• Tidak ada hasil yang ditemukan

MU'ĀSYARAH DALAM RELASI SEKSUAL PERSPEKTIF K.H. HUSEIN MUHAMMAD

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MU'ĀSYARAH DALAM RELASI SEKSUAL PERSPEKTIF K.H. HUSEIN MUHAMMAD"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Laki-laki dan perempuan, meskipun secara fisik berbeda, memiliki kewajiban, tugas, dan hak yang sama. Nahdlatul Ulama (NU) dengan Lajnah Bathsul Matsail (LBM) dan Muhammadiyah dengan Majelis Tarjih juga didominasi laki-laki.

Definisi Operasional

Bahkan di kalangan ulama, pengertian Mu'āsyarah bil ma'ruf cenderung masih berkutat pada pengertian yang sama seperti di atas. Ada beberapa pendapat dalam pengertian Mu'āsyarah bil ma'rūf, salah satunya mengartikannya sebagai “perbaikan ucapan, perbuatan, penampilan”.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Telaah Pustaka

Dalam kerangka yang luas untuk membentuk kehidupan yang demikian, Al-Qur'an menekankan perlunya akhlak yang baik, yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan (suami dan istri). Orang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian dari mereka menjadi penolong bagi yang lain. Prinsip kesetaraan bukanlah menyamakan secara fisik, tetapi menyamakan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan di hadapan Allah SWT.

Laki-laki yang diajari untuk tegas, kuat, dan tidak sabar akan menjadi pemimpin dan kepala rumah tangga. Berbeda dengan laki-laki yang tugasnya bekerja dan mencari nafkah serta tidak dibebani dengan pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, pandangan ini dapat mengabaikan perspektif keadilan dalam hak-hak seksual laki-laki dan perempuan.

Selain itu, seksualitas kemudian juga mencerminkan hubungan yang timpang antara laki-laki dan perempuan. Hakikat pandangan al-Qur’an dari kedua pandangan tersebut adalah laki-laki dan perempuan memiliki ciri seksual yang sama (gagasan persamaan seksual). Gambaran Al-Qur'an tentang laki-laki dan perempuan serta sisi maskulin dan femininnya dijelaskan oleh Allah dalam banyak cara.

Metode Penelitian

Sistematika Penulisan

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab keempat menjelaskan konsep mu'asyerah dalam hubungan seksual dari sudut pandang KH Husain Muhammad, dan bab kelima diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

KONSEP MU'ĀSYARAH BI AL-MA„RûF

Pengertian Mu'āsyarah Bi Al- Ma'rūf

Dasar Hukum Mu'āsyarah Bi Al-Ma'rūf

Mu'āsyarah Bi Al- Ma'rūf dalam Perkawinan

Mu'āsyarah Dalam Relasi Kemanusiaan

Sebaliknya, bagi keluarga yang membangkang kepada Allah, mereka akan mengalami kesusahan, kesedihan dan kesengsaraan. Masyarakat masih menganggap (stereotype) suatu pandangan terkait bahwa laki-laki sebagai kepala keluarga adalah satu-satunya yang paling berkuasa dalam urusan kelangsungan hidup dan segala keputusan dalam keluarga. Setelah munculnya era modern dengan kesetaraan gender, perempuan memiliki hak kebebasan yang sama dengan laki-laki.

Peran ganda yang dimiliki perempuan terkadang menimbulkan permasalahan baru yaitu adanya ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga, laki-laki (laki-laki) terkadang masih enggan membantu meringankan tugas perempuan meskipun perempuan telah membantunya dalam persoalan hidup. Karena ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan dalam agama diciptakan oleh berbagai budaya, bukan pesan agama itu sendiri. Wahai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

Menurut Fatima Zuhrah, dalam konsep keluarga Islam tidak ada perbedaan yang mendasar antara suami dan istri, diantara mereka ada hubungan kemitraan yang setara, dan bukan hubungan struktural yaitu hubungan atasan dan bawahan, melainkan hubungan fungsional. yaitu hubungan yang saling melengkapi antara suami dan istri. Oleh karena itu kata “zaujaha” yang berarti pasangan merupakan kata bijak, mengingat kata pasangan merupakan kata yang menunjukkan bahwa antara laki-laki dan perempuan harus memiliki kedudukan yang setara antara keduanya saling melengkapi. Keluarga yang harmonis tentu akan memperhatikan kerjasama, tanpa kerjasama yang baik maka tujuan perkawinan tentu tidak akan terwujud.

Hak dan Kewajiban Suami Istri

Al-Sya'rawi mengumpamakan pria dan wanita dengan pakaian yang menutupi tubuh telanjang mereka. 1 tahun 1974 dalam pasal 30 sampai dengan 36 tentang perkawinan dengan perkawinan laki-laki dan perempuan ditetapkan suatu kewajiban, laki-laki sebagai laki-laki menikmati beberapa hak beserta kewajibannya56. Hak dan kewajiban suami istri diatur dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 dalam pasal 30 sampai dengan 36 tentang perkawinan.

