KAIDAH-KAIDAH FIKIH DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MUI
(Studi Analisis Terhadap Fatwa DSN MUI Tahun 2000-2021)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Oleh :
ANIS WAHYU ANDINI I 000 180 133
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2022
KAIDAH-KAIDAH FIKIH DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL MUI (Studi Analisis Terhadap Fatwa DSN MUI Tahun 2000-2021)
Abstrak
Kaidah fikih adalah sumber penting bagi MUI dalam landasan hukum fatwa. Setiap fatwa pasti memuat kaidah fikih yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan dan diberikan keputusan fatwanya. Kaidah fikih merupakan ilmu tentang hukum perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-dalil syara‟. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaidah fikih yang menjadi pertimbangan dan pemetaan fatwa DSN-MUI tahun 2000- 2021. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Bahan dari penelitian ini berasal dari fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021. Hasil dari penelitian ini adalah kaidah fikih merupakan urutan ketiga dalam pertimbangan fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
Kaidah fikih terbanyak adalah turunan dari kaidah besar ke-2 yaitu ” Yakin tidak bisa gugur dengan keraguan” , kaidah ini sering digunakan dalam fatwa DSN-MUI dengan jumlah 153 kaidah fikih. Sebaran tema yang sering digunakan adalah tema pembiayaan.
Terdapat 53 jumlah tema pembiayaan dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
Kata kunci : Kaidah fikih, fatwa, DSN-MUI Abstract
Jurisprudence is the source important for MUI in the legal basis for fatwas. Each fatwa must contain fiqh rules relating to the problem posed and the fatwa decision given.
Jurisprudence is the science of the law of human actions which is obtained from the syara' arguments. This study aims to determine the rules of fiqh that are considered and map the DSN-MUI fatwa in 2000-2021. This study used descriptive qualitative method.
The material of this research comes from the DSN-MUI fatwa in 2000-2021. The result of this research is that the rules of fiqh are the third in the consideration of the DSN-MUI fatwa in 2000-2021. Most of the fiqh rules are derivatives of the 2nd major rule, namely
"Confident cannot fall with doubt", this rule is often used in the DSN-MUI fatwa with a total of 153 fiqh rules. The distribution of themes that is often used is the theme of financing. There are 53 financing themes in the DSN-MUI fatwa for the years 2000- 2021.
Keywords : Fiqh rules, fatwas, DSN-MUI 1. PENDAHULUAN
Majelis Ulama Indonesia atau MUI didirikan pada 26 Juli 1975, atau 7 Rajab 1395 Hijriah, di Jakarta, Indonesia. Majelis Ulama Indonesia adalah sekelompok cendekiawan Muslim, Zuama, dan Ulama yang bekerja untuk mendukung, memimpin, dan melindungi umat Islam di seluruh Indonesia. Lahirnya MUI di latarbelakangi oleh gagasan untuk menyatukan para ulama dalam sebuah perhimpunan. Tugas perhimpunan tersebut untuk membahas perkara umat dan mengeluarkan fatwa serta ajaran Islam.(Profil MUI, 2022)
Salah satu kelompok yang berpengaruh mendorong persatuan umat Islam adalah Majelis Ulama Indonesia. Sebagai jembatan antara akademisi dan tokoh politik, Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Fatwa yang dikeluarkan menyangkut masalah keagamaan dan sosial agar masyarakat dan
pemerintah dapat menciptakan ukhuwah Islamiah dan perdamaian umat beragama guna mencapai pembangunan tingkat nasional. (Hamzah, 2017).
Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa berdasarkan dalil yang berdasarkan prinsip Al-Qur'an, As-sunnah dan pendapat ulama. Ada tiga masalah dalam menerapkan aturan fikih. Pertama, produk perbankan syariah tidak menetapkan aturan fikih khusus. Misalnya, banyak macam produk perbankan syariah memakai aturan umum Al- asblu fi Al-Mua'malah Al Ibahah adalah salah satu contohnya (pada prinsipnya semua transaksi muamalah diperbolehkan). Kedua, perkembangan industri perbankan syariah Indonesia melalui penciptaan produk-produk perbankan syariah yang baru belum difasilitasi secara memadai oleh penerapan standar fiqh. Ketiga, tingkat prinsip fikih dalam ekonomi syariah Indonesia tidak dinilai menurut ruang lingkupnya (Sanusi et al., 2020).
DSN-MUI merupakan lembaga independen yang menerbitkan fatwa sebagai bahan referensi di bidang ekonomi, keuangan dan perbankan. DSN-MUI memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan perbankan syariah dan mengelola perbankan syariah agar sesuai dengan syariat Islam..
Fatwa DSN-MUI hingga Oktober 2021 sebanyak 143 fatwa yang terdiri dari fatwa perbankan, perdagangan, keuangan dan sosial (Tamam, 2021).
Sering dijelaskan bahwa Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan banyak fatwa.
