Mewujudkan nilai-nilai pendidikan yang selalu otentik kapanpun dan dimanapun, yaitu: nilai kesetaraan, solidaritas, keadilan, kebajikan dan kepribadian utuh. Nilai-nilai ini tampaknya melampaui kesetaraan gender, hak asasi manusia, pendidikan multikultural, dan kerangka etika global Barat. Melalui analisis teoritis, penelitian ini akhirnya menawarkan: (1) nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Rasulullah sebagai teori pendidikan: alat untuk mencerahkan dan menyadarkan umat akan dampak semakin menjauhkannya dari spiritualitas, sehingga menimbulkan sikap dan sikap kecil. ketakpastian.
Nilai-nilai tersebut berkontribusi dalam menghasilkan nilai balik yang positif bagi manusia, yaitu menjalani kehidupan yang bermakna bagi dirinya dan lingkungannya; (2) Humanisme Rasulullah sebagai teori pendidikan. Ini merupakan bentuk alternatif model nilai-nilai kemanusiaan, berdasarkan tafsir hadis sebagai konstruksi keilmuan Islam.
Konsonan Tunggal
Ta' Marbutah di akhir kata 1. Ketentuan ini tidak mengharuskan kata-kata Arab dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat, dan sebagainya, kecuali diinginkan pengucapan aslinya).
Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Kata Sandang Alif +Lam
Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya
ىيحرنا ًٍحرنا ىطب
فرشأ
يهضرًناو ءآيبَلأادًحي بَديض
يعًجأ ّبحصو ّنا يهعو.دعب بيَأ
Latar Belakang Masalah
Pada masa itu, masjid digunakan sebagai pusat pendidikan untuk mengajak manusia kepada kebajikan, cintakan ilmu, kesedaran sosial dan pengetahuan tentang hak dan kewajipan mereka terhadap negara Islam, yang sebenarnya didirikan untuk mempromosikan ketaatan kepada Syariah, keadilan, untuk mewujudkan . dan rahmat Allah SWT.9 Selain belajar di masjid, beliau menjadikan rumah sahabatnya yang bernama al-Arqam (dār al-arqām) sebagai tempat mengajar al-Quran kepada kawan-kawannya (pelajar) dan menyampaikan wahyunya membawa orang yang datang. terhadapnya. 10. Nabi meletakkan beberapa pengikutnya (murid) di al-ṣuffah, sebagai sejenis tempat berteduh bagi pendatang baru atau orang miskin, dan kawan-kawan yang inginkan pengajaran langsung yang sengit daripadanya. - Al-Quran yang mengharapkan Rasul, tidak boleh berbuat demikian. dibebaskan (tidak dapat dipisahkan) daripada pencerahan (pencerahan) manusia. Sebab itulah tokohnya digelar rahmatan lil ālamīn dalam al-Quran: 'rahmat bagi seluruh alam'.
Tidak ada yang dinamakan dengan rahmat di dalam Al-Quran kecuali Rasulullah dan tidak. Misi utama didikan Nabi, seperti rahmat dan kasih sayang, perlu diketengahkan agar dapat menghadirkan syiar Islam yang membawa rahmat sejagat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, disertasi ini disajikan sebagai sebuah langkah dalam upaya menemukan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Nabi, sehingga kita dapat menggambarkan ajaran Islam yang rahmatan lil.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Kajian Pustaka
- Hakikat Manusia
- Pendidikan Rasulullah
Abbas Mahmud al-'Aqqad, dalam Al-Insān fī al-Qur'ān,25 mencoba mendalami konsep Al-Qur'an tentang manusia dan bagaimana umat Islam. Al-Qur'an membuka jalan seluas-luasnya bagi akal manusia untuk melakukan diskusi dan penelitian guna menyempurnakan kepribadiannya. Mereka semua diajak berdialog oleh Al-Qur'an, diperintahkan merenungkan isinya sepuasnya.
Beliau menekankan: Umat Islam saat ini harus memahami Al-Quran, sebagaimana wajib bagi orang-orang Arab yang hidup pada zaman Muhammad. Al-Qur'an adalah kitab yang menganjurkan perdamaian, kebebasan, kesetaraan, keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, Al-Quran tidak boleh dibajak untuk melegalkan kekerasan, diskriminasi, ketidakadilan dan tindakan-tindakan lain yang pada dasarnya bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Rosniati Hakim menegaskan dalam Kajian Islam tentang Akhlak Konselor 30 bahwa akhlak (etika) merupakan salah satu ciri dasar orang beriman dan bertakwa menurut Al-Quran. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam Al-Quran diungkapkan dalam akhlak; dengan segala akarnya. Pandangan Syed Vahiduddin hanya memaparkan secara singkat beberapa unsur humanisme dalam Al-Qur'an.
