PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl TERHADAP KESUBURAN TANAH, PERTUMBUHAN, DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)
Oleh:
MUHAMMAD REZA BUDIMAN PRAWIRA
MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
MALANG 2019
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KCl TERHADAP KESUBURAN TANAH, PERTUMBUHAN, DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)
Oleh:
MUHAMMAD REZA BUDIMAN PRAWIRA 145040207111111
MINAT MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TANAH MALANG
2019
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Agustus 2019
Muhammad Reza Budiman P
LEMBAR PERSETUJUAN
Disetujui Pembimbing Utama,
Syahrul Kurniawan, SP., MP., Ph.D NIP.19791018 200501 1 002
Pembimbing Pendamping II,
Novalia Kusumarini, SP., MP NIP. 19891108 201504 2 001
Diketahui, Ketua Jurusan Tanah
Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU NIP.19540501 198103 1 006
Tanggal Persetujuan:
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Pupuk KCl Terhadap Kesuburan Tanah, Pertumbuhan, Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.)
Nama Mahasiswa : Muhammad Reza Budiman Prawira
NIM : 145040207111111
Jurusan : Pertanian
Program studi : Agroekoteknologi
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan MAJELIS PENGUJI
Penguji I,
Syahrul Kurniawan, SP., MP., Ph.D
Penguji II,
Novalia Kusumarini, SP., MP
Penguji III,
Dr. Ir. Retno Suntari, MS
Penguji IV,
Dr. Ir. Budi Prasetya, MP
Tanggal Lulus
“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Rabbku” (QS. 19: 4)
Skripsi ini kupersembahkan untuk Mamah tercinta yang selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a Bapak tercinta yang selalu mendo’akan dalam diamnya Serta abang tersayang
i
RINGKASAN
Muhammad Reza Budiman P. 145040207111111. Pengaruh Pemberian Pupuk KCl Terhadap Kesuburan Tanah, Pertumbuhan, Dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.). Dibawah Bimbingan Syahrul Kurniawan Sebagai Pembimbing Utama dan Novalia Kusumarini Sebagai Pembimbing Kedua.
Upaya untuk meningkatkan kesuburan lahan pada tanaman jagung di Indonesia akan semakin bergantung pada pemenuhan beberapa unsur hara dalam tanah, salah satunya adalah kalium (K). Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat sangatlah diperlukan. Unsur K berperan dalam pembentukan pati, proses fisiologis dalam tanaman, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, meningkatkan daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit selain itu juga berperan dalam perkembangan akar oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui perilaku K agar dalam pengelolaannya dapat mendukung kesinambungan sistem usahatani.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap kesuburan tanah, pertumbuhan, dan produksi tanaman jagung manis.
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Agrotechnopark, Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang yang berlangsung pada Bulan Maret hingga September 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan terdiri dari P0 = Kontrol (Tanpa Pemupukan N, P dan K), P1 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 0,5 x dosis rekomendasi , P2 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 0,75 x dosis rekomendasi, P3 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 1,0 x dosis rekomendasi, P4 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 1,25 x dosis rekomendasi, P5 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 1,5 x dosis rekomendasi. Parameter yang diukur meliputi, tinggi tanaman, bobot segar, residu NPK, dan kadar NPK tanaman. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan antar perlakuan terhadap variabel yang diukur dengan uji anova, sedangkan untuk menganalisis hubungan keeratan antar parameter dilakukan uji kolerasi
Pemberian pupuk KCl dengan berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis, namun pemberian pupuk KCl dengan dosis 100 kg/ha (100% rekomendasi) memilik hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan pupuk KCl dengan dosis rekomendasi sebesar 100% (100 Kg/ha) produksi tanaman jagung manis memiliki hasil panen tertinggi sebesar 12,1 ton/ha dengan perbandingan kenaikan sebesar 16% jika dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan pupuk KCl dengan berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap indikator kesuburan tanah pada tanaman jagung kecuali P tersedia tanah dimana dosis 50% (P1) diketahui mampu meningkatkan P-tersedia tanah sebesar 66% jika dibandingkan dengan kontrol.
ii SUMMARY
Muhammad Reza Budiman P. 145040207111111. The Effect of KCl Application on Soil Fertility, Growth, and Production of Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt L.). Supervisor by Syahrul Kurniawan, SP. MP. Ph.D as Supervisor and Novalia Kusumarini, SP. MP. As Second Supervisor.
Efforts to increase soil fertility in corn plants in Indonesia will increasingly depend on the fulfillment of some nutrients in the soil, one of which is potassium (K). Application the right dose of fertilizer is very necessary. Potassium K plays a role in starch formation, physiological processes in plants, influences the absorption of other elements, enhances resistance to drought, other diseases also play a role in root development. Therefore it is very important to know the behavior of K so that it can support the sustainability of farming systems. The purpose of this study was to analyze the effect of KCl fertilizer on soil fertility, growth, and sweet corn crop production
This research took place in Agrotechnopark, Brawijaya University, Jatikerto Village, Kromengan District, Malang from March to September 2018. This study used a randomized block design with 6 treatments repeated 3 times. The treatment consisted of P0 = Control (Without Fertilizing N, P and K), P1 = Application of urea, SP36, and KCl Fertilizer 0.5 x dose recommendation, P2 = Application of urea, SP36, and KCl Fertilizer 0.75 x dose recommendation, P3 = Application of urea, SP36, and KCl Fertilizer 1.0 x recommended dose, P4 = Application of urea, SP36, and KCl Fertilizer 1.25 x recommended dose, P5 = Application of urea, SP36, and KC Fertilizer 1.5 x dose recommendation . Parameters measured included plant height, fresh weight, NPK residues land, and NPK levels of plants.
To find out the effect of differences between treatments on the variables measured by anova test, whereas to analyze the close relationship between parameters the correlation test
Giving KCl fertilizer with various doses did not significantly affect the growth of sweet corn plant height, but the administration of KCl fertilizer with a dose of 100 kg / ha (100% recommendation) had a higher yield than other treatments. KCl fertilizer treatment with recommended dosage of 100% (100 kg / ha) sweet corn crop production has the highest yield of 12.1 tons / ha with a ratio of increase of 16% when compared to controls. The treatment of KCl fertilizer with various doses did not significantly affect the indicator of soil fertility in maize plants except for available P soil where a dose of 50% (P1) was known to be able to increase the P-available soil by 66% when compared to controls.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pemberian Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah, Pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.)”
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi program pendidikan Strata-1 (S1) bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Tanah. Setiap kesulitan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini dapat diatasi berkat kemauan, kerja keras dan doa, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Syahrul Kurniawan, SP., MP., Ph.D, selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Novalia Kusumarini, SP. MP selaku Dosen pendamping yang selalu sabar dan penuh ketekunan membimbing dalam pembuatan skripsi ini. Atas segala kesabaran, nasihat, arahan, dan bimbingannya kepada penulis.
Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada orang tua, dan seluruh keluarga tercinta, karena telah memberikan kasih sayang, pengertian dan dukungannya yang diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat, teman-teman Agroekoteknologi 2014, dan teman-teman MSDL 2014, atas segala bantuan, dukungannya dan kebersamaan selama ini.
Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan memberikan sumbangan pemikiran dalam kemajuan ilmu pengetahuan.
Malang, Agustus 2019
Penulis
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 20 Mei 1995 sebagai putra ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Muhammad Rasid Prawira dan Ibu Irmita Idrus.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDIT Asysyukriyyah pada tahun 2001-2007 dikota Tangerang, lalu melanjutkan pendidikan di SMPIT Al-Kahfi pada tahun 2007-2010 di Kabupaten Bogor. Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di SMA PU Al-Bayan pada tahun 2010-2013 di Kabupaten Sukabumi.
Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 ProgramStudi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, hingga pada tahun 2016 penulis masuk dalam Minat Manajemen Sumberdaya Lahan, Jurusan Tanah.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kegiatan magang kerja di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Malang, Jawa Timur pada tahun 2017. Penulis pernah menjadi anggota tim basket Sport Corner Fakultas Pertanian
v DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... i
SUMMARY ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Botani Jagung Manis ... 4
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis ... 5
2.3 Peranan Unsur Hara K Terhadap Tanaman Jagung Manis ... 6
2.4 Kesuburan Tanah Pada Lahan Jagung ... 7
2.5 Pengaruh Aplikasi Pupuk KCl Pada Tanaman Jagung Manis... 7
III. METODE PENELITIAN ... 9
3.1 Waktu dan Tempat ... 9
3.2 Alat dan Bahan ... 9
3.3 Rancangan Percobaan ... 9
3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 10
3.5 Parameter ... 11
3.6 Analisis Data ... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan dan Kadar N, P, dan K Tanaman Jagung Manis ... 16
4.2 Pengaruh Pupuk KCl terhadap Bobot Segar Tongkol Jagung Manis ... 22
4.3 Pengaruh Pupuk KCl terhadap Kesuburan Tanah ... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
5.1 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
LAMPIRAN ... 34
vi
DAFTAR TABEL Nomor
Teks
Halaman
1. Metode Analisis Tanah dan Tanaman ... 12
vii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Teks
Halaman
1. Tanaman Jagung Manis... 4
2. Pola Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis dengan Berbagai Dosis Pupuk KCl ... 17
3. Hasil Jumlah Daun Tanaman Jagung ... 18
4. Hasil Analisis Kadar N Tanaman ... 19
5. Hasil Analisis Kadar P Tanaman ... 21
6. Hasil Analisis Kadar K Tanaman ... 22
7. Produksi Bobot Segar Tongkol Jagung Manis ... 23
8. Hasil Analisis pH Tanah ... 24
9. Hasil Analisis N-Total Tanah... 26
10. Hasil Analisis P-Tersedia Tanah ... 27
11. Hasil Analisis K-Tersedia Tanah ... 29
viii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Teks
Halaman
1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis ... 34
2. Kriteria Kesuburan Tanah ... 35
3. Denah Plot Penelitian ... 36
4. Denah Lokasi Penelitian ... 37
5. Perhitungan Dosis Pemupukan Urea, SP36, ZA dan KCl ... 38
6. Tabel Analisis Ragam ... 40
7. Tabel Analisis Korelasi ... 42
8. Dokumentasi ... 43
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanaman Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang dikonsumsi dan sangat disukai masyarakat di Indonesia Tanaman ini merupakan salah satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung manis memiliki umur produksi yang lebih singkat. Bagi para petani tanaman jagung manis merupakan peluang usaha di pasar, karena nilai jualnya yang tinggi.
Produktivitas jagung di daerah Jawa Timur dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan yang signifikan, pada tahun 2015 produktivitas jagung sebesar 5,052 ton/ha, dan pada tahun 2016 produktivitasnya sebesar 5,069 ton/ha.
Luas panen yang ada di Provinsi Jawa Timur tidak mengalami perubahan, dimana pada tahun 2015 seluas 1.238.616 ha, dan pada tahun 2016 seluas 1.238.616 ha (BPS, 2017).
Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan produksi jagung manis diantaranya pengelolaan lahan dan pemberian dosis yang tepat terhadap pemupukan, kurangnya perhatian pada kesuburan tanah menyebabkan adanya penurunan kualitas tanah, yang berakibat pada penurunan ketersediaan unsur hara N, P dan K. Salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi kesuburan dalam tanah yaitu pemberian pupuk dan jumlah hara yang tersedia di dalam tanah belum memenuhi kebutuhan tanaman (Musfal, 2008).
Upaya untuk meningkatkan kesuburan lahan pada tanaman jagung di Indonesia akan semakin bergantung pada pemenuhan beberapa unsur hara dalam tanah, salah satunya adalah kalium (K). Kalium adalah salah satu unsur hara makro yang banyak diperlukan tanaman, namun petani tidak memberikan K dalam jumlah yang cukup sehingga cadangan K tanah semakin lama semakin menurun. Kalium (K) merupakan unsur hara utama yang penting bagi tanaman. Unsur Hara K memiliki tingkat kemudahan pencucian hampir sama dengan unsur N, tetapi pergerakannya dalam larutan tanah hampir sama dengan unsur P. Unsur K bukan merupakan unsur penyusun jaringan tanaman, namun berperan dalam pembentukan
2 pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata (mengatur pernapasan dan penguapan), proses fisiologis dalam tanaman, mempengaruhi penyerapan unsur- unsur lain, mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan, penyakit selain itu juga berperan dalam perkembangan akar oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui perilaku K agar dalam pengelolaannya dapat mendukung kesinambungan sistem usahatani. Sistem pengelolaan hara K saat ini cenderung menyebabkan neraca hara negatif karena jumlah K yang diangkut melalui panen jauh lebih besar dibandingkan dengan K yang diberikan melalui pupuk (Subiksa &
Sabiham, 2009). Selain itu kalium juga diketahui sebagai unsur yang memiliki peranan yang besar terhadap kualitas hasil panen
Agar proses transportasi unsur hara dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam tanaman harus optimal. Karena itu, untuk mendapatkan hasil jagung yang lebih banyak, pemberian pupuk dengan dosis yang tepat sangatlah diperlukan. Dari banyak penelitian yang dilakukan untuk tanaman jagung ternyata pemupukan dengan pupuk kalium saja belum banyak dilakukan, karena itu data mengenai pengaruh pupuk kalium terhadap pertumbuhan jagung dan produksinya sangat jarang ditemukan. Maka dari itu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian dosis KCl agar mendapat dosis KCl yang paling baik untuk kesuburan tanah, pertumbuhan, dan produksi tanaman jagung manis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian berbagai dosis pupuk KCl berpengaruh pada pertumbuhan dan Kadar N, P, dan K tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.) ?
2. Apakah pemberian berbagai dosis pupuk KCl berpengaruh pada produksi bobot segar tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.) ? 3. Apakah pemberian berbagai dosis pupuk KCl berpengaruh terhadap
kesuburan tanah ?
3 1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk KCl pada pertumbuhan dan Kadar N, P, dan K tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.).
2. Menganalisis pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk KCl pada produksi bobot segar tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.).
3. Menganalisis pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk KCl terhadap kesuburan tanah pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.).
1.4 Hipotesis
1. Pemberian berbagai dosis pupuk KCl dapat meningkatkan pertumbuhan dan Kadar N, P, dan K tanaman jagung manis
2. Pemberian berbagai dosis pupuk KCl dapat meningkatkan produksi bobot segar pada tanaman jagung manis
3. Pemberian 100% dosis rekomendasi KCl memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis 150%, 125%, 75%, dan 50% pada kesuburan tanah pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt L.).
4 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Jagung Manis
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) ialah tanaman yang dibudidayakan untuk konsumsi segar (gambar 1) dan industri makanan . Tanaman ini memiliki organ lengkap, yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah. Perakaran tanaman ini dangkal dan serabut. Daunnya berjumlah antara 10 – 20 helai dan berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan berlawanan. Jagung manis memiliki tinggi yang rata – rata hampir sama dengan jagung biasa yaitu 1,5 – 2,5 m.
Gambar 1.Tanaman Jagung Manis
Menurut Purwono & Hartono (2007), sistematika dari tanaman jagung manis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Monocotyledone (berkeping satu) Ordo : Graminales
Famili : Graminaceae (rumput-rumputan) Genus : Zea
Species : Zea Mays saccharata Sturt L.