Rumusan, isi, dan fungsi fatwa menurut prinsip agama semuanya bersifat sekuler. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan fatwa adalah untuk menyatukan pandangan umat Islam dan menginformasikan kepada pemerintah tentang perlunya mengatur hukum agama sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat, seperti mengembangkan peraturan tertentu. Komisi fatwa MUI telah menulis dan menerbitkan fatwa Mengenai masalah hukum Islam yang muncul di masyarakat.
(Mohammad Atho Mudzhar, 1993)
Fatwa MUI adalah sarana untuk menegakkan norma-norma masyarakat, tetapi tidak dapat ditegakkan secara hukum, dan masyarakat tidak berkewajiban untuk mematuhi hukumnya. Namun dengan demikian fatwa MUI mampu diserap dan sebagai subtansi tatanan perundang-undang yang mempunyai kekuatan peraturan dan menyatukan masyarakat umum. (Habibaty, 2017)
Prof Quraish Shihab dalam (Habibaty, 2017) mengatakan bahwa untuk menjadi sah, sebuah fatwa harus mempertimbangkan keadaan sosial masyarakat. Bangsa tidak terpecah dan hancur akibat fatwa tersebut. Hal ini dapat di lakukan atas kesadaran masyarakat. Fatwa terikat dengan fikih, keduanya saling melengkapi dan berhubungan. Fikih terdapat uraian tentang substansi hukum Islam. Fikih di pandang sebagai aturan dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Habibaty, 2017).
Proses dan prosedur yang dipilih oleh para ulama untuk mengeluarkan fatwa harus diikuti.
Sumber-sumber yang disebut juga dalil-dalil syara' yang dipakai para ulama dengan tujuan menentukan fatwa diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu: Argumen hukum kontroversial
yang mendukung fatwa (adillah al-ahkam almuttafaq 'alaiha), serta dalil-dalil yang disepakati para ulama untuk dijadikan landasan (adillah al-ahkam al-mukhtalaf fiha). Dalil yang digunakan dasar penentuan fatwa mencakup: Al-Qur‟an, As-Sunnah, Ijma‟ dan Qiyas. Dan pembahasan klausul yang disediakan untuk menentukan fatwa: istihsan, istishhab, marsalah al-mursalah, sad az- zari’ah, mazhab shahabah dst (Amin, 2017).
Kaidah fikih adalah sumber penting bagi MUI dalam landasan hukum fatwa. Setiap fatwa pasti memuat kaidah fikih yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan dan diberikan keputusan fatwanya. Hukum fikih diturunkan dari dalil-dalil syara, yaitu ilmu tentang hukum aktivitas manusia. (Sanusi et al., 2020). Umat Islam menggunakan kaidah fikih untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa pedoman tersebut manusia tidak dapat mengetahui batasan-batasan apa saja yang boleh di lakukan dalam kehidupan sehari-hari manusia perlu adanya perilaku yang harus di anut baik dari segi agama maupun budaya. Dalam kitab Al-quran manusia dapat menjadikan rujukan dan petunjuk dalam berperilaku. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul “Kaidah-Kaidah Fikih Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (Studi Analisis Terhadap Fatwa DSN MUI Tahun 2000-2021” karena masih belum banyak yang melakukan penelitian tersebut.
2. METODE
Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang dugunakan pada penelitian kali ini. Deskriptif adalah proses pengumpulan data, melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan menghasilkan laporan untuk memecahkan atau mengatasi masalah. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mencirikan secara menyeluruh, komprehensif dan mendalam objek atau subjek yang diamati (Laily, 2022). Penelitian desktiptif merupakan metode riset yang digunakan untuk memperjelas gejala sosial melalui berbagai variabel penelitian yang berkaitan antara satu sama lain. (Dunia Dosen, 2020). Bogdan dan Taylor (1982) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penyelidikan untuk memperoleh data deskriptif dalam bentuk kata-kata lisan atau tertulis dari perilaku yang diamati (Zuchri Abdussamad, 2021). Menurut Denzin dan Lincoln (1994: 2) Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai teknik yang didasarkan pada asumsi filosofis (naturalisme interpretatif), berbagai sumber informasi, dan pendekatan naratif yang tersedia bagi peneliti (Emzir, 2018). Penelitian ini penulis mengumpulkan data untuk mendalami masalah yang diteliti yaitu berkenaan dengan kaidah-kaidah fikih dalam fatwa Dewan Syariah Nasional MUI (studi analisis fatwa DSN MUI Tahun 2000-2021). Kesimpulannya bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilaksanakan untuk meneliti objek, suatu kondisi alamiah secara benar untuk membuat pandangan umum yang sistematis atau deskripsi secara rinci yang factual dan tepat.(Gamal Thabroni, 2022).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sebaran Kaidah
Terdapat lima kaidah besar yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam fatwa DSN- MUI. Peneliti menggunakan standar Lima kaidah yang disepakati oleh para ulama. Kaidah-kaidah tersebut adalah KB1, KB2, KB3, KB4, KB5.
