• Tidak ada hasil yang ditemukan

2140156 Muh.Alfath Alfatha'ir Makalah Tugas Akhir

N/A
N/A
Muhammad Fajar Zahwan

Academic year: 2025

Membagikan "2140156 Muh.Alfath Alfatha'ir Makalah Tugas Akhir"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

VERIFIKASI METODE PENETAPAN KADAR KROM HEKSAVALEN DALAM AIR BERSIH, AIR PERMUKAAN, DAN AIR LIMBAH

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK DI PT SUCOFINDO

MUH.ALFATH ALFATHA’IR HASANUDDIN NIM 2140156

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA ANALISIS KIMIA

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

POLITEKNIK AKA BOGOR BOGOR

2023

(2)

VERIFIKASI METODE PENETAPAN KADAR KROM HEKSAVALEN DALAM AIR BERSIH, AIR PERMUKAAN, DAN AIR LIMBAH

MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER SINAR TAMPAK DI PT SUCOFINDO

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

Diajukan Guna Melengkapi Syarat Pendidikan Diploma Tiga Program Studi Analisis Kimia

Oleh :

MUH.ALFATH ALFATHA’IR HASANUDDIN NIM : 2140156

Pembimbing I Pembimbing II

Arie Pratama Putra, M.Si. Achmad, S.Si.

Direktur Politeknik AKA Bogor

Henny Rochaeni, M.Pd.

POLITEKNIK AKA BOGOR BOGOR

2023

(3)

ii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik Kerja Industri (Prakerin) yang berjudul β€œVerifikasi Metode Penetapan Kadar Krom heksavalen Dalam Air Bersih, Air Permukaan, Dan Air Limbah Menggunakan Spektrofotometer Sinar Tampak Di PT Sucofindo”. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada:

1. Bapak Arie Pratama Putra, M.Si., Pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa dan saat penyusunan tugas akhir.

2. Bapak Achmad, S.Si., Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan waktu luang selama pelaksanaan praktik kerja industri.

3. Ibu Henny Rochaeni, M.Pd., Direktur Politeknik AKA Bogor beserta seluruh staf pengajar dan karyawan.

4. Bapak Mohammad Jihad Madiabu, M.Si., Dosen wali yang bersedia meluangkan waktu untuk konsultasi arahan akademis kepada penulis.

5. Seluruh staf dan karyawan PT Sucofindo Makassar terkhusus bagian laboratorium lingkungan yang telah memberikan bimbingan selama praktik kerja industri.

6. Orang tua tercinta, Hasanuddin Samaila dan Nafiah Hemma yang telah memberikan dukungan moral dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

7. Rekan-rekan keluarga Aksel 2021 yang telah membantu dan memberikan semangat dalam pengerjaan hasil penelitian

Penulis menyadari bahwa, dalam penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memberi ilmu bagi pembacanya.

Bogor, September 2023

Penulis

(4)

iii DAFTAR ISI

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI ... 4

2.1 Waktu dan Tempat ... 4

2.2 Alat dan Bahan ... 4

2.2.1 Alat ... 4

2.2.2 Bahan ... 4

2.3 Cara Kerja ... 4

2.3.1 Tahap Persiapan ... 5

2.3.2 Tahap Pengujian ... 9

2.3.3 Tahap Pengolahan Data ... 10

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

3.1 Konfirmasi Panjang Gelombang Maksimum ... 17

3.2 Uji Linearitas ... 18

3.3 Uji Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitasi ... 19

3.4 Konfirmasi Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitasi ... 20

3.5 Uji Presisi ... 21

3.6 Uji Akurasi ... 22

3.7 Estimasi Ketidakpastian Pengukuran Kadar Krom Heksavalen ... 23

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ... 28

4.1 Simpulan ... 28

4.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN... 30

(5)

iv DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Hasil Uji Verifikasi Metode Penetapan Kadar Krom Heksavalen dalam Air Bersih,

Air Permukaan dan Air Limbah ... 16

2. Data Pengujian LDM dan LK Teoritis dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah... 19

3. Data Konfirmasi Nilai LDM dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah ... 20

4. Data Konfirmasi Nilai LK dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah ... 21

5. Data Uji Presisi dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah ... 22

6. Data Uji Akurasi dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah ... 23

7. Data Hasil Estimasi Ketidakpastian Pengukuran Kadar Krom Heksavalen dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah ... 24

(6)

v DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Diagram Fishbone Estimasi Ketidakpastian Pengukuran ... 13 2. Kurva Hasil Konfirmasi Panjang Gelombang Maksimum ... 17 3. Kurva Kalibrasi Krom Heksavalen ... 18 4. Diagram Sumber Ketidakpastian Terhadap Estimasi Ketidakpastian Pengukuran

Kadar Krom Heksavalen pada Matriks Sampel a. Air Bersih; b. Air Permukaan; c. Air Limbah ... 26

(7)

vi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Ringkasan Kegiatan Praktik Kerja Industri ... 31

2. Perhitungan Pembuatan Larutan ... 36

3. Perhitungan Uji Linearitas ... 38

4. Data dan Perhitungan Limit Deteksi Metode (LDM) Dan Limit Kuantiasi (LK) ... 40

5. Hasil Konfirmasi Uji LDM Dan Uji LK ... 48

6. Data dan Contoh Hasil Perhitungan Uji Presisi... 57

7. Data dan Contoh Hasil Perhitungan Uji Akurasi ... 61

8. Data dan Perhitungan Estimasi Ketidakpastian Pengukuran ... 64

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromium merupakan salah satu logam berat yang dihasilkan dari aktivitas industri seperti industri metalurgi, baterai, pewarna, pestisida dan elektroplating. Di lingkungan perairan, kromium terdapat dalam beberapa keadaan oksidasinya mulai dari -2 sampai +6. Kromium di tanah dan air permukaan paling banyak dalam bentuk +3 dan +6. Cr(III) (kromium trivalen) berguna dalam proses metabolisme sementara Cr(VI) (kromium heksavalen) bersifat toksik. Hal ini disebabkan karena Cr(VI) memiliki mobilitas lebih besar dari Cr(III) dan sulit untuk dihilangkan dari air. Toksisitas dari Cr(VI) diperkirakan 10 sampai 100 kali dari Cr(III). Cr(VI) umumnya bersifat genotoksik, mutagenik dan karsinogen terhadap manusia dan terhadap jaringan biota tergantung dari tingkat kelarutan dan mobilitasnya.

Mengingat aplikasinya yang luas, maka perlu dilakukan pengontrolan keberadaan kromium pada lingkungan aquatik (DARMOKOESOEMO, 2020)

PT Sucofindo Makassar merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang inspeksi, pengujian dan konsultasi. Sebagai salah satu perusahaan inspeksi terkemuka di Indonesia, Laboratorium di PT Sucofindo cabang Makassar telah mendapatkan sertifikat akreditasi ISO/IEC 17025:2017 untuk menjamin hasil pengujian yang dilakukan. Salah satu laboratorium yang dikembangkan oleh PT Sucofindo Makassar yaitu laboratorium lingkungan.

laboratorium lingkungan tersebut dikembangkan untuk menguji parameter mutu sampel umum yang berkaitan dengan lingkungan. Salah satu parameter mutu yang diujikan yaitu kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan, dan air limbah.

Analisis kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan, dan air limbah dilakukan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Metode ini mengacu pada standar baku yang dikembangkan oleh American Public Health Association (APHA). Prinsip percobaannya yaitu pembentukan senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan 1,5-difenilkarbazida. Dalam suasana asam 1,5- difenilkarbazida akan bereaksi dengan krom heksavalen membentuk difenilkarbazon dan krom heksavalen akan tereduksi menjadi krom(II).

