• Tidak ada hasil yang ditemukan

MR ESDA Kel 2 B2020 pend geo

N/A
N/A
Pukarda Jordan Siburian

Academic year: 2023

Membagikan "MR ESDA Kel 2 B2020 pend geo"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Mini Riset Evaluasi Sumber Daya Air

ANALISIS NERACA AIR KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA

Disusun Oleh: Kelompok 2

Anggelina P.A.C Nainggolan (3203131001) Ayu Lestari Sitohang (3202431008) Pukarda Jordan Siburian (3203131034) Rony Caprio Sitinjak (3203131033)

Kelas : B-2020 Dosen Pengampu :

Eni Yuniastuti, S,Pd., M.Sc & Mulhadi Putra, S.Pd, M.Sc

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini tepat pada waktunya.

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Industri.

Selama penyusunan hasil peneltian ini, kami banyak mengalami berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari dosen pengampu kami yaitu Eni Yuniastuti, S,Pd., M.Sc & Mulhadi Putra, S.Pd, M.Sc, yang telah memberikan bimbingan, saran serta masukan kepada penulis sehingga Mini Riset ini dapat terselesaikan.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar berguna untuk kedepannya. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembaca, semoga tugas ini bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, Mei 2023

Kelompok 2

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaaat Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN TEORI ... 4

2.1. Ketersediaan Air ... 4

2.2. Kebutuhan Air ... 4

2.3. Kebutuhan air rumah tangga, perkotaan, dan industri (RKI) ... 5

2.4. Kebutuhan Air untuk Peternakan ... 6

2.5. Kebutuhan Air untuk Perikanan... 6

2.6. Neraca Air ... 7

2.7. Manfaat dan Kegunaan Neraca Air... 7

2.8. Macam Neraca Air ... 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 9

3.1. Metode Penelitian ... 9

3.2. Lokasi Penelitian ... 9

3.3. Sumber Data... 9

3.4. Teknik Analisis Data ... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13

4.1 Gambaran Umum Kawasan ... 13

4.2 Hasil Penelitian ... 14

4.2.1. Ketersediaan Air ... 14

4.2.2. Kebutuhan Air ... 16

4.2.3. Neraca Air ... 23

BAB V PENUTUP... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... iii

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketersediaan air di dunia ini begitu melimpah, hampir 70% dari bumi adalah air namun yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air minum sangatlah sedikit, dari total jumlah air yang ada, hanya 5% saja yang tersedia sebagai air minum, sedangkan sisanya adalah air laut (https://kelair.bppt.go.id). Ketersediaan air minum yang minim ini belum dapat memenuhi kebutuhan air penduduk yang setiap saat bertambah. Semakin meningkatnya populasi penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan akan air. Hal ini menimbulkan terjadinya kekurangan air yang berdampak pada ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Ketidakseimbangan air memicu munculnya persoalan kekurangan air yang hampir selalu dialami di beberapa wilayah.

Perkembangan wilayah di suatu daerah akan mengakibatkan kebutuhan air terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya laju pertumbuhan penduduk.

Kebutuhan pangan dan aktivitas penduduk sangat erat kaitannya dengan kebutuhan akan air. Tuntutan kebutuhan tersebut tidak dapat dihindari, tetapi haruslah diprediksi dan direncanakan pemanfaatannya sebaik mungkin. Kecenderungan yang sering terjadi adalah adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan air dan ketersediaan air di masa mendatang, diperlukan upaya pengkajian komponen-komponen kebutuhan air, serta efisiensi penggunaan air.

Penelitian tentang water balanced di beberapa lokasi di Indonesia sudah banyak dilakukan antara lain oleh Alitu, Labdul, dan Adam (2012); Kansil, Glend Randy.Dkk. (2015);

Narulita (2017); Sari, Indra Kusuma. Dkk. (2013); dan Zulkipli, dkk. (2012).

Ketersediaan air di Kabupaten Dairi sangat penting karena air merupakan sumber daya yang krusial untuk kehidupan manusia, pertanian, industri, dan ekosistem yang sehat.

Kabupaten Dairi memiliki ciri geografis yang beragam, terletak di pegunungan dengan kontur yang berbukit-bukit. Faktor geografis ini dapat mempengaruhi ketersediaan air di daerah tersebut.

Kabupaten Dairi mengalami peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan ini berdampak pada peningkatan permintaan air untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk minum, mandi, mencuci, dan memasak. Selain itu, pertumbuhan penduduk juga berarti meningkatnya permintaan air untuk sektor industri, komersial, dan pertanian.

(5)

Kabupaten Dairi merupakan daerah yang subur dan memiliki potensi pertanian yang tinggi. Pertanian merupakan sektor utama di daerah ini dan membutuhkan pasokan air yang cukup untuk irigasi. Ketersediaan air yang tidak memadai dapat berdampak negatif pada produktivitas pertanian dan penghidupan petani.

Perubahan iklim global dapat berdampak signifikan pada ketersediaan air di Kabupaten Dairi. Pola curah hujan yang tidak teratur, periode kekeringan yang panjang, dan banjir yang intens dapat mengganggu keseimbangan pasokan air. Fenomena ini dapat mempengaruhi kebutuhan air masyarakat dan sektor pertanian secara keseluruhan.

Pengelolaan yang baik terhadap sumber daya air di Kabupaten Dairi menjadi penting agar terjamin ketersediaan air yang memadai untuk kebutuhan saat ini dan masa depan. Diperlukan upaya dalam pengelolaan dan perlindungan sumber daya air, termasuk pemeliharaan dan rehabilitasi sumber air, penggunaan teknologi irigasi yang efisien, serta pengaturan penggunaan air secara bijaksana.

