Anestesi umum menekan sistem saraf pusat (SSP) hingga tingkat yang cukup untuk pembedahan dan prosedur lain yang berbahaya atau tidak nyaman. Pemberian obat tertentu dan cara pemberiannya untuk mencapai efek anestesi umum didasarkan pada sifat farmakokinetik dan efek samping berbagai obat dalam konteks diagnosis atau pembedahan dan dengan mempertimbangkan usia pasien serta kondisi medis terkait dan penggunaan obat. Menurut Karch (2011), jenis obat pada anestesi umum adalah anestesi barbiturat dan non-barbiturat, cairan volatil, dan anestesi gas.
Lebih spesifiknya, metode anestesi umum dapat diberikan dengan tiga cara, yaitu dengan cairan inhalasi, parenteral, atau seimbang/kombinasi. Tidak berbau dan menyebabkan iritasi saluran napas paling sedikit sehingga cocok digunakan sebagai induksi anestesi umum. Obat anestesi dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia karena efek dari obat anestesi umum antara lain depresi pada sistem saraf pusat, sistem pernafasan, sistem kardiovaskular, toksisitas dan lain-lain.
Anestesi umum juga mempengaruhi ketiga unsur termoregulasi yang terdiri dari unsur masukan aferen, pengaturan sinyal di area sentral dan juga respon eferen, selain itu juga dapat menghilangkan proses adaptasi dan mengganggu mekanisme fisiologis fungsi termoregulasi. yaitu pergeseran ambang batas proses respon vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga berkeringat. Efek yang terjadi pada pasien yang menjalani operasi dengan anestesi umum antara lain terhenti atau berkurangnya pergerakan usus besar. Sedangkan pasien yang mendapat anestesi umum akan mengalami hipoperistaltik karena anestesi umum yang digunakan saat operasi dapat menghentikan gerakan peristaltik untuk sementara.
Obat anestesi inhalasi yang merupakan salah satu obat bius umum akan memblok impuls parasimpatis ke otot usus.
Konsep Konstipasi .1 Definisi
- Faktor-Faktor Penyebab Konstipasi
- Patofisiologi Konstipasi
- Tanda dan Gejala Konstipasi
- Penatalaksanaan Konstipasi
- Pencegahan Konstipasi
Pasien pasca operasi umumnya akan mengalami buang air besar pertama kurang dari 48 jam setelah diet dimulai. Jika pasien pasca operasi tidak mengalami buang air besar pertama lebih dari 48 jam setelah diet pertama, maka pasien tersebut mengalami konstipasi (Kozier et al, 2011). Kondisi ini sering dikaitkan dengan tinja kering dan keras dalam jumlah besar di usus besar yang turun yang menumpuk akibat penyerapan cairan yang berkepanjangan.
Konstipasi dalam konsep diagnosa keperawatan diartikan sebagai penurunan frekuensi buang air besar normal seseorang disertai kesulitan buang air besar tidak lengkap atau sangat keras dan kering (Wilkinson, 2010). Buang air besar yang tidak teratur dan tidak normal, serta pengerasan tinja yang tidak normal, sehingga sulit dikeluarkan dan terkadang menimbulkan rasa sakit, disebut sembelit kolon. Gangguan fungsional antara lain: kelemahan otot perut, kebiasaan buang air besar yang tidak dihiraukan/tidak mau buang air besar, buang air besar yang tidak adekuat (misal: tidak ada waktu, posisi buang air besar dan privasi), kurang beraktivitas.
Mekanik: Ketidakseimbangan elektrolit, wasir, megakolon (penyakit Hirschprung), kelainan saraf, obesitas, obstruksi pasca operasi, kehamilan, pembesaran prostat, abses atau tukak rektal, fisura ani rektal, penyempitan anus rektum, prolaps rektum, dan tumor. Fisiologis: perubahan pola makan dan makanan yang biasa dikonsumsi, penurunan motilitas saluran cerna, dehidrasi, asupan serat tidak mencukupi, asupan cairan tidak mencukupi, pola makan buruk. Mekanismenya terdiri dari peningkatan penyerapan cairan di usus besar dengan transit normal, transit lambat dengan penyerapan normal, dan gangguan buang air besar dimana motilitas kolon tidak berfungsi.
Gerakan bolak-balik yang meningkatkan waktu kontak isi kimus atau luminal dengan mukosa dapat terjadi jika kontraksi meningkat amplitudo dan frekuensinya secara tidak terkoordinasi. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang saat buang air besar, sekaligus tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan atau menekan perut terlebih dahulu agar bisa mengeluarkan dan mengeluarkan feses (bahkan sampai titik). seperti mengalami wasir); Anus atau dubur terasa penuh, tidak lebar, dan seperti ada yang menghalangi, disertai nyeri akibat gesekan dengan feses yang kering dan keras atau karena menderita penyakit wasir, sehingga saat duduk terasa tidak nyaman.
Usus kurang elastis (biasanya karena hamil atau lanjut usia), timbul bunyi saat air diserap usus, terasa seperti ada yang menggumpal dan pergerakannya lebih lambat dari biasanya; Terapi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain: program latihan buang air besar; peningkatan asupan cairan ml/hari); terapi nutrisi (asupan serat 20-30 g/hari); impaksi tinja manual jika perlu; Pendidikan kesehatan yang diberikan antara lain memberikan informasi kepada pasien tentang makanan tertentu yang dapat membantu melancarkan buang air besar secara teratur, seperti mengonsumsi makanan tinggi serat;
Mengonsumsi susu terlalu banyak dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya sembelit, sedangkan kafein dapat menyebabkan dehidrasi sehingga dapat menyebabkan sembelit.