(9)

Difenilkarbazon bereaksi dengan krom(II) membentuk senyawa kompleks difenilkarbazonkromium(II) yang berwarna ungu. Kuantitas warna yang dihasilkan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer Sinar tampak. Banyaknya nilai absorbansi yang didapatkan sebanding dengan jumlah krom heksavalen yang ada pada sampel (APHA, 2017). Sebagai Laboratorium yang telah terakreditasi ISO/IEC 17025:2017, metode analisis yang digunakan selalu diuji verifikasi secara berkala untuk tiap tahunnya. Pengujian tersebut perlu dilakukan untuk membuktikan bahwa metode tersebut dapat digunakan dan dapat memberikan hasil pengujian yang valid.

Verifikasi metode adalah suatu proses (percobaan laboratorium) untuk membuktikan bahwa laboratorium mampu menggunakan metode analisis baku/standar pada kondisi nyata di laboratorium (KARTIKA, 2021). Parameter- parameter verifikasi metode penetapan kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah yang dilakukan di PT Sucofindo Makassar terdiri atas uji linearitas, limit deteksi metode, limit kuantitasi, presisi, akurasi, dan estimasi ketidakpastian pengujian.

1.2 Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mengkonfirmasi unjuk kerja metode penetapan kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan, dan air limbah menggunakan spektrofotometer sinar tampak yang mengacu pada metode standar APHA edisi 23 tahun 2017 3500-Cr-B. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang ditetapkan oleh PT Sucofindo cabang Makassar untuk memastikan hasil uji yang telah didapatkan.

1.3 Manfaat

Hasil percobaan ini dapat digunakan untuk memberikan jaminan bahwa metode analisis krom heksavalen dalam 3 jenis sampel yaitu air bersih, air permukaan, dan air limbah menggunakan spektrofotometer sinar tampak yang digunakan di Laboratorium lingkungan PT Sucofindo Makassar valid. Sehingga metode tersebut dapat diterapkan di Laboratorium lingkungan PT Sucofindo

(10)

3

Makassar. Perusahaan juga dapat menggunakannya sebagai rujukan untuk verifikasi tahun berikutnya.

(11)

4 BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

2.1 Waktu dan Tempat

Percobaan ini merupakan bagian dari kegiatan praktik kerja industri (prakerin) yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2023.

prakerin dilaksanakan di salah satu cabang PT Sucofindo yang berlokasi di Makassar. Ringkasan prakerin dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat

Alat yang digunakan meliputi alat utama dan alat penunjang. Alat utama yang digunakan yaitu Cary 50 UV-Vis Spectrophotometer. Alat penunjang yang digunakan terdiri atas labu takar, pipet volum, pipet tetes, gelas ukur, buret semi- mikro, gelas piala, batang pengaduk, corong, botol kaca, neraca analitik, dan pompa vakum.

2.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan terdiri atas tiga jenis sampel yaitu air bersih, air permukaan, dan air limbah yang telah disediakan oleh perusahaan. Sedangkan bahan kimia yang digunakan terdiri atas kalium dikromat (K2Cr2O7) 1,5- difenilkarbazida (C13H14N4O), asam fosfat (H3PO4), asam sulfat (H2SO4), aseton (C3H6O), dan aquabides

2.3 Cara Kerja

Cara kerja pada verifikasi metode penetapan kadar kromheksavalen dalam air bersih, air permukaan, dan air limbah menggunakan spektrofotometer Sinar tampak terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan, pengujian, dan pengolahan data.

Tahap persiapan terdiri atas beberapa tahapan, yaitu pembuatan larutan induk Cr6+

500 mg/L, pembuatan larutan deret standar Cr6+ (0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1) mg/L, pembuatan larutan standar Cr6+ untuk larutan spike, dan preparasi sampel untuk uji

(12)

5

limit deteksi metode (LDM), uji limit kuantitasi (LK), uji konfirmasi limit deteksi metode (LDM) uji konfirmasi limit kuantitasi (LK), uji presisi, dan uji akurasi.

Tahap pengujian yang dilakukan yaitu uji linearitas, uji LDM dan LK, uji konfirmasi LDM dan LK, uji presisi, dan uji akurasi. Tahap pengolahan data dilakukan dengan metode statistika kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan yang ditetapkan oleh Laboratorium.

2.3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan terdiri atas beberapa tahapan, yaitu pembuatan larutan induk Cr6+ 500 mg/L, pembuatan larutan deret standar Cr6+ (0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6;

0,8; 1) mg/L, pembuatan larutan standar Cr6+ untuk larutan spike, dan preparasi sampel untuk uji limit deteksi metode (LDM), uji limit kuantitasi (LK), uji konfirmasi limit deteksi metode (LDM) uji konfirmasi limit kuantitasi (LK), uji presisi, dan uji akurasi.

2.3.1.1 Pembuatan Larutan Induk Cr6+ 500 mg/L

Kalium dikromat ditimbang sebanyak 141,4 mg, kemudian dilarutkan dengan aquabides. Larutan dimasukkan ke tabu takar 100 mL. Larutan ditambahkan aquabides hingga tanda tera, lalu dihomogenkan. Perhitungan pembuatan larutan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.3.1.2 Pembuatan Larutan Deret Standar Cr6+ (0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1) mg/L

Larutan induk Cr6+ 500 mg/L dipipet sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke labu takar 500 mL. Larutan ditambahkan aquabides hingga tanda tera, lalu dihomogenkan. Larutan tersebut (larutan standar 5 mg/L) dipipet masing-masing sebanyak 0; 2; 4; 8; 12; 16; 20 mL, kemudian dimasukkan ke labu takar 100 mL.

Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (5 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan ditera dengan aquabides, lalu dihomogenkan.

Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan.

Perhitungan pembuatan larutan dapat dilihat pada Lampiran 2.

(13)

2.3.1.3 Pembuatan Larutan Standar Cr6+ untuk Larutan Spike

Larutan induk Cr6+ 500 mg/L dipipet sebanyak 4 mL, kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL. Larutan ditera dengan aquabides, lalu dihomogenkan untuk membuat larutan standar Cr6+ 40 mg/L. Larutan standar Cr6+ 40 mg/L dipipet sebanyak 10 mL, kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL. Larutan ditera dengan aquabides, lalu dihomogenkan untuk membuat larutan standar Cr6+ 8 mg/L.

Larutan induk Cr6+ 500 mg/L dipipet sebanyak 2 mL, kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL. Larutan ditera dengan aquabides, lalu dihomogenkan untuk membuat larutan standar 20 mg/L. Larutan induk Cr6+ 500 mg/L dipipet sebanyak 1 mL, kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL. Larutan ditera dengan aquabides, lalu dihomogenkan untuk membuat larutan standar 10 mg/L. Larutan standar Cr6+

10 mg/L dipipet sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan ke labu takar 50 mL.

Larutan ditera dengan aquabides, lalu dihomogenkan untuk membuat larutan standar Cr6+ 1 mg/L. Perhitungan pembuatan larutan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.3.1.4 Preparasi Blanko Sampel untuk Uji dan Konfirmasi LDM dan LK Blanko sampel air bersih, air permukaan dan air limbah disaring menggunakan kertas milipore 0,25 Β΅m. Blanko sampel yang telah disaring dimasukkan ke labu takar 50 mL hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (5 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu ditambahkan aquabides hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan. Larutan ini disebut sebagai larutan a.

