Oleh karena itu, perlakuan terhadap anak hendaknya berbeda dengan perlakuan terhadap tindak pidana yang umumnya dilakukan oleh orang dewasa. Berbagai tindak pidana yang dilakukan oleh remaja di masyarakat seperti perkelahian, perampokan, kejahatan dan tindak pidana lainnya merupakan perbuatan yang melanggar norma, aturan atau hukum masyarakat.
Rumusan Masalah
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengkaji perlakuan terhadap anak yang berada di lembaga pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II dengan menggunakan analisis hukum Islam. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap perlakuan terhadap anak yang dipenjarakan di Lembaga Khusus Pembinaan Anak Kelas II (LPKA) di Ambon.
Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Memberikan solusi pengobatan bagi penegakan hukum dalam menangani narapidana anak berdasarkan analisa hukum Islam.
Kajian Riset Sebelumnya
Widnaya, Asas Hukum Pidana, (Fikahati aneska; Jakarta: 2010), hal. Suhardi, penegakan hukum terhadap kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh siswa sekolah di bawah umur. Penelitian lebih lanjut mengenai “Kondisi kriminalisasi anak sebagai pelaku sebelum dan sesudah diberlakukannya restorative justice di Indonesia” oleh Munajah, dosen Fakultas Hukum MAAB Uniska, dimuat dalam Jurnal Al’Adl Jilid VIII No.
Metodologi Penelitian A. Tipe Penelitian
Jenis Penelitian Dan Pendekatan Penelitian
14 Pendekatan hukum adalah pendekatan yang melihat pada peraturan atau ketentuan yang berlaku, dikaitkan dengan permasalahan yang terjadi. 15 Suatu pendekatan untuk menarik kesimpulan yang harus didasarkan pada pemeriksaan atau verifikasi indera manusia.
Lokasi dan waktu penelitian
16 Bogdan dan Taylor17 mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, dengan alasan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari informan dan perilaku yang diamati.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, dari berbagai jenis bacaan, yaitu dari kajian artikel, buku, karya ilmiah, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta sumber lain yang relevan dengan permasalahan dan penelitian. tujuannya, khususnya literatur yang berkaitan dengan perlakuan terhadap penahanan anak dan tindak pidana berdasarkan hukum Islam.
Prosedur Pengumpulan Data 1. Observasi
Dokumentasi digunakan untuk mempelajari dan mencari informasi mengenai barang atau catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, risalah rapat, catatan, agenda, dll. 21 Dokumentasi berasal dari kata document yang berarti artikel tertulis. Dalam menerapkan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, terbitan berkala, dokumen peraturan, dan lain-lain.
Teknik Analisis Data
Dari sini diambil kesimpulan berupa kegiatan interpretasi yaitu pencarian makna dari data yang disajikan dan penarikan kesimpulan, dilakukan kegiatan analisis data. Selain itu, data yang dideskripsikan melalui analisis dijelaskan dan diinterpretasikan dalam bentuk kata-kata untuk menggambarkan fakta yang ada di lapangan, memberikan makna atau menjawab pertanyaan penelitian, yang kemudian diambil intisarinya25 atau menggambarkan gambaran data tersebut. diperoleh. dan menghubungkannya satu sama lain untuk mendapatkan kejelasan yang jelas disertai argumen yang relevan.
Tahap Penelitian
Tahap perencanaan
Tahap pelaksanaan penelitian
Hasil Penelitian
Narapidana anak di LPKA Kelas II Ambon rata-rata berusia 14 hingga kurang dari 18 tahun. 35 Wawancara dengan Kepala Subbagian Pendidikan dan Pembinaan Pemasyarakatan LPKA Kelas II Ambon, Bapak Rido Sahertian, pada bulan September 2018.
Narapida Anak
Pengertian anak dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak memperluas dan mempersempit batasan usia bagi anak yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana dan cenderung dimanfaatkan. Anak yang berkonflik dengan hukum dapat dikatakan sebagai anak yang harus mengikuti prosedur hukum karena perbuatan tercela yang dilakukannya.
Perlindungan Hukum Bagi Narapidana Anak
Anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak menurut undang-undang atau peraturan lain yang berlaku di masyarakat itu. Substansi hukum yaitu nilai, asas, dan norma peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sifatnya melindungi hak anak yang diduga pelaku tindak pidana; Struktur hukum, yaitu struktur kelembagaan hukum yang menangani langsung anak yang diduga pelaku tindak pidana (dalam hal ini polisi, kejaksaan, lembaga bantuan hukum, dan pengadilan) yang diberi kekuasaan formal untuk mengendalikan dan menanganinya.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kejahatan berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan lainnya (Pasal 18). Sanksi ini dijatuhkan kepada seseorang atau badan hukum (perusahaan) yang melakukan tindak pidana menurut undang-undang.64. Ciri-ciri mazhab modern adalah sebagai berikut: 1) penolakan terhadap definisi hukum kejahatan (rejected legal definition of crime); Hukuman harus sesuai bagi pelakunya;
Anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dilarang bagi anak menurut undang-undang atau peraturan lain yang berlaku pada masyarakat yang bersangkutan.
