salah satu pertimbangan dalam kebijakan luar negeri. Walaupun Korea Selatan memiliki aliansi dengan Amerika, namun secara kapabilitas militer Korea Utara jauh diatas Korea Selatan.

Ketika membandingkan kekuatan pasukan antar Korea berdasarkan jumlah keseluruhan, Korea Utara memiliki Korean Peoples Army sekitar 1,2 juta personel aktif dengan 600.000 personel cadangan. Sedangkan Korea Selatan memiliki total personel aktif 490.000, namun reformasi militer bertujuan untuk mengurangi total ini menjadi 400.000. Ada tambahan 4,5 juta pria dan wanita dalam status cadangan, yang dibagi antara Mobilization Reserve Force (4 tahun pertama tugas cadangan) dan Homeland Reserve Force (4 tahun terakhir tugas cadangan). Selain itu Korea Selatan juga memiliki sistem wajib militer untuk semua pria berusia 18-35 tahun sebagai upaya untuk mempertahankan keamanan negara. Meskipun demikian, disisi lain, aliansi dengan Amerika juga memberikan keuntungan. Dengan mempertimbangkan perjanjian pertahanan dengan Amerika, Korea Selatan dapat mengandalkan sumber daya tambahan dari pasukan AS yang berbasis di semenanjung, serta yang ada di Jepang, Guam, dan Saipan. Amerika Serikat memiliki 28.000 kontingen pasukan yang kuat yang berbasis di Korea Selatan, dan tambahan 50.000 tentara yang ditempatkan secara permanen di Jepang (Kalman, 2021).

Akan tetapi, pemerintah Korea Utara menganut ideologijuche, dimana pemerintah Korea Utara lebih meyakini bahwa negaranya sebagai negara bangsa yang berdaulat harus merdeka dan tidak bergantung pada negara lain atau internasional. Ideologi Juche ini telah membuat setiap warga negara di Korea Utara wajib berdinas di militer, terlepas laki-laki maupun perempuan. Adanya kepercayaan terhadap ideologi yang dianut oleh Korea Utara, berdampak terhadap besarnya jumlah pasukan tentara Korea Utara lebih besar

(7)

81

dibandingkan dengan Korea Selatan (Rosykhiani, 2018).Satu-satunya keunngulan yang dimiliki oleh Korea Utara di bidang persenjataan militer adalah keunggulan dalam artileri konvensional dan roket. Ada sekitar 8.600 artileri, baik self-propelled dan derek, dan sekitar 5.500 sistem peluncuran roket ganda atau multiple rocket launch systems (MLRS) yang dapat dikerahkan di korps artileri Korea Utara. Setidaknya setengah dari artileri ini diposisikan ke depan sepanjang zona demiliterisasi Korea Utara dan Korea Selatan.

Kemudian, Seoul yang merupakan ibukota Korea Selatan berada dalam jangkauan artileri tersebut mendapat perhatian khusus karena dapat memicu konflik (Kalman, 2021).

Kekuatan utama Korea Utara pada bidang militer adalah banyaknya persenjataan nuklir sehingga menjadi kekuatan terbesar pada kapabilitas militer, serta memberikan keuntungan bagi Korea Utara untuk mencapai tujuan negaranya.Di sisi lain, hal ini justru menjadi ancaman bagi negara lain khususnya Korea Selatan (Rosykhiani, 2018). Walaupun Korea Selatan mendapatkan dukungan militer dari Amerika, posisi Korea Utara yang lebih kuat dari segi keamanan dan kekuatan militer dibandingkan dengan Korea Selatan menjadi pertimbangan dalam kebijakan luar negeri Korea Selatan. Kebijakan Moon Jae In yang mendukung adanya perdamian dengan meredam aktivitas nuklir milik Korea Utara dipengaruhi oleh kapabilitas militer Korea Utara. Apabila Korea Selatan terus memberikan tekanan serta memaksa kekuatan militer terhadap Korea Utara tidak menutup kemungkinan Korea Utara akan bertindak lebih agresif yang akan merugikan dan membahayakan Korea Selatan.

Konteks Internasional

Pendekatan Moon Jae In terhdap Korea Utara melalui jalan damai merupakan langkah yang cukup efektif untuk mengurangi ketegangan Semenanjung Korea. Korea Selatan berupaya untuk membuat kesepakatan serta perjanjian dengan Korea Utara sebagai upaya untuk membangun perdamian, namun upaya ini tidak dapat menghadirkan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Denuklirisasi Semenanjung Korea secara tidak langsung dipengaruhi oleh negara-negara aliansi yaitu Amerika dan Tiongkok.

