• Tidak ada hasil yang ditemukan

Notulen Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2017 dan Nomor 197/PMK.05/2017

N/A
N/A
TURT KPPN 081

Academic year: 2024

Membagikan "Notulen Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2017 dan Nomor 197/PMK.05/2017"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KANTOR WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTABARU

Jalan Yakut No.19 Kotabaru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan, 72116 Telepon (0518) 21218, Faksimile (0518) 25320

Notulen Sosialisasi

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2017 Tentang Tata Cara Pembayaran Atas Beban APBN Sebelum Barang/Jasa Diterima,dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2017 Tentang Rencana

Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, Dan Perencanaan Kas Hari/Tanggal : Rabu/7 Februari 2018 dan Senin 12 Februari 2018

Waktu dan Tempat : 08.00 – 12.00 WITA, Hotel Surya Batulicin dan Aula KPPN Kotabaru Narasumber I

Narasumber II Notulis Peserta

: : : :

Muh. Amin Hidayatullah Rogo Aji S

Rogo Aji S

Satker Lingkup KPPN Kotabaru wilayah Kab. Tanah Bumbu dan Kab.Kotabaru (daftar hadir terlampir)

1. Penyajian Materi I

a. Kasi Pencairan Dana dan Manajemen Satker KPPN Kotabaru (Muh. Amin Hidayatullah) menyampaikan materi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2017 Tentang Tata Cara Pembayaran Atas Beban APBN Sebelum Barang/Jasa Diterima.

b. Pokok-pokok materi yang disampaikan antara lain:

1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.05/2017 tentang Tata Cara Pembayaran atas Beban APBN sebelum Barang/Jasa Diterima, ditetapkan dalam rangka untuk memenuhi amanat Pasal 68 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Ruang lingkup pengaturannya meliputi tata cara pembayaran atas beban APBN yang dilakukan sebelum barang/jasa diterima, yang dilakukan di dalam negeri, termasuk bentuk dan pengelolaan jaminan.

Jenis kegiatan yang dapat dibayarkan sebelum barang/jasa diterima tersebut adalah pemberian uang muka kerja, sewa menyewa, jasa asuransi dan/atau pengambil alih risiko, kontrak penyelenggaraan beasiswa,pekerjaan pemeliharaan, pemasangan atau penambahan daya listrik oleh PLN, pengadaan jurnal asing yang dibayarkan dengan uang persediaan, dan pengadaan barang/jasa secara elektronik yang dibayarkan dengan uang persediaan.

Bentuk-bentuk jaminan pembayaran sebelum barang/jasa diterima yang diatur dalam PMK ini yaitu:

• Surat Jaminan/Surety Bond (diterbitkan oleh Bank Umum dan Indonesia EXIM, Perusahaan Asuransi dan Konsorsium, dan Perusahan Penjaminan dan Konsorsium);

• Surat Pernyataan Kesanggupan Penyedia Barang/Jasa (SPKPBJ), diterbitkan/dibuat oleh penyedia barang/jasa yang memuat jaminan atau pernyataan kesanggupan untuk mengembalikan kepada negara apabila penyedia barang/jasa tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diatur dalam kontrak/perjanjian/bentuk perikatan lainnya; dan

• Komitmen, dibuat oleh benyedia barang/jasa atau penyelenggara dan/atau penerima beasiswa.

Hal-hal terkait bentuk dan apa saja yang harus terdapat dalam surat jaminan secara umum masih sama dengan yang selama ini dipakai sebelum ada pengaturan PMK ini. Untuk SPKPBJ dan Komitmen secara umum isinya sama, yang membedakan hanya pada klasifikasi nilai yang pekerjaan barang/jasa yang dijaminkan, jika di atas Rp.50 juta maka menggunakan SPKPBJ sedangkan Komitmen nilainya hanya sampai dengan Rp.50 juta

2) Penggunaan Jaminan yang diatur dalam PMK ini, sebagian sudah biasa digunakan yaitu pembayaran uang muka, pemeliharaan/retensi dan akhir tahun anggaran sedangkan hal baru adalah pembayaran sewa menyewa, penyelenggaraan beasiswa, pembelian jurnal asing,

(9)

pengadaan barang/jasa secara online, jasa asuransi, dan pemasangan/penambahan daya listerik yaitu dengan menggunakan SPKPBJ dan Komitmen. Penerbit jaminan (selain SPKPBJ dan Komitmen) harus berlokasi di wilayah kerja KPPN berkenaan, apabila di luar wilayah kerjanya maka agar mengajukan izin terlebih dahulu ke Kepala Kanwil DJPb terkait.

