• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskh dan Mansukh dalam Ulumul Quran

N/A
N/A
Fadliah Habsye

Academic year: 2025

Membagikan "Naskh dan Mansukh dalam Ulumul Quran"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME NASIKH DAN MANSUKH

NAMA : UMAR ALHABSYI

NIM : 233111011

KELAS : III AS

DOSEN PENGAMPU : IDRUS M.SAID, S.H.I, M.H.I

Pendahuluan

Naskh dan mansukh adalah dua konsep fundamental dalam ilmu Ulumul Quran yang merujuk pada dinamika hukum dalam Islam. Keduanya berfungsi untuk menjelaskan bagaimana ketentuan-ketentuan dalam Al-Quran dapat berubah seiring dengan konteks sosial, budaya, dan zaman. Dalam Islam, pemahaman mengenai naskh dan mansukh sangat penting untuk memahami perkembangan syariat dan penerapan ajaran Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Naskh berasal dari kata Arab yang berarti "menghapus" atau "mencabut." Dalam konteks Al-Quran, naskh mengacu pada penghapusan atau penggantian suatu ayat atau ketentuan hukum dengan yang baru.

Proses ini menunjukkan bahwa hukum Allah memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat dan perubahan kondisi yang terjadi. Misalnya, ada hukum-hukum yang diturunkan dalam konteks tertentu yang kemudian mengalami perubahan ketika situasi umat Islam berkembang.

Mansukh, di sisi lain, merujuk pada ayat atau ketentuan yang telah dihapus atau tidak lagi berlaku.

Dengan kata lain, mansukh adalah hasil dari proses naskh. Konsep ini membantu umat Muslim untuk memahami bahwa tidak semua ayat dalam Al-Quran bersifat permanen dan bahwa ada hukum yang mungkin tidak lagi relevan setelah di-naskh.

Pentingnya memahami naskh dan mansukh terletak pada kemampuannya untuk memberikan konteks yang lebih dalam terhadap aplikasi hukum Islam. Tanpa memahami konsep ini, seseorang dapat terjebak pada pemahaman yang statis dan literal terhadap teks-teks suci, yang bisa mengakibatkan kesalahpahaman atau penerapan hukum yang tidak sesuai dengan kondisi nyata.

(2)

Dalam sejarah penurunan wahyu, Al-Quran diturunkan dalam berbagai konteks yang berbeda, dan perubahan hukum melalui naskh terjadi sebagai respons terhadap konteks tersebut. Beberapa ayat mungkin diturunkan untuk mengatur perilaku umat dalam situasi tertentu, tetapi seiring waktu, ketika kondisi sosial berubah, hukum tersebut perlu diperbaharui.

Dalam pembahasan ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek terkait naskh dan mansukh, termasuk definisi yang lebih mendalam, syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu ayat dapat dianggap sebagai nasikh, pendapat ulama tentang kedua konsep ini, serta pembagian naskh itu sendiri. Selain itu, kita juga akan membahas hikmah yang terkandung dalam proses naskh dan mansukh, perbedaan antara naskh dan takhsis, serta ruang lingkup dan contoh-contoh naskh yang terdapat dalam Al-Quran.

1. Pengertian Nasikh

Naskh adalah istilah dalam ilmu tafsir yang merujuk pada penghapusan atau perubahan hukum yang terdapat dalam Al-Quran. Secara etimologis, "nasakh" berarti menghapus atau mencabut. Dalam konteks hukum Islam, naskh menunjukkan bahwa suatu ketentuan sebelumnya digantikan oleh ketentuan baru yang lebih sesuai dengan kondisi atau kebutuhan umat. Proses ini mencerminkan dinamika hukum Islam yang beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan zaman.

2. Syarat-syarat Nasikh

Agar suatu ayat dapat dianggap sebagai nasikh, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi:

 Ada Dalil yang Jelas: Harus ada bukti atau dalil yang menunjukkan bahwa ayat tersebut dihapus atau diperbarui.

 Kedudukan yang Sama: Ayat yang menjadi nasikh dan ayat yang menjadi mansukh harus memiliki kedudukan yang setara dalam hal hukum.

 Waktu yang Jelas: Proses naskh harus dapat diidentifikasi dalam konteks waktu yang tepat, yaitu naskh yang dilakukan setelah turunnya ayat.

(3)

3. Pendapat Ulama tentang Nasikh dan Mansukh

Ulama berbeda pendapat mengenai naskh dan mansukh. Beberapa pendapat di antaranya:

 Imam Shafi'i: Menerima naskh sebagai bagian dari syariat yang harus diterima. Ia berpendapat bahwa naskh adalah bagian dari hikmah Allah dalam memberi petunjuk kepada umat-Nya.

 Imam Malik: Lebih skeptis terhadap jumlah ayat yang di-naskh. Ia berpendapat bahwa naskh tidak banyak terjadi, dan lebih memilih untuk memahami teks secara literal.

 Ulama Modern: Beberapa ulama modern berargumen bahwa naskh tidak selalu berarti penghapusan, tetapi bisa juga berarti penyesuaian hukum yang lebih kontekstual.