Jagung manis tergolong tanaman monokotil artinya benang sari dan putik terletak pada bunga yang berbeda, tetapi dalam satu tanaman yang sama. Bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung pada batang utama (poros atau tangkai)
5 dan bunga betina tumbuh sebagai pembungaan samping yang berkembang pada ketiak daun. Kondisi temperatur, kelembapan udara, itensitas cahaya dan panjang hari untuk pertumbuhan jagung manis yang optimum tidak jauh berbeda dengan kondisi yang diperlukan jagung (Syukur dan Rifianto, 2013)
Produksi jagung manis di Indonesia tergolong rendah dengan produksi 8,31 ton/ha. Sebenarnya potensi hasil jagung manis dapat mencapai 14 – 18 ton/ha. Salah satu penyebab rendahnya tingkat produktivitas komoditas pertanian karena kesuburan tanah yang menurun dan berkurangnya lahan pertanian (Muhsanati, et al., 2006)
2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan tumbuh. Tanaman jagung manis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1300 mdpl. Tanaman jagung manis akan tumbuh optimum pada ketinggian 750 mdpl. Intensitas cahaya matahari yang baik untuk pertumbuhan jagung manis mencapai 100%, suhu udara 20 – 25 oC dengan kapasitas air tanah 25 – 60 %. Tanah yang paling cocok untuk tanaman jagung manis adalah tanah bersolum tebal, subur, gembur, dan banyak mengandung humus (Adisarwanto dan Widyastuti, 2000). Tanaman jagung dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan. Tanaman jagung menghendaki daerah yang beriklim sedang hingga subtropik atau tropis yang basah dan di daerah yang terletak antara 0-500 LU hingga 0-400 LS. Tanaman jagung juga menghendaki penyinaran matahari yang penu. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung adalah 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pertumbuhan tanaman jagung juga sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (Mandiri, 2010)
Jagung manis diperoleh dari jagung biasa yang mengalami mutasi resesif secara spontan. Secara fisik maupun morfologi jagung manis sulit dibedakan dengan jagung biasa. Sejak tahun 2000 sampai sekarang telah dilepas sebanyak 36 varietas jagung manis oleh Kementerian Pertanian RI dimana sebagian besar
6 varietas tersebut adalah varietas hibrida dan dimiliki perusahaan swasta (Syukur, et al., 2012)
2.3 Peranan Unsur Hara K Terhadap Tanaman Jagung Manis
Kalium sebagai hara esensial dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, bahkan untuk tanaman jagung dan ubi kayu melebihi kebutuhan N. Peran K pada tanaman berkaitan erat dengan proses biofisika dan biokimia. Dalam proses biofisika, K berperan penting dalam mengatur tekanan osmosis dan tugor, yang pada gilirannya akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel serta membuka dan menutupnya stomata. Gangguan pada pembukaan dan penutupan stomata akibat tanaman kahat (defisensi) K akan menurunkan aktivitas fotosintetis karena terganggunya pemasukan CO2 ke daun. Tanaman yang cukup K dapat mempertahankan kandungan air dalam jaringannya, karena mampu menyerap lengas dari tanah dan mengikat air sehingga tanaman tahan terhadap cekaman kekeringan. Dalam proses biokimia, peranan K berkaitan erat dengan 60 macam reaksi enzimatis, di antaranya enzim penyediaan K yang cukup sangat diperlukan dalam proses pengubahan tenaga surya menjadi tenaga kimia (ATP atau senyawa organik) untuk fotosintesis. Ada hubungan yang erat antara kadar K dalam jaringan dengan asimilasi CO2 pada tanaman jagung. Apabila tanaman kekurangan K, maka pengangkutan (translokasi) karbohidrat dari daun ke organ lainnya terhambat sehingga hasil fotosintetis terakumulasi pada daun dan menurunkan kecepatan fotosintetis itu sendiri (Subandi, 2013).
Dinamika K berkaitan dengan perubahan bentuk dan tempat keberadaan K, sebagai dua aspek penting yang menentukan ketersediaan K dalam tanah dan bagi tanaman. Di dalam tanah terdapat empat bentuk K yang berada dalam keseimbangan yang dinamis, yaitu: (1) K terlarut (dalam lautan tanah); (2) K dapat dipertukarkan; (3) K tidak dapat dipertukarkan,dan (4) K mineral. Peran penting hara K dalam menentukan kualitas produk pertanian berkaitan dengan komposisi kimia dan tampilan fisik. Apabila kekurangan K sudah sampai pada tingkat yang serius akan menurunkan kualitas produk pertanian, kekurangan K menyebabkan tanaman mudah rebah yang pada akhirnya menurunkan kuantitas dan kualitas hasil.
Tanaman yang cukup K akan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Pada padi,
7 jagung, ubi kayu, dan kedelai, tingkat serangan penyakit akan menurun bila hara K cukup (Subandi, 2013).
2.4 Kesuburan Tanah Pada Lahan Jagung
Di Indonesia sebagian besar jagung manis dibudidayakan di lahan kering yang mempunyai kandungan bahan organik tanah rendah. Peningkatan produksi jagung diarahkan pada pemanfaatan lahan kering, namun kendala yang umum dijumpai pada lahan jagung yaitu lahan kering yang mengalami rendahnya kesuburan tanah. Penggunaan pupuk anorganik sering menjadi pilihan untuk meningkatkan kesuburan, dikarenakan pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budidaya jagung manis pada lahan kering. Lahan kering di daerah tropis seperti Indonesia umumnya memiliki kesuburan tanah atau kandungan unsur hara tanah yang rendah.Pemupukan kimia (anorganik) dengan dosis tinggi dalam waktu yang lama berdampak buruk terhadap mikroorganisme yang ada dalam tanah dan apabila dibiarkan maka kesuburan alami tanah akan menurun
Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat perlu diperbaiki baik melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah maupun pemanfaatan potensi lahan yang masih luas utamanya di luar Jawa.
Produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah, baru mencapai 3,47 t/ha pada tahun 2006, Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penerapan teknologi produksi jagung belum optimal, Dalam periode 1990-2006 produksi jagung rata-rata 9,1 juta ton dengan laju peningkatan 4,17% per tahun.
Dapat diketahui bahwa peningkatkan produksi jagung di Indonesia lebih ditentukan oleh perbaikan produktivitas daripada peningkatan luas panen (Zubachtirodin, et al., 2016)
2.5 Pengaruh Aplikasi Pupuk KCl Pada Tanaman Jagung Manis Pemberian pupuk KCl pada berbagai taraf dosis berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman jagung. Perlakuan pemberian pupuk KCl Rusia pada perlakuan secara nyata dapat meningkatkan hasil pipilan jagung dan bobot brangkasan (biomas) jagung dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pemberian pupuk KCl dengan dosis yang berbeda dengan perlakuan P1 = KCl 100 (asal Kanada); P2 = KCl 25 (asal Rusia); P3 = KCl 50 (asal
8 Rusia); P4 = KCl 75 (asal Rusia); P5 = KCl 100 (asal Rusia); P6 = KCl 125 (asal Rusia); P7 = KCl 150 (asal Rusia) memberikan hasil produksi yang berbeda nyata (Filiyah, et al., 2016). Pemberian dosis KCl hingga 200 kg/ha tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol jagung berkelobot dan tanpa kelobot, serta bobot tongkol jagung semi berkelobot (tipis) dan tanpa kelobot. Namun ada kecenderungan peningkatan pada setiap penambahan KCl hingga 200 kg/ha.
Diketahui kalium membantu saat tanaman memproduksi biji. Hal tersebut berhubungan dengan fungsi kalium seperti pengaktifan kerja enzim, membantu fotosintesis tanaman dan translokasi gula
Beberapa penelitian menunjukkan hal yang sama seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan warna daun. Pemberian KCl untuk kualitas tanaman memberikan pengaruh terhadap kelayakan jual namun tidak pada padatan terlarut total jagung muda. Kelayakan jual jagung muda meningkat dengan pemberian KCl 100 kg/ha pada pemakaian KCl standar bila dibandingkan dengan pemberian KCl 50 kg/ha yang kemudian menurun pada pemberian KCl 150 kg/ha. Pada peubah indeks luas daun dan bobot brangkasan pemberian KCl 100 kg/ha dapat meningkatkan secara nyata. Diduga pada pemberian dosis 100 kg/ha pertumbuhan tanaman untuk indeks luas daun dan bobot brangkasan mencapai pertumbuhan maksimumnya sehingga persentase tanaman memproduksi buah jagung yang layak jual menjadi lebih besar.