2.3.1.5 Preparasi Sampel untuk Uji LDM dan LK

Blanko Sampel air bersih, air permukaan dan air limbah disaring menggunakan kertas milipore 0,25 Β΅m. Larutan standar 10 mg/L dimasukkan sebanyak 0,5 mL ke labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan blanko sampel hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (5

(14)

7

tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu ditambahkan aquabides hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan. Larutan ini disebut sebagai larutan b.

2.3.1.6 Preparasi Sampel untuk Uji Konfirmasi LDM

Blanko Sampel air bersih, air permukaan dan air limbah disaring menggunakan kertas milipore 0,25 Β΅m. Larutan standar 1 mg/L dimasukkan sebanyak 0,5 mL ke labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan blanko sampel hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (5 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu ditambahkan aquabides hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan. Larutan ini disebut sebagai larutan c.

2.3.1.7 Preparasi Sampel untuk Uji Konfirmasi LK

Blanko Sampel air bersih, air permukaan dan air limbah disaring menggunakan kertas milipore 0,25 Β΅m. Larutan standar 8 mg/L dimasukkan sebanyak 0,5 mL ke labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan blanko sampel hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (5 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu ditambahkan aquabides hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan. Larutan ini disebut sebagai larutan d.

2.3.1.8 Preparasi Sampel untuk Uji Presisi

Sampel air bersih, air permukaan dan air limbah disaring menggunakan kertas milipore 0,25 Β΅m. Sampel yang telah disaring dimasukkan ke labu takar 50 mL hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL

(15)

(10 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu ditambahkan aquabides hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan. Larutan ini disebut sebagai larutan e.

2.3.1.9 Preparasi Sampel untuk Uji Akurasi Matriks Sampel Air Permukaan dan Air Limbah

Sampel air permukaan dan air limbah disaring menggunakan kertas milipore 0,25 Β΅m. Larutan standar 20 mg/L dimasukkan sebanyak 0,5 mL ke labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan sampel hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (10 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu ditambahkan aquabides hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan. Larutan ini disebut sebagai larutan f.

2.3.1.10 Preparasi Sampel untuk Uji Akurasi Matriks Sampel Air Bersih Sampel air bersih disaring menggunakan kertas milipore 0,25 Β΅m. Larutan standar 40 mg/L dimasukkan sebanyak 0,5 mL ke labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan sampel hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (10 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu ditambahkan aquabides hingga tanda tera.

Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5-difenilkarbazida, lalu dihomogenkan.

Larutan ini disebut sebagai larutan g.

2.3.1.11 Preparasi Sampel CRM untuk Uji Akurasi Matriks Sampel Air Limbah

Larutan CRM dimasukkan ke labu takar 50 mL hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 0,25 mL (5 tetes) H3PO4 dan 0,25 mL (10 tetes) H2SO4 0,2 N (penambahan kedua asam tersebut untuk pengkondisian pH larutan agar pH larutan berada pada kisaran 2 Β± 0,5). Larutan dipindahkan ke labu takar 100 mL, lalu

(16)

9

ditambahkan aquabides hingga tanda tera. Larutan ditambahkan 2 mL larutan 1,5- difenilkarbazida, lalu dihomogenkan. Larutan ini disebut sebagai larutan h.

2.3.2 Tahap Pengujian

2.3.2.1 Uji Konfirmasi Panjang Gelombang Maksimum

Uji konfirmasi dilakukan dengan melakukan scan panjang gelombang maksimum dengan menggunakan larutan standar Cr6+ 0,4 mg/L dari larutan deret standar. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan acuan panjang gelombang maksimum dari metode APHA (2017) yaitu pada panjang gelombang 530 nm atau 540 nm.

2.3.2.2 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan cara mengukur larutan deret standar Cr6+ (0;

0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1) mg/L. Larutan uji yang telah disiapkan diukur menggunakan spektrofotometer Sinar tampak pada panjang gelombang 540 nm.

Hasil pengukuran yang diperoleh dibuat dalam bentuk kurva linearitas terhadap konsentrasi sehingga diperoleh nilai slope, dan intercept, dan correlation coefficient.

2.3.2.3 Uji Limit Deteksi Metode Dan Limit Kuantitasi

Penentuan limit deteksi metode (LDM) dan limit kuantitasi (LK) dihitung berdasarkan pembacaan larutan a dan larutan b sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil perhitungan LDM teoritis dan LK teoritis kemudian dikonfirmasi.

2.3.2.4 Uji Konfirmasi Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitasi

Uji konfirmasi LDM dan LK dilakukan dengan pembacaan larutan c dan d sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil yang diperoleh kemudian diolah untuk menentukan nilai presisi dan akurasi dari pengujian larutan untuk konfirmasi nilai LDM dan LK.

(17)

2.3.2.5 Uji Presisi

Uji presisi dilakukan dengan melakukan pengukuran larutan e yang telah dipreparasi sebanyak 7 kali pengulangan yang dilakukan dalam waktu yang berdekatan sehingga didapatkan nilai presisi secara repeatability. Hasil analisis diolah secara statistik sehingga didapatkan nilai simpangan baku relatif (%RSD) dari pengukuran 7 kali pengulangan. Hasil analisis memenuhi syarat keberterimaan apabila nilai %RSD < 10% (SNI, 2009)

2.3.2.6 Uji Akurasi

Uji akurasi dilakukan dengan menguji nilai perolehan kembali (%recovery) dengan metode spike dan pengujian %recovery dengan pembacaan larutan CRM untuk matriks sampel air limbah. Larutan f, larutan g dan larutan h yang telah dipreparasi diuji sebanyak 7 kali pengulangan sehingga didapatkan nilai %recovery untuk ketiga jenis matriks sampel dan juga nilai %recovery dari CRM untuk matriks sampel air limbah. Hasil analisis memenuhi syarat keberterimaan apabila nilai yang dihasilkan berada pada rentang 80%-110% (AOAC, 2016).

2.3.3 Tahap Pengolahan Data

Kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah dapat dihitung dengan rumus:

𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐾𝐾𝐻𝐻𝐾𝐾𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 οΏ½πΎπΎπ‘šπ‘š 𝐿𝐿 οΏ½ =

𝑦𝑦 βˆ’ 𝐾𝐾

𝑏𝑏 ×𝐻𝐻𝐾𝐾𝐻𝐻𝑣𝑣𝐾𝐾𝐻𝐻 πΎπΎπ»π»β„Žπ‘–π‘–πΎπΎ(𝐾𝐾𝐿𝐿) 𝐻𝐻𝐾𝐾𝐻𝐻𝑣𝑣𝐾𝐾𝐻𝐻 𝐻𝐻𝐾𝐾𝐾𝐾𝑠𝑠𝐻𝐻𝐻𝐻(𝐾𝐾𝐿𝐿) Keterangan:

a = Intercept (abs) b = Slope (abs/(mg/L))

y = nilai absorbansi sampel (abs) 2.3.3.1 Uji Linearitas

Kurva kalibrasi dibuat dengan memplotkan data konsentrasi deret standar terhadap absorbansi sehingga akan diperoleh persamaan regresi linear y=a+bx.