Dalam hal terdapat addendum kontrak/perjanjian berupa perpanjangan jangka waktu penyelesaian pekerjaan yang pengembalian uang mukanya belum lunas, dan/atau pekerjaan pemeliharaan, jaminan uang muka dan/atau jaminan pemeliharaan harus diganti/diperpanjang masa berlakunya paling singkat sesuai dengan perpanjangan jangka waktu penyelesaian pekerjaan dan/atau pekerjaan pemeliharaan tersebut setelah adendum kontrak/perjanjian.

3) Penatausahaan dan klaim jaminan yang diatur dalam PMK ini adalah:

Jaminan Penatausahaan dan

pengawasan

Klaim Jaminan

Pengaturan sebelumnya Pembayaran UM Satker (PPSPM) KPA/PPK KPPN berdasarkan

surat kuasa PPK Pembayaran Pemeliharaan Satker (PPSPM) KPA/PPK KPA/PPK Pembayaran sewa menyewa

(SPKPBJ /SPTJM) Satker (PPSPM) KPA/PPK tidak diatur Pembayaran sewa menyewa

(Komitmen) Satker (PPSPM) KPA/PPK tidak diatur

Jaminan uang muka apabila sudah lunas agar segera dikembalikan kepada penyedia barang/jasa sedangkan untuk jaminan pemeliharaan dan jaminan akhir tahun dikembalikan apabila sudah selesai pekerjaan fisiknya dan dibuktikan dengan BAPP/BAST, adapun norma waktu pengembaliannya adalahan 14 hari kerja.

Apabila klaim jaminan tidak berhasil/gagal klaim, maka agar dilakukan pelimpahan piutang tersebut dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

JENIS JAMINAN

TAHAP PENAGIHAN PENGATURAN DALAM

RPMK

KETENTUAN PELIMPAHAN Uang Muka

dan

Pemeliharaa n

Setelah PBJ menolak menyetor pengembalian dan klaim jaminan gagal (Penagihan Keempat)

Diserahkan Ke PUPN melalui KPKNL oleh KPA

Hanya untuk bukti perikatan berupa kontrak/perjanjian.

Bukan untuk bukti perikatan berupa bukti pembelian, kuitansi, dan surat pesanan (< 50juta) Pembayaran

Akhir Tahun

Setelah PBJ menolak menyetor pengembalian dan klaim jaminan gagal (Penagihan Keempat)

Diserahkan Ke PUPN melalui KPKNL oleh KPA

SPKPBJ Setelah upaya klaim jaminan kepada PBJ gagal (Penagihan Ketiga)

Diserahkan Ke PUPN melalui KPKNL oleh KPA

Komitmen Setelah upaya klaim jaminan kepada PBJ gagal (Penagihan Ketiga)

Diserahkan Ke PUPN melalui KPKNL oleh KPA

Tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa dan KPA terhadapkegagalan klaim yang Bukan kesalahan Penjamin, diatur sebagai berikut:

Penyedia Barang/Jasa, menyetorkan seluruh piutang negara yang menjadi kewajibannya walaupun terjadi kegagalan klaim akibat:

• pengajuan Klaim jaminan melewati masa Klaim yang ditetapkan dalam surat jaminan;

• masa berlaku jaminan sudah lewat karena tidak dilakukan perpanjangan saat addendum kontrak .

(10)

KPA/PPK, mengupayakan sepenuhnya penyelesaian pengurusan piutang negara pada penyedia barang/jasa. Kerugian negara yang timbul akibat tidak tertagihnya piutang negara diselesaikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tuntutan ganti kerugian Negara.