Selanjutnya penelitian yang telah dilakukan oleh (Nurdin, et al., 2008) didapati bahwa pemupukan N, P, dan K mempercepat umur berbunga betina, meningkatkan persentase tinggi tongkol terhadap tinggi tanaman dan berat jerami kering jemur, tetapi tidak mempengaruhi tinggi tanaman dan berat 100 butir jagung . Umur berbunga betina paling cepat diperoleh pada perlakuan lengkap (NPK) dan paling lambat diperoleh pada perlakuan kontrol (0 kg N, P, K ha-1). Sedangkan persentase tinggi tongkol terhadap tinggi tanaman tertinggi dan berat jerami kering jemur tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa P (NK) dan terendah diperoleh pada perlakuan kontrol.
9 III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan dalam 2 tahap, dimana tahap pertama merupakan kegiatan di lahan percobaan Jatikerto, Agrotechnopark Universitas Brawijaya, Desa Jatikerto Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang, pada bulan April sampai Juli 2018. Daerah tersebut memiliki ketinggian antara 400 meter di atas permukaan laut. Tahap kedua analisis kimia dilaoratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya berlangsung pada bulan Maret hingga Oktober 2018.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini di antara lain: Brixmeter, oven, timbangan analitik, jangka sorong, tali rafia, rol meter, kamera, gunting, ember, kompres (sprayer), penggaris dan alat tulis. Benih jagung manis yang digunakan sebagai bahan tanam adalah jagung manis varietas Bonansa F1 dan Pupuk anorganik Urea, SP-36, ZA dan KCl.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Dibawah ini adalah dosis dan perlakuan yang diberikan pada setiap perlakuan.
1. P0 = Kontrol (Tanpa Pemupukan N, P dan K)
2. P1 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 0,5 x dosis rekomendasi 3. P2 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 0,75 x dosis rekomendasi 4. P3 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 1,0 x dosis rekomendasi 5. P4 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 1,25 x dosis rekomendasi 6. P5 = Aplikasi urea ,SP36 , dan Pupuk KCl 1,5 x dosis rekomendasi
Dari perlakuan tersebut diperoleh 6 perlakuan, perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 18 satuan perlakuan.
10 3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Lahan
Lahan yang digunakan untuk penelitian dibersihkan dari gulma maupun rumput yang masih tersisa menggunakan sabit kemudian diolah dengan cangkul.
Lahan yang telah diolah kemudian dibuat petak – petak percobaan dengan ukuran sebanyak 18 petak. Adapun luas petak dalam satu perlakuan adalah 2,5 m x 3 m 3.4.2 Penanaman Jagung Manis
Penanaman jagung manis dilakukan dengan cara ditugal. Benih jagung manis yang digunakan adalah varietas Bonansa F1 (Lampiran 1). Varietas bonanza F1 dapar dipanen pada umur 65-70 hst. Benih ditanam pada kedalaman 1 - 5 cm dengan jarak tanam 70 x 40 cm. Setiap lubang tanam diisi dengan dua atau tiga benih jagung manis. Dalam satu petak perlakuan terdapat 32 tanaman. Pada saat tanaman jagung manis berumur 14 HST dilakukan penjarangan dan pada usia 28 HST dilakukan pembubunan
3.4.3 Pemupukan
Pupuk organik (pupuk kandang) diberikan satu minggu sebelum tanam sejumlah 450 kg/ha atau 15 kg per petak perlakuan. Selanjutnya pemberian Pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk urea, SP-36, ZA dan KCl. Pemupukan Urea, SP-36, KCl dilakukan dengan 3 tahap pada saat 10 hst, 30 hst dan 45 hst dengan dosis rekomendasi pupuk 200 kg/ha Urea , 100 kg/ha SP-36, 50 kg/ha ZA dan 100kg/ha KCl dengan dosis per perlakuan yang berbeda disetiap pemupukan (Lampiran 5) . Pupuk organik dan anorganik diaplikasi dengan cara dibenamkan ke dalam lubang tanam yang telah dibuat pada latikan bagian samping kiri atau kanan dengan jarak antara 10-15 cm dari sisi tanaman dan kedalamannya antara 5-10 cm.
Setiap selesai pemupukan lubang ditutup dengan tanah kembali dan dialiri air agar pupuk dapat diserap oleh tanaman.
3.4.5 Pemeliharaan
1. Penyiangan dan pembumbunan
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara dicabut setiap 2 minggu sekali bergantung kondisi gulma di lahan. Sedangkan pembumbunan dilakukan
11 pada saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam untuk mencegah tanaman roboh dan menguatkan bagian perakaran tanaman.
2. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dilakukan secara mekanis yaitu dengan cara mengambil dan membunuh hama tersebut.
3.4.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tanaman jagung manis berumur 80 hst.
Pemanenan tongkol jagung manis dapat dilakukan dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya atau dapat juga dengan mematahkan tangkai buah jagung.
3.5 Parameter
Pada penelitian jagung manis, pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan pertumbuhan, produksi, serapan tanaman dan analisa tanah
3.5.1 Parameter pengamatan pertumbuhan tanaman
a. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang sampai dengan titik tumbuh terakhir tanaman.
b. Jumlah daun, dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.
3.5.2 Parameter Pengamatan Produksi a. Hasil Panen per Plot (kg/plot)
Hasil panen per plot dilakukan saat jagung selesai panen pada luasan lahan yang telah dikonversikan dalam kg per plot
12 Selanjutnya parameter pengamatan yang dilakukan pada tanah dan tanaman dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Metode Analisis Tanah dan Tanaman
Aspek Parameter Metode Waktu (HST)
Tanah
N-Total (%) Kjeldahl 0 dan 80
P-Tersedia Bray I 0 dan 80
K-Tersedia NH4OAc 1N
pH7 0 dan 80
pH H2O 1:1 Glass
Electrode 0 dan 80
Tanaman
Tinggi tanaman Pengukuran 14, 28, 42, 56 Jumlah daun Perhitungan 14, 28, 42, 56 Kadar N,P,K tanaman Pengukuran 80
3.5.3 Analisis Hara a. Analisis N (Kjeldahl)
Pengukuran N total menggunakan metode Kjedhal baik untuk menganalisis unsur N dalam tanaman, yang pertama dilakukan adalah menimbang sampel tanaman 0,1 g yang lolos ayakan 0,5 mm kemudian dimasukkan kedalam tabung Kjedhal. Kemudian ditambahkan 1 g selen dan 5 ml asam sulfat pekat. Setelah itu didestruksi pada suhu 300oC atau hingga uap putih keluar dan larutan berwarna kehijauan. Kemudian hasil destruksi didinginkan dan diencerkan dengan air bebas ion (aquades) hingga 50 ml. Setelah itu ditambahkan 20 ml NaOH 40% yang nantinya akan didestilasi. Hasil dari destilat kemudian ditampung dengan asam borat sebanyak 20 ml. Destilasi dilakukan hingga volume mencapai 60 ml dan berwarna hijau. Setelah itu hasil distilat kemudian dititrasi dengan H2SO4 sampai dengan adanya perubahan dari warna hijau hingga menjadi merah anggur. Hasil dari titrasi kemudian dihitung dengan rumus :
𝑁. 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (%) =ml.sampel−ml.blanko
Berat sampel x 0,014 x N. H2SO4 x 100 x fk
Untuk mendapatkan nilai kadar N yang terdapat pada tanaman, nilai N total pada tanaman dikalikan dengan nilai faktor kadar air (fka) tanaman. Nilai fka didapatkan dari rumus
fka=kadar air + 100 100
13 b. Analisis P total
Pengukuran P total menggunakan metode analisis Bray-1 dan Bray-2.