Denuklirisasi akan tercapai apabila Korea Utara dapat menjalin kesepakatan dengan Amerika (Panda, 2020).Amerika dan Tiongkok memiliki peran penting dalam mebantu Korea Selatan untuk melepaskan senajat nuklir milik Korea Utara, karena Korea Utara tidak mungkin melakukan denuklirisasi tanpa adanya jaminan kemanan yang diberika oleh Tiongkok dan Amerika. Dilihat lebih lanjut Amerika dan Tiongkok merupakan anggota tetap Dewan Kemanan PBB yang mana ini kedua negara ini dapat memveto upaya pihak- pihak lain terkait pemberian sanksi terhadap Korea Utara. Korea Utara juga memiliki ketergantungan ekonomi terhadap Tiongkok(Jo, 2020). Moon Jae In juga berupaya untuk menjalin hubungan dengan Tiongkok. Hubungan Korea Selatan dan Tiongkok sebelumnya meregang diakibatkan pemasangan THAAD yang dilakukan oleh pemerintahan Park Geun Hye yang berakibat pemberian sanksi ekonomi serta diplomatik dengan menutup 50 gerai perusahaan Korea Selatan yang beroprasi di Tiongkok(Bhiswara, 2018).

Hubungan kedua negara ini kembali membaik setalah Kementrian Luar Negeri Korea Selatan serta Kementrian Luar Negeri Tiongkok sepakat untuk memperbaiki serta menormalisasikan hubungan kedua negara guna mengakhiri ketegangan antar kedua negara dengan Korea Selatan yang menyetujui tiga poin yang diinginkan pemerintah Tiongkok atau Three No’s pada 31 Oktober 2017 (Paramitha et al., 2018). Setelah resmi menjabat sebagi presiden Korea Selatan, Moon Jae In melakukan kunjungan ke Beijing pada

(8)

82

desember 2017 untuk bertemu dengan Xi Jinping. Kunjungan ini dilakukan Moon ini membawa perubahan dalam hubungan Korea Selatan dan Tiongkok dimana kedua negara menyepakati empat prinsip terkait perdamian dan stabilitas di Semenanjung korea (Lee &

Botto, 2018).

Pendekatan secara damai yang dilakukan oleh Moon Jae In membawa kemajuan dalam hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara. Paska pertemuan bilateral terkait partisipasi Korea Utara di Olimpiade Pyongchang 2018, peluang kedua negara melakukan pertemuan semakin terbuka. Sepanjang tahun 2018, Pemerintahan Moon Jae In berhasil melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan Korea Utara untuk membahas aktivitas di Semananjung Korea sebanyak tiga kali. Respon positif dari Korea Utara membuka peluang bagi Korea Selatan untuk menginisiasi pertemuan 3rd Inter-Korean Summit yang dilaksanakan pada 27 April 2018 yang bertujuan menyelesaikan permasalahan terkait isu nuklir dan membangun kembali hubungan kedua negara (Arthur Herdinata, 2019).

Pertemuan ini menghasilkan Deklarasi Panmunjom yang disepakati dan ditandatangani langsung oleh kedua pemimpin negara yaitu Moon Jae In dan Kim Jong Un (Rahmawati, 2022). Pertemuan kedua antar Korea Selatan dan Korea Utara dilakukan melalui penyelenggaraan KTT Panmunjom pada Mei 2018. Melalui KTT Panmunjom, Moon Jae In mendorong untuk tercapainya denuklirisasi dengan menyatukan kepentingan Korea Utara dan Amerika melalui pertemuan antar kedua negara. Ketika Korea Utara mengambil langkah-langkah denuklirisasi maka tidak hanya hubungan dengan Korea Selatan saja yang semakin membaik namun juga hubungan Korea Utara dengan Amerika (Snyder, 2018).

Pertemuan ketiga atau Inter-Korean Summit yang dilaksanakan pada 19-20 September 2018 bertempat di Pyeongyang. Pada pertemuan ketiga ini, Kim Jong Un menunjukan sikap yang lebih terbuka dalam menjalin dialog dengan Moon Jae In. KTT ini menghasilkan Pyongyang Joint Declaration of September 2018 dan Basic Military Agreement on Reconciliation, Non-Aggression, Exchanges and Cooperation(Hidriyah, 2018).