Menurut ROSALINA et al (2023) nilai intercept (a), slope (b) dan correlation coefficient (r) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(18)

11

𝐾𝐾= βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1(π‘₯π‘₯𝑖𝑖 βˆ’ π‘₯π‘₯Μ…)(𝑦𝑦𝑖𝑖 βˆ’ 𝑦𝑦�)}

{[βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1(π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’ π‘₯π‘₯Μ…)2][[βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1(π‘¦π‘¦π‘–π‘–βˆ’ 𝑦𝑦�)2]}1/2 𝑏𝑏= βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1(π‘₯π‘₯𝑖𝑖 βˆ’ π‘₯π‘₯Μ…)(π‘¦π‘¦π‘–π‘–βˆ’ 𝑦𝑦�)}

βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1(π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’ π‘₯π‘₯Μ…)2 𝐾𝐾= 𝑦𝑦� βˆ’ 𝑏𝑏π‘₯π‘₯Μ…

Keterangan:

a = Intercept (abs) b = Slope (abs/(mg/L)) r = correlation coefficient xi = konsentrasi ke-i (mg/L) yi = nilai absorbansi ke-i (abs) i = 1,2,3,…,n

n = banyaknya pengulangan

2.3.3.2 Uji Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitasi

Pembacaan larutan a dan larutan b sebanyak 10 kali pengulangan kemudian dihitung nilai LDM dan LK teoritisnya. Menurut EPA (2016) nilai LDM dan LK teoritis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

LDM = 𝑑𝑑(0,01;𝐻𝐻 βˆ’1) ×𝑆𝑆𝑆𝑆 LK = 10 ×𝑆𝑆𝑆𝑆

Keterangan:

t(0,01; n-1) = tabel t dengan tingkat kepercayaan 99% dan tingkat kebebasan n-1 SD = simpangan baku blanko sampel+spike

LDM = limit deteksi LK = limit kuantitasi

Data pengukuran larutan a dan b diolah dengan statistika untuk mengetahui nilai %RSD, %Recovery dan S/N dari pengujiannya. Menurut ROSITA et al (2022) Nilai-nilai tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

(19)

SD = οΏ½βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1π‘›π‘›βˆ’1(π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’π‘₯π‘₯Μ…)2

%RSD = 𝑆𝑆𝑆𝑆π‘₯π‘₯Μ… Γ— 100%

%Recovery = (𝑐𝑐1βˆ’π‘π‘2)𝑐𝑐3 Γ— 100%

S/N = 𝑠𝑠𝑠𝑠π‘₯π‘₯Μ…

Keterangan:

SD = simpangan baku konsentrasi sampel π‘₯π‘₯Μ… = rata-rata konsentrasi sampel

%RSD = Relatif Standar Deviation

C1 = konsentrasi dari analit dalam campuran contoh + sejumlah tertentu analit C2 = konsentrasi dari analit dalam contoh

C3 = konsentrasi dari analit yang ditambahkan kedalam contoh 2.3.3.3 Uji Presisi

Pada uji presisi ini dilakukan sebanyak 7 kali pengulangan. Hasil pengujian kemudian diolah secara statistika yang kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan yaitu %RSD < 15% (AOAC, 2016). Menurut ROSITA et al (2022) nilai %RSD dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

SD = οΏ½βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1π‘›π‘›βˆ’1(π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’π‘₯π‘₯Μ…)2

%RSD = 𝑆𝑆𝑆𝑆π‘₯π‘₯Μ… Γ— 100%

Keterangan:

SD = simpangan baku konsentrasi sampel π‘₯π‘₯Μ… = rata-rata konsentrasi sampel

%RSD = Relatif Standar Deviation 2.3.3.4 Uji Akurasi

Pada uji akurasi dilakukan pembacaan sampel+spike sebanyak 7 kali pengulangan dan pembacaan larutan CRM untuk matriks sampel air limbah sebanyak 7 kali ulangan. Kemudian dihitung diolah secara statistika yang kemudian dibandingkan dengan syarat keberterimaan yaitu pada rentang 80%-110% (AOAC,

(20)

13

2016). Menurut ROSITA et al (2022) nilai %recovery dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

%Recovery = (𝑐𝑐1βˆ’π‘π‘2)𝑐𝑐3 Γ— 100%

Keterangan:

C1 = konsentrasi dari analit dalam campuran contoh + sejumlah tertentu analit C2 = konsentrasi dari analit dalam contoh

C1 = konsentrasi dari analit yang ditambahkan kedalam contoh

2.3.3.5 Estimasi Ketidakpastian Penetapan Kadar Krom Heksavalen dalam Air Bersih, Air Permukaan Dan Air Limbah

Kadar krom heksavalen dapat ditetapkan dengan melalui urutan prosedur yang sesuai. Dari beberapa urutan prosedur yang dilakukan, dapat diperoleh sumber ketidakpastian yang dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Tipe A terdiri atas ketidakpastian kurva kalibrasi, ketidakpastian presisi metode, dan ketidakpastian %Recovery. Tipe B terdiri atas ketidakpastian faktor pengenceran . Dari beberapa sumber ketidakpastian tersebut, dapat dibuat dalam bentuk fishbone (RAMADHANINGTYAS, 2021). Diagram fishbone penetapan kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan, dan air limbah menggunakan spektrofotometer Sinar tampak dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Fishbone Estimasi Ketidakpastian Pengukuran

Menurut RAMADHANINGTYAS (2021) berikut rumus-rumus yang dipakai untuk menghitung setiap sumber ketidakpastian:

(21)

2.3.3.5.1 Ketidakpastian Asal Kurva Kalinbrasi 𝑆𝑆𝑦𝑦/π‘₯π‘₯=οΏ½βˆ‘π‘–π‘–(𝑦𝑦𝑖𝑖 βˆ’ 𝑦𝑦�𝑖𝑖)2

𝐻𝐻 βˆ’2 πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡π»π»π‘šπ‘š =𝑆𝑆𝑦𝑦/π‘₯π‘₯

𝑏𝑏 Γ—οΏ½1 +1

𝐻𝐻+ (𝑦𝑦𝐾𝐾 βˆ’ 𝑦𝑦�)2 𝑏𝑏2βˆ‘π‘–π‘–(π‘₯π‘₯𝑖𝑖 βˆ’ π‘₯π‘₯Μ…)2 Keterangan:

Β΅Reg = ketidakpastian asal kurva kalibrasi yo = rata-rata absorbansi sampel

𝑦𝑦� = rata-rata absorbansi deret standar

𝑦𝑦�𝑖𝑖 = absorbansi berdasarkan hasil persamaan kurva kalibrasi yi = absorbansi standar ke-i

xi = konsentrasi standar ke-i n = banyaknya deret standar

b = nilai slope dari persamaan kurva kalibrasi 2.3.3.5.2 Ketidakpastian Asal Presisi Metode SD = οΏ½βˆ‘π‘›π‘›π‘–π‘–=1π‘›π‘›βˆ’1(π‘₯π‘₯π‘–π‘–βˆ’π‘₯π‘₯Μ…)2

Β΅PM = π‘†π‘†π‘†π‘†βˆšπ‘›π‘› keterangan:

Β΅PM = ketidakpastian asal presisi metode SD = Simpangan baku

N = banyaknya pengulangan

2.3.3.5.3 Ketidakpastian Asal Faktor Pengenceran Β΅kal = π‘„π‘„π‘„π‘„π‘˜π‘˜

Β΅ET = π‘‰π‘‰Γ—βˆ†π‘‡π‘‡Γ—π›Όπ›Όπ‘˜π‘˜

Β΅VLT = οΏ½(πœ‡πœ‡π»π»πΎπΎπ»π»)2+ (πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡)2 Β΅VPV = οΏ½(πœ‡πœ‡π»π»πΎπΎπ»π»)2+ (πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡)2

Β΅Va = οΏ½(πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πΏπΏπœ‡πœ‡(100𝐾𝐾𝐿𝐿))2+ (πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡(2𝐾𝐾𝐿𝐿))2