Konsep Abdominal Massage .1 Definisi
- Manfaat Abdominal Massage
- Teknik Abdominal Massage 1. Stroking
- Pelaksanaan
- Indikasi dan Kontraindikasi 1. Indikasi
- Pengaruh Abdominal Massage Terhadap Penurunan Konstipasi pada Pasien Post Operasi dengan General Anestesi
Teknik pertama yang digunakan dalam pijat perut sering kali melibatkan gerakan memijat lembut di seluruh perut untuk mengurangi tekanan perut dan membuka perut untuk kontak lebih dalam. Pijat perut dapat membantu mengendurkan otot perut sehingga merangsang saraf parasimpatis pada otot usus besar yang kemudian dapat meredakan sembelit. Pijat perut efektif dalam mengatasi beberapa gejala kelebihan cairan (umumnya terjadi pada orang yang sedang dirawat karena kanker) yang menumpuk di rongga perut.
Meningkatkan daya tahan tubuh dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan usus melalui pola makan bergizi, mengelola stres, tidur yang cukup, dan pijat perut secara teratur. Effleurage merupakan gerakan membelai yang dilakukan secara ritmis dan berturut-turut dengan arah ke atas. Yang dimaksud dengan gerakan menggosok adalah gerakan ringan dan terus menerus yang dilakukan dengan menggunakan ujung jari bagian bawah.
Getaran adalah suatu gerakan menggetarkan yang dilakukan secara manual atau mekanis dengan tujuan merelaksasi jaringan dan menghilangkan ketegangan. Baby oil adalah minyak esensial dan oleh karena itu dapat digunakan dalam pijat perut untuk klien. Pijat perut dapat dilakukan pada pasien dengan konstipasi, nyeri perut, nyeri punggung, perut kembung, saraf motorik bawah kandung kemih dan dismenore (Scheumann, 2010).
Pijat perut tidak dapat dilakukan pada klien dengan riwayat penyakit usus ganas, riwayat penyakit radang usus, penyakit Crohn atau kolitis ulserativa, spasme usus besar pada klien dengan sindrom iritasi usus besar, cedera tulang belakang tidak stabil, saraf motorik tinggi kandung kemih, infeksi. atau kanker panggul, radang rahim, kandung kemih, ovarium dan saluran tuba, batu ginjal, klien yang baru saja mengalami luka bakar dan bekas luka di perut atau baru saja menjalani operasi perut dan pijatan yang datar dan kuat setelah makan besar (NHS, 2014). ). Pijat perut bermanfaat untuk mengurangi hiperaktivitas saraf vagus, yang bekerja dengan cara meningkatkan kekuatan peristaltik yaitu gerakan kontraksi ritmis pada lambung dan usus yang menggerakkan makanan melalui saluran pencernaan, sehingga merangsang dan membantu proses buang air besar (Walton, 2010). ). . Pijat perut dilakukan pada daerah perut dengan gerakan-gerakan tertentu yang memberikan efek menguntungkan pada relaksasi kekakuan jaringan, normalisasi peredaran darah dan posisi baru jaringan, pembuluh darah dan saraf sehingga dapat berfungsi normal dan maksimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pijat perut lebih efektif dibandingkan ROM aktif berbantuan untuk konstipasi pada pasien pasca operasi dengan anestesi umum. Kelompok yang menjalani ROM berbantuan aktif menunjukkan bahwa dari 15 responden, 2 responden bebas sembelit, sedangkan hasil pijat perut pada 15 responden menunjukkan seluruh responden bebas sembelit (Alhuda dkk, 2016). Menurut penelitian Theresia dkk (2014) terdapat perbedaan hasil konstipasi pada kelompok kontrol dan intervensi yaitu pijat.
Hasil penelitian lain membuktikan bahwa pemberian pijat perut pada pasien di RSUD Dr. RSU Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2017 dapat mengatasi konstipasi pada pasien, dimana pijat perut dapat menurunkan skor konstipasi dan membantu memperlancar proses buang air besar pasien tanpa memberikan obat pencahar dan tanpa menimbulkan efek samping (Pailungan et al. al, 2017). Menurut Wahyuni dkk (2018), pada kelompok perlakuan, dari 15 responden terdapat 13 responden yang menunjukkan penurunan konstipasi, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 15 responden terdapat 8 responden yang menunjukkan penurunan konstipasi setelah perut. latihan. pijat.
Cara Mengukur Konstipasi
Hasil penelitian yang lain menunjukkan terdapat perbedaan waktu terjadinya proses buang air besar yang signifikan antara kelompok intervensi I dan kelompok II, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perlakuan pijat perut dan pijat perut serta minum air hangat pada saat buang air besar. terjadi buang air besar (p= 0.015; α= 0.05) (Ginting dkk, 2015). Munculnya kentut pertama kali yaitu kentut diketahui sebagai tanda kembalinya fungsi saluran cerna. Distensi pasca operasi biasanya terjadi sekitar tiga hari setelah operasi dan disebabkan oleh efek anestesi, narkotika, perubahan pola makan, dan penurunan aktivitas.
Apabila motilitas usus halus melambat, maka feses akan bertahan lebih lama di dinding usus dan sebagian besar kandungan air pada feses terserap sehingga feses menjadi keras dan dapat teraba pada pemeriksaan perut. Sakit perut terjadi karena ukuran lambung yang membesar yang menyebabkan lambung mengecil sehingga organ-organ di dalam lambung tertekan. Jika skor 6 berarti pasien mengalami konstipasi, jika skor 7 – 11 berarti pasien mengalami tanda-tanda buang air besar dan skor 12 berarti pasien tidak sembelit.
Kerangka Konsep
Hipotesis Penelitian