Tabel 1. Kode kaidah besar
No. Kode Keterangan
1. KB1 Kaidah Besar satu
2. KB2 Kaidah Besar dua
3. KB3 Kaidah Besar tiga
4. KB4 Kaidah Besar empat
5. KB5 Kaidah Besar lima
Tabel 1 menunjukkan KB1 merupakan kaidah besar satu, KB2 menunjukkan kaidah besar dua, KB3 menunjukkan kaidah besar tiga, KB4 menunjukkan kaidah besar empat dan KB5 menunjukkan kaidah besar lima. Lima kaidah besar tersebut yang digunakan sebagai pertimbangan fatwa DSN-MUI dari tahun 2000-2021. Fatwa Dewan Syariah Nasional tahun 2000-2021 didasarkan pada Al-Qur‟an, Sunnah (Hadist), Ijma‟, Qiyas, dalil yang mu‟tabarah seperti kaidah fikih dan pendapat ulama. Fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021 terdapat banyak jumlah dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan ulama dalam menyusun fatwa DSN-MUI seperti tabel berikut
Tabel 2. Pertimbangan fatwa DSN MUI
No Keterangan Jumlah
1. Al-Qur‟an 699
2. Sunnah (Hadist) 720
3. Ijma‟ 64
4. Qiyas 5
5. Kaidah Fikih 453
6. Pendapat ulama 297
Tabel 2 menunjukkan bahwa fatwa dewan syariah nasional didasarkan dengan Al-Qur‟an yang berjumlah 699, hadist dengan jumlah 720, ijma‟dengan jumlah 64 , qiyash dengan jumlah 5 , kaidah fikih dengan jumlah 453, pendapat ulama dengan jumlah 297. Dari jumlah pendalilan yang dilakukan DSN-MUI diketahui Kaidah fikih menempati posisi nomor tiga setelah Al-Qur‟an dan hadist, sehingga kaidah fikih ini memiliki potensi untuk diteliti lebih besar dari pada ijma‟, qiyash dan pendapat ulama secara umum. Implementasi kaidah-kaidah dari lima kaidah tersebut didalam fatwa DSN-MUI dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah kaidah fikih
No Kaidah besar Kode Kaidah
besar
Kaidah cabang
Kaidah Universal 1. Segala urusan tergantung
pada niatnya KB1 0 38
2. Yakin tidak bisa gugur
dengan keraguan KB2 0 153
3. Kesulitan membuahkan
kemudahan KB3 20 39
4. Tidak boleh mencelakai dan
di celakai KB4 0 94
5. Adat dapat dijadikan hukum KB5 6 33
Jumlah 26 357 70
Tabel di atas menunjukkan bahwa dalam Fatwa DSN-MUI terdapat 5 kaidah besar yang digunakan sebagai pertimbangan fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021. Penulis memberi kode KB1, KB2, KB3, KB4 dan KB5, penulis telah meneliti bahwa kaidah besar tersebut menghasilkan kaidah cabang. Tabel tersebut menunjukkan KB1 dengan kaidah besar 0 artinya kaidah tersebut tidak pernah digunakan tetapi cabang dari kaidah tersebut sebanyak 38 artinya kaidah cabang tersebut digunakan sebanyak 38 kali.
KB2 dengan kaidah besar 0 artinya kaidah tersebut tidak pernah digunakan tetapi kaidah tersebut menghasilkan kaidah cabang sebnayak 153 kali kaidah cabang tersebut berbunyi “pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya” , dalam KB2 ini merupakan kaidah cabang dengan jumlah tertinggi artinya kaidah cabang tersebut sering digunakan dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
KB3 dengan jumlah 20 artinya kaidah tersebut digunakan sebanyak 20 kali, kaidah tersebut melahirkan kaidah cabang jumlah 39 artinya kaidah cabang tersebut telah digunakan sebanyak 39 kali dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021, Kaidah besar tiga tersebut berbunyi “ kesulitan membuahkan kemudahan” KB3 ini dengan jumlah yang tertinggi diantara kaidah besar lainnya.
KB4 dengan jumlah kaidah besar 0 artinya kadah besar ini tidak digunakan dalam fatwa DSN-MUI tetapi melahirkan kaidah cabang sebanyak 94.
KB5 dengan jumlah kaidah besar 6 artinya kaidah ini digunakan sebanyak 6 kali dalam fatwa DSN-MUI dan melahirkan kaidah cabang sebanyak 33, artinyak kaidah cabang ini digunakan sebnayak 33 kali dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021. Tabel 3 menunjukkan bahwa dalam fatwa DSN-MUI terdapat kaidah besar dan kaidah cabang dengan total keseluruhan 383 kaidah fikih. Jumlah kaidah fikih dari tahun 2000-2021 sebanyak 453 kaidah. Kaidah tersebut terdapat kaidah besar, cabang dan universal.
Kaidah universal adalah kaidah yang digunakan untuk memahami hukum mengenai perbuatan manusia, yang ada dalam Al-Qur‟an, hadist dan pendapat ulama ushul fikih. (Arifin,
Miftahul dan Haq, 1997). Kaidah universal merupakan kaidah yang tidak masuk dalam kaidah besar dan kaidah cabang.