Keterbatasan sumber daya air dapat menyebabkan konflik antara berbagai sektor yang memperebutkan pasokan air. Dalam konteks Kabupaten Dairi, konflik tersebut mungkin terjadi antara sektor pertanian, industri, dan masyarakat umum. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk memahami dan mengelola konflik potensial yang mungkin timbul terkait ketersediaan dan kebutuhan air di daerah ini. Untuk itu perlu dilakukannya penelitian mengenai analisis neraca air di Kabupaten Dairi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan dan kebutuhan air di Kabupaten Dairi dan apakah ketersediaan air di kabupaten ini dapat memenuhi kebutuhan air yang ditinjau pada aspek kebutuhan air domestik, non domestik, industri, pertanian, peternakan, dan perikanan.

1.2. Rumusan masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ketersediaan air di Kabupaten Dairi pada tahun 2020?

2. Bagaimana Kebutuhan air di Kabupaten Dairi pada tahun 2020?

3. Bagaimana Nerca Air di Kabupaten Dairi pada tahun 2020?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui ketersediaan air di Kabupaten Dairi pada tahun 2020 2. Mengetahui kebutuhan air di Kabupaten Dairi pada tahun 2020 3. Mengetahui Neraca Air di Kabupaten Dairi pada tahun 2020

(6)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ketersediaan air di Kabupaten Dairi dapat mencukupi kebutuhan air dari segi kebutuhan domestik, non domestik, industri, pertanian, peternakan, dan perikanan. Sehingga dapat memberikan kontribusi untuk pihak-pihak terkait untuk evaluasi sumber daya air di Kabupaten Dairi untuk pemenuhan kebutuhan air masyarakatnya.

(7)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Ketersediaan Air

Ketersediaan air dalam pengertian sumber daya air pada dasarnya berasal dari air hujan (atmosferik), air permukaan dan air tanah. Hujan yang jatuh di atas permukaan pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Wilayah Sungai (WS) sebagian akan menguap kembali sesuai dengan proses iklimnya, sebagian akan mengalir melalui permukaan dan sub permukaan masuk ke dalam saluran, sungai atau danau dan sebagian lagi akan meresap jatuh ke tanah sebagai pengisian kembali (recharge) pada kandungan air tanah yang ada (Jaya & Barly, 2016).

Ketersediaan air yang merupakan bagian dari fenomena alam, sering sulit untuk diatur dan diprediksi dengan akurat. Hal ini karena ketersediaan air mengandung unsur variabilitas ruang (spatial variability) dan variabilitas waktu (temporal variability) yang sangat tinggi. Konsep siklus hidrologi adalah bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di hamparan bumi dipengaruhi oleh masukan (input) dan keluaran (output) yang terjadi.

Jumlah aliaran ketersediaan air secara hidrologi dari suatu wilayah dapat ditulis sebagai berikut:

2.2. Kebutuhan Air

Kebutuhan air adalah kebutuhan air yang digunakan dalam menunjang segala kegiatan manusia meliputi air bersih domestik dan non domestik, air irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk penggelontoran kota. Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai dasar perhitungan kebutuhan air domestik terutama dalam penentuan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan ini juga tergantung dari rencana dari tata ruang kabupaten. Kebutuhan air non domestik meliputi pemanfaatan komersial, kebutuhan institusi dan kebutuhan industri. Kebutuhan air komersil untuk suatu daerah cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk dan perubahan tata guna lahan. Kebutuhan ini bisa mencapai 20% sampai 25% dari total suplai produksi air (Suripin, 2001).

(8)

2.3. Kebutuhan air rumah tangga, perkotaan, dan industri (RKI)

Kebutuhan air rumah - tangga, perkotaan dan industri dihitung dengan menggunakan data statistik kependudukan. Hasil perhitungan kebutuhan air bersih dibandingkan dengan data pengambilan air baku oleh PDAM terkait.

a. Kebutuhan air bersih rumah tangga (domestik)

Kebutuhan air bersih rumah tangga adalah air yang diperlukan untuk rumah tangga yang diperoleh secara individu dari sumber air yang dibuat oleh masing masing rumah tangga seperti sumur dangkal, perpipaan atau hidran umum atau dapat diperoleh dari layanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) PDAM.

Sumber air baku yang dipakai oleh PDAM terdiri dari air tanah, air permukaan atau gabungan dari keduanya. Pemakaian air yang dipergunakan dipengaruhi oleh:

• jenis sumber air (sambungan ke rumah atau hidran umum);

• jenis pemakaian (toilet, mandi dll.);

• peralatan per rumah-tangga;

• penggunaan air di luar rumah (taman, cuci mobil dsb.);

• tingkat pendapatan.

Kebutuhan air bersih rumah tangga, dinyatakan dalam satuan Liter/Orang/Hari (L/O/H), besar kebutuhan tergantung dari kategori kota berdasarkan jumlah penduduk, yaitu:

No Kategori Kota Jumlah penduduk (Jiwa)

Kebutuhan air bersih (L/O/H) 1. Semi urban (ibu kota

kecamatan/desa) 3 000 – 20 000 60 - 90

2. Kota kecil 20 000 – 100 000 90 - 110

3. Kota sedang 100 000 – 500 000 100- 125

4. Kota besar 500 000 – 1 000 000 120 - 150

5. Metropolitan > 1 000 000 150 - 200

Tabel 1. Kebutuhan air bersih rumah tangga per orang per hari menurut kategori kota

b. Kebutuhan air perkotaan (komersial dan sosial) – non domestik

Kebutuhan air perkotaan, yaitu untuk komersial dan sosial seperti toko, gudang, bengkel, sekolah, rumah sakit, hotel, dan sebagainya diasumsikan antara 15%

sampai dengan 30% dari total air pemakaian air bersih rumah tangga. Semakin besar

(9)

dan padat penduduk akan cenderung lebih banyak memilki daerah komersial dan sosial, sehingga kebutuhan airnya akan lebih tinggi.