Pemerintahan Moon Jae In juga mendorong pertemuan Amerika dengan Korea Utara. Hal ini merupakan suatu kemajuan dalam pemerintahan Moon Jae In.Kebijakan Moon Jae In terkait rekonsiliasi dengan Korea Utara mendapat respon positif dari Tiongkok. Sebelumnya Korea Utara berencana untuk membatalkan pertemuan dengan Amerika pada 12 Juni 2018 di singapura. Korea Utara melihat bahwa pertemuan itu merupakan pertemuan sepihak yang menuntut negaranya untuk mengehentikan kepemilikan senjata nuklir (BBC News Indonesia, 2018). Namun rencana Korea Utara ini dibatalkan setelah Tiongkok mendesak Korea Utara untuk tetap melanjutkan pertemuan tersebut. Tiongkok melihat bahwa membangun kepercayaan perlu dilakukan setelah melihat Korea Selatan dan Amerika menghentikan latihan militernya dengan penghentian uji coba nuklir milik Korea Utara sebagai imbalannya. Tiongkok memiliki pengaruh terhadap Korea Utara, dimana Tiongkok merupakan patner utama perekonomian Korea Utara. Ketergantungan Korea Utara dengan Tiongkok menjadikan Tiongkok sebagai salah satu kunci dalam upaya Moon Jae In menciptakan perdamian di Semenanjung Korea.

Dikutip dari Tiongkok Central Television, Xi Jinping menyatakan dukungannya terhadap peningkatan hubungan antar Korea Utara dan Korea Selatan serta promosi dialog antara Korea Utara dan Amerika,serta denuklirisasi Semenanjung Korea dan pengembangan ekonomi Korea Utara (Bodeen, 2018).Pertemuan antara Amerika dan Korea Utara terjadi

(9)

83

sebanyak dua kali, yaitu Juni 2018di Pulau Sentosa, Singapura, serta pertemuan kedua dilaksanakan pada Februari 2019 di Hanoi, Vietnam. Dalam KTT Vietnam, Amerika dan Korea Utara gagal mencapai kesepakatan apapun. Dalam pertemuan tersebut kedua negara saling melakukan penolakan terhadap tuntutan satu sama lain. tidak adanya kesepakatan antara dalam KTT Hanoi ini menjadikan hubungan Korea Selatan dan Korea Utara kembali memburuk (Yoga et al., 2019).

KESIMPULAN

Keputusan Moon Jae In dalam menerapakan kebijakan KPPI terhadap Korea Utara dilatarbelakangi oleh faktor politik domestik, ancaman militer Korea Utara, dan pengaruh internasional. Prinsip perdamaian yang terinternalisasi oleh Partai Demokrat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh Moon Jae In dalam menunjukan kemajuan terhadap rekonsiliasi hubungan Korea Selatan dan Korea Utara. Moon Jae In juga mempertimbangkan kapasitas kemampuan militer milik Korea Selatan yang berada di bawah Korea Utara, sehingga tindakan agresif bukanlah solusi dalam memperbaiki hubungan kedua negara karena pertimbangan keamanan nasional. Lebih lanjut, kebijakan pemerintahan Moon Jae In yang berfokus terhadap perdamaian menempatkan Korea Selatan diposisi netral diantara Amerika dan Tiongkok yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Korea Selatan dengan negara-negara aliansi dengan cara membawa isu ini ke forum KTT yang terjadi diawal pemerintahan Moon Jae In. Berdasarkan alasan-alasan tersebut,kebijakan KPPII dapat menjadi sebuah bargaining power yang menguntungkan bagi Korea Selatan ditengah aktifitas nuklir yang tidak menentu, memicu timbulnya perang, sehingga menimbulkan ancaman bagi kemanan nasional Korea Selatan maupun di Kawasan Asia Timur.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F. R. (2020). Aliansi Militer Korea Selatan Dengan Amerika Serikat Dalam Melakukan Strategic Alliance Untuk Menjaga Stabilitas Keamanan Semenanjung Korea Tahun 2015-2016 [Repository of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.].