Pidana Anak
Sedangkan pencegahan khusus yang dianut oleh van Hamel dan von Liszt menyatakan bahwa tujuan pencegahan khusus adalah untuk mencegah niat buruk pelaku, dengan tujuan untuk mencegah pelaku mengulangi perbuatannya atau mencegah calon pelaku melakukan perbuatan jahat yang telah dilakukannya. rencana. Namun tidak dapat disepelekan bahwa pengertian hukuman adalah suatu sanksi, sehingga dikaitkan dengan tujuan dari sanksi tersebut.
Sistim Penanganan Narapidana Anak
Narapidana Anak Dalam Hukum Pidana Islam
Yang dimaksud dengan anak dalam hukum Islam adalah manusia yang telah mencapai umur tujuh tahun dan belum mencapai baliq, sedangkan menurut kesepakatan ulama, orang dianggap baliq apabila telah mencapai umur 15 tahun. 76 Kata balliq berasal dari kata fiil madhi balagha, yablughu, bulbughan yang artinya sampai, menyampaikan, berpendapat, balligh, memasak.77. Sebab seorang anak adakalanya mumayyiz sebelum ia berumur 7 tahun dan adakalanya setelah ia menginjak umur 7 tahun, dengan memperhatikan keadaan fisik dan iklim daerah tempat anak itu berada. Namun demi keseragaman hukum, Fuqaha menetapkan usia 7 tahun sebagai penentuan tamyizan anak.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai batasan usia anak dalam fikih Islam. Maksudnya batasan umur itu tidak dilihat, melainkan dilihat dari sudut pandang anak laki-laki yang pernah mengalami atau mencapai ichtilam dan kemudian dianggap dewasa. Mereka berpendapat bahwa apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah berumur penuh 15 tahun, kecuali laki-laki yang telah mencapai ichtilam dan perempuan yang telah haid sebelum umur 15 (lima belas), maka keduanya dinyatakan telah baligh, juga berdasarkan yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau dihadirkan kepada Rasulullah pada hari perang Uhud ketika beliau berumur 14 (empat belas) tahun, kemudian Rasulullah tidak memperbolehkannya ikut serta dalam perang tersebut.
Tujuan Pemidanaan dalam Hukum Pidana Islam
Penerapan hukum pidana Islam bertujuan untuk memberikan efek jera tidak hanya bagi pelakunya tetapi juga bagi mereka yang berniat melakukan hal serupa. Hanafi menjelaskan pemidanaan dalam hukum pidana Islam mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu: (1) pencegahan (Ar-Rad’u waal-zajru), (2) perbaikan (al-’ishlah), (3) pendidikan (al-ta). ) 'dib). Hukuman mati bagi pelaku pembunuhan berencana misalnya dapat mencegah atau mengurangi balas dendam dari sanak saudaranya, namun sebaliknya jika sanak saudara memaafkan, maka pelaku dikenakan hukuman lain yaitu membayar denda (diyat) sebagai hukuman. bentuk penyesalan dan santunan kepada keluarga terdekat korban.
Dari berbagai teori pemidanaan di atas, penulis juga menarik tujuan pemidanaan dalam hukum pidana Islam menurut Topo Santoso, Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia yaitu: 84. Dalam hukum pidana Islam, pemidanaan tidak hanya berfungsi sebagai retribusi. , namun juga mempunyai fungsi preventif (umum dan khusus) dan koreksi, sebenarnya: justru melindungi masyarakat dari perbuatan jahat dan pelanggaran hukum (fungsi protektif).
Penggolongan Hukuman Dalam Hukum Pidana Islam dibagi menjadi
Hukuman tambahan ('uqubah taba'iyah), yaitu hukuman yang mengikuti hukuman utama tanpa perlu ada keputusan khusus, seperti larangan menerima warisan bagi pelaku pembunuhan keluarganya di samping hukuman qisas, atau hukuman merampas hak seseorang untuk bersaksi, yang melakukan tindak pidana qazhaf. Hukuman pelengkap ('uqubah takmillah), yaitu hukuman yang mengikuti hukuman pokok, dengan ketentuan ada keputusan tersendiri dari hakim. Dengan hukuman yang mempunyai batas atas dan batas bawah, hakim mempunyai kebebasan untuk memilih hukuman yang pantas di antara kedua batas tersebut, seperti penjara atau cambuk untuk pelanggaran taksi.