Sampel tanah ditimbang sebanyak 2 g, dimasukkan kedalam tabung. Kemudian ditambahkan 20 ml pengekstrak Bray-1 atau Bray-2 (ditentukan oleh pH tanah) kemudian kocok selama 5 menit dengan mesin pengocok. Setelah selesai larutan disaring dengan kertas saring whatman 42 dan filtrat dari saringan tersebut ditampung. Pipet 5 ml hasil saringan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan 20 ml aquadest dan 8 ml reagen B. Didiamkan selama 20 menit. Selanjutnya menetapkan absorban dengan spectronic 21 dengan panjang gelombang 882nm demikian juga dengan deret standar P. Setelah itu mengkonversi bacaan absorban ke O.D dan menghitung besar mg l-1P berdasarkan garis regresi pada kurva standar P yang diperoleh (Instruksi Kerja Laboratorium Kimia Tanah, 2012). Rumus perhitungan P total sebagai berikut :
Kadar P total (Mg/Kg) = fka = Bacaan sampel - A
B x pengenceran x Fka
untuk mendapatkan nilai kadar P yang terdapat pada tanaman, nilai P total pada tanaman dikalikan dengan nilai faktor kadar air (fka) tanaman. Nilai fka didapatkan dari rumus fka=kadar air + 100
100
c. Analisis K total
Pengukuran K total menggunakan metode analisis NH4OAC 1N pH 7.
Sampel tanaman ditimbang sebanyak 1 g, dimasukkan kedalam tabung sentrifuge.
Kemudian ditambahkan 10 ml aquadest, kocok selama 30 menit dan disentrifuge 10 menit. Setelah itu buang cairan yang ada di tabung sentrifuge. Setelah membuang cairan, tambahkan 10 ml NH4OAC 1N pH 7, kocok dengan mesin pengocok selama 60 menit dan sentrifuge kembali selama 10 menit dan buang cairan yang ada di tabung. Selanjutnya dilakukan lagi yaitu menambahkan 10 ml NH4OAC 1N pH 7 ke dalam tabung, sentrifuge selama 10 menit dan buang cairan yang ada di tabung. Kemudian melakukan hal serupa sebanyak 1 kali lagi dan filtratnya diukur dengan menggunakan flame photometer (Instruksi Kerja
14 Laboratorium Kimia Tanah, 2012). Rumus perhitungan K tersedia sebagai berikut :
K(me/100 g) = Bacaan sampel - A
B x pengenceran x Fka
Untuk mendapatkan nilai kadar K yang terdapat pada tanaman, nilai K total pada tanaman dikalikan dengan nilai faktor kadar air (fka) tanaman. Nilai fka didapatkan dari rumus :
fka=kadar air + 100 100 d. pH tanah
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan metode gelas elektroda menimbang sampel tanah kering yang sudah lolos ayakan 2 mm ditimbang 10 g kemudian masukkan dalam fial film. Selanjutnya dimbahkan 10 ml Aquadest (digunakan untuk penetapan pH H2O). Sampel yang sudah dicampur dengan aquadest dikocok dengan mesin pengocok selama 60 menit serta didiamkan selama 24 jam kemudian diukur menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan larutan penyangga pH = 4 dan pH = 7 catat pH yang ditampilkan pada pH meter.
3.5.4 Analisis Hara Tanaman a. Kadar N Tanaman
Contoh tanaman yang telah dikeringkan dengan oven dan digrinding menjadi halus ditimbang sebanyak 0,25 g. Contoh tanaman kemudian dimasukkan dalam tabung disgestion, dicampurkan dengan selen dan 5 ml H2SO4. Larutan kemudian dibakar dalam blok disgestion dari suhu rendah hingga suhu tinggi. Kegiatan destruksi dianggap telah selesai bila telah keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih. Tabung diangkat, didinginkan. Kemudian ekstrak diencerkan dengan menggunakan air bebas ion sebanyak 60 ml.
Pengukuran N tanaman dilakukan dengan menggunakan cara destilasi. Ekstrak yang telah diencerkan dengan air bebas ion ditambahkan NaOH 40% sebanyak 20 ml dan didestilasi. Hasil distilat ditampung pada tabung erlenmeyer yang telah berisi asam borat 20 ml. Destilasi dihentikan apabila volume tampungan telah
15 mencapai 60 ml, atau ketika warna berbah menjadi hijau. Setelah itu dititrasi dengan H2SO4 sampai ditandai dengan perubahan warna dari hijau menjadi merah anggur (warna awal asam borat semula).
b. Kadar P dan K Tanaman
Contoh tanaman yang telah dikeringkan dengan oven dan digrinding menjadi halus ditimbang sebanyak 0,5 g. Contoh tanaman kemudian dimasukkan kedalam tabung disgestion, dan ditambahkan 5 ml asam nitrat 65%, ditambahkan 1,5 ml asam pechloric, lalu dibakar hingga suhu tinggi. Proses destruksi dianggap selesai ketika asap telah berwarna putih, dan dihasilkan filtrat berwarna putih. Selesai mendestruksi, filtrat kemudian didinginkan. Seletah dingin, filtrat ditambahkan 49 ml air bebas ion, kemudian divortex, fan dimasukkan kedalam fial film dan dibiarkan selama semalam.
Pengukuran P dilakukan hari berikutnya. Filtrat dalam fial film dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan air bebas ion sebanyak 20 ml dan reagen (pereaksi pewarna fosfat) sebanyak 8 ml, dikocok bolak balik, dan didiamkan selama 20 menit. Kemudian diukur nilai absorbansi menggunakan spectronic 21 pada panjang gelombang 882 nm.
Pengukuran K dilakukan setelah filtrat didiamkan semalaman. Hasil filtrat yang telah ditampung kemudian diukur menggunakan alat flame photometer untuk mengetahui nilai bacaan..
3.6 Analisis Data
Pada data yang diperoleh selama penelitian diolah menggunakan software Microsoft Excel dan dianalisi keragamannya menggunakan Genstat 6.0 discovery edition. Jika pada analisis ragam (ANOVA) didapatkan pengaruh nyata dengan taraf 5% maka dilakukan dengan Uji Lanjut Duncan (DMRT) antar perlakuan untuk mengetahui keeratan hubungan antar parameter pengamatan dilakukan uji kolerasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertumbuhan dan Kadar N, P, dan K Tanaman Jagung Manis
4.1.1 Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman.
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur pangkal batang hingga titik terakhir batang primer, pengamatan tinggi tanaman diukur setiap 2 minggu sekali yang dilakukan mulai dari 14 Hari Setelah Tanam (HST) sampai dengan 56 HST. Pengaruh pemberian pupuk KCl terhadap pertambahan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan hasil analisa statistik, aplikasi pupuk KCl dengan berbagai dosis tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman jagung saat masa vegetatife (Lampiran 6a). Pada 56 HST perlakuan P3 (dosis pupuk KCl 100%) memberikan hasil pertumbuhan tanaman tertinggi dengan rata-rata sebesar 151,7 cm dibandingkan perlakuan lainnya dengan kenaikan sebesar 6,3 % dibandingkan dengan kontrol. Pengamatan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan tinggi sebesar 133 cm. Rendahnya tinggi tanaman pada perlakuan P2 disebabkan karena tanaman jagung manis sangat membutuhkan hara dalam proses pertumbuhannya sehingga pengurangan dosis memberikan dampak yang buruk untuk pertumbuhan tanaman (Kresnatita et al., 2013).
Hasil penelitian ini tinggi tanaman jagung tidak berpengaruh nyata. Hal ini dapat disebabkan pertumbuhan tinggi tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh pupuk K, tetapi pengaplikasian pupuk N dan P yang diberikan tidak memiliki perbedaan dosis terhadap perlakuan. Salah satu unsur hara yang mempengaruhi tinggi tanaman adalah unsur N yang memiliki fungsi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain mempercepat tinggi, cabang dan menambah kandungan protein tanaman menurut Munawar (2011), Nitrogen (N) merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan salah satunya tinggi tanaman.