(22)

15

Β΅FP = πΉπΉπœ‡πœ‡Γ—οΏ½(πœ‡πœ‡π‘‰π‘‰πœ‡πœ‡(102π‘šπ‘šπ‘šπ‘š)

𝑉𝑉 )2+ (πœ‡πœ‡π‘‰π‘‰π‘π‘(50π‘šπ‘šπ‘šπ‘š) 𝑉𝑉 )2 Keterangan:

Β΅kal = ketidakpastian kalibrasi alat Β΅ET = ketidakpastian efek temperatur Β΅VLT = ketidakpastian volume labu takar Β΅VPV = ketidakpastian volume pipet volume Β΅Va = ketidakpastian volume akhir

Β΅Vc = ketidakpastian volume sampel

Β΅FP = ketidakpastian asal faktor pengenceran Qu = Ketidakpastian yang tertera pada alat k = faktor cakupan

V = volume alat gelas

Ξ± = ketetapan koefisien muai volume Ξ”T = perbedaan Temperatur

2.3.3.5.4 Ketidakpastian Asal Recovery Β΅Rec = 𝑆𝑆𝑆𝑆

βˆšπ‘›π‘›

keterangan:

Β΅PM = ketidakpastian asal presisi metode SD = Simpangan baku

n = banyaknya pengulangan

2.3.3.5.5 Ketidakpastian Gabungan (Β΅gab) dan Ketidakpastian Gabungan yang Diperluas (Β΅diperluas)

Β΅c(Csampel) = 𝐢𝐢𝐻𝐻𝐾𝐾𝐾𝐾𝑠𝑠𝐻𝐻𝐻𝐻×�(πΆπΆπ‘ π‘ πœ‡πœ‡π‘šπ‘šπΆπΆπœ‡πœ‡πΆπΆπœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡ )2+ (πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡)2+ (πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡)2+ (πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡π‘π‘πœ‡πœ‡πœ‡πœ‡π‘π‘)2 U diperluas = 2 x Β΅c(Csampel)

Keterangan:

Β΅c(Csampel) = ketidakpastian gabungan Csampel = konsentrasi sampel

U diperluas = ketidakpastian gabungan yang diperluas

(23)

2.3.3.5.6 Pelaporan

Pelaporan = Csampel Β± U diperluas

(24)

16 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Krom Heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer Sinar tampak sesuai dengan metode yang dikembangkan oleh APHA. Krom heksavsalen akan bereaksi dengan 1,5- difenilkarbazida dalam suasana asam hingga membentuk senyawa akhir berupa kompleks difenilkarbazonkromium(II) yang berwarna ungu. Warna ungu ini dihasilkan karena senyawa kompleks difenilkarbazonkromium(II) memiliki gugus kromofor. Gugus kromofor ini dapat menyerap radiasi ultraviolet dan tampak sehingga jumlahnya dapat diukur dengan spektrofotometer Sinar tampak (APHA, 2017). Verifikasi metode penetapan kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan, dan air limbah secara spektrofotometri Sinar tampak mencakup parameter yang terdiri dari linearitas, limit deteksi metode, limit kuantitasi, presisi, akurasi dan ketidakpastian pengukuran. Parameter syarat keberterimaan, hasil pengujian dan kesimpulan verifikasi metode dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Verifikasi Metode Penetapan Kadar Krom Heksavalen dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah

Parameter Hasil Pengujian Syarat

Keberterimaan Kesimpulan Air Bersih Air

Permukaan Air Limbah

Linearitas r = 0,9997 r = 0,9997 r = 0,9997 r > 0,995

(APHA, 2017) Memenuhi Syarat

LDM 0,01 mg/L 0,01 mg/L 0,01 mg/L

Respon positif tidak terkuantitasi (NATA, 2018)

Memenuhi Syarat

LK

0,08 mg/L

%RSD=6%

%Recovery (84-105)%

0,08 mg/L

%RSD=5%

%Recovery (89-106)%

0,08 mg/L

%RSD=12%

%Recovery (82-107)%

Respon positif, terkuantitasi (NATA, 2018)

Memenuhi Syarat

Presisi %RSD=1% %RSD=3% %RSD=2% %RSD ≀ 10 %

(SNI, 2009) Memenuhi Syarat Akurasi %Recovery

(86-92)% %Recovery

(81-96)% %Recovery

(87-96)% 80%-110%

(AOAC, 2016) Memenuhi Syarat Ketidakpastian

Pengukuran

(0,36Β±0,05) mg/L U = 13%

Hasil uji

(0,41Β±0,05) mg/L U = 13%

Hasil uji

(0,53Β±0,05) mg/L U = 9%

Hasil uji

U < 20% Hasil (EURACHEM, Uji

2014)

Memenuhi Syarat

(25)

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa seluruh parameter pengujian telah memenuhi syarat keberterimaan yang ditetapkan oleh perusahaan. Syarat keberterimaan yang telah ditetapkan perusahaan untuk tiap parameter verifikasi mengacu pada beberapa acuan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pembahasan setiap parameter akan diuraikan sebagai berikut:

3.1 Konfirmasi Panjang Gelombang Maksimum

Konfirmasi panjang gelombang maksimum diperlukan untuk meyakinkan bahwa panjang gelombang yang digunakan pada analisis merupakan panjang gelombang maksimum untuk metode yang digunakan. Hasil pencarian panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva Hasil Konfirmasi Panjang Gelombang Maksimum

Gambar 2 menunjukkan hasil yang diperoleh dari scan panjang gelombang maksimum menggunakan larutan standar Cr6+ 0,4 mg/L. Sumbu x menunjukkan panjang gelombang yang digunakan dan sumbu y menunjukkan absorbansi dari larutan. Pada panjang gelombang 540 nm didapatkan nilai absorbansi tertinggi sehingga dapat dinyatakan bahwa panjang gelombang maksimum terdapat pada panjang gelombang 540 nm yang berada pada rentang serapan 500-560 nm.

Rentang serapan tersebut menyerap warna hijau dengan warna komplementer (warna yang terlihat) yaitu warna ungu kemerahan. Panjang gelombang maksimum

(26)

18

tersebut sesuai dengan panjang gelombang maksimum yang ditetapkan oleh APHA (2017) yaitu pada panjang gelombang 530 nm atau 540 nm.

3.2 Uji Linearitas

Linearitas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan linearitas yang dapat diterima. Linearitas dalam pengujian menggunakan spektrofotometer Sinar tampak dapat menunjukkan hubungan antara nilai serapan larutan dengan konsentrasi analit dalam larutan. Hubungan antara nilai absorbansi dan konsentrasi analit dapat dinyatakan sebagai nilai koefisien korelasi (r). respon pada analit dapat dinyatakan memberikan hasil yang proporsional jika nilai koefisien korelasi (r) yang didapatkan dari hasil pengujian linearitas memiliki nilai mendekati 1 atau mendekati -1 sesuai dengan arah garis linear (RIYANTO, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan respon pembacaan absorbansi sesuai dengan perubahan konsentrasi analit dalam larutan. Hubungan garis linearitas kurva kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Krom Heksavalen

Gambar 3 menunjukkan hasil uji linearitas yang berupa kurva kalibrasi krom heksavalen. Sumbu x menunjukkan konsentrasi krom heksavalen dalam larutan dan sumbu y menunjukkan nilai absorbansi dari larutan. Pada kurva

y = 0,8119x + 0,0002 r = 0,9997

0,0000 0,1000 0,2000 0,3000 0,4000 0,5000 0,6000 0,7000 0,8000 0,9000

0,0000 0,2000 0,4000 0,6000 0,8000 1,0000 1,2000

Absorbansi

Konsentrasi krom heksavalen (mg/L)

(27)

kalibrasi, didapatkan persamaan linear yaitu y = 0.8119x + 0,0002. Nilai 0,8119 merupakan nilai slope (b) yang menunjukkan pertambahan nilai y setiap pertambahan satu satuan x dan nilai 0,0002 merupakan nilai intercept (a) yang menunjukkan nilai y saat nilai x sebesar 0. Nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh sebesar 0,9997 yang memenuhi syarat keberterimaan yaitu r > 0,995 (APHA, 2017) sehingga dapat dinyatakan bahwa respon pembacaan absorbansi larutan proporsional terhadap konsentrasi analit dalam larutan. Perhitungan nilai r dapat dilihat pada Lampiran 3.