Dalam perencanaan studi kebutuhan air Indonesia untuk perkotaan diasumsi sebesar 30 % dari kebutuhan air bersih rumah tangga, dengan nilai konstan dari setiap tahapan perencanaan, sehingga sampai proyeksi kebutuhan air untuk tahun 2029 nilainya sama sebesar 30 %.

c. Kebutuhan air industri

Kebutuhan air industri umumnya relatif konstan terhadap waktu. Dengan meningkatnya industri, maka meningkat pula kebutuhan air industri. Survei kebutuhan air industri diperlukan untuk menentukan rata-rata penggunaan air pada berbagai jenis industri tertentu. Angka indeks ini kemudian dapat dikaitkan dengan ukuran besarnya industri tersebut misalnya melalui banyaknya produk yang dihasilkan, atau banyaknya tenaga kerja. Perhitungan kebutuhan air industri dapat diperhitungkan berdasarkan atas:

• jumlah karyawan;

• luas air industri;

• jenis/tipe industri.

2.4. Kebutuhan untuk peternakan

Perhitungan kebutuhan air rata – rata untuk peternakan tergantung pada populasi/jumlah ternak dan jenis ternak. Besar kebutuhan air untuk ternak dijabarkan pada Tabel 2.

Jenis ternak Kebutuhan air

(l/ekor/hari)

Sapi/kerbau/kuda 40

Kambing/domba 5

Babi 6

Unggas 0,6

Tabel 2. Kebutuhan air untuk ternak

2.5. Kebutuhan untuk perikanan

Kebutuhan air untuk perikanan diperkirakan berdasarkan luas kolam, tipe kolam serta kedalaman air yang diperlukan. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk mengisi kolam pada saat awal tanam dan penggantian air.

(10)

2.6. Neraca Air

Neraca air diartikan oleh beberapa ahli berdasarkan tujuan penggunaan. Dalam bidang Hidrologi Pengairan Sosrodarsono dan Takeda (2003) memberikan definisi neraca air sebagai penjelasan tentang hubungan antara aliran ke dalam (inflow) dan aliran keluar (outflow) di suatu daerah pada periode tertentu dalam proses sirkulasi air. Pada bidang Agrometeorologi, Frere dan Popov (1979) dalam Oldeman dan Frere (1982) mengartikan neraca air sebagai selisih antara jumlah air yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air oleh tanaman beserta tanah melalui evapotranspirasi. Dari kedua definisi di atas disimpulkan bahwa neraca air mengandung pengertian tentang semua masukan (input) dan keluaran (output) air disuatu tempat di permukaan bumi pada periode tertentu. Prinsip analisis neraca air adalah menghitung masukan dan keluaran pada suatu sistem yang dikaji, dan analisis ini dilakukan untuk melihat fluktuasi kandungan air tanah secara periodik. Neraca air merupakan suatu perbandingan antara ketersediaan ataupun pemakaian air di suatu tempat dalam periode tertentu.Dengan adanya suatu analisis neraca air dapat diketahui apakah jumlah air tersebut mengalami kelebihan (surplus) ataupun mengalami kekurangan (defisit).

2.7. Manfaat dan Kegunaan Neraca Air

Berdasarkan kegunaan, Suharsono (2002) mengemukakan bahwa neraca air dapat digunakan untuk: (1) Melengkapi gambaran umum dari keadaan air di suatu daerah terutama curah hujan, evapotranspirasi potensial, kandungan lengas tanah dan perubahan lengas tanah; (2) Sebagai model guna menyelidiki hubungan antara curah hujan dan limpasan permukaan; (3) Menilai kemampuan suatu daerah untuk ditanami tanaman melalui analisis musim tanam dan kebutuhan air irigasi; (4) Menguji hubungan iklim dengan hasil tanaman; dan (5) Memperkirakan atau menilai dampak manusia terhadap lingkungan hidrologi.Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara lain (Firmansyah, 2010): (1) Digunakan sebagai dasar pembuatan bangunan penyimpan dan pembagi air serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang defisit air; (2) Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus air; (3) Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan hingga perikanan; (4) Perencanaan pola tanam.

(11)

2.8. Macam Neraca Air

Menurut Nasir (2004) berdasarkan cakupan ruang dan manfaat untuk perencanaan pertanian, disusun neraca air agroklimat dengan tiga model analisis yaitu neraca air umum, neraca air lahan, dan neraca air tanaman. Neraca air umum, digunakan untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama air secara umum. Neraca air lahan, digunakan untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air tanah untuk perencanaan pola tanam secara umum. Sedangkan neraca air tanaman, digunakan untuk mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air tanah dan penggunaan air tanaman untuk perencanaan tanaman tiap kultivar.

(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai suatu keadaan yang diteliti berdasarkan data atau informasi yang telah terkumpul. Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Metode pendekatan kuantitatif dipilih karena penelitian ini menitikberatkan pada analisis data numerik dan menggunakan rumus matematis, seperti yang dijelaskan oleh Cornelin G. Kamangi (2016).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas Kabupaten Dairi adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Karo; sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat; sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan; dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Samosir. Kabupaten Dairi terdiri dari 15 kecamatan, 8 kelurahan, dan 161 desa dengan luas wilayah mencapai 1.927,80 km² dan jumlah penduduk 308.764 jiwa (2020).Daerah Kabupaten Dairi mempunyai Luas 191.625 Hektar yaitu sekitar 2,68 % dari luas Provinsi Sumatera Utara (7.160.000 Hektar) dimana Kabupaten Dairi terletak sebelah Barat Laut Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98°00′ – 98°30’dan 2°15′-3°00’LU. Sebagian besar tanahnya didapati gunung-gunung dan bukit- bukit dengan kemiringan bervariasi sehingga terjadi iklim hujan tropis.