http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/32160

Arthur Herdinata, P. (2019). Olimpiade Musim Dingi Ke-23 Sebagai Sarana Pendorong Rekonsiliasi Di Semenanjung Korea [Universitas Muhammadiyah Yogyakarta]. In Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/30066

BBC News Indonesia. (2018, May 16). Korea Utara ancam batalkan KTT dengan Donald Trump . BBC News Indonesia. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-44135653

Bestari, R. A. (2017). Kegagalan Six Party Talks Dalam Menyelesaikan Krisis Nuklir Korea Utara [UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA].

http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/15927

Bhiswara, B. (2018). Mengurai Kode Geopolitik Korea Selatan: Analisis terhadap Satu Tahun Pidato Kepresidenan Moon-Jae In 2017-2018. Jurnal Hubungan Internasional, 11(2), 206–224. https://doi.org/10.20473/JHI.V11I2.10975

Bodeen, C. (2018, May 16). China urges North Korea not to cancel Trump summit. AP

(10)

84

News. https://apnews.com/article/e49d430d7c60449eb3ac9149b1a1ad6e

Choe, S.-H. (2017, January 1). Kim Jong-un Says North Korea Is Preparing to Test Long-

Range Missile . The New York Times.

https://www.nytimes.com/2017/01/01/world/asia/north-korea-intercontinental- ballistic-missile-test-kim-jong-un.html

Coplin, W. D., & Marbun, M. (2003). Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis. Sinar Baru Algensindo.

Hidayati, V. P. (2015). Pengaruh Karakteristik Pemimpin Korea Selatan Terhadap

Implementasi Sunshine Policy Tahun 1998-2010.

http://repository.unair.ac.id/17608/3/3. BAB I.pdf

Hidriyah, S. (2018). Upaya Perdamaian Di Semenanjung Korea. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info Singkat-X-19- I-P3DI-Oktober-2018-229.pdf

Jo, E. A. (2020, August 27). Double Allegiance: Moon Jae-in’s Strategy amid US-China Rivalry - The Asan Forum. https://theasanforum.org/double-allegiance-moon-jae-ins- strategy-amid-us-china-rivalry/

John, J. V. (2017). Korea Peninsula Peace Initiative: Prospects and Challenges of President Moon Jae-in’s North Korea Policy. Indian Council of World Affairs

(Government of India).

https://icwa.in/show_content.php?lang=1&level=3&ls_id=1562&lid=1510

Jung, B. H. (2017, July 7). Full text of Moon’s speech at the Korber Foundation.

http://www.koreaherald.com/view.php?ud=20170707000032

Kalman, B. (2021). North Korea Vs . South Korea - Comparison Of Military Capabilities . What Would a New War in Korea Look Like ? https://southfront.org/north-korea-vs- south-korea-comparison-of-military-capabilities-what-would-new-war-in-korea-look- like/

Kun, B. D. (2017, July 1). (5th LD) Moon, Trump agree to phased approach to N. Korea

denuclearization. Yonhap News Agency.

https://en.yna.co.kr/view/AEN20170701001255315

Lee, C. M., & Botto, K. (2018). Korean Security And Foreign Policy Initiative President Moon Jae-in and the Politics of Inter-Korean Détente. Carnegie Endowment For International Peace. https://carnegieendowment.org/2018/11/16/president-moon-jae- in-and-politics-of-inter-korean-d-tente-pub-77730

Lestari, B. U. S. (2021). Analisis Perbedaan Kebijakan Luar Negeri Korea Selatan Dibawah Kepemimpinan Park Geun Hye dan Moon Jae In Terhadap Kepemilikan Senjata Nuklir Korea Utara. Indonesian Journal of Global Discourse, 3(1), 81–109.

https://doi.org/10.29303/IJGD.V3I1.32

Manyin, Mark, E., Chanlett-Avery, E., & Nikitin, Marry-Beth, D. (2021). Nuclear Negotiations with North Korea. Congressional Research Service, 27.

https://crsreports.congress.gov

McCurry, J. (2017, May 9). South Korea set to change policy on North as liberal wins election . The Guardian. https://www.theguardian.com/world/2017/may/09/south- korea-election-moon-jae-set-to-become-president

Ministry of Foreign Affairs, R. of K. (2022). Overview | North Korean Nuclear Issue Ministry of Foreign Affairs, Republic of Korea.