3.3 Uji Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitasi

Limit deteksi metode merupakan batas terendah analit dalam sampel yang dapat terdeteksi atau menghasilkan nilai positif namun tidak terkuantitasi sehingga belum dapat menghasilkan nilai yang presisi dan akurasi. Limit kuantitasi merupakan batas terendah analit dalam sampel yang dapat terdeteksi atau memberikan nilai positif dan terkuantitasi sehingga dapat memberikan hasil yang presisi dan akurasi (NATA, 2018). Pengujian LDM dan LK dapat ditentukan dengan pengujian sampel spike yang sesuai, melalui data linearitas atau metode lainnya. Metode spike digunakan untuk dapat melihat jika ada perbedaan nilai LDM dan LK teoritis pada masing-masing matriks sampel yang berbeda. Data pengujian LDM dan LK dapat dilihat pada Tabel 2. Perhitungan LDM dan LK dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 2. Data Pengujian LDM dan LK Teoritis dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah

Parameter Air Bersih Air Permukaan Air Limbah

Nilai Persyaratan Nilai Persyaratan Nilai Persyaratan

LDM (mg/L) 0,026 <0,05 0,026 <0,05 0,026 <0,1

LK (mg/L) 0,09 <0,2 0,09 <0,2 0,09 <0,2

%RSD 10% <15% 10% <15% 10% <15%

%Recovery (81-107)% (80-110)% (81-105)% (80-110)% (85-105)% (80-110)%

S/N 9,78 (2,5-10) 9,79 (2,5-10) 9,60 (2,5-10)

Kadar Spike

(mg/L) 0,01 <0,26 0,01 <0,26 0,01 <0,26

Kesimpulan Memenuhi Memenuhi Memenuhi

(28)

20

Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai LDM dan LK yang diperoleh telah memenuhi beberapa syarat pengujian sesuai dengan matriks sampelnya sehingga dapat dilanjutkan pada proses konfirmasi nilai LDM dan LK yaitu dengan mengukur larutan yang memiliki konsentrasi analit dan matriks sampel yang sesuai dengan nilai LDM dan LK yang diperoleh.

3.4 Konfirmasi Limit Deteksi Metode dan Limit Kuantitasi

Pengujian ini dilakukan untuk mengkonfirmasi nilai LDM dan LK yang dihitung pada tahap sebelumnya sesuai dengan syarat yang ditentukan. Data hasil konfirmasi LDM dan LK dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Perhitungan konfirmasi LDM dan LK dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 3. Data Konfirmasi Nilai LDM dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah

Parameter Air Bersih Air Permukaan Air Limbah

Nilai Persyaratan Nilai Persyaratan Nilai Persyaratan Respon

Pembacaan Positif Positif Positif Positif Positif Positif

%RSD 46% <15% 37% <15% 49% <15%

%Recovery (68-377)% (80-110)% (131-429)% (80-110)% (105-331)% (80-110)%

TrueValue 0,01 mg/L - 0,01 mg/L - 0,01 mg/L -

Penggunaan larutan sampel spike dengan nilai TrueValue sebesar 0,01 mg/L merupakan pendekatan dari nilai LDM teoritis yang didapatkan yaitu sebesar 0,026 mg/L. Tabel 3 menunjukkan hasil konfirmasi limit deteksi Metode masih menghasilkan respon positif namun tidak presisi dan akurasi pada konsentrasi 0,01 mg/L yang jika dibandingkan dengan nilai LDM teoritis yaitu pada konsentrasi 0,026 mg/L. Uji konfirmasi pada konsentrasi 0,01 mg/L masih menunjukkan respon positif namun tidak presisi dan tidak akurasi sehingga nilai LDM pada konsentrasi 0,01 mg/L telah memenuhi syarat LDM sesuai dengan syarat keberterimaan yang telah ditentukan yaitu respon positif namun tidak terkuantitasi (NATA, 2018).

(29)

Tabel 4. Data Konfirmasi Nilai LK dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah

Parameter Air Bersih Air Permukaan Air Limbah

Nilai Persyaratan Nilai Persyaratan Nilai Persyaratan Respon

Pembacaan Positif Positif Positif Positif Positif Positif

%RSD 6% <15% 5% <15% 12% <15%

%Recovery (84-105)% (80-110)% (92-106)% (80-110)% (82-107)% (80-110)%

TrueValue 0,08 mg/L - 0,08 mg/L - 0,08 mg/L -

Penggunaan larutan sampel spike dengan nilai TrueValue sebesar 0,08 mg/L merupakan pendekatan dari nilai LK teoritis yang didapatkan yaitu sebesar 0,09 mg/L. Tabel 4 menunjukkan hasil konfirmasi limit kuantitasi masih menghasilkan respon positif serta presisi dan akurasi pada konsentrasi 0,08 mg/L yang jika dibandingkan dengan nilai LK teoritis yaitu pada konsentrasi 0,09 mg/L. Uji konfirmasi pada konsentrasi 0,09 mg/L menunjukkan hasil yang presisi dan akurasi namun setelah dilakukan uji konfirmasi kembali, hasil uji konfirmasi pada konsentrasi 0,08 mg/L masih memberikan respon positif serta memberikan hasil yang presisi dan akurasi sehingga nilai LK pada konsentrasi 0,08 mg/L masih memenuhi syarat LK sesuai dengan syarat keberterimaan yang telah ditentukan yaitu respon positif dan terkuantitasi (NATA, 2018).

3.5 Uji Presisi

Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dan serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini mencerminkan kesalahan acak yang terjadi dalam sebuah metode (RIYANTO, 2014). Data pengujian presisi dapat dilihat pada Tabel 5. Sedangkan contoh perhitungan uji presisi dapat dilihat pada Lampiran 6.

(30)

22

Tabel 5. Data Uji Presisi dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah

Parameter Air Bersih Air Permukaan Air Limbah Rerata kadar

(mg/L) 0,3645 0,4080 0,5205

SD 0,0033 0,0139 0,0088

%RSD 1% 3% 2%

Syarat

Keberterimaan %RSD ≀ 10 %

(SNI, 2009)

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai %RSD dari pengujian presisi metode analisis kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah memenuhi syarat keberterimaan yang telah ditentukan yaitu %RSD < 15% (AOAC, 2016). Sehingga dapat dinyatakan bahwa metode penentuan kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air bersih dapat memberikan hasil pengujian dengan kedekatan hasil yang baik.