2. Penyajian Materi II

a. Pelaksana Seksi PDMS KPPN Kotabaru (Rogo Aji Sukmono) menyampaikan materi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2017 Tentang Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas.

b. Pokok-pokok materi yang disampaikan antara lain

1) PMK No 197/PMK.05/2017 terbit dalam rangka penyempurnaan dan evalusai atas PMK nomor 277/PMK.05/2014. Perubahan tersebut di latarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain:

• Hasil survey kepada satker, 34% responden menghendaki agar SPM tetap diproses meski tanpa di dahului RPD Harian;

• Adanya keluhan dari satker terkait perbedaan nominal besaran SPM yang wajib mengajukan RPD untuk masing-masing tipe KPPN;

• Hasil kajian Dit PKN menunjukkan bahwa penundaan pencairan SP2D akan meningkatkan akurasi perencanaan kas;

• Mekanisme RPD Harian belum mengakomodir piloting SAKTI dan SPM Elektronik.

2) Poin-poin perubahan PMK 197/PMK.05/2017 yaitu antara lain :

• Penyederhanaan klasifikasi transaksibesar yang wajib mengajukan RPD Harian

Dalam PMK 197/PMK.05/2017 klasifikasi besaran SPM yang termasuk dalam kategori transaksi besar yang harus menyampaikan RPD Harian menjadi sederhana yaitu hanya untuk SPM dengan nilai bersi 1 Milyar keatas. Klasifikasi besaran SPM tersebut berlaku untuk semua tipe KPPN Baik tipe A1 maupun tipe A2.

• Mempercepat penyusunan dan penyampaian RPD Harian. Proses bisnis penyusunan RPD Harian oleh satker yang diatur yang diatur dalam PMK 197/PMK.05/2017 akan lebih cepat dibandingkan dengan PMK 277/PMK.05/2014. Dimana di dalam PMK 277/PMK.05/2014 penyusunan RPD harian dilakukan oleh PPK dan penetapan RPD Harian di lakukan oleh KPA sedangkan di PMK 197/PMK.05/2017 PPK mempunyai kewenangan untuk menyusun sekaligus menetapkan RPD Harian untuk kemudian disampaikan ke KPPN.

• Kemudahan bagi Satker untuk proses pembayaran apabila RPD Harian tidak dilampirkan tanpa melalui dispensasi Kepala KPPN, yakni SPM tanpa RPD Harian

Didalam PMK 197/PMK.05/2017 diatur apabila satker tidak menyampaikan RPD Harian sebelum mengajukan SPM, maka SPM tersebut tetap diterima dan diproses oleh KPPN dengan syarat satker harus menyampaikan surat pernyataan bersedia dilakukan penundaan pencairan SP2D dari KPA. Dengan demikian memudahkan satker karena tidak perlu membawa pulang dan mengajukan SPM kembali lima hari kerja berikutnya (setelah menyampaikan RPD Harian) karena SPM yang sudah diajukan tersebut akan menjadi RPD Harian. Namun dalam PMK 197/PMK.05/2017 tetap memberikan sanksi bagi satker yang tidak menyampaikan RPD harian yaitu penundaan pencairan/penerbitan SP2D lima hari kerja setelah tanggal penerimaan SPM.

• Optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi khususnya terkait penyampaian RPD dan/atau Rencana Penerimaan Dana. Perubahan mekanisme penyampaian RPD Harian yang dimaksud dalam PMK 197/PMK.05/2017 yaitu menggunakan aplikasi berbasis web yang dinamakan aplikasi e-SPM. Aplikasi E-SPM rencana akan mulai resmi di implementasikan kepada seluruh satker lingkup KPPN Kotabaru yaitu pada bulan Juli 2018. Sementara aplikasi e-SPM belum berjalan, penyampaian masih menggunakan sarana seperti diantar langsung, e-mail dan dikirim melalui jasa pengiriman.

• Dalam PMK 197/PMK.05/2017 juga diatur mengenani pemberian dispensasi pengajuan SPM tanpa RPD Harian yaitu Satker mengajukan permohonan dispensasi kepada KPPN dengan

(11)

menyampaikan surat pernyataan dan dengan penjelasan pendukung yang menyatakan bahwa kegiatan penting dan mendesak, seperti untuk :

a) Penanggulangan Kerusuhan Sosial dan/atau Terorisme, b) Kegiatan Kepresidenan;

c) Penanggulangan bencana alam;

d) Operasi Militer dan/atau Intejelen.