(11)

85

https://www.mofa.go.kr/eng/wpge/m_5474/contents.do

Missile Defense Project. (2021, July 31). Hwasong-14 (KN-20). Missile Threat, Center for Strategic and International Studies. https://missilethreat.csis.org/missile/hwasong-14/

Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. http://library.stik- ptik.ac.id

Nadhiva, F., Dewi, A. U., & Suryadipura, D. (2019). Reorientasi Kebijakan Luar Negeri Republik Korea terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea dalam Upaya Reunifikasi (2017-2019). Global Strategis, 13(2), 157–170.

https://doi.org/10.20473/JGS.13.2.2019.157-170

Neuman, S. (2017, December 4). U.S., South Korea Begin Massive Military Exercises : The Two-Way . NPR. https://www.npr.org/sections/thetwo- way/2017/12/04/568263780/u-s-south-korea-begin-massive-military-exercises

Office of the Federal Register, N. A. and R. A. (2017). DCPD-201700447-Joint Statement by President Trump and President Moon Jae-in of South Korea. 1–4.

https://www.govinfo.gov/app/details/DCPD-201700447

Panda, J. P. (2020). The Korean Peninsula and Indo-Pacific power politics : status security at stake. https://www.routledge.com/The-Korean-Peninsula-and-Indo-Pacific-Power- Politics-Status-Security-at/Panda/p/book/9780367364236

Paramitha, M. C., Prameswari, A. A. A. I., & Nugraha, A. A. B. S. W. (2018). Upaya Diplomasi Korea Selatan Memperbaiki Hubungan Ekonomi Dengan Tiongkok Pasca Pemasalahan Terminal High Altitude Area Defense (Thaad). Universitas Udayana, 2(1). https://www.google.com/url?client=internal-element-cse&cx=partner-pub- 3317167162609756:3134777453&q=https://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/view/7 2083&sa=U&ved=2ahUKEwjim8-

8w4z0AhWmxTgGHX5YCY4QFnoECAUQAg&usg=AOvVaw0S1XWWNN- bAAS71YRIzIfk

Putri, V. (2015). Pengaruh Karakteristik Pemimpin Korea Selatan terhadap Implementasi Sunshine Policy Tahun 1998-2010 [Universitas Airlangga]. In Universitas Airlangga.

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jahibee8a7f05ffull.pdf

Rahmawati, S. M. K. (2022). Strategi Korea Selatan Melakukan Perjanjian Damai Panmunjom Dengan Korea Utara Tahun 2018 [Universitas Muhammadiyah Malang].

https://eprints.umm.ac.id/83923/

Rosykhiani, A. S. (2018). The Background Of South Korea Reorientation To Sunshine Policy Under Moon Jae In Administration [Universitas Muhammadiyah Yogyakarta].

http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/20061?show=full

Sari, I. G. M. (2020). Penerapan the Policy of Peace and Prosperity Dalam Upaya Reunifikasi Korea Selatan dengan Korea Utara Periode 2017-2108.

https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/23906

Shin, M. (2021, September 30). Kim Jong Un Decides to Restore Inter-Korean Communication Lines. The Diplomat. https://thediplomat.com/2021/09/kim-jong-un- decides-to-restore-inter-korean-communication-lines/

Snyder, S. A. (2018). High Stakes at the Inter-Korean Summit. https://www.cfr.org/expert- brief/high-stakes-drama-panmunjom

Syafira, N. (2021). Analisis Kebijakan Korea Selatan Terhadap Korea Utara Pada Masa Pemerintahan Moon Jae-In: Dukungan Terhadap Koeksistensi Damai Dua Korea.

(12)

86

http://repo.jayabaya.ac.id/id/eprint/1335

Time. (2017, April 19). Will South Korea’s Moon Jae-in Pull the World Back From War? | Time. https://time.com/4745910/south-korea-elections-moon-jae-in/

Yoga, G. V., Nanda, B. J., & Trisni, S. (2019). Respon Amerika Serikat Pada Masa Pemerintahan Presiden Donald Trump Terhadap Program Nuklir Korea Utara.

https://journal.uir.ac.id/index.php/jdis/article/view/6280

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia Power UP Suralaya Unit 4 masih terdapat nilai setting yang kurang tepat, terlihat dari beberapa kurva relay motor yang masih bersinggungan dengan kurva

According to Driva When teaching foreign languages to children and adolescents, there are numerous tools that can be used to enhance the students‟ learning and interest, and music is