17
Keterangan: P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 2. Pola Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis dengan Berbagai Dosis Pupuk KCl
Berdasarkan rata-rata pengukuran tinggi tanaman jagung, perlakuan yang memberikan pengaruh paling tinggi adalah perlakuan P3. Perlakuan tersebut memberikan hasil tinggi tanaman paling tinggi dimungkinkan karena pemberian pupuk K yang sesuai dosis rekomendasi dan pemberian pupuk N dan P dapat diserap tanaman secara optimal sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman jagun manis. Menurut penelitian yang dilakukan Pratikta et al.,(2013) bahwa perlakuan penambahan pupuk K dengan berbagai taraf 200 kg/ha, 300 kg/ha, dan 400 kg/ha tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada semua parameter termasuk tinggi tanaman Jagung.
4.1.2 Jumlah Daun
Jumlah daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan pada tanaman.
Jumlah daun tanaman menjadi salah satu parameter untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman terhadap pemberian perlakuan dosis pupuk yang diberikan.
Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali mulai dari 14 hari setelah tanam sampai dengan 56 hari setelah tanam. Daun yang diamati adalah daun yang sudah berwarna hijau dan membuka sempurna
18 Berdasarkan hasil analisa statistik yang dilakukan, perlakuan dosis pupuk KCl yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung.
Meskipun demikian, jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan P4 dengan dosis pemupukan KCl sebanyak 125% atau setara dengan 125 kg/ha dengan nilai rata rata 12 helai daun yang meningkat sebesar 3,9% dibandingkan dengan kontrol.
Jumah daun terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan nilai rata rata 11 helai (Gambar 3)
Keterangan:. P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 3. Hasil Jumlah Daun Tanaman Jagung
Pengamatan Jumlah daun tanaman jagung tidak berbeda nyata dikarenakan pemberian dosis pupuk K tidak memiliki peran aktif dalam pertumbuhan daun pada tanaman dan juga unsur hara K lebih berperan aktif dalam peningkatan hasil panen, memperkuat batang tanaman dan membantu tanaman dalam ketahanan terhadap penyakit. Selain itu unsur hara yang mempengaruhi jumlah daun pada tanaman yaitu unsur hara N diberikan dengan dosis yang sama pada seluruh perlakuan sehingga tidak memberikan pengaruh nyata.
19 Hasil penelitian yang sama diperoleh Irna, et al (2014) Bahwa penambahan unsur hara K tidak berbeda nyata dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan produksi per plot pada jagung manis. Pengaplikasian pupuk KCl dengan berbagai dosis pupuk tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah daun pada tanaman jagung
4.1.3 Analisis Kadar N, P, dan K Tanaman 4.1.3.1 Kadar N Tanaman
Nitrogen adalah salah satu unsur zat yang sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tanaman yaitu sebagai penyususun protein yang merupakan senyawa dengan berat molekul tertinggi yang terdiri atas rantai rantai asam amino yang terikat dengan ikatan peptida. Nitrogen memegang peranan penting dalam penyusunan klorofil yang menjadikan tanaman berwarna hijau (Samekto, 2008)
Keterangan: notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 4. Hasil Analisis Kadar N Tanaman
Berdasarkan analisa statistik terhadap kadar N pada tanaman jagung (Lampiran 6e), aplikasi berbagai dosis pupuk KCl didapatkan hasil tidak berpengaruh nyata terhadap kadar N pada tanaman. Nilai kadar N tanaman berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan P5 dengan dosis pemupukan KCl 125% memiliki
20 kadar N tanaman tertinggi yaitu 2,6 %, sedangkan kandungan kadar N tanaman terendah pada tanaman ditemukan pada perlakuan P1 dengan dosis pemupukuan KCl 50% sebesar 2.3 %.
Kadar N pada tanaman dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah unsur nitrogen yang tersedia dalam tanah. Pada penelitian ini, aplikasi pupuk N menggunakan dosis yang sama sebesar 200 kg/ha. Pemberian pupuk N pada tanaman tidak memiliki perbedaan dosis sehingga kadar N pada tanaman tidak berbeda nyata terhadap seluruh perlakuan. Kemampuan akar tanaman untuk menyerap unsur nitrogen juga dapat mempengaruhi kadar nitrogen dalam tanaman Selain itu serapan hara juga dipengaruhi luasan volume tanah yang dapat dijelajahi akar tanaman, semakin sedikit volume tanah yang dapat dijelajahi maka akan semakin sedikit pula hara yang dapat diserap tanaman (Hasanudin, 2003)
4.1.3.2 Kadar P Tanaman
Unsur hara P berperan dalam perkembangan akar, pembungaan dan pemasakan buah. Sumber unsur hara P yang ada di tanah berasal dari mineral, bahan organik dan juga pupuk. Berdasarkan analisisa statistik terhadap kadar P pada tanaman jagung (Lampiran 6e) setelah pengaplikasian pupuk KCl dengan berbagai dosis didapatkan hasil perlakuan yang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar P bagi tanaman. Pemupukkan KCl dengan rekomendasi dosis 100% (P3) menunjukan kecenderungan kadar P tanaman lebih tinggi bagi tanaman jagung manis sebesar 0,20 % sedangkan, perlakuan P1 atau dosis rekomendasi pupuk KCl 50% menunjukan kadar P tanaman terendah yaitu sebesar 0,05 % (Gambar 5).
Hasil analisa statistik menunjukan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk KCl tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kadar P pada tanaman. Jumlah kadar P pada tanaman dapat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah unsur hara fosfor yang tersedia dalam tanah dan selain itu kemampuan akar tanaman untuk menyerap unsur fosfor juga dapat mempengaruhi kadar P dalam tanaman.
Pemberian pupuk P pada tanaman tidak memiliki perbedaan dosis sehingga kadar P pada tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh perlakuan
21
Keterangan: P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 5. Hasil Analisis Kadar P Tanaman
Mas’ud (1993), menyatakan bahwa peranan P dalam penyimpanan dan pemindahan energi merupakan fungsi terpenting karena hal ini mempengaruhi berbagai proses dalam tanaman, kehadiran P dibutuhkan untuk reaksi biokimiawi penting, seperti pemindahan ion, reaksi fotosintesis dan glikolisis.
4.1.3.3. Kadar K Tanaman
Selain unsur hara Nitrogen dan Fosfor, Kalium juga merupakan salah satu unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kalium juga berperan dalam meningkatkan kandungan gula (Taiz dan Zeiger, 2002). Peranan K dalam tanaman berkaitan erat dengan proses biofisika dan biokimia. Berdasarkan hasil analisa statistik pemberian pupuk KCl dengan bebagai dosis rekomendasi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar K yang diserap oleh tanaman jagung (Lampiran 6e). Dosis pemupukan KCl dengan rekomendasi 50% (P1) memiliki kadar K tertinggi bagi tanaman jagung sebesar 2,09 % sedangkan pemupukkan KCl dengan rekomendasi 150% (P5) dengan kadar K terendah yaitu sebesar 1,67 % (Gambar 12).
22
Keterangan: P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 6. Hasil Analisis Kadar K Tanaman
Unsur hara kalium yang dapat di serap tanaman berasal dari bentuk K terlarut (dalam larutan tanah), K dapat dipertukarkan, K tidak dapat dipertukarkan,dan K mineral. Laju pengambilan K banyak di atur oleh kepekatan K dalam larutan tanah yang mengelilingi permukaan akar. Pada perlakuan P1 (dosis 50% KCl) memberikan hasil serapan K pada tanaman terbesar dibandingkan perlakuan lainnya dikarenakan tanaman mampu menyerap dengan optimal pada perlakuan P1.
Jumlah kadar K pada tanaman juga dapat di pengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah unsur kalium yang tersedia dalam tanah dan selain itu kemampuan akar tanaman untuk menyerap unsur kalium tersebut juga dapat mempengaruhi kadar K dalam tanaman. Selain itu adanya proses penguapan dan pencucian pada pupuk yang diberikan membuat tanaman menyerap hara yang disimpan tanah.