Dengan adanya perkawinan antara suami dan istri, maka diletakkan suatu kewajiban, laki-laki sebagai suami memperoleh hak-hak tertentu beserta kewajibannya. 58 Laurensius Mamahit, “Hak dan Kewajiban Suami Istri Akibat Perkawinan Campur Perspektif Hukum Positif Indonesia”, Lex Privatum, Vol. Hak dan kedudukan istri seimbang dengan hak dan kedudukan suami dan istri dalam kehidupan rumah tangga dan kehidupan sosial bersama dalam masyarakat.

Hak bersama suami istri dapat terpenuhi apabila keduanya bekerja sama, baik dalam hubungan sosial sehari-hari maupun dalam hubungan seksual, saling menghormati dan menghormati antara suami istri. Suami dan istri memiliki tugas mulia untuk memelihara rumah tangga, yang merupakan dasar dari masyarakat. Menurut Abdul Aziz al-Fauzan, ada kewajiban bersama antara suami istri: saling menjaga hubungan baik.

Beban Ganda (double burden)

Pada tahun 2017, disebutkan bahwa “stereotip gender adalah keyakinan atau kesan umum tentang atribut atau karakteristik yang seharusnya dimiliki dan dimainkan oleh perempuan atau laki-laki”. Laki-laki memberi label bahwa laki-laki itu kuat dan teguh sehingga tidak boleh merengek dan menangis, bahwa laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga dan karenanya harus menjadi pencari nafkah utama. Akses, yaitu memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh hak antara laki-laki dan perempuan, misalnya dalam bidang pekerjaan, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama secara profesional dan transparan dalam bidang pekerjaan dan mendapatkan gaji.

Kontrol, analisis gender untuk mencapai keadilan gender, indikatornya dapat dilihat melalui pemahaman kontrol atau pembangunan yang menguntungkan perempuan dan laki-laki yang memiliki kebutuhan dasar yang sama. Partisipasi, meningkatkan partisipasi perempuan dan laki-laki dalam beberapa bidang kehidupan baik di ranah domestik maupun publik, agar aspirasi mereka dapat terpenuhi dan tersalurkan, juga merupakan indikator terciptanya keadilan gender, dimana perempuan dan laki-laki dapat memperoleh manfaat. perkembangan. Dalam feminisme liberal modern, tuntutan hak-hak perempuan telah merambah ke ranah politik, sehingga perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki dan semakin populer, sehingga mudah untuk menyatakan bahwa perempuan memiliki hak atas kebebasan.

Feminis postmodern tidak ingin identitas gender dan gender diberikan kepada laki-laki atau perempuan, karena memang begitu. Feminisme Muslim adalah orang yang peduli dan memperhatikan posisi perempuan dalam kaitannya dengan laki-laki dan berusaha memberikan pemahaman dan pembelaan terhadap ketidakadilan gender, serta berusaha mengoreksi, menafsirkan dan menjelaskan kembali teks dan ajaran agama dan sosial yang ada. bias gender. . Baik atau buruk, aliran feminis tidak dapat memungkiri bahwa feminisme adalah buah dari kesadaran akan bias atau ketidakadilan gender yang ada di masyarakat, perempuan yang merupakan makhluk Tuhan, sama seperti laki-laki, tidak pantas untuk direndahkan.

BIOGRAFI K.H. HUSEIN MUHAMMAD

  • Biografi K.H. Husein Muhammad
  • Karya-karya K.H. Husein Muhammad
  • Konsep Pemikiran Gender K.H. Husein Muhammad
  • Konsep Mu'āsyarah Dalam Relasi Seksual
  • Mu'āsyarah Dalam Relasi Seksual Perspektif K.H. Husein

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer, “Perkawinan diartikan sebagai perjanjian formal antara seorang pria dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga.” Sebagian orang menyebut perkawinan sebagai penyatuan laki-laki dan perempuan dalam suatu hubungan yang disahkan oleh undang-undang, dan sebagainya. Dalam kerangka hukum fikih, sebagian besar ahli fikih mendefinisikan pernikahan sebagai transaksi suci yang memberikan hak kepada laki-laki atas tubuh perempuan untuk tujuan kenikmatan seksual. Pendapat umum mazhab Maliki menegaskan hal yang sama bahwa objek perkawinan adalah penggunaan tubuh perempuan, bukan tubuh laki-laki.