3.3. Sumber Data

Dalam menghitung ketersediaan dan kebutuhan air di Kabupaten Dairi, data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi yaitu data curah hujan, jumlah penduduk, jenis industri, luas pertanian, jumlah ternak, dan luas luas areal lahan usaha budi daya ikan setiap kecamatan di Kabupaten Dairi.

3.4. Teknik Analisis Data 1. Ketersediaan Air

Nilai ketersediaan air diperoleh dengan menggunakan Metode Koefisien Limpasan Air Hujan berdasarkan data penggunaan lahan dan curah hujan tahunan

(13)

yang mengacu pada Permen LH No. 17 Tahun 2009tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataaan Ruang Wilayah. Berikut langkah- langkah untuk menghitung nilai ketersediaan air.

a. Menghitung nilai koefisien limpasan air tertimbang. Koefisien limpasan air tertimbang dihitung berdasarkan jenis guna lahan. Berikut persamaan untuk menghitung koefisien limpasan tertimbang.

keterangan:

C =Σ(ci × Ai) Σ𝑎𝑖

C = Koefisien limpasan tertimbang

ci = Koefisien limpasan penggunaan lahan i Ai = Luas penggunaan lahan i (ha)

Σai = Total luas lahan (ha)

b. Menghitung rata-rata curah hujan tahunan. Perhitungan nilai curah hujan rata-rata tahunan menggunakan Metode Poligon Thiessen (Suripin, 2004). Berikut persamaan Poligon Thiessen menurut Harto dalam Suripin (2004).

keterangan:

R =A1R1 + A2R2 + A3R3 + ⋯ + AnRn A1 + A2 + A3 + ⋯ + An

R = Curah hujan rata-rata tahunan (mm/tahun)

R1, R2, Rn = Curah hujan yang tercatat di stasiun pengamatan hujan (mm) A1, A2, An = Luas area poligon (km2)

n = Banyaknya stasiun pengamatan hujan (unit)

c. Menghitung total ketersediaan air dari hasil perhitungan sebelumnya. Berikut persamaan untuk menghitung nilai ketersediaan air.

SA = 10 x C x R x A keterangan:

SA = Ketersediaan air (m3/tahun) C = Koefisien limpasan tertimbang

R = curah hujan rata-rata tahunan wilayah (mm/tahun) A = Luas wilayah (ha)

10 = Faktor konversi dari mm, ha menjadi m3

(14)

2. Kebutuhan Air

a. Kebutuhan air domestik

Kebutuhan air domestik adalah jumlah air yang diperuntukan untuk kegiatan rumah tangga, dihitung dengan persamaan:

QDM = Jumlah hari dalam 1 tahun x ( 𝑞

1000× 𝑃) Keterangan:

QDM= Kebutuhan air domestik (m3/tahun) q = Konsumsi air (liter/kapita/hari)

P = Jumlah penduduk b. Kebutuhan air non domestik

Besar kebutuhan air non domestik berdasarkan SNI adalah 30% dari kebutuhan air domestik (Badan Standardisasi Nasional, 2015).

c. Kebutuhan air industri

Kebutuhan air industri dihitung berdasarkan jumlah dan jenis (besar, sedang, dan kecil) industri. Standar kebutuhan air industri yang digunakan adalah sebagai berikut:

• Kebutuhan air industri besar adalah 3.805.200 m3/tahun.

• Kebutuhan air industri sedang adalah 1.064.880 m3/tahun.

• Kebutuhan air industri kecil adalah 20.400 m3/tahun (Resubun, 2017).

d. Kebutuhan air pertanian

Kebutuhan air pertanian dihitung dari luas lahan pertanian lahan basah dan lahankering yang meliputi perkebunan, sawah dan ladang. Kriteria kebutuhan air pertanian disesuaikan denganjenis lahan yaitu 1.60 liter/ha/detik untuk lahanpertanian basah seperti sawah, sedangkan untuklahan kering berupa tegalan/kebun, ladang/huma dan perkebunan sebesar 1 liter/ha/detik.

e. Kebutuhan air peternakan

Jumlah kebutuhan air sektor peternakan bergantung pada jumlah serta jenis ternak (Badan Standardisasi Nasional, 2015). Persamaan untuk mengestimasi kebutuhan air peternakan adalah sebagai berikut:

QE = (q(1) x P(1) + q(2) x P(2) + q(3) x P(3)) keterangan:

QE = Kebutuhan air untuk ternak (l/hari) q(1) = Kebutuhan air ternak besar (l/ekor/hari)

(15)

q(2) = Kebutuhan air ternak sedang (l/ekor/hari) q(3) = Kebutuhan air ternak kecil (l/ekor/hari) P(1) = Jumlah ternak besar (ekor)

P(2) = Jumlah ternak sedang (ekor) P(3) = Jumlah ternak kecil (ekor) f. Kebutuhan air perikanan

Kebutuhan air untuk perikanan dihitung dengan persamaan berikut:

Qfp =q(fp)

1000A(fp) × 10.000 keterangan:

Qfp = Kebutuhan air untuk perikanan (m3/hari) q(fp) = Kebutuhan air untuk perikanan (7mm/hari/ha)

A(fp)= Luas kolam ikan (ha) (Badan Standardisasi Nasional, 2015).