Kaidah cabang diketahui dari pendapat ulama. DSN-MUI menggunakan kaidah universal sebagai contoh, Perlakuan atau kebijakan imam (pemerintah) terhadap rakyat harus berorientasi pada maslahat, Ketetapan hukum tergantung pada ada tidaknya ‘llah, Kebijakan pemimpin terhadap rakyat harus sesuai (mengacu atau berpihak) kepada kemaslahatan (masyarakat).
Dari kaidah fikih yang berjumlah 453 ada sebanyak 70 kaidah universal. Kaidah fikih sejumlah 453 terdapat 3 fatwa yang tidak terdapat kaidah fikih. Fatwa diantaranya nomor 24, 28, 89, fatwa tersebut tidak terdapat kaidah fikih. Kaidah besar digunakan sebanyak 26 kali dari tahun 2000-2021, kaidah cabang dari kaidah besar digunakan sebanyak 357 kali. Kaidah universal digunakan 70 kali dari tahun 2000-2021. Maka kesimpulan penulis kaidah kecil lebih sering digunankan untuk pertimbangan fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
3.2 Sebaran Tema
Berdasarkan analisis prnulis diketahui terdapat sebaran tema dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000- 2021 yaitu tema perbankan, pembiayaan, ekonomi sosial, jual beli dan investasi. Berikut tabel sebaran tema:
Tabel 4. Jumlah sebaran tema
NO Tema Jumlah Fatwa
1 Perbankan 11
2 Pembiayaan 53
3 Ekonomi Sosial 15
4 Jual Beli 30
5 Investasi 34
Jumlah 143
Tabel di atas menunjukan fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021 memiliki jumlah 143 fatwa yang penulis telah membagi menjadi 5 klaster tema besar, tema tersebut adalah perbankan, pembiayaan, ekonomi sosial, jual beli, investasi. Dari sebaran tema tersebut, diketahui bahwa terdapat 11 fatwa dengan tema perbankan. Kedua terdapat tema pembiayaan dengan jumlah 53 fatwa. Tema pembiayaan merupsksn trma yang paling sering digunakan dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
Tema ekonomi sosial dengan jumlah 15 fatwa. Artinya dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000- 2021 sebanyak 15 tema ekonomi sosial yang telah digunakan. Tema jual beli dengan jumlah 30 fatwa, artinya tema ini digunakan dengan jumlah 30 kali dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
Yang terakhir tema investasi tema ini digunakan dengan jumlah 34 fatwa. Tema pembiyaan ini
telah digunakan sebnayak 34 kali dalam fatwa DSN-MUI. Tema diatas dapat digambarkan oleh penulis dengan diagram di bawah:
Gambar 1. sebaran tema
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebaran tema yang tertinggi adalah tema pembiayaan.
Menurut kasmir (2008) Pengadaan uang atau kredit berdasarkan suatu kontrak atau perjanjian antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan penerimanya untuk mengembalikan deposito untuk jangka waktu tertentu disebut pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa sebaran tema yang tertinggi ada pada tema pembiayaan dengan jumlah 53 fatwa DSN-MUI dari tahun 2000-2021. Penulis telah membagi 5 klaster sebaran tema di bawah dengan dibuat tabel.
Tabel 5. Tema dan tahun fatwa DSN-MUI
No. Tema fatwa Tahun
1 Ekonomi Sosial
Penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan
berdasarkan prinsip syariah 2021
Pemasaran produk asuransi berdasarkan prinsip
syariah 2021
Penyelenggaraan usaha pialang asuransi dan usaha
pialang reasuransi berdasarkan prinsip syariah 2019
Wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi pada
asuransi jiwa syariah 2016
Subrogasi berdasarkan prinsip syariah 2016 Novasi subjektif berdasarkan prinsip syariah 2016 Pedoman penyelenggaraan jaminan sosial kesehatan
syariah 2015
Pengembalian dana tabarru‟ bagi peserta asuransi
yang berhenti sebelum masa perjanjian berakhir 2011 Akad tabaruu‟ pada asuransi syariah 2006 Akad wakalah bil ujrah pada asuransi syariah dan
reasuransi syariah 2006
Asuransi haji 2002
Pedoman umum asuransi syariah 2001
Prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga
keuangan syariah 2000
Sistem distribusi hasil usaha dalam lembaga
keuangan syariah 2000
Kafalah 2000
2 Investasi
Penawaran efek syariah melaluii layanan urun dana berbasis teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah (islamic securities crowd funding)
2021
Penerapan rinsip syariah dalam mekanisme kliring, dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa atas efek bersifat ekuitas di bursa efek
2020
Sukuk 2020
Saham 2020
Sukuk Wakaf 2019
Sukuk wakalah bi al-istitsmar 2019
Kontrak investasi kolektif-efek beragun aset (KIK
EBA) berdasarkan prinsip syariah 2018 Penerapan Prinsip syariah dalam pelaksanaan
layanan jasa penyimpanan dan penyelesaian transaksi efek serta pengelolaan insfrastruktur investasi terpadu
2018