Kemudian Kepala KPPN akan memberikan keputusan menyetujui atau tidak menyetujui permohonan dispensasi dari satker dengan terlebih dahulu melakukan penilaian secara selektif, edukatif, dan dengan mempertimbangkan kondisi kas negara.

• Pergeseran RPD Harian Satker oleh KPPN.

KPPN dapat melakukan pergeseran RPD Harian satker pada aplikasi Konversi maksimal H+4 HK dari tanggal RPD Harian awal, apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

a) antrian satker yang mengakibatkan SPM diterima oleh KPPN lebih dari waktu yang telah ditentukan dan mengakibatkan SP2D tertanggal keesokkan harinya

b) gagal sistem pada aplikasi elektronik yang disediakan oleh Kantor Pusat DJPb yang mengakibatkan SPM tidak bisa diterima/diproses lebih lanjut oleh KPPN;

c) terjadi pemadaman listrik di KPPN yang mengakibatkan SPM tidak bisa diterima/diproses lebih lanjut oleh KPPN;

d) pengajuan kembali atas SPM yang pernah dikembalikan oleh KPPN;

e) konfirmasi dari satker atas pengajuan SPM melewati tanggal RPD Harian awal;

f) hal lain yang menurut pertimbangan KPPN yang mengakibatkan SP2D baru bisa diterbitkan untuk tanggal berikutnya.

• Dalam rangka mengapresiasi terhadap satker yang taat dan patuh serta akurat dalam penyampain RPD Harian, KPPN dapat memberikan penghargaan berupa layanan prioritas.

Layanan prioritas ditetapkan dengan SK Kepala KPPN yaitu berupa layanan bebas antrian pada saat pengajuan SPM untuk 1 bulan sejak ditetapkan.

3. Tanya jawab Pertanyaan:

Erfan Maulana, Satker MAN Kab. Tanah Bumbu

Dalam pengaturan yang terdapat di PMK nomor 145/PMK.05/2017, ada bentuk jaminan yang baru berupa SPKPBJ dan Komitmen, dan tadi disebutkan bahwa pengadaan barang/jasa secara online menggunakan komitmen sebagai jaminan atas pembayaran pengadaan tersebut. Satker MAN Kab. Tanah Bumbu akan melakukan pengadaan barang elektronik yang nilainya di bawah Rp.50.000.000,- akan tetapi ke toko offline, apakah pembayarannya menggunakan komitmen atau SPKPBJ?

Jawaban:

PMK nomor 145/PMK.05/2017 mengatur mengenai tata cara pembayaran atas pengadaan yang prestasinya belum ada dan/atau belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Terhadap pengadaan yang seperti itu pembayarannya dapat dilakukan dengan syarat menggunakan jaminan. Khusus untuk pengadaan secara online sepanjang pihak penyedia barang/jasa meminta untuk dibayar terlebih dahulu sebelum ada prestasi, maka diperbolehkan dengan menyampaikan jaminan berupa komitmen dari peyedia barang/jasa tersebut. Apabila pengadaan dilakukan secara offline, maka pembayarannya tidak mengikuti pengaturan dalam PMK nomor 145/PMK.05/2017, tetapi merujuk kepada PMK nomor 190/PMK.05/2012, yaitu barang diterima terlebih dahulu baru dapat dilakukan pembayaran.

Mengetahui,

Kepala Seksi PDMS Notulis,

Muh. Amin Hidayatullah Rogo Aji S

NIP.19741004 199602 1 001 NIP.198805092012101001

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25/PMK.07 /2015 tentang Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Menurut

b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.010/2006 tentang Keringanan Bea Masuk Atas Impor Chassis Bus Dengan

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.02/2007 tentang Standar Biaya Tahun Anggaran 2008, dipandang perlu menyesuaikan pengaturan

Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.07/2007 tentang Peta Kapasitas Fiskal Dalam Rangka Penerusan Pinjaman Luar

bahwa dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 591 / PMK.010/2004 tentang Program

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Keuangan Nomor 159/PMK.010/2015 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.010/2016

bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.05/2007 tentang Pemberian Uang Makan Bagi Pegawai