Unsur K juga berperan penting dalam respirasi dan fotosintesis, Dikarenakan Kalium juga dapat meningkatkan kandungan gula pada tanaman (Taiz dan Zeiger, 2002)
4.2 Pengaruh Pupuk KCl terhadap Bobot Segar Tongkol Jagung Manis Produksi jagung manis yang diukur adalah berat total bobot segar jagung manis dengan klobot, pengaplikasian pupuk KCl dengan berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap hasil bobot segar jagung manis dengan klobot
23 (Lampiran 6b). Nilai bobot segar tanaman jagung dengan klobot berkisar antara 6,6 – 9,1 kg/plot (3m x 2,5 m). Bobot segar dengan klobot tertinggi ditemukan pada perlakuan P3 dengan dosis pemupukan KCl 100% sebesar 9,1 kg/plot, jika dibandingkan dengan Kontrol memiliki kenaikan sebesar 16% , sedangkan produksi bobot segar terendah berada pada perlakuan P2 dengan dosis pempukan KCl 75% sebesar 6,6 kg/plot.
Keterangan:. P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 7.Produksi Bobot Segar Tongkol Jagung Manis
Hasil analisa statistik terhadap berat bobot segar tanaman jagung dapat pada perlakuan P3 (dosis KCl 100%) memilki kecendurangan yang lebih baik dibandingkan hasil bobot segar perlakuan lainnya. Menurut Damardjati et al., (2005), pemberian pupuk KCl 100 kg/ha diketahui mampu meningkatkan produksi tanaman jagung manis. Hasil penelitian Sebayang (2015), menunjukkan bahwa pupuk KCl juga dapat meningkatkan tinggi tanaman, bobot kering akar dan produksi tanaman jagung berturut – turut pada dosis 100 kg/ha dan 150 kg/ha.
Pengaplikasian pupuk KCl dengan dosis yang direkomendasikan memiliki hasil total bobot segar terbaik dengan dosis sebanyak 100 kg/ha dibandingkan dengan dosis lainnya.
24 4.3 Pengaruh Pupuk KCl terhadap Kesuburan Tanah
4.3.1 pH Tanah
Kemasaman tanah (pH) merupakan sifat kimia tanah yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanah. Pemberian dosis pupuk KCl pada masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah (Lampiran 6d).Hasil analisis pH tanah pada awal sebelum perlakuan didapatkan sebesar 5,5. Dimana jika dilihat berdasarkan kriteria sifat kimia tanah hasil tersebut masuk ke dalam kategori masam. Gambar 12 menunjukkan bahwa perlakuan P5 dengan dosis pemupukan KCl 150% memiliki hasil analisis pH tertinggi yaitu 5,38sedangkan kandungan pH terendah terdapat pada perlakuan P0 atau kontrol sebesar 5,12.
Keterangan: P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 8. Hasil Analisis pH Tanah
Perlakuan P5 dengan dosis pemupukan KCl 150% memiliki hasil analisis pH tanah cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, Nilai yang didapatkan dari semua perlakuan hasil analisis pH tanah tergolong dalam kategori sangat rendah. Dari hasil analisa tersebut dapat dilihat bahwa pH pada tanah mengalami penurunan dibandingkan dengan hasil analisis tanah awal, Namun penurunan nilai pH masih dalam kriteria yang sama. Selain itu pengaplikasian pupuk kandang pada awal sebelum tanam juga dapat menurunkn pH tanah melalui asam-asam organik yang dihasilkannya (Winarso, 2005).
25 Berdasarkan hasil uji kolerasi pH tanah dengan P-tersedia yang dilakukan, didapatkan nilai kolerasi sebesar 0,286 sehingga hubungan antara P-tersedia dengan pH tanah memiliki nilai kolerasi linier yang positif dengan kriteria sedang. Hasil tersebut menunjukan walaupun tidak masuk kedalam kolerasi yang kuat, Namun pH pada tanah masih memiliki hubungan dengan peningkatan P-tersedia tanah.
Apabila terjadi peningkatan pH tanah maka P-tersedia pada tanah juga akan mengalami peningkatan.
Tingginya fiksasi P oleh logam sangat dipengaruhi kondisi pH tanah. Pada pH rendah (reaksi tanah asam), logam Fe dan Al akan mengikat P dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan Tan (2008), yang menyatakan bahwa semakin rendah pH tanah maka semakin besar konsentrasi Al, dan Fe yang dapat larut, sehingga akan semakin besar pula jumlah fosfor yang diikatnya. Menurut tan (2008), Tanah dengan pH yang tinggi memiliki permasalahan rendahnya kandungan P tersedia tanah karena adanya fiksasi oleh kalsium tanah.
4.3.2 N-total Tanah
Nitrogen N merupakan unsur esensial bagi tumbuhan, N dibutuhkan dalam jumlah yang banyak (Hanafiah et al. 2010). N di dalam tanah dan tanaman bersifat sangat mobil, sehingga keberadaan N didalam tanah cepat berubah atau bahkan hilang.
Berdasarkan hasil analisa statistik pemberian dosis pupuk KCl pada masing- masing perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap N Total tanah (lampiran 6d).
Hasil analisis N-Total tanah pada awal sebelum perlakuan didapatkan sebesar 0,09
%, dimana jika dilihat berdasarkan kriteria sifat kimia tanah hasil tersebut masuk ke dalam kategori rendah. Gambar 6 menunjukkan bahwa perlakuan P4 dengan dosis pemupukan KCl 125% memiliki hasil N-total tanah tertinggi yaitu, 0,19%
sedangkan kandungan unsur hara N-total terendah ditemukan pada perlakuan P0 atau kontrol sebesar 0,11%.
26
Keterangan: P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 9. Hasil Analisis N-Total Tanah
Nilai yang didapatkan dari semua perlakuan hasil analisis N tanah tergolong dalam kategori sangat rendah, hal ini sesuai dengan pendapat Nariratih et al. (2013) bahwa rendahnya kandungan N pada tanah dapat terjadi karena diserap tanaman, menguap atau tercuci. Sehingga pupuk urea yang diberikan belum mampu mencukupi kebutuhan hara N tanaman jagung. Namun jika dibandingkan dengan tanah awal sebelum aplikasi pemupukan unsur hara N- Total dalam tanah mengalami peningkatan hal ini dapat disebabkan pengaplikasian pupuk urea kedalam tanah.
Peningkatan N-total tanah ini dapat disebabkan dari pemberian pupuk urea yang diberikan pada tanaman. Selain itu peningkatan N-Total pada tanah dapat disebabkan oleh ada nya bahan organik yang disebabkan oleh pemberian pupuk kandang kedalam tanah. Hal ini menandakan bahwa telah terjadi pelepasan hara dari dekomposisi bahan organik kedalam tanah sebagai stimultan bertambahnya N didalam tanah (Izzudin, 2012)
27 4.3.3 P Tersedia Tanah Setelah Panen
Tanaman memerlukan unsur hara P pada semua tingkat pertumbuhan terutama pada awal pertumbuhan dan pembungaan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Unsur hara P juga merupakan unsur hara yang penting bagi tanaman. Pemberian dosis pupuk KCl pada masing-masing perlakuan memiliki pengaruh yang nyata terhadap kandungan unsur hara P (lampiran 6d).
Hasil analisis P-tersedia tanah pada awal sebelum perlakuan didapatkan sebesar 2,47 mg.kg-1, dimana jika dilihat berdasarkan kriteria sifat kimia tanah hasil tersebut masuk ke dalam kategori sangat rendah. Gambar 10 menunjukkan bahwa perlakuan P1 dengan dosis pemupukan KCl 50% memiliki hasil analisis unsur hara P-tersedia tertinggi yaitu, 11,13 mg.kg-1 yang memiliki pertambahan sebesar 66%
jika dibandingkan dengan kontrol sedangkan kandungan unsur hara P-tersedia terendah pada perlakuan P0 atau kontrol sebesar 3,767 mg.kg-1.