Hukuman diserahkan kepada hakim untuk memilih dari serangkaian hukuman yang ditetapkan oleh Syariah sehingga dapat disesuaikan dengan keadaan pelaku dan tindakannya. Hukuman kifarat, yaitu hukuman yang ditentukan untuk beberapa kejahatan qisas-diyat dan beberapa kejahatan takzir.
Perbuatan Anak yang Dianggap Sebagai Suatu Pelanggaran
Yakni segala bentuk tindak pidana yang tidak diatur secara tegas dalam Al-Quran dan Hadits. Namun menurut istilahnya adalah tentang mencegah dan mengajarkan kejahatan yang tidak ada hukumannya, qishash/diyat. Al-rukn al-adabi atau unsur akhlak merupakan unsur yang menyatakan bahwa pelaku suatu tindak pidana harus menjadi subjek yang dapat dipertanggungjawabkan atau dipersalahkan.
Hukuman penjara dalam hukum Islam dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: hukuman penjara terbatas dan hukuman penjara tidak terbatas. Syarat lain dari hukuman ini adalah penjara seumur hidup dan telah diterapkan di Indonesia.
Penanganan Narapidana Anak Pada LPKA Perspektif Hukum Islam
Penanganan Narapidana Anak
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Ambon telah melakukan berbagai penanganan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Sementara fasilitas yang ada belum mencukupi kebutuhan anak yang berhadapan dengan hukum, khususnya fasilitas olah raga. Anak yang berkonflik dengan hukum memang membutuhkan banyak waktu untuk dikunjungi oleh keluarga, sahabat dan sahabatnya.
Disini peran petugas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak yang berhadapan dengan hukum dalam mengikuti pelatihan di LPKA. Hal ini juga diwujudkan dengan berbagai program pelatihan yang diberikan kepada anak yang berhadapan dengan hukum, seperti
كمدلاوا اورم لاق .م.ص الله لوسر نا هدج نع بيعش نب رعم نع عجاضلما في منهيب اوقرفو شرع ءانبا همو ايهلع مبهضراو ينن س عب س ءانبا همو ةلاصلبا
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) keseluruhannya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu benar-benar orang-orang yang bertakwa!". Dan bersiap-siaplah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi, dan dari kuda-kuda yang diikat untuk berperang (dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu serta kaummu selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya. Kaedah tarhib bermaksud kaedah yang digunakan untuk mendidik kanak-kanak dengan menyampaikan ancaman keganasan kepada kanak-kanak.
Cara ini bukan berarti orang tua bisa seenaknya melakukan kekerasan terhadap anak tanpa mengetahui dengan baik apa yang telah dilakukan anak. Metode tarhib digunakan ketika seorang anak yang melakukan kesalahan diperingatkan dengan cara memberitahunya dan ternyata anak tersebut tidak mau menghentikan perilaku buruknya bahkan menimbulkan kekhawatiran pada orang lain.
نهل الله لعج دقف نيع اوذخ نيعاوذخ .م.ص الله لوسر لاق :لاق تماصلا نب ةدابع نع بيثلاو ةن س يقنو ةئام لدج ركبلبا ركبلا , لايبس
Yang dimaksud dengan mertua kriminal adalah anak yang mempunyai keberanian untuk melakukan tindak pidana seperti yang dilakukan oleh orang dewasa. Penerapan metode tagrib memang dilakukan untuk menghukum anak yang tidak dapat ditangani dengan cara halus seperti nasehat, teguran dan ancaman. Penerapan metode tagrib dapat diadaptasi dengan memenjarakan anak nakal secara hukum dengan teori bahwa sanksi takzir dapat diberikan kepada anak jika dikhawatirkan dapat mengganggu keselamatan dan stabilitas sosial masyarakat, maka upaya terakhir dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. pemerintah dengan memberikan sanksi pidana penjara yang tidak bertentangan dengan hukum pidana. Islam bahkan membolehkan anak melakukan pelanggaran jika anak tersebut telah memasuki usia/tahapan kedua, yaitu usia mumayyiz, yaitu usia dimana anak sudah memasuki usia cakap.
Pusat Kajian Penahanan, Model Reintegrasi Anak yang Berhadapan dengan Hukum, (Pusat Kajian Penahanan: Jakarta, 2015. Herlin Herawati Ningsih & Putri Sartika Preme Natura “Model Reintegrasi Anak yang Berhadapan dengan Hukum”, Pusat Penahanan Penahanan studi;