Nilai %RSD menunjukkan tingkat kedekatan hasil pengulangan suatu pengukuran. Semakin rendah nilai %RSD maka semakin tinggi tingkat kedekatan hasil pengulangan. Jika nilai %RSD kecil maka dapat dinyatakan bahwa data hasil pengulangan memiliki tingkat kedekatan yang baik atau presisi. Variasi data yang diperoleh disebabkan oleh adanya kesalahan acak. Kesalahan acak yang terjadi dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti tekanan udara, suhu ruang, dan kelembapan udara (ROSITA et al, 2022).

3.6 Uji Akurasi

Akurasi adalah ukuran perbedaan antara harapan hasil tes dan nilai referensi yang diterima karena metode sistematis dan kesalahan laboratorium. Akurasi menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya.

Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (%recovery) analit yang ditambahkan. %recovery dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya (RIYANTO, 2014). Data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6. Sedangkan contoh perhitungan uji akurasi dapat dilihat pada Lampiran 7.

(31)

Tabel 6. Data Uji Akurasi dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah

Parameter Air

Bersih Air

Permukaan

Air Limbah

Spike CRM

TrueValue

(mg/L) 0,04 0,02 0,02 0,391

%Recovery (86-92)% (81-96)% (87-96)% (93-96)%

Syarat

Keberterimaan %Recovery (80-110)%

(AOAC, 2016)

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai %recovery dari pengujian akurasi metode analisis kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah memenuhi syarat keberterimaan yang telah ditentukan yaitu pada rentang 80%- 110% (AOAC, 2016). Sehingga dapat dinyatakan bahwa metode pengujian kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah dapat memberikan hasil pengujian yang mendekati kadar analit yang sebenarnya.

Hasil uji akurasi dipengaruhi oleh kesalahan sistematis pada proses pengerjaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai %recovery yang hanya berada pada rentang 80%-100% atau semua hasil berada dibawah nilai 100%. Hal ini disebabkan oleh alat gelas yang digunakan pada proses pengerjaan (ROSITA et al, 2022). Pemindahan larutan dari labu takar 50 mL ke labu takar 100 mL tanpa menggunakan pipet volume dapat menyebabkan adanya kesalahan sistematis sehingga nilai %recovery yang didapatkan berada dibawah nilai 100%. Kesalahan sistematis juga dapat disebabkan oleh spesifikasi alat yang digunakan.

3.7 Estimasi Ketidakpastian Pengukuran Kadar Krom Heksavalen

Ketidakpastian merupakan parameter yang berhubungan dengan hasil pengukuran atau pengujian yang menggambarkan sebaran data hasil pengukuran.

Dalam kimia analisis, pengujian tidak lepas dari galat, baik sistematis maupun acak.

Hal ini menyebabkan nilai benar sulit untuk diketahui. Namun nilai benar yang diyakini terletak pada rentang ketidakpastian pengukuran dengan derajat kepercayaan tertentu. Mengukur ketidakpastian dikenal dengan estimasi ketidakpastian pengukuran (TIRTA & CAHYOTOMO, 2023)

(32)

24

Estimasi ketidakpastian dapat diperoleh dengan perhitungan ketidakpastian diperluas yaitu dengan mengalikan ketidakpastian gabungan dengan suatu faktor pencakupan (k) ketidakpastian untuk mendapatkan ketidakpastian diperluas (U) dengan tingkat kepercayaan tertentu. Untuk kebanyakan kasus, disarankan untuk menggunakan nilai k=2 (atau tepatnya 1,96) yang akan memberikan tingkat kepercayaan 95% (RIYANTO, 2014).

Sumber-sumber ketidakpastian terbagi menjadi dua yaitu tipe A dan tipe B.

Tipe A dapat diperoleh dari percobaan berulang sedangkan tipe B diperoleh dapat diperoleh dari faktor lain. Pada pengujian krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah menggunakan spektrofotometer Sinar tampak, sumber ketidakpastian tipe A terdiri dari ketidakpastian kurva kalibrasi, ketidakpastian presisi metode dan ketidakpastian %recovery sedangkan tipe B terdiri dari ketidakpastian faktor pengenceran (RIYANTO, 2014). Data estimasi ketidakpastian pengukuran dapat dilihat pada Tabel 7. Sedangkan contoh perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 7. Data Hasil Estimasi Ketidakpastian Pengukuran Kadar Krom Heksavalen dalam Air Bersih, Air Permukaan dan Air Limbah

Sumber Satuan Air Bersih Air Permukaan Air Limbah

Β΅ Nilai Β΅ Nilai Β΅ Nilai

Ketidakpastian Kurva

Kalibrasi mg/L 0,01 0,1787 0,01 0,2000 0,01 0,2551

Ketidakpastian

Presisi Metode mg/L 0,001 0,3645 0,005 0,4080 0,003 0,5258 Ketidakpastian Faktor

Pengenceran - 0,002 2,04 0,002 2,04 0,002 2,04

Ketidakpastian

Recovery % 0,01 89% 0,02 87% 0,01 91%

Ζ©(Β΅/nilai)^2 0,004 0,004 0,002

Cx 0,3645 0,4080 0,5258

Β΅gab 0,023 0,026 0,024

k 2

Β΅ Diperluas 0,05 0,05 0,05

Pelaporan (0,36 Β± 0,05)

mg/L (0,41 Β± 0,05)

mg/L (0,53 Β± 0,05) mg/L

Ketidakpastian Relatif 13% 13% 9%

(33)

Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai estimasi ketidakpastian pengukuran kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah memenuhi syarat keberterimaan yang telah ditentukan yaitu nilai ketidakpastian relatif < 20% atau ketidakpastian diperluas < 20% hasil uji (EURACHEM, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa metode pengujian kadar krom heksavalen dalam air bersih, air permukaan dan air limbah memiliki nilai galat yang kecil.

Estimasi ketidakpastian pengukuran ini dipengaruhi oleh 4 jenis sumber ketidakpastian yaitu ketidakpastian asal kurva kalibrasi, ketidakpastian asal presisi metode, ketidakpastian asal faktor pengenceran dan ketidakpastian asal Recovery.

Ketidakpastian asal kurva kalibrasi diperoleh dari hasil pengukuran linearitas terhadap hasil pengukuran sampel. Ketidakpastian asal presisi metode diperoleh dari hasil pengukuran berulang pada konsentrasi analit dalam masing-masing matriks sampel yang sesuai sehingga dapat menghasilkan simpangan baku yang kemudian dapat dihitung nilai ketidakpastiannya menggunakan evaluasi tipe A (RIYANTO, 2014).

Ketidakpastian asal faktor pengenceran memiliki 2 sumber ketidakpsatian yaitu ketidakpastian asal volume akhir dan ketidakpastian asal volume sampel.

Ketidakpastian volume akhir terdiri dari 2 sumber ketidakpastian yaitu ketidakpastian volume labu takar 100 mL dan ketidakpastian volume pipet volume 2 mL sedangkan ketidakpastian volume sampel bersumber dari ketidakpastian volume labu takar 50 mL. Masing-masing ketidakpastian volume alat gelas memiliki 2 sumber ketidakpastian yaitu ketidakpastian kalibrasi alat dan ketidakpastian efek temperature. Masing-masing alat gelas yang digunakan memiliki nilai ketidakpastian alat gelas yang berbeda sesuai dengan volume alat gelas (RIYANTO, 2014).

Ketidakpastian asal recovery diperoleh dari pengukuran berulang pada sampel yang telah diberikan sejumlah larutan yang telah diketahui konsnetrasinya atau melakukan pengukuran berulang pada larutan CRM sehingga tingkat nilai perolehan kembalinya dapat dihitung sebagai simpangan baku kemudian dapat dihitung nilai ketidakpastiannya menggunakan evaluasi tipe A (RIYANTO, 2014).