3. Neraca Air

Neraca air adalah selisih ketersediaan dan kebutuhan air. Neraca Air dihitung dengan persamaan berikut:

∆S = Qketersediaan - Qkebutuhan Keterangan:

Qketersediaan = Total ketersediaan air (m3/bulan) Qkebutuhan = Total kebutuhan air (m3/bulan)

(16)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kawasan

Kabupaten Dairi merupakan salah satu dari 34 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatra Utara dengan luas wilayah 192.780 hektare, yaitu sekitar 2,69% dari luas provinsi Sumatra Utara (7.160.000 hektare) yang terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatra Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 s.d. 1.250 m di atas permukaan laut, dengan 15 kecamatan. Kecamatan Berampu, Kecamatan Gunung Sitember, Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Parbuluan, Kecamatan Pegagan Hilir, Kecamatan Sidikalang (Ibu kota dan pusat pemerintahan kabupaten Dairi), Kecamatan Siempat Nempu, Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Kecamatan Silahisabungan, Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kecamatan Sitinjo, Kecamatan Sumbul, Kecamatan Tanah Pinem, dan Kecamatan Tigalingga.

Secara astronomis Kabupaten Dairi terletak diantara 2°15’00’’ - 3°00’00” Lintang Utara dan 98°00’ - 98°30’ Bujur Timur, tepatnya di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian wilayah antara 400 – 1.700 meter di atas permukaan laut.

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Dairi

(17)

Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Dairi memiliki batas- batas wilayah, yaitu: di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Aceh) dan Kabupaten Karo, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pakpak Bharat, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan (Provinsi Aceh), dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Samosir.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Dairi tahun 2020 adalah 308.764 jiwa, terdiri dari 154.628 laki-laki (50,08 persen) dan 154.136 perempuan (49,92 persen), dengan rasio jenis kelamin 100,32 persen dan rata- rata kepadatan penduduk mencapai 160,16 jiwa/km2.

Menurut persebaran penduduk tiap kecamatan, penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Sidikalang, yaitu 53.433 jiwa (17,31 persen), dengan rata-rata kepadatan penduduk mencapai 756,09 jiwa/ km2, sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Silahisabungan, yaitu 5.242 jiwa (1,70 persen), dengan rata- rata kepadatan penduduk hanya 69,32 jiwa/km2.

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1.Ketersediaan Air Kabupaten Dairi Curah Hujan Kabupaten Dairi

Bulan 2015 2017 2018 2019 2020 Jumlah Rata-rata Januari 288.60 283.00 138.00 283.00 112.00 1.104,6 220,92 Februari 129.00 247.00 235.00 206.00 100.00 917 183,4

Maret 216.60 292.00 259.00 240.00 186.93 1.194,53 238,906 April 331.20 203.00 279.00 244.00 345.50 1.402,2 280,44

Mei 214.80 112.00 318.00 262.00 236.83 1.143,63 228,726 Juni 184.20 84.00 167.00 96.00 131.00 662,2 132,44 Juli 160.20 89.00 119.00 94.00 263.67 725,87 145,174 Agustus 261.10 191.00 102.00 109.00 130.00 793,1 158,62 September 219.80 216.00 286.00 61.00 238.67 1.021,47 204.294

Oktober 346.80 134.00 364.00 476.00 131.50 1.452,3 290,46 November 301.80 494.00 348.00 324.00 299.17 1.766,97 353,394

Desember 323.40 237.00 234.00 378.00 222.00 1.394,4 278.88

Jumlah 13.578,27

Rata-rata Tahunan 1.131,52

Tabel 3. Rata-rata Curah Hujan Kabupaten Dairi

Ketersediaan air ditinjau menggunakan Metode Koefisien Limpasan Air Hujan berdasarkan data penggunaan lahan dan curah hujan tahunan. Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah volume air yang tersedia di wilayah Administrasi Kabupaten Dairi. Berikut langkah-langkah untuk menghitung ketersediaan air.

a. Menghitung nilai koefisien limpasan air tertimbang. Berikut contoh perhitungan nilai koefisien limpasan air di Kabupaten Dairi.

(18)

No Dekripsi Permukaan Koefisien Limpasan Penggunaan Lahan

Luas Penggunaan Lahan (ha)

Total

a b c = a x b

1 Pertanian lahan kering 0,1 25.350,97 2.535,3

2 Permukiman 0,6 8.009,26 4.805,55

3 Sawah 0,15 6.399 959,85

4 Lahan Terbuka 0,2 175,83 35,16

5 Perkebunan 0,4 17.223 6.889,2

6 Perairan 0,05 374,02 18,7

Total - 54.472,08 15.243,76

Tabel 4. Koefisien Limpasan Air di Kabupaten Dairi

Kemudian nilai perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam persamaan untuk mengetahui nilai koefisien tertimbang. Berikut contoh untuk perhitungan nilai koefisien limpasan tertimbang di Kabupaten Dairi.

C =Σ(ci × Ai) Σ𝑎𝑖 C =15.243,76

54.472,08

C = 0,8

b. Menghitung rata-rata curah hujan tahunan.

Data series curah hujan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2015, 2017, 2018, 2019, 2020. Berikut contoh perhitungan nilai curah hujan rata-rata di Kabupaten Dairi menggunakan persamaan Poligon Thiessen menurut Harto dalam Suripin (2004).

R =A1R1 + A2R2 + A3R3 + ⋯ + AnRn A1 + A2 + A3 + ⋯ + An

R =152.43 × 1.131,52 152.43 R = 1.131,52

c. Menghitung total ketersediaan air dari hasil perhitungan sebelumnya. Berikut contoh perhitungan nilai ketersediaan air di Kabupaten Dairi.

SA = 10 x C x R x A

= 10 x 0,8 x 1.131,52 x 15.243,76

= 137.988.954,52 m3/tahun

Berikutnya ketersediaan dibagikan ke dalam 12 bulan dalan 1 tahun pada Tabel 5.