Sebaliknya, Ahmad Qonit mengkaji konsep ketuhanan al-Qur'ān, yang menurutnya boleh menjadi asas kukuh untuk membina tamadun manusia yang maju. Rosniati Hakim memfokuskan kepada kajian akhlak yang bersumberkan al-Quran dan Hadis sebagai nilai-nilai yang harus diterapkan dalam kehidupan manusia. Disertasi ini bersifat analitikal dan cuba mengkaji nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Rasulullah berdasarkan tafsiran al-Quran dan Hadis, di mana baginda adalah penerima wahyu dan perkataan, perbuatan dan keputusannya adalah. ilham wahyu.
Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Metode Analisis Data
Data yang diperlukan adalah sumber data yang berasal dari literatur, yang mempunyai hubungan fungsional dengan objek permasalahan penelitian. Sumber data dikelompokkan menjadi dua: Pertama, sumber primer yaitu sumber data yang langsung memberikan informasi data yaitu tafsir dan hadis. Sumber hadits antara lain: Sunan al-Tirmiżī karya Muḥammad bin 'Isa al-Tirmiżī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī karya Muhammad bin Ismā`īl al-Bukhārī dan Ṣaḥīḥ Muslim oleh Muslim Ibn al-Hajjāj; Kedua, sumber sekunder yaitu sumber yang tidak memberikan data secara langsung,70 misalnya kitab sirah nabawiyyah, ajaran Rasulullah dan kitab-kitab lain yang relevan dengan penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah terpenting dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan. Karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah dokumentasi. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan.
Langkah-langkah yang dilakukan penulis pada tahap ini adalah membuat diagram alur bertema pendidikan Rasulullah dengan menelusuri unsur-unsur yang ada di dalamnya: gaya, sumber ilmu, visi, misi, tujuan, lembaga pendidikan, metode, bahan, guru, siswa, dan evaluasi. Penyajian data merupakan suatu kegiatan pengorganisasian kumpulan informasi sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan dan bertindak. Pada tahap ini peneliti lebih banyak terlibat dalam kegiatan menyajikan atau menampilkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya, mengingat peneliti kualitatif sering kali menyusun teks naratif.
Jika kesimpulan yang disampaikan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat, dalam kaitannya dengan kesesuaian dengan kondisi yang telah ditetapkan, maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. Data yang dapat diolah dalam analisis lebih lanjut adalah data yang valid, berbobot, dan kuat, sedangkan data lain yang tidak mendukung, lemah, dan jauh dari praktik sebaiknya dipisahkan. Perlu ditekankan bahwa penulis memverifikasi data dengan mengikuti tafsir dan hadis sebagai referensi atau sumber data primer.
Sistematika Pembahasan
Bab ketiga menguraikan tentang kerangka konseptual dan penerapan nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Rasulullah, dengan melihat prinsip-prinsip dasar dan asas nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Rasulullah. Kepemimpinan Nabi dalam mengamalkan nilai-nilai kemanusiaannya penting untuk dikaji. Apakah kepemimpinannya sama dengan model kepemimpinan tokoh-tokoh dunia lainnya, ataukah ia benar-benar mempunyai sifat yang sempurna (par excellence), ataukah itu semua bagian dari mahakarya Allah ('ināyatullāh). Tentu menarik untuk mengkaji realitas dan rasionalitas apakah nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Nabi bisa menjadi pembaharuan mengingat peran sentralnya dalam menyelesaikan permasalahan umat.
Bab kelima menganalisis bagaimana nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Nabi Muhammad SAW ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan kontemporer dalam pendidikan yang menjadi kerangka pemikiran para pemikir Barat. Apakah nilai-nilai tersebut sesuai atau melampaui wacana yang diusung para ilmuwan Barat? Nilai-nilai tersebut juga patut dikaji untuk menyikapi permasalahan LGBT yang akhir-akhir ini menjadi trending topik khususnya di Indonesia.