Diagram kontribusi ketidakpastian terhadap estimasi ketidakpastian pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.

(34)

26

Gambar 4. Diagram Sumber Ketidakpastian Terhadap Estimasi Ketidakpastian Pengukuran Kadar Krom Heksavalen pada Matriks Sampel a. Air Bersih; b. Air Permukaan; c. Air Limbah

Gambar 4 menunjukkan bahwa kontribusi ketidakpastian terbesar pada masing-masing matriks sampel adalah kurva kalibrasi, namun hasil perhitungan estimasi ketidakpastian masih dalam syarat keberterimaan yang telah ditetapkan.

Kurva kalibrasi menjadi penyumbang ketidakpastian paling besar karena konsentrasi sampel mendekati batas bawah pada rentang pengukuran. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi analit dalam sampel sangat berpengaruh terhadap besarnya nilai ketidakpastian pengukuran (RAMADHANINGTYAS, 2021).

(35)

28 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian parameter uji linearitas, LDM, LK, presisi akurasi dan ketidakpastian pengukuran pada verifikasi metode penetapan kadar krom heksavalen dalam 3 jenis sampel yaitu air bersih, air permukaan, dan air limbah menggunakan spektrofotometer sinar tampak di PT Sucofindo Makassar, dapat dinyatakan bahwa beberapa parameter tersebut memenuhi syarat keberterimaan yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, metode ini dapat digunakan untuk analisis rutin di Laboratorium lingkungan PT Sucofindo Makassar.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pengujian verifikasi metode penetapan kadar krom heksavalen dalam 3 jenis sampel yaitu air bersih, air permukaan, dan air limbah menggunakan spektrofotometer sinar tampak di PT Sucofindo Makassar. Pada parameter pengujian perlu ditambahkan uji Limit Deteksi Instrumen (LDI) untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan.

(36)

29 DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 2016. Appendix F : Guidelines for Standard Method Performance Requirements.

AOAC International.

APHA. 2017. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater.

Washington: American Public Health Association.

DARMOKOESOEMO, H. 2020. A Cr(VI)-imprinted-poly(4-VP-co-EGDMA) sorbent prepared using precipitation polymerization and its application for selective adsorptive removal and solid phase extraction of Cr(VI) ions from electroplating industrial wastewater. Reactive and Functional Polymers.

EPA. 2016. Definition and Procedure for the Determination of the Method Detection Limit, Revision 2 . Washington: Environmental Protection Agency.

EURACHEM. 2014. The Fitness for Purpose of Analytical Methods.

INDONESIA. 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Presiden Republik Indonesia.

KARTIKA, R. 2021. Verifikasi dan Validasi Metode Uji Kualitas Udara. Jogjakarta: KBM Indonesia.

NATA. 2018. General Accreditation Guidance: Validation and Verification of Quantitative and Qualitative Test Methods.

RAMADHANINGTYAS, D. P. 2021. Perhitungan Estimasi Ketidakpastian untuk Pengukuran Asam Benzoat Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi- Detektor Diode Array. Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia XII, 73-81.

RIYANTO. 2014. Validasi & Verifikasi Metode Uji Sesuai dengan ISO/IEC 17025 Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi. Yogyakarta: deepublish.

ROSALINA, L., OKTARINA, R., RAHMIATI, & INDRA, S. 2023. Buku Ajar Statistika. Padang: CV Muharika Rumah Ilmiah.

ROSITA, T., NINGRUM, D., YANTI, Y., & ZAEKHAN. 2022. Validasi Metode Penetapan Kadar Logam Kadmium (Cd) dalam Sampel Tanah Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-Nyala. KOVALEN: Jurnal Riset Kimia, 326-335.

SNI. 2009. Air dan air limbah – Bagian 71: Cara uji krom heksavalen (Cr-VI) dalam contoh uji secara spektrofotometri. Badan Standardisasi Nasional.

TIRTA, A. P., & CAHYOTOMO, A. 2023. Uji Kinerja Metode Asam Askorbat pada Pengukuran Kadar Fosfat dalam Air Permukaan secara Spektrofotometri. Bogor:

Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan.

(37)

LAMPIRAN

(38)

31

Lampiran 1 Ringkasan Kegiatan Praktik Kerja Industri

(39)

Lampiran 1. (Lanjutan)

(40)

33

Lampiran 1. (Lanjutan)

(41)

Lampiran 1. (Lanjutan)

(42)

35

Lampiran 1. (Lanjutan)

(43)

Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Larutan

1. Perhitungan pembuatan larutan induk krom heksavalen 500 mg/L 500 πΎπΎπ‘šπ‘š/𝐿𝐿= π‘₯π‘₯

100 𝐾𝐾𝐿𝐿1000 𝐾𝐾𝐿𝐿/𝐿𝐿 π‘₯π‘₯= 50 πΎπΎπ‘šπ‘š

W K2Cr2O7 = πœ‡πœ‡π‘€π‘€ 𝐾𝐾2𝐢𝐢𝑀𝑀2𝑂𝑂7

2×𝐴𝐴𝑀𝑀 𝐢𝐢𝑀𝑀 Γ—π‘Šπ‘Š 𝐢𝐢𝐾𝐾 W K2Cr2O7 = 294,185 πœ‡πœ‡/π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπΆπΆ

104 πœ‡πœ‡/π‘šπ‘šπ‘šπ‘šπΆπΆ Γ— 50 πΎπΎπ‘šπ‘š W K2Cr2O7 = 141,4 mg

2. Perhitungan pembuatan larutan standar krom heksavalen 5 mg/L V1C1 = V2C2

V1 = 𝑉𝑉2×𝐢𝐢2𝐢𝐢1

V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š 500 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

V1 = 1 mL

3. Perhitungan pembuatan larutan deret standar kerja krom heksavalen V1C1 = V2C2

V1 = 𝑉𝑉2×𝐢𝐢2𝐢𝐢1

β€’ Larutan standar kerja krom heksavalen 0 mg/L V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—0 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 0 mL

β€’ Larutan standar kerja krom heksavalen 0,1 mg/L V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—0,1 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 2 mL

β€’ Larutan standar kerja krom heksavalen 0,2 mg/L V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—0,2 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 4 mL

β€’ Larutan standar kerja krom heksavalen 0,4 mg/L V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—0,4 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 8 mL

(44)

37

Lampiran 2. (Lanjutan)

β€’ Larutan standar kerja krom heksavalen 0,6 mg/L V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—0,6 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 12 mL

β€’ Larutan standar kerja krom heksavalen 0,8 mg/L V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—0,8 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 16 mL

β€’ Larutan standar kerja krom heksavalen 1,0 mg/L V1 =100 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—1 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

5 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 20 mL

4. Perhitungan pembuatan larutan standar untuk larutan spike V1C1 = V2C2

V1 = 𝑉𝑉2×𝐢𝐢2𝐢𝐢1

β€’ Larutan standar krom heksavalen 40 mg/L V1 =50 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—40 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

500 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 4 mL

β€’ Larutan standar krom heksavalen 8 mg/L V1 =50 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—8 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

40 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 10 mL

β€’ Larutan standar krom heksavalen 20mg/L V1 =50 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—20 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

500 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 2 mL

β€’ Larutan standar krom heksavalen 10 mg/L V1 =50 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—10 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

500 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 1 mL

β€’ Larutan standar krom heksavalen 1 mg/L V1 =50 π‘šπ‘šπ‘šπ‘šΓ—1 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š

10 π‘šπ‘šπœ‡πœ‡/π‘šπ‘š V1 = 5 mL

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait