• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBO KECAMATAI'{ MANDAU 24fi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "OBO KECAMATAI'{ MANDAU 24fi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TNDTISTRI BATU BATA DAN ANALISIS PEI{DAPATA}I{

PEMILIK USAHA BATU BATA DI I}ESA PEMATANG OBO KECAMATAI'{ MANDAU

KABTIPATEN BENGKALIS

ruRNAL

Diajakan Sebogai Saluh Ssfra Syarat Untuk Memperateh Gelar Sarjana Pendidikan Stratil Sata

(SI)

ANA

BARASKI HALALIA NPM:12030108

Pembimbing

I

Drs. H. Dasrizal,

MP

PROGRAM

STUDI

PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOI.AH TINGGI KtrGURUAN

DAN

ILMU

PENDTDIKAN

(STKIP)PGRI

SUMATERA

BARAT

PADANG

24fi

Pembimbing

II

Rika Despica, S.Pd, M.Si

(2)

Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*

Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang (1) Profil dari industri batu bata di Desa Pematang Obo Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis, (2) Pendapatan pemilik usaha batu bata dalam satu kali produksi di Desa Pematang Obo Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Mixed Method. Informan penelitian ini adalah para pengusaha batu bata, Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Jenis data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data kualitatif dikumpulkan melalui observasi, wawancara, penarikan kesimpulan/verifikasi dan dokumentasi. Data kuantitatif dikumpulkan memelalui penyebaran angket. Teknik analisis kualitatif dengan reduksi data, display data, dan Penarikan kesimpulan. Teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus persentase P = x 100% dan pendapatan TR = Y x Py dan Pd = TR– TC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) dilihat dari profil industri batu bata bahan baku yang digunakan yaitu tanah liat, air dan kayu, pada proses produksi batu membutuhkan waktu selama 1 bulan, modal rata-rata dalam menjalankan industri yaitu dari modal sendiri sedangkan, tenaga kerja yang dibutuhkan untuk satu bedeng yaitu sebanyak 7 orang, rata-rata ukuran batu bata di desa pematang obo yaitu: panjang 20 cm, lebar 10 cm, tinggi 4,8 cm dan kekuatan 1 batu bata ini sanggup menahan beban lebih dari 10 N dan dalam segi pemasaran batu bata pemilik industri langsung memasarkan kepada konsumen, bekerja sama dengan toko bagunan, dan dengan mandor bagunan, serta daerah pemasaran paling jauh di daerah Pinggir, Rangau dan Kota Dumai. (2) Pendapatan produksi rata-rata usaha batu bata dalam satu kali produksi 36.818 batu bata, dengan harga pasaran 270 perbatu dan rata-rata pemilik industri memiliki 2 bedeng dengan total pendapatan bersih usaha batu bata di Desa Pematang Obo yaitu 9.407.955.

Kata Kunci : Profil, Pendapatan

1

(3)

BRICK INDUSTRY REVENUES AND ANALYSIS OWNERS BUSINESS IN BRICKS SUB MANDAU PEMATANG OBO VILLAGE

BENGKALIS DISTRICT By:

Ana Baraski Halalia* Dasrizal** Rika Despica**

*) Student of Geography Education Department STKIP PGRI SUMBAR

**) Lecturer of Goegraphy Education Department STKIP PGRI SUMBAR

ABSTRACT

This study aims to find out (1) Profile of the brick industry in the Pematang Obo Village, Sub Mandau, Bengkalis District (2) Income of owners bricks in one production in the village of Obo Pematang Mandau sub Bengkalis. This type of research used in this research is the method Mixed Method. The informants are owner of bricks, industry the choosen of Informant in this research is purposive sampling. Type of this research is primary data and secondary data.

Qualitative data were collected through observation, interviews, drawing conclusions / verification and documentation. Quantitative data were collected through questionnaires. Qualitative analysis techniques with data reduction, data display, and inference. Quantitative analysis techniques using a percentage formula P = f / N x 100% and revenue TR = Y x Py and Pd = TR - TC. The results showed (1) Brick industry materials used are clay, water and wood, the stone production process takes as long as 1 month, the modal of brick. Industry is by brick owner they needed 7 people for done I plot as always called bedeng. Size of a brick in the length 20 cm, width 10 cm, height of 4.8 cm and 1 brick strength is able to withstand loads of more than 10 N and in terms of marketing brick industry owners to market directly to consumers, in collaboration with the store building, and with the foreman buildings, as well as the most remote regions in the marketing of Pinggir, Rangau and Dumai City. (2) The income one brick for once production in bedeng is 36 818 bricks, with 270 one brick and the from owner has 2 with a total net income of the brick business is 9,407,955 Bedeng.

Keywords: Profile, Income

2

(4)

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk Indonesia yang besar menyebabkan persaingan dalam memperoleh lapangan kerja yang semakin sempit, hal ini disebabkan karena jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia. Kondisi seperti ini menyebabkan sebagian penduduk Indonesia yang tidak tertampung, sektor formal mencari pekerjaan ke sektor informal walaupun dengan penghasilan yang relatif kecil, ini dilakukan semata-mata untuk menyambung hidup.

Alasan lainnya adalah penduduk yang tinggal di pedesan tidak bisa memilih pekerjaan karena lapangan pekerjaan di desa terbatas sehingga mereka bekerja pada sektor informal. Penyerapan tenaga kerja yang besar dapat mendorong tumbuhnya industri-industri berskala kecil di pedesaan seperti pengrajin tembaga kuningan, pembuatan besi cor, pengrajin keramik, dan pembuatan batu bata. (Scumacher, 1987:7).

Kegiatan ekonomi suatu daerah secara umum dapat digambarkan melalui kemampuan daerah tersebut menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan bagi kebutuhan hidup masyarakat yang diindikasikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Struktur perekonomian sebagian masyarakat Riau telah bergeser dari kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke kategori ekonomi lainnya yang terlihat dari besarnya peranan masing-masing kategori ini terhadap pembentukan PDRB Riau.

Sumbangan terbesar pada tahun 2015 dihasilkan oleh kategori Pertambangan dan Penggalian, kemudian kategori Industri Pengolahan, kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dan kategori Konstruksi. Sementara peranan kategori lainnya di bawah 2 persen.

Perekonomian riau pada tahun 2015 mengalami perlambatan dibandingkan

pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya.

Lanjut pertumbuhan PDRB Riau pada tahun 2015 mencapai 0,22 persen, sedangkan tahun 2014 sebesar 2,70 persen.

Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh kategori Jasa Lainnya sebesar 10,14 persen. Sedangkan secara umum seluruh kategori ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2015 mencatat pertumbuhan yang positif (PDRB Riau : 2015)

Selain sektor pertambangan dan pengalian, PDRB Bengkalis juga ditopang oleh sektor industri. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi, barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Misalnya indutsri makanan yang menghasilkan makanan yang siap dimakan, atau seperti industri batu bata yang menghasilkan batu sebagai sumber bahan bangunan. Sedangkan dalam bentuk jasa dapat berupa industri yang bergerak dibidang transportasi, kesehatan, bangunan, pendidikan (PDRB Riau : 2015).

Industri batu bata akhir-akhir ini banyak dijumpai diberbagai daerah, termasuk di desa Pematang Obo kecamatan Mandau kabupaten Bengkalis. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan dan kurangnya keahlian atau keterampilan yang dimiliki menjadi salah satu alasan sebagian penduduk di kelurahan Pematang Obo kecamatan Mandau kabupaten Bengkalis bekerja sebagai produsen/penghasil batu bata. Bila dilihat dari segi statistiknya profil adalah sekumpulan data yang menjelaskan sesuatu dalam bentuk grafik atau tabel.

Mengenai penelitian ini yang dimaksud dengan profil adalah gambaran tentang industri batu bata yang dipandang dari bahan baku yang digunakan, proses produksi batu bata dalam 1 kali produksi, modal, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, kualitas batu yang dihasilkan, proses pemasaran yang dilakukan pemilik bedeng kepada konsumen, pendapatan kotor dan pendaptan bersih.

Berdasarkan observasi awal yang penulis dilakukan pada 13 Juli 2016 tercatat 163 industri batu bata yang terdapat di desa Pematang Obo, tempat bedeng batu bata berkisaran ±6 km dari pusat kota,

(5)

kebanyakan pemilik bedeng mengelola bahan baku produksinya secara manual atau dengan alat sederhana, pemilik bedeng batu bata juga memanfaatkan tenaga binatang yaitu kerbau, tenaga kerbau digunakan untuk mengaduk tanah liat sebagai bahan baku pembuatan batu bata.

Selain itu ada beberapa masyarakat yang memproduksi batu bata dengan mesin pres atau cetak, kebanyakan konsumen lebih banyak memilih batu bata yang di buat secara manual dari pada mesin, kerena batu yang di buat secara manual permukaannya kasar sedangkan dengan mesin permukaanya licin, masing-masing dari pemilik industri memiliki standar kualitas batu yang berbeda- beda ada yang memproduksi batu berukuran besar dan berukuran kecil, apabila permintaan batu meningkan harga 1 buah batu di hargai 360 rupiah, bila sepi batu bata dihargai 240 rupiah 1 buah batu, dari beberapan pemilik industri yang saya tanya mereka menjalankan produksinya dengan menggunakan modal sendiri dan keuntungan yang didapatkan cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan dari segi pemasaran pemilik industri memasarkannya secara berbeda ada pemilik industri memasarkan secara langsung dengan konsumen dan bekerja sama dengan toko bangunan.

Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan pada salah satu pemilik industri batu bata ibu Gusnimarwita di peroleh informasi bahwa terdapat kendala tidak sesuainya modal dan keuntungan, ketidak sesuaian tersebut dapat dilihat dari penurunan harga batu bata, di samping terjadinya penurunan harga batu bata terjadi kenaikan harga bahan baku, sedangkan wawancara yang dilakukan dengan ibu Asmawati terdapat kendala dalam proses pemasaran batu bata dimana dalam proses pemasaran tersebut ibu Asmawati hanya memasarkan langsung pada konsumen dan menunggu datangnya konsumen tanpa ada kerjasama dengan toko bangunan, datangnya konsumen ke industri tidak dapat ditentukan waktunya di karenakan beberapa hal yakni industri yang letaknya terpelosok dan konsumen lebih mendahulukan industri yang telah bekerjasama dengan toko bangunan.

Selain itu terlihat kendala lainnya yang dialami oleh bapak Ali Fikri, dimana bapak Ali mengalami kendala kurangnya jumlah tenaga kerja pada industri batu batanya

sehingga mengakibatkan waktu proses pembuatan hingga pemasaran relatif lama.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik dan perlu melakukan penelitian dengan judul “Industri Batu Bata dan Analisis Pendapatan Pemilik Usaha Batu Bata di Desa Pematang Obo KecamatanMandau Kabupaten Bengkalis”.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Mixed Methods. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggunakan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitain kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:26) bahwa, Metode penelitian kombinasi (Mixed Methods) adalah suatu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat Pragmatisme (kombinasin positivisme dan postpositivisme) digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah maupun buatan (laboratorium) dimana penelitian ini bisa sebagai instrument dan menggunakan instrument tes, kuesioner dan triagulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif (kualitatif), dan deduktif (kuantitatif), serta hasil penelitian kombinasi bisa untuk memahami makna dari dan membuat generalisasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah 163 kelompok industri batu bata yang ada di Desa Pematang Obo Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.

Sampel penelitian diambil dengan cara Purposive Sampling. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Artinya setiap subjek yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu. Tujuan dalam pengambilan sampel yang peneliti gunakan jumlah populasi yang paling banyak yaitu pada RW 07 yang memiliki bedeng sebanyak 60 buah indutri batu bata dan sampelnya dari 22 orang pemilik bedeng industri diambil sebagai sampel penelitian.

Teknik analisis data menggunakan analisis data kuantitatif. (1) analisis kualitatif menggunakan reduksi data, display data, penarikan kesimpulan. (2) analisis kuantitatif menggunakan persnetase dan pendapatan

4

(6)

P = x 100%

Keterangan:

P : Persentase

F: Frekuensi jawaban reponden N: Jumlah reponden

Menghitung pendapatan dan penerimaan digunakan rumus berikut:

TR = Y x Py Pd = TR–TC Keterangan:

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam satu kali Produksi

Py = Harga dari hasil Produksi Pd = pendapatan usaha TC = total biaya

Teknik keabsahan data menggunakan : Perpanjangan Keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, menggunakan bahan referensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, Menurut Alwi (2005:40) (2005:40) Profil adalah pandangan atau gambaran mengenai seseorang. Mengenai penelitian ini yang dimaksud dengan profil adalah gambaran tentang industri batu bata yang dipandang dari bahan baku, proses produksi, modal, tenaga kerja, kualitas, pemasaran dan pendapatan.

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi batu bata yaitu tanah liat, air, kayu dan pasir, tanah liat dan air di peroleh disekitar tempat produksi, kayu dibelik pemilik bedeng didaerah Rangau sebanyak 2 mobil dengan harga 1 juta untuk 1 mobil, pasir pemilik industri membeli ditoko bangunan langganan. Pada Proses produksi menggunakan mesin bahan baku yang digunakan yaitu tanah liat, air, kayu, minyak sawit dan solar, tanah liat dan air di peroleh disekitar tempat produksi, kayu dibelik pemilik bedeng didaerah Rangau sebanyak 2 mobil dengan harga 1 juta untuk 1 mobil, sedangkan solah dibeli di Pertamina sebanyak 3 jrigen sebanyak 105 liter dan

pematang obo sebanyak 3 liter.

Pada proses produksi batu bata langkah-langkah yang dilakukan yaitu mengisi lobang dalam waktu 4-5 hari kemudian diaduk dalam waktu ½ hari setelah itu, tanah yang telah diaduk dikeluarkan dari tempat pengadukan ke tempat pencetakan tanah yang telah diaduk dapat dicetak dan membutuhkan waktu selama 1 bulan. Pada cuaca cerah waktu yang dibutuhkan pada proses penjemuran selama 2 minggu sedangkan pada musim hujan membutuhkan waktu selama 1 bulan penjemuran, pada proses membakar dan mendinginkan membutuhkan waktu selama 1 minggu sedangkan menggunakan mesin proses produksi yang dilakukan yaitu menyiram tanah liat dengan air agar tanah liat tersebut mudah mengolahnya, kemudian tanah tersebut diaduk dalam mesin molen sampai tanah tersebut alus setelah itu batu akan keluar dari cetakan dalam ukuran besar, dan siap di cetak/dipotong sesuai dengan cetakan batu press setelah dipotong disusun untuk di jemur selama 10 hari setelah itu batu siap di bakar selama 4 hari dan pendinginan batu selama 3 hari.

Menurut Ramli (2007) Batu bata terbuat dari tanah lempung ditambah air atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

Modal usaha industri batu bata di Desa Pematang Obo rata-rata dari modal sendiri, pemilik usaha memperoleh modal dari hasil penjualan sebelumnya yang ditabung untuk menjalankan industri selanjutnya, modal yang digunakan untuk membeli kayu, pasir, sewa kerbau dan alat berat (beko) lebih dari 5 juta, selebihnya sebagai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dalam pendapat Riyanto (2001:240) modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan juga tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas. Dengan kata lain, modal sendiri merupakan modal yang dihasilkan atau dibentuk didalam perusahaan atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

(7)

Dalam industri batu bata jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk satu bedeng yaitu sebanyak 7 orang, 3 orang mengisi lobang, 1 sebagai megawasi kerbau, 2 orang mencetak batu, 1 orang untuk menjaga tungku saat pembakaran. Tetapi semakin banyak yang mencetak batu semakin cepat proses produksi selesai.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi, karena tenaga kerja mampu menggerakkan faktor-faktor produksi yang lain untuk menghasilkan suatu barang dan jasa (Simanjutak 1985:24).

Standar kualitas batu bata di Desa Pematang Obo yaitu permukaan batu bata cetak manual lebih kasar dari pada cetak mesin, berbentuk persegi panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang bersiku, bidang-bidang datar yang rata dan tidak menunjukkan retak-retak, rata-rata ukuran batu bata di desa pematang obo yaitu:

panjang batu 20 cm, lebar 10 cm, tinggi 4,8 cm dan kekuatan 1 batu bata ini sanggup menahan beban lebih dari 10 N. Menurut (SNI 6897:2008) Bata merah untuk pasangan dinding harus berbentuk prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang siku, bidang-bidang datar yang rata dan tidak menunjukkan retak-retak, dimensi batu bata merah adalah 5 cm x 11 cm x 22 cm.

Ukuran bata merah bermacam-macam tergantung kegunaan dan pesanan.