Mengajarkan amalan penanaman nilai-nilai non dikotomi/teuhid, visinya mendatangkan rahmat global (rahmatan lil . 'ālamīn), misinya senantiasa meningkatkan kesadaran akan amalan hidup sesuai aturan Tuhan, dengan tujuan untuk kesempurnaan akak (etika). Dalam melaksanakan nilai-nilai kemanusiaannya, Nabi SAW memperkuat kepemimpinan profetik, yaitu kepemimpinan yang berlandaskan konsep manusia yang bermoral, seorang manajer yang bermoral dan seorang hamba yang taat, berbekal anugerah kemampuan yang luar biasa (jenius abkariyah) dan kepemimpinan yang hebat (genius Leadership). . ). Implementasi nilai-nilai tersebut didukung oleh Inayatullah (kekuasaan Allah), membangun tatanan sosial yang etis dan terbuka, mewujudkan kesetaraan, mengutuk ketimpangan dan ketidakadilan sosial, mengubah wajah dunia oleh ẓ ulama, yang akan berarti : kebodohan, kehinaan, keterbelakangan, ketimpangan, monopoli, oligopoli, anarki, ketidakstabilan, materialisme, penodaan agama dan lain-lain, menuju jalan an-nur yang artinya kebenaran dan ilmu pengetahuan.
Relevansi nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan nabi bagi persoalan kekinian: a) Nilai kesetaraan dalam Islam, dengan pengakuan akan kesatuan ciptaan, kesetaraan yang memungkinkan terjadinya satu sama lain. Pendidikan multikultural hanya bertumpu pada nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat, sehingga bersifat relatif, dan membuka peluang terjadinya inkonsistensi dalam praktik; Asumsi di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan dalam pendidikan Rasulullah mengungguli konsepsi kerja Barat.
Rekomendasi
Argumentasinya, istilah humanisme Islam adalah humanisme teosentris yang berlandaskan wahyu Tuhan (Al-Quran dan Hadits), dan kedua sumber tersebut mengangkat Nabi Muhammad SAW, sehingga klaim bahwa beliau adalah pionir humanisme Islam tidak dapat disangkal. Munawwar al-, Sayyid Aqil Husain dan Hakim, Masykur, I'jaz Metodologi Al-Qur'an dan Tafsir, Semarang: Dina Utama, 1994. Qarḍawī al-, Muhammad Yūsuf, Al-Qur'an berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan, Jakarta : Gema Insani, 1999.
Qonit AD., Ahmad, “Konsep Tuhan dalam Al-Qur'an: Tafsir Semiotik Tematik Nama-Nama Tuhan”, Disertasi, Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2011. Ṣābūnī aṣ -, Muḥammad 'Alī, Ṣafīh, Ṣaf: Tefsīr lī al - Qur'an al-Karīm, Beirut: Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 1999. Said, Muhammad as-, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011 Saifuddin, Muhammad-Syjamil, Kata-kata Terjemahan Tafsir, cek.
Quraisy, membaca sirah Nabi Muhammad SAW di highlight Al-Qur'an dan Hadiṡ -Hadiṡ Ṣahih, cet. Ṭabarī aṭ -, Muḥammad Ibnu Jabīr, Jāmi’ al-Bayān an-Ta’wīl aiy al-Qur’ān, Kairo: Dār al-Hijr, t.t. Zaini, Syahminan dan Seta, Ananto Kusuma, Wawasan Al-Qur'an Tentang Pembangunan Manusia Seutuhnya, cet.
Zarkasyī az-, Badruddin Muhammad bin Abdullah, al-Burhan and 'Ulūm al-Qur'an, Beirut: `Isā al-Babī al-Ḥalabī, 1972. Hamzah, Ustadi, "Agama-Agama yang Esa dan Pluralitas di Indonesia", dalam Jurnal Keagamaan, Vol.Saeed, Abdullah, “Memikirkan Kembali Wahyu sebagai Prasyarat Penafsiran Kembali Al-Qur'an: Perspektif Al-Qur'an", Jurnal Kajian Al-Qur'an, Vol.
Bahyah, Anisah, "The Miracle Accompanying the Birth of the Prophet Muhammad", in http://anissyuhada.blogspot.com/2011/02/keajaiban-mengiringi-kelahiran-nabi.html. Toresano, Wa Ode Zainab Zelullah, "Kotekstualisering van die Koran: Nasr Hamid Abu Zaid se hermeneutiese projek", Referaat in http://www.academia.