(19)

No Bulan Ketersediaan (m3/bulan)

1 Januari 11.687.589,04

2 Februari 10.933,551.04

3 Maret 11.687.589,04

4 April 11.310,570,04

5 Mei 11.687.589,04

6 Juni 11.310,570,04

7 Juli 11.687.589,04

8 Agustus 11.687.589,04

9 September 11.310,570,04

10 Oktober 11.687.589,04

11 November 11.310,570,04

12 Desember 11.687.589,04

Total (m3 /tahun) 137.988.954,52 Rata-Rata (m3 /bulan) 11.499.079,54

Tabel 5. Ketersediaan Air setiap bulan di Kabupaten Dairi

4.2.2. Kebutuhan Air Kabupaten Dairi 1. Kebutuhan Air Domestik

Jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada tahun 2020 adalah 308.764 jiwa sehingga standar kebutuhan air yang digunakan menurut SNI 6728.1-2015 adalah 125 liter/orang/hari. Berikut adalah hasil perhitungan kebutuhan domestik air Kabupaten Dairi:

Kecamatan Penduduk (Jiwa)

Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun (2010-

2020)

Sidikalang 53.433 0,91

Berampu 9.031 1,29

Sitinjo 14.426 2,45

Parbuluan 25.236 1,97

Sumbul 45.606 1,43

Silahisabungan 5.242 1,55

Silima Punggapungga 14.448 1,29

Lae Parira 14.526 0,66

Siempat Nempu 20.241 1,15

Siempat Nempu Hulu 20.183 1,30

Siempat Nempu Hilir 11.746 1,16

Tigalingga 24.428 1,27

Gunung Sitember 10.714 1,60

Pegagan Hilir 16.740 1,24

Tanah Pinem 22.761 1,15

Dairi 308.764 1,30

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Dairi tahun 2020

Selanjutnya kebutuhan air domestik dibagi kedalam 12 bulan yang berjumlah 366 hari.

(20)

No Bulan Kebutuhan Air Domestik (m3/bulan)

1 Januari 1.196.460,5

2 Februari 1.119.269,5

3 Maret 1.196.460,5

4 April 1.157.865

5 Mei 1.196.460,5

6 Juni 1.157.865

7 Juli 1.196.460,5

8 Agustus 1.196.460,5

9 September 1.157.865

10 Oktober 1.196.460,5

11 November 1.157.865

12 Desember 1.196.460,5

Total (m3 /tahun) 14.111.953 Rata-Rata (m3 /bulan) 1.561.951,08

Tabel 7. Kebutuhan air domestik Kabupaten Dairi Tahun 2020

2. Kebutuhan Air Non Domestik

Berdasarkan SNI 6728.1-2015, jumlah kebutuhan air non domestik dapat diasumsikan sebesar 30% dari kebutuhan air domestik. Dari hasil olah data diperoleh kebutuhan air non domestik pada Kabupaten Dairi yaitu sebesar 4.233.585,9 m3/tahun.

No Bulan Kebutuhan Air Non

Domestik (m3/bulan)

1 Januari 358.582,41

2 Februari 335.448,06

3 Maret 358.582,41

4 April 347.015,23

5 Mei 358.582,41

6 Juni 347.015,23

7 Juli 358.582,41

8 Agustus 358.582,41

9 September 347.015,23

10 Oktober 358.582,41

11 November 347.015,23

12 Desember 358.582,41

Total (m3 /tahun) 4.233.585,85 Rata-Rata (m3 /bulan) 352.798,82

Tabel 8. Kebutuhan air non domestik Kabupaten Dairi Tahun 2020

3. Kebutuhan Air Industri

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Dairi, terdapat 3 industri sedang, dan 221 industri kecil di Kabupaten Dairi. Berikut adalah kebutuhan air industri di Kabupaten Dairi:

(21)

Kecamatan Industri Sedang Industri Kecil

Sidikalang 3 116

Berampu - 4

Sitinjo - 12

Parbuluan - 11

Sumbul - 21

Silahisabungan - 1

Silima Punggapungga - 9

Lae Parira - 6

Siempat Nempu - 2

Siempat Nempu Hulu - 7

Siempat Nempu Hilir - 4

Tigalingga - 13

Gunung Sitember - 2

Pegagan Hilir - 11

Tanah Pinem - 2

Dairi 3 221

Tabel 9. Jumlah industri menurut jenisnya Kabupaten Dairi Tahun 2020

No Bulan Kebutuhan Air Industri (m3/bulan)

1 Januari 90.194.75

2 Februari 84.375,73

3 Maret 90.194.75

4 April 87.285,50

5 Mei 90.194.75

6 Juni 87.285,50

7 Juli 90.194.75

8 Agustus 90.194.75

9 September 87.285,50

10 Oktober 90.194.75

11 November 87.285,50

12 Desember 90.194.75

Total (m3 /tahun) 1.064.880,98 Rata-Rata (m3 /bulan) 88.740,08

Tabel 10. Kebutuhan air Industri Kabupaten Dairi Tahun 2020

4. Kebutuhan Air Pertanian

Kebutuhan air pertanian Kabupaten Dairi dihitung dari luas lahan pertanian lahan basah dan lahan kering yang meliputi perkebunan, sawah dan ladang. Kriteria kebutuhan air pertanian disesuaikan dengan jenis lahan yaitu 1.60 liter/ha/detik untuk lahan pertanian basah seperti sawah, sedangkan untuk ahan kering berupa tegalan/kebun, ladang/huma dan perkebunan sebesar 1 liter/ha/detik. Total kebutuhan air pertanian di Kabupaten Dairi pada tahun 2020 adalah sebesar 323.762.780,16 m3/tahun dapat dilihat pada Tabel 4.

