NILAI-NILAI
ANTIGRATIFIKASI DALAM PERSPEKTIF AGAMA DI INDONESIA
Komisi Pemberantasan Korupsi
DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM
Pemberian hadiah bisa menjadi HARAM jika bertujuan melanggar hukum syariat, mempengaruhi
putusan pengadilan, mempengaruhi kebijakan publik, dsb.
Dengan kata lain, Islam mengharamkan segala bentuk hadiah yang diberikan
kepada pejabat sebagai wujud terima kasih atas layanan yang telah diberikan karena dapat merusak amanah dan keadilan.
Dari Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Hadiah untuk pejabat (penguasa) adalah kecurangan."
"Barang siapa diangkat sebagai pegawai dan telah mendapatkan gaji, maka apa yang diambil selain dari gaji itu adalah ghulul."
(HR Abu Daud, Al Hakim, Ibnu Huzaimah)
Ghulul yaitu mengambil sesuatu dengan sembunyi- sembunyi (penggelapan harta).
Pemberian Hadiah Dianjurkan
Dalam syariat Islam, memberi
hadiah pada hakikatnya dianjurkan sepanjang menyambung
silaturahmi, mempererat kasih sayang, atau membalas kebaikan orang lain.
Pemberian Gratifikasi Diharamkan
"Hendaklah kalian saling memberi hadiah agar saling mencintai." (HR Bukhari)
DALAM PERSPEKTIF AGAMA KRISTEN
Gratifikasi Tidak Dibenarkan Menurut Ajaran &
Norma Agama
Gratifikasi Dapat Merusak Tatanan Moral
Gratifikasi sebagai suatu usaha atau tindakan yang dilakukan secara sengaja oleh pihak tertentu, cenderung menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan-tujuan yang dianggap menguntungkan atau memudahkan proses yang akan dijalani si pemberi, tidak dibenarkan menurut ajaran dan norma agama.
Dalam etika teologis, Allah telah mengingatkan dan memberikan peringatan bahwa perbuatan suap akan merusak tatanan moral yang baik dalam persekutuan umat dan di tengah masyarakat.
"Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang
bulu dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta
mata orang-orang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan
orang-orang yang benar." (Ulangan 16:19)
DALAM PERSPEKTIF AGAMA KATOLIK
Pemberian yang dianjurkan
Perbuatan kasih (memberi) pada dasarnya merupakan suatu perbuatan yang baik. Pengikut Kristus sangat dianjurkan untuk saling mengasihi dan berbagi kasih. Terlebih kepada orang yang sangat memerlukan.
Pemberian yang Dianggap Suap Dapat Merusak Tatanan Moral
Dalam Kitab Keluaran 23:8 tertulis:
"Suap janganlah kau terima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar."
Pemberian yang dianggap suap merupakan gratifikasi ilegal.
Pemberian tersebut membuat seseorang tidak dapat melakukan pekerjaan secara profesional, dan dapat mempengaruhi keputusan atau kebijakannya.
Selain itu, di dalam Gratifikasi ilegal terkandung perbuatan ketidakadilan dari si pemberi dan penerima Gratifikasi. Dengan demikian, Gratifikasi ilegal dianggap sebagai perbuatan tercela.
DAY OF SILENCE DALAM PERSPEKTIF
AGAMA HINDU
Konsep Darma
Dalam mencari sarana hidup dan penghidupan, baik berupa harta ataupun pemenuhan keinginan, manusia tidak boleh menyimpang dari darma.
Perbuatan seperti menerima Gratifikasi ilegal yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan hingga merugikan orang banyak merupakan perbuatan bertentangan dengan darma sehingga dilarang oleh ajaran Hindu.
Gratifikasi Ilegal Dapat Merusak Tatanan Moral
"Menjelma menjadi manusia itu sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kedipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan darma yang
menyebabkan musnahnya penderitaan.
Sorgalah pahalanya." (Sarsamuccaya: 8)
DAY OF SILENCE
DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA
Konsep Berdana (Danaparamittha)
Gratifikasi Ilegal Merupakan
Perbuatan Tidak Benar (Akusalakhamma)
Dalam ajaran agama Buddha dikenal dengan konsep berdana atau danaparamittha, yaitu
pemberian tanpa pamrih dengan harapan melepas keterikatan demi kebahagiaan semua makhluk.
Pemberian ini adalah wujud kedermawanan atau kemurahan hati yang didasari sifat luhur, yang mendorong seseorang untuk beramal atau berkorban demi kepentingan manusia.
Memberikan Gratifikasi tidak termasuk berdana karena sang pemberi mengharapkan sesuatu yang menambah keterikatan nafsu (lobbha) atau keserahakan yang akan mengencangkan keterikatan.
Dengan demikian, perbuatan Gratifikasi tidak dibenarkan dalam ajaran agama Buddha.
DALAM PERSPEKTIF AGAMA KHONGHUCU
Unsur Timbal Balik adalah Memberi & Menerima
Gratifikasi Ilegal adalah Perbuatan yang Dilarang
Kehidupan manusia dipenuhi unsur timbal balik atau yin yang dalam pemahaman Khonghucu adalah memberi dan menerima.
Namun, saat ini nilai ketulusan dalam memberi dan menerima mengalami tambahan maksud dan tujuan sehingga menimbulkan kecurigaan, menghilangkan kepercayaan, dan melahirkan
kepentingan.
Gratifikasi hanya mementingkan kepentingan pribadi, sehingga tidak membentuk jiwa yang tulus, menyengsarakan manusia, serta
membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, perbuatan ini dilarang dalam ajaran agama Khonghucu.
"Bila seorang raja bertanya: ‘
Apakah yang dapat menguntungkan negeriku?’ Maka para pejabat
akan bertanya: “Apakah yang
dapat menguntungkan keluargaku?’
dan rakyat pun akan bertanya:
‘Apakah yang dapat menguntungkan diriku?’ Bila yang berkedudukan
tinggi maupun rendah hanya berebut keuntungan niscaya ” negara berada dalam keadaan bahaya."
(Mengzi 1A:4)
'Proses perizinan
lancar’
Komisi Pemberantasan Korupsi