4. Pembagian Nasikh

Naskh dapat dibagi menjadi beberapa kategori:

 Naskh Bil-Lafzi: Penghapusan ayat dengan lafaznya. Ayat yang dihapus tidak lagi dibaca atau dijadikan dasar hukum.

 Naskh Bil-Ma'nai: Penghapusan makna tanpa menghapus lafaz. Ayat tetap ada, tetapi maknanya tidak lagi berlaku sebagai hukum syariat.

 Naskh Mutlaq: Naskh yang bersifat total, di mana seluruh isi ayat yang dihapus tidak lagi berlaku.

 Naskh Muqayyad: Naskh yang bersifat terbatas, di mana hanya sebagian dari hukum yang dihapus.

5. Ruang Lingkup Nasikh

Ruang lingkup nasikh mencakup berbagai aspek hukum dalam Islam, antara lain:

 Hukum Ibadah: Misalnya, ketentuan tentang puasa, ibadah haji, dan shalat.

 Hukum Muamalah: Termasuk transaksi keuangan, jual-beli, dan kontrak.

(4)

 Hukum Sosial: Seperti pernikahan, perceraian, dan warisan.

 Hukum Akhlak: Terkait dengan etika dan moralitas dalam masyarakat.

6. Macam-macam Nasikh dalam Al-Quran

Beberapa contoh nasikh yang terdapat dalam Al-Quran meliputi:

 Ayat tentang Puasa: Pengubahan ketentuan puasa dari yang sebelumnya lebih longgar menjadi lebih ketat, seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 183-185.

 Hukum Qisas: Perubahan ketentuan tentang pembalasan yang mengalami perubahan seiring dengan perkembangan masyarakat, seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 178.

 Ketentuan dalam Perang: Misalnya, perubahan dari larangan membunuh musuh yang tidak berperang menjadi ketentuan yang lebih jelas tentang etika perang.

7. Hikmah Nasikh dan Mansukh

Hikmah dari adanya naskh dan mansukh meliputi:

 Adaptasi terhadap Perubahan: Hukum Islam dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat yang terus berkembang.

 Kemudahan dalam Beragama: Naskh memberikan kemudahan bagi umat dalam menjalankan syariat, sehingga orang-orang dapat lebih mudah menjalani ajaran agama.

 Pendidikan Umat: Proses naskh mengajarkan umat untuk memahami dinamika hukum dan pentingnya penyesuaian syariat agar selalu relevan.

8. Perbedaan Nasikh dan Takhsis

 Nasikh: Menghapus hukum yang ada dan menggantinya dengan yang baru. Contohnya, hukum yang sebelumnya berlaku dihapus dan digantikan dengan hukum baru yang lebih sesuai.

(5)

 Takhsis: Membatasi hukum yang bersifat umum tanpa menghapusnya. Contoh: Ayat yang bersifat umum tetapi kemudian dibatasi oleh ayat lain. Misalnya, ketentuan umum tentang keharusan memberikan sedekah, tetapi kemudian dibatasi oleh ketentuan yang lebih spesifik.

Kesimpulan

Naskh dan mansukh merupakan konsep penting dalam Ulumul Quran yang menunjukkan adanya dinamika dalam hukum Islam. Pemahaman yang baik mengenai naskh membantu umat untuk menerapkan ajaran Al-Quran secara relevan dengan konteks zaman dan kebutuhan masyarakat. Naskh bukan hanya sekadar penghapusan, tetapi juga merupakan bagian dari proses pendidikan dan penyesuaian hukum yang memperlihatkan kasih sayang Allah kepada umat-Nya. Dengan demikian, naskh dan mansukh tidak hanya menjadi aspek teoretis, tetapi juga mempengaruhi praktik kehidupan sehari-hari umat Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Terjemahan model seperti ini mustahil untuk dilakukan karena tidak mungkin aturan bahasa yang lain mengikuti aturan bahasa Al-Quran yang cukup rumit, dan perlu diketahui bahwa

Diturunkan ayat-ayat Al-Quran yang mengandung sumoah oleh Alllah dapat merupakan salah satu bukti bahwa Al-Quran memang dalam bahasa Arab dan sejalan dengan

Sedangkan menurut istilah menurut istilah para ulama, mansukh ialah hukum syarak yang diambil dari dalil syarak yang pertama, yang belum diubah dengan dibatalkan dan diganti

 Tercapainya wawasan yang luas Tercapainya wawasan yang luas mengenai al-Quran..

Al-Maraghi menjelaskan hikmah adanya naskh dengan menyatakan bahwa: "Hukum- hukum tidak diundangkan kecuali untuk kemaslahatan manusia dan hal ini berubah atau berbeda

Pada masa ini Universitas Al-Azhar Mesir diakui telah memicu kebangkitan kembali penyusunan kitab-kitab yang membahas tentang al-Quran setelah.. memasuki abad XIV H karena telah

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi miopia pada siswa kelas VIII dan IX MTsS Ulumul Quran Banda Aceh didapatkan 41 siswa (20,5%)

Ada yang mengatakan bahwa definisi kata naskh itu ”mencabut hukum syariat” dengan dalil syariat” raf ul-hukmisy-syaria’ti bi daliilin syar’iyyiri.10 Ada juga yang mendefinisikan naskh