Pandangan-pandangan tersebut menunjukkan kepada kita bagaimana keunggulan laki-laki (laki-laki) atas perempuan (perempuan) muncul dari perspektif ahli fikih. Hussein Muhammad bahwa ajaran Islam mengajarkan perkawinan sebagai perjanjian hukum yang memberikan hak seksual antara laki-laki dan perempuan untuk tujuan yang saling diinginkan109 berdasarkan Qs al-Bakarah; 187. Menilai atau menganggap bahwa salah satu jenis kelamin memiliki peran dan fungsi yang lebih rendah 112 Perempuan dianggap memiliki kedudukan yang lebih rendah daripada laki-laki, sehingga perempuan dianggap tidak layak untuk mengisi peran-peran tertentu yang ada dalam masyarakat.

Nurjannah Ismail, Perempuan Pasung: Penafsiran Bias Laki-Laki, Edisi 1 (Yogyakarta: LKiS, 2003), hlm. Fatimah Zuhrah, Hubungan Suami Istri dalam Keluarga Muslim Menurut Konsep Al-Qur'an: Analisis Maudhuiy Tafsir, Journal of Analytical Islamica, Vol.2 No.1 hal.190. Mohammad Ikrom, Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Al-Qur'an (STIS Miftahul Ulum, Lumajang: Qolamuna, Vol.1 no.1, 2015) hal.24 Laurentsius Mamahmit, Hak dan Kewajiban Suami Istri Akibat Perkawinan.

PENUTUP

Kesimpulan

Sedangkan prinsip mu'asyarah bi al-ma'ruf merupakan prinsip dasar yang sangat hakiki bagi setiap orang dalam kehidupan sosialnya (aspek mu'amalat) termasuk dalam hubungan suami istri sebagaimana dimaksud dalam surat an-Nisa' (4) : 19 sendiri. Dimana dimaksudkan agar suami dan istri harus dapat bertindak timbal balik di antara mereka dan berperilaku sesuai dengan tugas dan kewajiban yang diembannya. Hal inilah yang disampaikan oleh K.H Husein Muhammad bahwa dalam prinsip mu'asyarah bi al-ma'ruf dalam hubungan seksual suami istri harus bersikap saling memberi, menerima, menyayangi dan saling menjaga satu sama lain untuk tidak saling menyakiti. dan tidak melupakan kewajiban antara keduanya.

Prinsip mu'asyarah bi al-ma'ruf sangat penting dan mendasar bagi suami istri, terutama dalam hubungan seksual di antara mereka. Penting untuk memastikan bahwa keduanya dapat menikmati kehidupan seksnya secara setara, yang melindungi perempuan dari kemungkinan tindakan kekerasan seksual (eksploitasi seksual) oleh laki-laki, karena laki-laki lebih cenderung dominan. Dalam implementasinya, apa yang saya sebut prinsip feminisme transendental, sangat bermanfaat untuk menjawab dan mengatasi berbagai persoalan dan keterbatasan seksual, baik secara alamiah (natural) sebagaimana yang ada pada perempuan: haid, nifas, istihadza dan sebagainya.

Hal ini jelas sangat berbeda dengan apa yang sering diungkapkan oleh feminisme radikal, feminisme liberal, feminisme maxis, feminisme teologis, atau feminisme postmodern. Meski narasi tentang pentingnya menanggapi perbedaan interpretasi yang menyerukan kekerasan dan diskriminasi serupa, gagasan feminisme transendental K.H.

Saran

Siti Musdah Mulia, Menuju Kemandirian Politik Perempuan; Upaya Mengakhiri Depolitisasi Perempuan di Indonesia, Edisi 1 (Yogyakarta: Kobar Press, 2008), hal Agus Afandi, “Bentuk Perilaku Bias Gender”, Lentera: Jurnal Studi Gender dan Anak, Vol,. Dadang jaya, "Gender dan Feminisme: Kajian dari Perspektif Ajaran Islam", At-Tatbiq: Jurnal Ahwal al-Syakhsiyyah, Vol.

Dadang jaya, "Gender and Feminism: A Study from the Perspective of Islamic Teachings", At-T Tatbiq: Ahwal al-Syakhsiyyah Journal,...: 20. Se også: Marwan Sardijo, Cak Nur Between Sarongs and Dasi & Siti Musdah Mulia, (Jakarta: Ngali Aksara-Paramadina Foundation, 2005), s. Sulaiman, Gender Welfare in the Thoughts of Siti Musdah Mulia, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Sharia Faculty, 2004), s.

Irfan Mustafa, Misli Siti Musdah Mulia o Iddahu, (Semarang: IAIN Wali Songo Sharia Faculty, 2006), str. Musdah Mulia, »Principles of Gender Equality«, http://docplayer.info/146875- Principles of equality-humans-musdah-mulia.html, dostopno 19. februarja 2022. Siti Musdah Mulia, Building Heaven on Earth: Tips Fostering an Idealna družina v islamu, (Džakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011), str.

Referensi

Dokumen terkait

Diantara keputusan tersebut yaitu, (1) Mengaku bahwa : “Islam memberikan hak-hak yang sama kepada perempuan dan laki-laki sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur’an