(22)

Kecamatan Luas Sawah

(Ha)

Kelapa Sawit

Kelapa Karet Kopi Kakao Tembakau

Sidikalang 187 - - - 640,00 5,80

Berampu 418 - - - 482,00 -

Sitinjo 601 - 2,90 - 346,00 22,30

Parbuluan 106 - - - 2.831,00 -

Sumbul 2.356 - - - 7.997,00 - 141

Silahisabungan 221 - 1,30 - 8,00 -

Silima

Punggapungga 184 40,80 69,50 25,60 59,00 184,70

Lae Parira 1.138 23,10 67,40 24,60 145,00 70,50

Siempat Nempu 400 43,00 21,70 41,00 105,00 96,80

Siempat Nempu

Hulu 267 104,40 113,60 76,00 312,00 90,20

Siempat Nempu Hilir

125 74,00 47,00 83,00 - 200,50

Tigalingga 116 112,70 85,30 118,40 - 403,90

Gunung Sitember - 102,20 80,70 78,00 - 432,50

Pegagan Hilir 266 17,00 33,10 13,90 266,00 75,40 117

Tanah Pinem 14 113,60 214,40 109,90 - 303,80

581,70 736,90 570,40 13.190,00 1886,00 258

Dairi 6.399 17.223

Tabel 11. Luas Sawah dan Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2020

Penggunaan Lahan

Luas (Ha) Kebutuhan Air Pertanian (m3/detik)

Sawah 6.399 10,1424

Perkebunan 17.223 17,223

Tabel 12. Kebutuhan air Pertanian m3/detik Kabupaten Dairi Tahun 2020

Tabel 13. Kebutuhan air Pertanian Kabupaten Dairi Tahun 2020

No Bulan Kebutuhan Air

Pertanian (m3/bulan)

1 Januari 27.422.530,56

2 Februari 25.653.335,04

3 Maret 27.422.530,56

4 April 26.537.932,8

5 Mei 27.422.530,56

6 Juni 26.537.932,8

7 Juli 27.422.530,56

8 Agustus 27.422.530,56

9 September 26.537.932,8

10 Oktober 27.422.530,56

11 November 26.537.932,8

12 Desember 27.422.530,56

Total (m3 /tahun) 323.762.780,16 Rata-Rata (m3 /bulan) 26.980.231,68

(23)

5. Kebutuhan Air Peternakan

Jumlah ternak yang terdapat di Kabupaten Dairi menurut data BPS adalah 3.603 ekor sapi, 3.120 ekor kerbau, 100 ekor kuda, 5.745 ekor kambing, 1510 ekor babi, dan 1.379.541 ekor unggas. Standar kebutuhan air ternak yang digunakan merujuk pada SNI 6728.1-2015. Berikut adalah kebutuhan air peternakan di Kabupaten Dairi:

Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Uanggas

Sidikalang 15 160 - 109 151 119,113

Berampu 28 672 - 359 45 274,427

Sitinjo 7 38 - 32 48 34,433

Parbuluan 57 300 35 16 126 61,948

Sumbul 320 183 8 73 159 47,632

Silahisabungan 15 115 7 71 83 30,009

Silima

Punggapungga 13 133 4 416 134 115,320

Lae Parira 14 325 - 98 49 160,698

Siempat Nempu 208 275 4 750 118 130,094

Siempat Nempu

Hulu 1 166 121 15 625 134 189,563

Siempat Nempu

Hilir 166 262 10 582 111 45,631

Tigalingga 619 147 6 377 68 79,560

Gunung Sitember 190 27 4 599 52 62,562

Pegagan Hilir 520 298 4 838 120 57,607

Tanah Pinem 265 64 3 800 112 58,142

Dairi 3 603 3 120 100 5 745 1 510 1,379,541

Tabel 14. Jumlah Ternak dan Unggas Kabupaten Dairi Tahun 2020

No Bulan Kebutuhan Air

Peternakan (m3/bulan)

1 Januari 35.197,41

2 Februari 32.926,88

3 Maret 35.197,41

4 April 34.062,23

5 Mei 35.197,41

6 Juni 34.062,23

7 Juli 35.197,41

8 Agustus 35.197,41

9 September 34.062,23

10 Oktober 35.197,41

11 November 34.062,23

12 Desember 35.197,41

Total (m3 /tahun) 420.098,4 Rata-Rata (m3 /bulan) 35.008,2

Tabel 15. Kebutuhan air Peternakan Kabupaten Dairi Tahun 2020

(24)

6. Kebutuhan Air Perikanan

Berdasarkan data BPS Kabupaten Dairi, luas kolam/danau/waduk di BPS Kabupaten Dairi adalah 353,71 ha. Berikut adalah hasil perhitungan kebutuhan air sektor perikanan Kabupaten Dairi:

Kecamatan Kolam Sawah Jaring Apung

Pembenihan

Sidikalang 30,00 4,50 - 2,00

Berampu 8,50 4,00 - -

Sitinjo 8,25 3,00 - 1,20

Parbuluan 19,63 2,00 - -

Sumbul 62,50 8,50 - 1,80

Silahisabungan 2,00 0,00 6,45 -

Silima

Punggapungga

54,50 5,00 - 4,00

Lae Parira 16,00 1,50 - 2,50

Siempat Nempu 20,20 8,00 - -

Siempat Nempu Hulu

13,00 8,35 - -

Siempat Nempu

Hilir 9,00 6,00 - -

Tigalingga 5,00 - - -

Gunung Sitember 6,00 - - -

Pegagan Hilir 20,00 5,83 - -

Tanah Pinem 4,50 - - -

Dairi 279,08 56,68 6,45 11,50

353.71

Tabel 16. Luas Areal Lahan Usaha Budi Daya Ikan Kabupaten Dairi Tahun 2020

No Bulan Kebutuhan Air

Perikanan (m3/bulan)

1 Januari 427.635,39

2 Februari 400.046,01

3 Maret 427.635,39

4 April 413.840,7

5 Mei 427.635,39

6 Juni 413.840,7

7 Juli 427.635,39

8 Agustus 427.635,39

9 September 413.840,7

10 Oktober 427.635,39

11 November 413.840,7

12 Desember 427.635,39

Total (m3 /tahun) 5.048.856,54 Rata-Rata (m3 /bulan) 420.738,04

Tabel 17. Kebutuhan air domestik Kabupaten Dairi Tahun 2020

(25)