Dalam segi pemasaran batu bata pemilik industri memasarkan secara berbeda-beda, pemasaran secara langsung kepada konsumen, bekerja sama dengan toko bagunan, bekerja sama dengan mandor bagunan, dan sebagian hanya menunggu konsumen yang datang ke tempat industri, daerah pemasaran sekitar Mandau, Kecamatan Pinggir, Rangau dan Kota Dumai. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanton (2006) Jalur pemasaran diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1) Pemasaran secara langsung, terdiri dari: a) Produsen menjual langsung dengan jalan mengunjungi konsumen dari rumak kerumah, b) produsen menjual produknya secara langsung kepada konsumen dipasaran, 2) pemasaran secara tidak langsung, terdiri dari: a) produsen menjual produk melalui penyalur, b) produsen menjual produk melalui pengecer, c) produsen menjual produk disuatu lelang.

Kedua, Pendapatan industri batu bata dalam 1 kali produksi di Desa Pematang Obo memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Karena setiap pemilik industri mempunyai jumlah bedeng dan jumlah batu yang di hasilkan berbeda, jumlah bedeng industri yang dimiliki setiap reponden rata- rata 2 bedeng, dengan jumlah batu yang dihasilkan dalam satu kali produksi sebanyak 36.818 batu bata, pendapatan kotor diperoleh dari jumlah bedeng dikali dengan jumlah batu yang dihasilkan, maka diperoleh rata-rata pendaptan kotor 26.942.182, sedangkan jumlah modal yang dikeluarkan rata-rata 17.483.728 , total pendapatan usaha batu bata di Desa Pematang Obo . . = 9.407.955. Jadi rata-rata pendapatan bersih pengusaha batu bata di Desa Pematang Obo sebesar 9.407.955. Menurut Supriyono (2002:177) pendapatan kotor adalah perbedaan antara pendapatan besih dan penjualan dengan harga pokok penjualan, pendapatan bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laba atau rugi dimana untuk mencari laba operasi ditambah pendapatan lain-lain dikurangi dengan beban lain-lain.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Bahan Baku utama yang digunakan dalam proses produksi batu bata di Desa Pematang Obo yaitu: tanah liat, air dan kayu, proses produksi terbagi dua yaitu secara manual dan menggunakan mesin, modal dalam menjalankan industri batu bata ini rata-rata dari modal pribadi, tenaga kerja dari setiap bedeng sebanyak 7 orang, standar kualitas ukuran batu bata tidak sesuai dengan Ilmu Kostruksi Struktur Bangunan tetapi untuk kuat tekanan batu bata di desa Pematang Obo Sesuai Ilmu Kostruksi Struktur Bangunan, pemasaran yang dilakukan pemilik industri yaitu secara langsung pada konsumen dan bekerja sama dengan toko bangunan.

2. Pendapatan industri batu bata dalam 1 kali produksi di Desa Pematang Obo memiliki pendapatan yang berbeda-beda.

Jumlah batu bata yang dihasilkan dalam satu kali produksi rata-rata 36.818 batu bata dengan rata-rata memiliki 2 bedeng

6

(8)

bata di Desa Pematang Obo = . Jadi rata-rata pendapatan bersih pengusaha batu bata di Desa Pematang Obo sebesar 9.407.955.

SARAN

Berdasarkan penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan usaha industri batu bata yang ada di Desa Pematang Obo Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

2. Bagi masyarakat Desa Pematang Obo Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis agar bisa meningkatkan standar kualitas batu bata.

3. Bagi penelitian selanjutnya dengan tema yang sama agar bisa memberikan instrument yang lebih detail yang tidak tertera dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. (2001), Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP, C.V Andi Offset, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.

Rineka Cipta.

Assauri Sofyan, 2004. Manajemen Produksi Dan Operasi. Jakarta: Lembag Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Badan Standar Nasional : No SNI 15-2094- 2000. Batu Merah Pejal untuk Pasang Dinding

Badan Pusat Statistik. 2015, Kabupaten Bengkalis

Bambang, Riyanto, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.

Belkaouni, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat Cateora, Philip dkk. 2007. Pemasaran

internasional. Jakarta: Salemba Empat

Frick Heinz dan L Setiawan Pujo, 2008.

Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan. Yogyakarta: Kanisius.

Hasan Alwi. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Indra, Amalia. 2014. Industri Dakak-Dakak di Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Skripsi.

Padang: FIS UNP

Justin, Kotler. 2000. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga Kantor Kepala Desa Pematang Obo

Referensi

Dokumen terkait

dimana beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai

Sewa menyewa sebagaimana perjanjian lainnya adalah merupakan perjanjian yang bersifat konsensual, perjanjian ini mempunyai kekuatan hukum yaitu pada saat sewa menyewa berlangsung, dan