Efek beragun aset berbentuk surat partisipasi (EBA-
SP) berdasarkan prinsip syariah 2018
Sekuritasi berbentuk efek beragun aset berdasarkan
prinsip syariah 2015
Anuitas syariah untuk program pensiun
Sertifikat deposito syariah 2015
Transaksi lindung nilai syariah (al-tahawwuth al-
islami/ islamic hedging) atas nilai tukar 2015
Surat berharga syariah negara (SBSN) wakalah 2014 Repo surat berharga syariah (SBS) berdasarkan
prinsip syariah 2014
Pedoman umum penyelenggaraan program pensiun
berdasarkan prisip syariah 2013
Metode perataan penghasilan (income smoothing)
dana pihak ketiga 2012
Hadiah dalam penghimpunan dana lembaga
keuangan syariah 2012
Perdagangan komoditi berdasarkan prinsip syariah di
bursa komoditi 2011
Penerapan prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas di pasar reguler bursa efek
2011
Mekanisme dan instrumen pasar uang antarbank
berdasarkan prinsip syariah 2010
waran syariah 2008
Hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD)
syariah 2008
Obligasi syariah mudharabah konversi 2008 Obligasi syariah mudharabah konversi 2007 letter of credit (L/C) dengan akad kafalah bil ujrah 2007
Syariah card 2006
Syariah charge card 2004
Obligasi syariah ijarah 2004
Pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip
syariah di bidang pasar modal 2003
Obligasi syariah mudharabah 2002
Obligasi syariah 2002
Safe deposit box 2002
Pedoman pelaksanaan investasi untuk reksa dana
syariah 2001
3 Perbankan
Pedoman bagi lembaga penjamin simpanan dalam pelaksanaan penanganan atau penyelesaian bank syariah yang mengalami permasalahan solvabilitas
2019
Pedoman penjaminan simpanan nasabah bank
syariah 2018
Penjaminan syariah 2009
Sertifikat bank Indonesia syariah ju‟alah (SBIS
Ju‟alah) 2007
Sertifikat bank indonesia syariah (SBIS) 2007 Sertifikat investasi mudharabah antarbank (sertifikat
IMA) 2002
Pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah 2002 Sertifikat wadi‟ah bank indonesia (SWBI) 2002
Deposito 2000
Tabungan 2000
Giro 2000
4 Jual Beli
Uang elektronik syariah 2017
Akad jual beli murabahah 2017
Akad jual beli 2017
Pedoman penyelenggaraan pariwisata berdasarkan
prinsip syariah 2016
Pedoman penyelenggaraan rumah sakit berdasarkan
prinsip syariah 2016
Akad Al-ijarah Al-Maushufah fi Al-dzimmah 2016 Pedoman transaksi voucher multi manfaat syariah 2015 Keperantaraan (wasathah) dalam bisnis properti 2014 Janji (Wa‟d) dalam transaksi keuangan dan bisnis
syariah 2012
Penjualan langsung berjenjang syariah 2012 Jual-Beli emas secara tidak tunai 2010
SBSN ijarah asset be leased 2010
Pedoman penjualan langsung berjenjang syariah
(PLBS) 2009
Surat berharga syariah negara ijarah sale and lease
back 2008
Sale and lease back 2008
Metode penerbitan surat berharga syariah negara 2008
Surat berharga syariah negara 2008
Akad ju‟alah 2007
Hawalah bil ujrah 2007
Ketentuan review ujrah pada lembaga keuangan
syariah 2007
Ganti rugi (ta‟widh) 2004
Letter of credit (L/C) Ekspor syariah 2002 Letter of credit (L/C) import syariah 2002
Jual beli mata uang (al-sharf) 2002
Al-ijarah Al-muntahiyah bi Al-Tamlik 2002
Safe deposit box 2002
Jual beli istishna‟ paralel 2002
Hawalah 2000
wakalah 2000
Jual beli istishna‟ 2000
Jual beli salam
5 Pembiayaan
Pembiayaan personal (At-Tamwil Asy-syakhshil
Personal Financing) 2021
Pendapatan lembaga keuangan syariah selama masa
konstruksi 2021
Pedoman pendirian dan operasional koperasi syariah 2021 Biaya riil sebagai akibat penjadwalan kembali
tagihan 2020
Al-Musyarakah Al-muntahiyah Bi al-Tamlik 2019 Perjumpaan piutang (maqashshah) berdasarkan
prinsip syariah 2019
Biaya riil sebagai Ta‟widh akibat wanprestasi (At-
Takalif Al-fi‟liyah an-Nasi‟ah „An An-Nukul) 2019
Penggunaan dana yang tidakk bolehdiakui sebagai pendapatan bagi lembaga keuangan syariah, lembaga bisnis syariah, dan lembaga perekonomian syariah
2018
Pengelolaan dana BPIH dan BPIH khusus
berdasarkan prinsip syariah 2018
Pembiayaan ultra mikro (Al-tamwil li Al- Hajah Al-
Muntahiyat Al- Sugra) berdasarkan prinsip syariah 2018 Layanan pembiayaan teknologi informasi
berdasarkan prinsip syariah 2018
Akad mudharabah 2017
Akad syirkah 2017
Akad wakalh bi al ujrah 2017
Akad ijarah 2017
Pembiayaan likuiditas jangka pendek syariah 2017
Penjaminan pengembalian modal pembiayaan
mudharabah, musyarakah, dan wakalah bi istitsmar 2016
Akad Al-ijarah Al-Maushufah fi Al-Dzimmah untuk
produk pembiayaan pemilik rumah (PPR) indent 2016 Pembiayaan yang disertai Rahn (al- tamwil al
Mautsuq bi al-Rahn) 2014
Pembiayaan sindikasi (al-Tamwil al-Mashrifi al-
Mujamma‟) 2014
Pengalihan pembiayaan murabahah antar lembaga