4.2.3. Neraca Air Kabupaten Dairi

Neraca air adalah selisih antara ketersediaan dan kebutuhan air. Selisih ketersediaan dan kebutuhan air yang bernilai positif atau surplus menunjukan ketersediaan air mampu mencukupi semua kebutuhan air di wilayah tersebut. Selisih bernilai negatif atau defisit menunjukan bahwa kebutuhan air di wilayah tersebut belum seluruhnya terpenuhi. Neraca air dapat memberikan gambaran mengenai tingkat pemenuhan kebutuhan airpada suatu wilayah. Berikut adalah hasil perhitungan neraca air Kabupaten Dairi tahun 2020:

No Bulan Ketersediaan (m3/bulan)

Kebutuhan Air Domestik (m3/bulan)

Kebutuha n Air Non

Domestik (m3/bulan)

Kebutuha n Air Industri (m3/bulan)

Kebutuhan Air Pertanian (m3/bulan)

Kebutuhan Air Peternakan

(m3/bulan)

Kebutuhan Air Perikanan (m3/bulan)

Neraca Air Keterang an

1 Januari 11.687.589,04 1.196.460,5 358.582,41 90.194.75 27.422.530,56 35.197,41 427.635,39 - 17.843.011,98 Defisit 2 Februari 10.933,551.04 1.119.269,5 335.448,06 84.375,73 25.653.335,04 32.926,88 400.046,01 - 16.691.850,18 Defisit 3 Maret 11.687.589,04 1.196.460,5 358.582,41 90.194.75 27.422.530,56 35.197,41 427.635,39 - 17.843.011,98 Defisit 4 April 11.310,570,04 1.157.865 347.015,23 87.285,50 26.537.932,8 34.062,23 413.840,7 - 17.267.431,42 Defisit 5 Mei 11.687.589,04 1.196.460,5 358.582,41 90.194.75 27.422.530,56 35.197,41 427.635,39 - 17.843.011,98 Defisit 6 Juni 11.310,570,04 1.157.865 347.015,23 87.285,50 26.537.932,8 34.062,23 413.840,7 - 17.267.431,42 Defisit 7 Juli 11.687.589,04 1.196.460,5 358.582,41 90.194.75 27.422.530,56 35.197,41 427.635,39 - 17.843.011,98 Defisit 8 Agustus 11.687.589,04 1.196.460,5 358.582,41 90.194.75 27.422.530,56 35.197,41 427.635,39 - 17.843.011,98 Defisit 9 September 11.310,570,04 1.157.865 347.015,23 87.285,50 26.537.932,8 34.062,23 413.840,7 - 17.267.431,42 Defisit 10 Oktober 11.687.589,04 1.196.460,5 358.582,41 90.194.75 27.422.530,56 35.197,41 427.635,39 - 17.843.011,98 Defisit 11 November 11.310,570,04 1.157.865 347.015,23 87.285,50 26.537.932,8 34.062,23 413.840,7 - 17.267.431,42 Defisit 12 Desember 11.687.589,04 1.196.460,5 358.582,41 90.194.75 27.422.530,56 35.197,41 427.635,39 - 17.843.011,98 Defisit

Tabel 18. Neraca Air Kabupaten Dairi Tahun 2020

(26)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa ketersediaan air di Kabupaten Dairi pada tahun 2020 yaitu sebesar 137.988.954,52 m3/tahun. Kebutuhan air domestik sebesar 14.111.953 m3/tahun, kebutuhan air non domestik sebesar 4.233.585,85 m3/tahun, kebutuhan air industri sebesar 1.064.880,98 m3/tahun, kebutuhan air pertanian sebesar 323.762.780,16 m3/tahun, kebutuhan air peternakan sebesar 420.098,4 m3/tahun, dan kebutuhan air perikanan sebesar 5.048.856,54 m3/tahun. Jadi dapat ditotalkan kebutuhan air di Kabupaten Dairi sebesar 348.642.154,93 m3/tahun. Sehingga dapat dianalisis neraca air Kabupaten dairi pada tahun 2020 yaitu jumlah ketersediaan air dikurang dengan kebutuhan air sebesar -210.653.200,4, nilai ini menunjukkan bahwa Neraca Air mengalami defisit.

5.2. Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan mini riset ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dibutuhkan penulis untuk perbaikan tugas ini.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi. (2020). Kabupaten Dairi Dalam Angka 2020. BPS Kabupaten Dairi.

Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI 6728.1:2015 Penyusunan neraca spasial sumber daya alam - Bagian 1: Sumber daya air. BSN

Putri, Kamila Fadyana. 2020. Analisis Neraca Air di Kabupaten Maluku Tenggara - Provinsi Maluku. Jurnal Teknik Sipil, 27(2), 135-146

Chairunnisa, Nurul., dkk. 2021. Analisis Neraca Air di Pulau Jawa-Bali sebagai Upaya Antisipasi Krisis Air. Jurnal Teknik Sipildan Lingkungan, 6(2), 61-80

Sitompul, Mizanuddin., Rizki Efrida. 2018. Evaluasi Ketersediaan Air DAS Deli Terhadap Kebutuhan Air (Water Balanced). Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-UNAND), 14(2), 121- 129

Purwandani, Harits., dkk. 2020. Tingkat Daya Dukung Lingkungan Permukiman Di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Planning for Urban Region and Environment, 9(2), 171-182

Agnesia, Charina., dkk. 2021. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air Berdasarkan Neraca Air di Sub DAS Cikeruh Jawa Barat. Jurnal Agritechno, 14(2), 106-115

Referensi

Dokumen terkait

Adapun sifat data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, dimana data berupa angka-angka yaitu data produksi di kabupaten TTS [5].menggunakan data sekunder yang di ambil