Keterangan: P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 10. Hasil Analisis P-Tersedia Tanah
Sedangkan perlakuan yang memberikan hasil paling rendah adalah pada perlakuan P0 (kontrol). Rendahnya kandungan P-tersedia pada tanah perlakuan P0 dikarenakan tidak adanya bahan organik sebagai suplai hara tambahan pada tanah.
Bahan organik juga memiliki manfaat yang banyak dalam meningkatkan kualitas
28 tanah, namun dikarenakan tidak diaplikasikan pada perlakuan kontrol maka manfaat itu tidak didapatkan seperti perlakuan lainnya.
Perlakuan P1 dengan dosis pemupukan KCl 50% memiliki hasil analisis unsur hara P-tersedia cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, Nilai yang didapatkan dari semua perlakuan hasil analisis P tanah tergolong dalam kategori sangat rendah. Namun jika dibandingkan dengan tanah awal sebelum aplikasi pemupukan kandungan unsur hara N- Total dalam tanah mengalami peningkatan hal ini dapat disebabkan pengaplikasian pupuk SP-36 kedalam tanah sebagai salah satu pupuk yang dapat menyedikan unsur P pada tanah dan dosis pupuk SP-36 yang diberikan pada tanaman sesuai dengan dosis rekomendasi yaitu sebesar 100 kg/ha.
Pada penelitian ini keberadaan pH pada tanah tergolong dalam kategori masam dimana unsur P pada tanah salah satunya dipengaruhi oleh pH. Bila pH tanah netral maka unsur hara dalam tanah termasuk P akan tersedia dengan optimal, namun bila pH masam atau basa akan mempengaruhi keberadaan unsur hara P dalam tanah (Sarief, 1986).Unsur P berperan dalam perkembangan akar dan pemasakan buah (Dobermann and Fairhurst, 2000).Selanjutnya dengan meningkatnya hara P pada tanah, maka pertumbuhan tanaman menjadi baik, sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal.
4.3.4 K-tersedia Tanah Setelah Panen
Kalium (K) merupakan unsur hara utama yang penting bagi tanaman.
Berdasarkan analisis tanah terhadap kandungan unsur hara K-tersedia tanah didapatkan pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata terhadap pemberian pupuk KCl dengan dosis yang berbeda (lampiran 6d).
Hasil analisis K-tersedia tanah pada awal sebelum perlakuan adalah sebesar 0,72 me/100g dimana jika dilihat berdasarkan kriteria sifat kimia tanah hasil tersebut masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Gambar 8 menunjukkan bahwa perlakuan P3 dengan dosis pemupukan KCl 100% memiliki hasil analisis unsur hara K-tersedia tertinggi yaitu 0,96 me/100g dan kandungan unsur hara K-tersedia terendah pada perlakuan P0 atau kontrol sebesar 0,66 me/100g.
29
Keterangan: notasi dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%. P0 = Perlakuan kontrol, P1 = Dosis pupuk KCl 50%, P2 = Dosis pupuk KCl 75%, P3 = Dosis pupuk KCl 100%, P4 = Dosis pupuk KCl 125%, P5 = Dosis pupuk KCl 150%.
Gambar 11. Hasil Analisis K-Tersedia Tanah
Pemberian pupuk KCl 100% diketahui dapat meningkatkan K tersedia dalam tanah sebesar 32% jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan pengaplikasian pupuk KCl pada perlakuan P3 (dosis 100% rekomendasi) sedangkan pada kontrol tidak dilakuan pengaplikasian pupuk KCl sehingga K tersedia didalam tanah lebih rendah dari perlakuan P3. Nilai yang didapatkan dari semua perlakuan hasil analisis K tanah tergolong dalam kategori sangat tinggi.
Namun jika dibandingkan dengan tanah awal sebelum aplikasi pemupukan kandungan unsur hara K-Total dalam tanah mengalami peningkatan hal ini dapat disebabkan pengaplikasian pupuk KCl kedalam tanah.
Pemberian pupuk kalium pada tanah akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi kalium dalam tanah sehingga akan meningkatkan serapan kalium tanaman (Darlison, 1988), Selain itu kalium juga diketahui sebagai unsur yang memiliki peran terhadap kualitas hasil panen pada tanaman. Unsur K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa hara-hara dari akar ke daun dan mentranslokasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman, kurangnya unsur hara K dalam tanaman dapat menghambat proses transportasi dalam tanaman. Agar
30 proses transportasi unsur hara dalam tanaman dapat optimal maka unsur K dalam tanaman harus optimal (Taufiq, 2002).
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian pupuk KCl dengan berbagai dosis tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis, namun pemberian pupuk KCl dengan dosis 100 kg/ha (100% rekomendasi) memilik hasil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya
2. Perlakuan pupuk KCl dengan dosis rekomendasi sebesar 100% (100 Kg/ha) produksi tanaman jagung manis memiliki hasil panen tertinggi sebesar 12,1 kg/ha dengan perbandingan kenaikan sebesar 16% jika dibandingkan dengan kontrol
3. Perlakuan pupuk KCl dengan dosis tidak berpengaruh nyata terhadap indikator kesuburan tanah pada tanaman jagung kecuali P tersedia tanah dimana dosis 50% (P1) diketahui mampu meningkatkan P-tersedia tanah sebesar 66% jika dibandingkan dengan kontrol.
5.1 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa:
1. Penggunaan pupuk KCl yang sesuai dengan dosis rekomendasi sangat disarankan untuk meningkatkan produksi tanaman jagung manis.
2. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jagung biasa untuk mengetahui efektivitas pupuk KCl tersebut.
32 DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto dan Widyastuti. 2000. Teknik Bertanam Jagung. Yogyakarta:
Kanisius.
BPS, Jawa Timur. 2017. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung, 2013- 2016.https://jatim.bps.go.id/statictable/2017/10/05/632/luas-panen
produktivitas-dan-produksi-jagung-2013-2016.html
Damardjati, D. S., Subandi., K, Kariyasa ., Zubachtirodin, dan S, Sania . 2005.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Darlison. 1988. Pengaruh pemberian kalium, sumber kalium dan kapur terhadap pertumbuhan, serapan hara, produksi dan kualitas biji kacang tanah (arachis hypogaea l.) pada latosol darmaga. Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Dobermann, A, dan T, Fairhurst 2000. Rice: Nutrient Disorders and Nutrient Management. IRRI. Mekati
Filiyah., Nurjaya dan Syekhfani, 2016. Perngaruh Pemberian Pupuk KCl terhadap N, P, K Tanah dan Serapan Tanaman pada Inceptisol untuk Tanaman Jagung.
Universitas Brawijaya
Hanafiah, K. A. (2010). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada Hasanudin, 2003. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan N dan P Serta Hasil
Tanaman Jagung Melalui Inokulasi Mikoriza, Azotobakter dan Bahan Organik Pada Ultisol. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2): 83-89
Irna, S., Asri T., dan Muhammad S. 2014. Pengaruh limbah sawit dan N, P, K terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Agrium, volume 18 (3) : 208-218.
Mandiri, T. K. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Bandung: CV Nuansa Aulia.
Muhsanati., Syarif dan Rahayu. 2006. Pengaruh Beberapa Takaran Kompos Tithoni terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Jerami, hal: 87-91.
Musfal. 2008. Efektifitas Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Pemberian Pupuk Spesifik Lokasi Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol.
Universitas Sumatera Utara.
Nariratih, I., M.M.B. Damanik, dan G. Sitanggang. 2013. Ketersediaan Nitrogen pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan Serapannya pada Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(3):
479-488.
Nurdin, P.,Z, Ilahude, dan F, Zakaria . 2008. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K. Jurnal Tanah, hal: 49-56.