keuangan syariah (LKS) 2013
Pembiayaan (refinanching) Syariah 2013 Metode pengakuan keuntungan Tamwil bi al-
murabahah (pembiayaan murabahah) di lembaga keuangan syariah
2012
Qadh dengan menggunakan dan a nasabah 2011
Musyarakah mutanaqishah 2008
Rahn tasjily 2008
Anjak piutang syariah 2008
Penyelesaian utang dalam impor 2008
Penyelesaian piutang dalam eksport 2007 Pembiayaan rekening koran syariah musyarakah 2007 Akad mudharabah musytarakah pada asuransi
syariah 2006
Akad mudharabah mustarakah 2006
Konversi akad murabahah 2005
Penjadwalan kembali tagihan murabahah 2005 Penyelesaian piutang murabahah bagi nasabah tidak
mampu bayar 2005
Potongan tagihan murabahah (khashm fi al-
murabahah) 2005
Line facility (at-tas-hilat as-saqfiyah) 2005
Pembiayaan multijasa 2004
Pengalihan utang 2002
Pembiayaan rekening koran syariah 2002
Pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan
syariah 2002
Rahn emas 2002
Rahn 2002
Potongan pelunasan dalam murabahah 2002
Al-Qardh 2001
Pencadangan penghapusan aktiva produktif dalam
lembaga keuangan syariah 2000
Sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda
pembayaran 2000
Diskon dalam murabahah 2000
Uang muka dalam murabahah 2000
Pembiayaan ijarah 2000
Pembiayaan musyarakah 2000
Pembiayaan mudharabah 2000
Murabahah 2000
Dari data diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tema yang sering digunakan adalah tema pembiayaan yang menempati peringkat pertama dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
Gambar 2. sebaran tema tahun 2000-2021
Tahun 2000 tema perbankan terdapat 3 fatwa, tema pembiayaan terdapat 8 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 3 fatwa, tema jual beli terdapat 4 fatwa, tema investasi tidak terdapat fatwa pada tahun 2000. Tahun 2001 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 1 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 1 fatwa, tema jual beli terdapat 6 fatwa dan tema investasi terdapat 3 fatwa. Tahun 2002 tema perbankan terdapat 3 fatwa, tema pembiayaan terdapat 6 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 1 fatwa, tema jual beli terdapat 6 fatwa, dan tema investasi terdapat 1 fatwa.
Tahun 2003 tidak terdapat fatwa di tema perbankan, pembiayaan, ekonomi sosial, dan jual beli. Tema investasi terdapat 1 fatwa. Pada tahun 2004 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 1 fatwa, ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli terdapat 1 fatwa
dan tema investasi terdapat 1 fatwa. Tahun 2005 tidak terdapat tema perbankan, tema pembiayaan terdapat 5 fatwa, tema ekonomi sosial, jual beli dan investasi tidak terdapat fatwa.
Tahun 2006 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 2 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 2 fatwa, tema jual beli tidak terdapat fatwa, tema investasi terdapat 2 fatwa.
Tahun 2007 tema perbankan terdapat 2 fatwa, tema pembiayaan terdapat 3 fatwa, tema ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli terdapat 3 fatwa dan tema investasi terdapat 2 fatwa.
Tahun 2008 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 3 fatwa, tema ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli terdapat 4 fatwa dan tema investasi terdapat 5 fatwa. Tahun 2009 tema perbankan terdapat 1 fatwa, tema pembiayaan tidak terdapat fatwa, tema ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli terdapat 1 fatwa, dan tema investasi tidak terdapat 1 fatwa.
Tahun 2010 tema perbankan tidak terdapat fatwa pada tema perbankan, pembiayaan, ekonomi sosial, tema jual beli terdapat 2 fatwa dan tema investasi terdapat 1 fatwa. Tahun 2011 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 1 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 1 fatwa, tema jual beli tidak terdapat fatwa dan tema investasi terdapat 2 fatwa. Tahun 2012 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 2 fatwa, tema ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli terdapat 2 fatwa dan tema investasi terdapat 2 fatwa.
Tahun 2013 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 2 fatwa, tema ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli tidak terdapat fatwa, tema investasi terdapat 1 fatwa. Tahun 2014 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 2 fatwa, tema ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli terdapat 1 fatwa, dan tema investasi terdapat 2 fatwa. Tahun 2015 tema perbankan dan tema pembiayaan tidak terdapat fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 1 fatwa, tema jual beli terdapat 1 fatwa, dan tema investasi terdapat 3 fatwa.
Tahun 2016 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 2 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 3 fatwa, tema jual beli terdapat 3 fatwa, dan tema investasi tidak terdapat fatwa. Tahun 2017 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 5 fatwa, tema ekonomi sosial tidak terdapat fatwa, tema jual beli terdapat 3 fatwa dan tema investasi tidak terdapat fatwa. Tahun 2018 tema perbankan terdapat 1 fatwa, tema pembiayaan terdapat 4 fatwa, tema ekonomi sosial dan tema jual beli tidak terdapat fatwa. Tema investasi terdapat 3 fatwa.
Tahun 2019 tema perbankan terdapat 1 fatwa, tema pembiayaan terdapat 3 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 1 fatwa, tema jual beli tidak terdapat fatwa, tema investasi terdapat 2 fatwa.
Tahun 2020 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 1 fatwa, tema ekonomi sosial dan jual beli tidak terdapat fatwa, tema investasi terdapat 3 fatwa. Tahun 2021 tema perbankan tidak terdapat fatwa, tema pembiayaan terdapat 3 fatwa, tema ekonomi sosial terdapat 2
Sebaran KB, KK dan KU
60 50 40 30 20 10 0
KAIDAH BESAR KAIDAH KECIL Kaidah universal
fatwa, tema jual beli tidak terdapat fatwa, tema investasi terdapat 1 fatwa. Dari kesimpulan di atas bahwa tema terbanyak ada pada pembiayaan di tahun 2000.
3.3 Sebaran Kaidah Besar, Kaidah Cabang dan Kaidah Universal
Dari data diatas penulis menggambarkan rangkaian dari sebaran kaidah besar, kaidah cabang, dan kaidah universal. Penulis telah menyingkat kaidah besar menjadi KB, kaidah cabang menjadi KC dan kaidah universal menjadi KU. Tabel dibawah menunjukkan sebaran KB,KC dan KU.
Gambar 3. Sebaran KB, KC dan KU
Diagram diatas menunjukkan warna biru adalah kaidah besar, warna orange menunjukkan kaidah cabang dan warna abu-abu menunjukkan kaidah universal. Dari data di atas kaidah besar pada tahun 2000-2021 tidak ada warna artinya kaidah besar tersebut tidak digunakan. Pada tahun 2002 terdapat warna biru artinya pada tahun 2002 kaidah besar tersebut digunakan sebanyak 7 kali, pada tahun 2003 tidak terdapat warna biru artinya kaidah besar tersebut tidak digunakan. Pada tahun 2004-2005 terdapat warna biru artinya kaidah besar tersebut telah digunakan sebanyak dua kali. Pada tahun 2006 kaidah besar digunakan sebanyak satu kali. Pada tahun 2007 mengalami peningkata, kaidah besar digunakan sebanyak tiga kali. Pada tahun 2008-2012 kaidah besar stabil, artinya pada tahun 2008-2012 kaidah ini di gunakan satu kali pertahunnya. Pada tahun 2013-2017 kaidah besar tidak terdapat warna biru artinya pada tahun tersebut kaidah besar tidak digunakan.
Pada tahun 2018 kaidah ini digunakan sebanyak dua kali. Pada tahun 2019 mengalami kenaikan satu tingkat menjadi tiga kali penggunaan kaidah besar dalam tahun 2019. Tahun 2020 kaidah besar tidak digunakan artinya kaidah pada tahun tersebut nol. Tahun 2021 terdapat tanda warna biru artinya kaidah ini digunakan, kaidah besar tahun 2021 digunakan sebanyak dua kali.
kaidah cabang tahun 2000 terdapat 28 kali, pada tahun 2001 mengalami pnurunan dari 28 menjadi 5. Artinya pada tahun 2001 hanya 5 kali diguanakan. Pada tahun 2002 mengalami peningkatan menjadi 48 kali. Tahun 2002 menjadi peringkat terbesar yang menggunakan kaidah
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Jumlah Kaidah Cabang
10,92% 10,64%
26,33%
Kaidah cabang 1 Kaidah Cabang 2 Kaidah Cabang 3
42,86% Kaidah Cabang 4
Kaidah Cabang 5 10,92%
sedikit peningkatan menjadi 11 kali pertahunya. Pada tahun 2005 terdapat penurunan menjadi 5 kali dalam pertahunya. Tahun 2006 ada peningkatan menjadi 12 kali dalam pertahunya. Tahun 2007 lebih baik dari tahunya sebelumnya, artinya tahun 2007 ada peningkatan menjadi 27 kali. Tahun 2008 terdapat penurunan menjadi 17 kali.
Tahun 2009 turun lagi menjadi 6 kali. Tahun 2010 sedikit peningkatan menjadi 9 kali.
Tahun 2011 sedikit meningkat menjadi 20 kali pertahunya. Tahun 2012 ada peningkatan menjadi 33 kali, tahun 2013 penurunana yang sangat derastis menjadi 5 kali. Tahun 2014 peningkatan menjadi 6 kali. Tahun 2015 terdapat peningkatan lagi menjadi 26 kali. Tahun 2016 sedikit penurunan menjadi 15 kali. Tahun 2017 peningkatan menjadi 26 kali dalam pertahunya. Tahun 2018 peningkatan menjadi 46 kali dan tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 25 kali. Tahun 2020 sedikit peningkatan menjadi 28 kali dan tahun 2021 mengalami penurunan.
Tahun 2000 dengan nilai 0 artinya kaidah universal tidak digunakan. Tahun 2001 ada 1 kaidah universal yang digunakan. Tahun 2002 ada peningkatan menjadi 4 kali kaidah universal digunakan. Tahun 2003-2006 terdapat angka 0 artinya kaidah universal ini tidak digunakan. Tahun 2007 kaidah ini digunakan sebanyak 2 kali. Tahun 2008-2010 kaidah ini digunakan sebanyak 1 kali tiap tahunya. Tahun 2011 ada peningkatan menjadi 5 kali. Tahun 2012 ada peningkatan menajdi 9 kali. Tahun 2013 -2014 di angka 0 artinya kaidah ini tidak digunakan. Tahun 2015 kaidahuniversal ini digunakan sebanyak 7 kali. Tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 1 kali digunakan. Tahun 2017 digunakan sebanyak 5kali. Tahun 2018 ada sedikit peningkatan digunakan sebanyak 13 kali.
Tahun 2019 terdapat penurunan, kaidah universal ini hanyak digunakan sebanyakk 2 kali. Pada tahun 2020 sedikit peningkatan menjadi 3 kali digunakan. Tahun terakhir tahun 2021 kaidah universal ini digunakan sebanyak 6 kali.
3.4 Jumlah Kaidah Cabang
Gambar 4. jumlah kaidah Cabang
Diagram diatas menunjukkan bahwa kaidah cabang nomor satu dengan jumlah keseluruhan 10,64%, kaidah cabang nomor dua dengan jumlah keseluruhan 42,86%, kaidah nomor tiga dengan jumlah 10,92 %, kaidah nomor empat dengan jumlah keseluruhan 26,33% dan kaidah nomor lima dengan jumlah 10,92%. Kaidah cabang merupakan turunan dari kaidah besar. Kaidah yang sering digunakan dalam fatwa DSN-MUI diantara kaidah besar dan kaidah universal yang paling sering digunakan adalah kaidah cabang. Dari beberapa kaidah cabang diatas yang sering digunakan adalah kaidah cabang nomor dua dengan jumlah 42,86%. Kaidah ini yang paling banyak digunakan dalam fatwa dewan syariah nasional. Dengan demikian kaidah cabang dengan total paling banyak merupakan turunan dari kaidah besar nomor dua.
1. PENUTUP 1.1 Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis diatas yang dilakukan peneliti tentang kaidah-kaidah fikih dalam fatwa dewan syariah nasional MUI tahun 2000-2021 (studi analisis fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021) dapat disimpulkan sebagai berikut, Sebagai sumber hukum kaidah fikih menempati urutan ketiga dalam pertimbangan perumusan fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021.
Sebaran kaidah, kaidah fikih yang dominan digunakan adalah kaidah cabang dari kaidah besar nomor 2 yaitu “Yakin tidak bisa gugur dengan keraguan”. Sebaran Tema, Pembiayaan adalah tema yang banyak digunakan dalam fatwa DSN-MUI tahun 2000-2021. Sebaran Kaidah Besar, Kaidah Kecil dan Kaidah Universal pertahun yang sering digunakan adalah kaidah cabang nomor 2 dan tahun tertinggi pada 2002 dengan jumlah 48 kaidah cabang.
Saran untuk Peneliti, untuk mengembangan analisis pada tahun yang lain atau sumber hukum yang lain selain bidang kaidah fikih. Saran untuk DSN, untuk melakukan pemerataan produk fatwa selain dari tema yang sering diangkat yaitu tema pembiayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (2017). Fatwa dalam sistem hukum Islam. jakarta: ELSAS.
Arifin Miftahul, A. faishal H. (1997). kaidah-kaidah penetapan hukum Islam. (Citra Media, Ed.).
Surabaya.
Pohan, Zakirun. (2015). Urgensi kaidah fikih dalam reaktualisasi hukum Islam.7(1). 37-72.
Dunia Dosen. (2018). Pengertian Penelitian Deskriptif, Karakter, Ciri-Ciri dan Contohnya.
Retrieved July 22, 2022, from https://www.duniadosen.com/penelitian-deskriptif/
Emzir. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif ANALISIS DATA. Depok.
Gamal Thabroni. (2022). Metode Penelitian Deskriptif Kualitatif (Konsep & Contoh).
Habibaty, D. M. (2017). Peranan Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
Terhadap Hukum Positif Indonesia. Peranan Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia Terhadap Hukum Positif Indonesia, 14(4), 447–453. Retrieved from
http://mui.or.id/id/category/profile-organisasi/sejarah-mui/